Anda di halaman 1dari 30

KELOMPOK 5

Hesti Apriwiyani (140210101107)

Asa Dina Safitri (151903103001)


Daud Rosyid R.A (151903103004)
Riza Resa A.P(151903103005)
Nur Andreansyah (151903103007)

Yolanda E.M. (151903103010)


Muhammad Z.N (151903103011)
Zahra Amalia Achsani (151903103012)

TINJAUAN PUSTAKA

PEMBAHASAN
PENUTUP

Ilmu dalam
Perspekif
Historis

Beberapa
Aspek Penting
Dalam Ilmu
Pengetahuan

Pilar-pilar
Penyangga bagi
Eksistensi Ilmu
Pengetahuan

Ilmu pengetahuan berkembang dimulai dari


jaman Yunani Kuno, Abad Tengah, Abad
Modern sampai Abad Kontemporer.
kedudukan ilmu pengetahuan identik dengan
filsafat memiliki corak mitologis
Memasuki Abad Tengah (abad ke-5 M), pasca
Aristoteles filsafat Yunani Kuno menjadi
ajaran praksis bersamaan dengan pudarnya
kekuasaan Romawi yang mengisyaratkan
akan datangnya tahapan baru, yaitu filsafat
yang harus mengabdi kepada agama (ancilla
Theologiae).
Biara tidak hanya menjadi pusat kegiatan
agama, tetapi juga menjadi pusat kegiatan
intelektual.
Bersamaan dengan itu kehadiran para filsuf
Arab tidak kalah penting, seperti: Al Kondi,
Al Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al Gazali,
yang telah menyebarkan filsafat Aristoteles
dengan membawanya ke Cordova (Spanyol)
untuk kemudian diwarisi oleh dunia Barat
mellaui kaum Patristik dan kaum Skolastik.
Wells dalam karyanya The Outline of History
(1951) mengatakan, jika orang Yunani
adalah Bapak metode Ilmiah, maka orang
muslim adalah Bapak angkatnya.

Filsafat memasuki tahap Modern (abad ke 1819 M) dengan dipelopori oleh gerakan
Renaissance di abad ke-15.
Perkembangan ilmu pengetahuan alam dan
ilmu sosial dengan gaya semacam itu
mencapai bentuknya secara definitif melalui
kehadiran Auguste Comte (1798-1857)
Perkembangan ilmu pengetahuan alam dan
ilmu sosial dengan gaya semacam itu
mencapai bentuknya secara definitif melalui
kehadiran Auguste Comte (1798-1857)

1. Pengertian Ilmu secara Etimologi (Segi Bahasa) Ilmu berasal dari bahasa Arab, ilm
(Ensiklopedi Islam, 1997), dan bahasa Yunani, logos, yang memiliki arti Pengetahuan. Kata
Ilmu biasa dipadankan dengan kata Arab marifah yang bermakna pengetahuan dan syuur
yang bermakna perasaan.
2. Pengertian Ilmu secara Terminologi (Segi Istilah) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode tertentu dan dapat digunakan untuk menerangkan suatu gejala pada sebuah bidang.
3. Pengertian Ilmu secara Umum
Pada dasarnya, ilmu adalah pengetahuan tentang suatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut
alam ataupun sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia melalui proses berpikir.
Setiap ilmu merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang menjadi objek kajian dari suatu
penemuan.

4. Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu


Pancasila memiliki banyak fungsi dan salah satu fungsinya adalah sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu. Ini artinya, segala upaya pengembangan ilmu di Indonesia harus
diorientasikan pada nilai yang termaktub dalam Pancasila. Kompleksitas ilmu yang tidak
dibentengi dengan pegangan-pegangan moral dapat membawa pada kebebasan berilmu yang tidak
sesuai dengan manfaat hakiki ilmu itu sendiri. Pancasila hadir sebagai pedoman untuk membatasi
gerak-gerik keilmuwan agar sesuai kaidah kebenaran. Pengembangan ilmu yang didasarkan pada
nilai-nilai Pancasila diharapkan dapat membawa perbaikan kualitas hidup dan kehidupan
masyarakat

Konsekuensi

dalam dampak positif dan negatif.Positif, dalam arti


kemajuan ilmu pengetahuan telah mendorong kehidupan manusia ke suatu
kemjuan (progress, improvement) dengan teknologi yang duikembangkan
dan telag menghasilkan kemudahan-kemudahan yang semakin canggih bagi
upaya manusia untuk meningkatkan kemakmuran hidupnya sebcara fisikmaterial.
Negatif

dalam arti ilmu pengetahuan telah mendorong berkembangnta


arogansi ilmiah dengan menjauhi nilai-nilai agama, etika, yang akibatnya
dapat menghancurkan kehidupan manusia sendiri.
Ilmu

pengetahuan dan teknologi telah mempunyai kedudukan substantif


dalam kehidupan manusia saat ini. Dalam kedudukan sustantif ilmu
pengetahuan dan teknologi telah menjangkau kehidupan manusia dalam
segala segi dan sendinya secara ekstensif, yang pada gilirannya ilmu
pengetahuan dan teknologi merubah kebudayaan manusia secara intensif.

Aspek Fenomenal

Sebagai masyarakat atau kelompok elit yang


dalm kehidupan kesehariannya begitu
mematuhi kaidah-kaidah ilmiah yang menurut
pertadigma Merton disebut universalisme,
komunisalisme, dan skepsisme yang teratur
dan terarah
Sebagai proses, ilmu pengetahuan
menampakkan diri sebagai aktivitas atau
kegiatan kelompok elit tersebut dalam
upayanya untuk menggali dan
mengembangkan ilmu melalui penelitian,
eksperimen, ekspedisi, seminar, koggres
Sedangkan sebagai produk, ilmu pengethuan
menampakkan diri sebagai hasil kegiatan
kelompok elit tadi berupa teori, ajaran,
paradigma, temuan-temuan lain sebagaimana
disebarluaskan melalui karya0karya publikasi
yang kemudian diwariskan kepada masyarakat
dunia.

Aspek Struktural
Sasaran

yang dijadikan objek untuk diketahui


(Gegenstand)
Objek

sasaran ini terus-menerus dipertanyakan


dengan suatu cara (metode) tertentu tanpa
mengenal titik henti. Suatu paradoks bahwa ilmu
pengetahuan yang akan terus berkembang justru
muncul permasalahan-permasalahan baru yang
mendorong untuk terus menerus
mempertanyakannya.
Ada

alasan dan motivasi mengapa gegenstand


itu terus-menerus dipertanyakan.
Jawaban-jawan

yang diperoleh kemudian


disusun dalam suatu kesatuan sistem (Koento
Wibisono, 1985)

Pilar

ontologi (ontology)

Selalu menyangkut problematika tentang keberadaan (eksistensi).


Pilar

epistemologi (epistemology)

Selalu menyangkut problematika teentang sumber pengetahuan, sumber kebenaran, cara


memperoleh kebenaran, kriteria kebenaran, proses, sarana, dasar-dasar kebenaran, sistem,
prosedur, strategi

Pilar

aksiologi (axiology)

Selalu berkaitan dengan problematika pertimbangan nilai (etis, moral, religius) dalam setiap
penemuan, penerapan atau pengembangan ilmu

Aspek

kuantitas : Apakah yang ada itu tunggal, dual atau plural


(monisme, dualisme, pluralisme )
Aspek kualitas (mutu, sifat) : bagaimana batasan, sifat, mutu dari
sesuatu (mekanisme, teleologisme, vitalisme dan organisme).
Manfaat pengalaman ontologis
Memberikan landasan bagi penyusunan asumsi, dasar-dasar
teoritis, dan membantu terciptanya komunikasi interdisipliner dan
multidisipliner.
Membantu pemetaan masalah, kenyataan, batas-batas ilmu dan
kemungkinan kombinasi antar ilmu. Misal masalah krisis moneter,
tidak dapat hanya ditangani oleh ilmu ekonomi saja.
Menyadarkan bahwa ada kenyataan lain yang tidak mampu
dijangkau oleh ilmu ekonomi, maka perlu bantuan ilmu lain seperti
politik, sosiologi

Pengalaman

epistemologis dapat memberikan


sumbangan bagi kita :
Sarana legitimasi bagi ilmu/menentukan
keabsahan disiplin ilmu tertentu
Memberi kerangka acuan metodologis
pengembangan ilmu
Mengembangkan ketrampilan proses
Mengembangkan daya kreatif dan inovatif.

Pengalaman aksiologis dapat memberikan dasar


dan arah pengembangan ilmu, mengembangkan
etos keilmuan seorang profesional dan ilmuwan
(Iriyanto Widisuseno, 2009). Landasan
pengembangan ilmu secara imperative mengacu
ketiga pilar filosofis keilmuan tersebut yang
bersifat integratif dan prerequisite

Pancasila berasal dari bahasa sansekerta. yaitu panca yang artinya


lima dan syila (vokal I pendek) yang artinya batu sendi, alas,
dasar, atau syiila (vokal I panjang) yang artinya peraturan
tingkah laku yang baik/penting. Kemudian kata-kata tersebut
diartikan sebagai Susila dalam bahasa Jawa
Pancasila merupakan ideologi nasional bangsa Indonesia
Pancasila sebagai ideologi negara tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 yang merupakan bagian dari UUD 1945

Setiap masyarakat tentu melandasi segala aspek


kehidupannya dengan dasar-dasar nilai Pancasila. Begitu pula dalam
upaya pengembangan IPTEK, Pancasila dijadikan sebagai kerangka
pikir dalam pelaksanaannya.

Konsep Pancasila Sebagai Dasar


Nilai Pengembangan Ilmu
Pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi


(iptek) dewasa ini mencapai kemajuan pesat
sehingga peradaban manusia mengalami perubahan
yang luar biasa. Pengembangan iptek perlu
mempertimbangkan nilai-nilai budaya dan agama
agar tidak merugikan umat manusia.

1.

2.

3.

iptek yang gayut dengan nilai budaya dan agama


sehingga pengembangan iptek harus senantiasa
didasarkan atas sikap human-religius.
iptek yang lepas sama sekali dari norma budaya
dan agama sehingga terjadi sekularisasi yang
berakibat pada kemajuan iptek tanpa dikawal dan
diwarnai nilai human-religius.
iptek yang menempatkan nilai agama dan budaya
sebagai mitra dialog di saat diperlukan, sehingg ada
sebagian ilmuwan yang beranggapan bahwa iptek
memang memiliki hukum tersendiri (faktor internal),
tetapi di pihak lain diperlukan faktor eksternal
(budaya, ideologi, dan agama) untuk bertukar
pikiran, meskipun tidak dalam arti saling bergantung
secara ketat.

Pengertian Pancasila sebagai dasar


nilai pengembangan ilmu

Setiap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang


dikembangkan di Indonesia haruslah tidak bertentangan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus
menyertakan nilai- nilai Pancasila sebagai faktor internal
pengembangan iptek itu sendiri.
Nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi
pengembangan iptek di Indonesia, artinya mampu
mengendalikan iptek agar tidak keluar dari cara berpikir dan
cara bertindak bangsa Indonesia.
Setiap pengembangan iptek harus berakar dari budaya dan
ideologi bangsa Indonesia sendiri atau yang lebih dikenal
dengan istilah indegenisasi ilmu (mempribumian ilmu)

Pentingnya pancasila sebagai


dasar pengembangan ilmu

ilmu pengetahuan dan teknologi di sekitar


kita ibarat pisau bermata dua, di satu sisi
iptek memberikan kemudahan untuk
memecahkan berbagai persoalan hidup dan
kehidupan yang dihadapi tetapi di pihak lain
dapat membunuh, bahkan memusnahkan
peradaban umat manusia.
Contohnya pada bom bali 1 dan 2 di bali,
yang mengakibatkan banyak trauma bagi
penduduk maupun wisatawan di bali, disisi
lain pembuatan bom, merupakan suatu
bentuk dari perkembangan iptek.

1.

Pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan


bangsa Indonesia dewasa ini seiring dengan
kemajuan iptek menimbulkan perubahan dalam
cara pandang manusia tentang kehidupan.

2.

Dampak negatif yang ditimbulkan kemajuan iptek


terhadap lingkungan hidup berada dalam titik nadir
yang membahayakan eksistensi hidup manusia di
masa yang akan datang.

3.

Perkembangan iptek yang didominasi negaranegara barat, dengan politik global ikut
mengancam nilai-nilai khas dalam kehidupan
bangsa Indonesia, seperti spiritualitas, gotong
royong, solidaritas, musyawarah, dan cita rasa
keadilan

Alasan Pancasila diperlukan sebagai Dasar Nilai


Pengembangan Ilmu
kerusakan

lingkungan yang ditimbulkan oleh iptek, baik


dengan dalih percepatan pembangunan daerah tertinggal
maupun upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat perlu
mendapat perhatian yang serius
penjabaran sila-sila Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan
iptek dapat menjadi sarana untuk mengontrol dan mengendalikan
kemajuan iptek yang berpengaruh pada cara berpikir dan
bertindak masyarakat yang cenderung pragmatis
nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi simbol kehidupan di
berbagai daerah mulai digantikan dengan gaya hidup global

Sumber

historis Pancasila sebagai dasar


nilai pengembangan ilmu di Indonesia
dapat ditelusuri pada awalnya
dalam dokumen negara, yaitu
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
Alinea keempat Pembukaan UUD 1945
yaitu pada kata mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan,

Sumber

historis yang lain di kemukakan oleh


beberapa tokoh, diantaranya yaitu Prof.
Notonagoro, anggota senat Universitas
Gadjah Mada sebagaimana dikutip oleh Prof.
Koesnadi Hardjasoemantri dalam sambutan
seminar tersebut.

menyatakan bahwa Pancasila merupakan


pegangan dan pedoman dalam usaha ilmu
pengetahuan untuk dipergunakan sebagai asas dan
pendirian hidup, sebagai suatu pangkal sudut
pandangan dari subjek ilmu pengetahuan dan juga
menjadi objek ilmu pengetahuan atau hal yang
diselidiki (Koesnadi, 1987: xii).

Terdapat

pada sikap masyarakat yang


sangat memperhatikan dimensi ketuhanan
dan kemanusiaan sehingga manakala iptek
tidak sejalan dengan nilai ketuhanan dan
kemanusiaan, maka akan dilakukan penolakan.
Hal ini membuktikan bahwa masyarakat peka
terhadap isu-isu ketuhanan dan kemanusiaan,
saat terjadi perkembangan iptek.

Dokumen pada masa Orde Lama yang meletakkan


Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan atau
orientasi ilmu antara lain :
1.
2.
3.

4.

Pidato Soekarno ketika menerima gelar Doctor Honoris


Causa di UGM pada 19 September 1951.
Pidato Soekarno pada Akademi Pembangunan Nasional di
Yogyakarta, 18 Maret 1962.
Soeharto menyinggung masalah Pancasila sebagai dasar
nilai pengembangan ilmu ketika memberikan sambutan pada
Kongres Pengetahuan Nasional IV, 18 September 1986 di
Jakarta.
Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutan pada acara
silaturrahim dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
(AIPI) dan masyarakat ilmiah, 20 Januari 2010 di Serpong

Tantangan

Pancasila sebagai Dasar


Pengembangan Ilmu
1.
2.

3.

4.

Kapitalisme yang sebagai menguasai


perekonomian dunia, termasuk Indonesia.
Globalisasi yang menyebabkan lemahnya daya
saing bangsa Indonesia dalam pengembangan
iptek sehingga Indonesia lebih berkedudukan
sebagai konsumen daripada produsen.
Konsumerisme menyebabkan negara Indonesia
menjadi pasar bagi produk teknologi negara lain
yang lebih maju ipteknya.
Pragmatisme yang berorientasi pada tiga ciri,
yaitu; workability (keberhasilan), satisfaction
(kepuasan), dan result (hasil) (Titus, dkk., 1984)
mewarnani perilaku kehidupan sebagian besar
masyarakat Indonesia.

Esensi
Hakikat

Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan


iptek sesuai dengan sila sila pancasila,seperti yang
dikemukakan oleh Prof. Wahyudi Sediawan yaitu :
1.

2.

Sila pertama, memberikan kesadaran bahwa manusia


hidup di dunia ibarat sedang menempuh ujian dan
hasil ujian akan menentukan kehidupannya yang
abadi di akhirat nanti.
Sila kedua, memberikan arahan, baik bersifat
universal maupun khas terhadap ilmuwan dan ahli
teknik di Indonesia. Asas kemanusiaan atau
humanisme menghendaki agar perlakuan terhadap
manusia harus sesuai dengan kodratnya sebagai
manusia

3.

4.

5.

Sila ketiga, memberikan arahan, baik bersifat


universal maupun khas terhadap ilmuwan dan
ahli teknik di Indonesia. Asas kemanusiaan
atau humanisme menghendaki agar perlakuan
terhadap manusia harus sesuai dengan
kodratnya sebagai manusia.
Sila keempat, pembentukan negara republik
Indonesia ini adalah oleh dan untuk semua
rakyat Indonesia. Setiap warga negara
mempunyai hak dan kewajiban yang sama
terhadap negara.
Sila kelima, memberikan arahan agar selalu
diusahakan tidak terjadinya jurang (gap)
kesejahteraan di antara bangsa Indonesia.

1.
2.

3.

Adanya keyakinan akan kebenaran nilai-nilai Pancasila dalam


diri setiap ilmuwan.
Adanya situasi yang kondusif secara kultural, yaitu harus
adanya semangat pantang menyerah untuk mencari kebenaran
ilmiah yang belum selesai, dan adanya kultur bahwa disiplin
merupakan suatu kebutuhan bukan sebagai beban atau
paksaan.
Adanya situasi yang kondusif secara struktural, bahwa
perguruan tinggi harus terbuka wacana akademisnya, kreatif,
inovatif, dan mengembangkan kerja sama dengan bidangbidang yang berbeda

Urgensi
1.

Perkembangan ilmu dan teknologi di Indonesia


dewasa ini tidak berakar pada nilai-nilai budaya
bangsa Indonesia sendiri sehingga ilmu pengetahuan
yang dikembangkan di Indonesia sepenuhnya
berorientasi pada Barat (Western oriented)

2.

Perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia


lebih berorientasi pada kebutuhan pasar sehingga
prodi-prodi yang laku keras di perguruan tinggi
Indonesia adalah prodi-prodi yang terserap oleh pasar
(dunia industri).

3.

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di


Indonesia belum melibatkan masyarakat luas
sehingga hanya menyejahterakan kelompok elite yang
mengembangkan ilmu (scientist oriented).

Buku

Bahan Belajar Mahasiswa, Pancasila.


Universitas Jember.

http://aditiaa.blogspot.co.id/2009/03/pancasila-

sebagai-dasar-pengembangan.html diakses pada 17


November 2015.
http://mettasetiani.blogspot.co.id/2013/03/pancas

ila-sebagai-paradigma_5047.html diakses pada 17


november 2015

Terima kasih
Oleh : Mochammad Al Aziz, Teknik Elektro

Anda mungkin juga menyukai