Anda di halaman 1dari 5

6 Sosok Dan Peran Tersembunyi Di Balik Proklamasi

Kemerdekaan

Soekarno membacakan naskah proklamasi di teras rumah


didampingi Mohammad Hatta. Naskah proklamasi hanya dicatat di
atas secarik kertas.
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan
Indonesia.
Hal-hal
jang
mengenai
pemindahan
kekoeasaan
d.l.l.,
diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang
sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17
boelan 8 tahoen 05
Atas nama
bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta
Dalam teks itu, tahun yang digunakan bukan tahun masehi 1945
melainkan penanggalan tahun Jepang 2605. Karena itu ditulis
tahun
05
saja.
Pernyataan itu tidak dipahatkan di atas perkamen dari emas.
Kalimat-kalimat itu hanya digoreskan pada secarik kertas.
Seseorang memberikan buku catatan bergaris-garis biru seperti
yang dipakai pada buku tulis anak sekolah. Aku menyobeknya
selembar dan dengan tanganku sendiri menuliskan kata-kata
proklamasi di atas garis-garis biru itu, aku Soekarno dalam buku
biografi yang ditulis Cindy Adams.

Soekarno
sempat
tidak
percaya
akhirnya
Indonesia
memproklamirkan kemerdekaannya. Acara yang digelar sangat
sederhana ini jauh dari angan-angan Soekarno soal proklamasi
kemerdekaan yang lama telah diimpikannya. Tidak seperti yang
kuangankan. Tidak ada terompet yang ditiup. Tidak ada paduan
suara merdu dari para bidadari. Tidak ada upacara keagamaan
yang khusyuk. Tidak ada pelayan istana yang berpakaian indah.
Acara ini juga tidak diliput besar-besaran oleh wartawan dan juru
foto, kenang Soekarno.
Namun, di luar Soekarno dan Hatta, ada beberapa nama
tersembunyi di balik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Siapa
saja mereka?
1. Frans Mendur dan Alex Mendur
Dua saudara Frans dan Alex Mendur adalah satu-satunya juru foto
yang memotret peristiwa bersejarah proklamasi tanggal 17
Agustus
1945.
Usai proklamasi, tentara Jepang menangkap Alex Mendur, dan
merampas kamera miliknya. Tapi beruntung Frans Mendur bisa
lolos. Frans mengubur negatif film miliknya di bawah pohon. Pada
tentara Jepang, Frans mengaku negatif fotonya sudah dirampas
Barisan Pelopor. Saat itu Frans hanya memotret tiga kali, Soeharto
yang membaca naskah proklamasi, dan dua foto pengibaran
bendera. Saat itu plat foto Frans memang hanya tersisa tiga
jepret.
Butuh perjuangan pula untuk mencetak karya foto itu dan
menyebarkannya ke seluruh dunia. Tanpa usaha keduanya,
proklamasi hanya akan berisi rangkaian kata tanpa bukti otentik
berupa foto.
2. Surastri Karma Trimurti

SK Trimurti adalah wartawan dan tokoh pergerakan wanita yang


ikut hadir saat proklamasi kemerdekaan. Bahkan dialah yang
pertama kali didaulat massa untuk mengibarkan bendera merah
putih. Namun SK Trimurti menolak. Menurutnya lebih pantas jika
seorang tentara yang mengibarkan bendera merah putih itu.
Akhirnya seorang perwira PETA bernama Latief Hendraningrat
terpilih untuk menaikkan bendera. SK Trimurti juga merupakan
istri dari Sayuti Melik, pria yang berjasa mengetik teks proklamasi.

2. Abdul Latief Hendraningrat

Latief Hendraningrat tentara PETA berpangkat shodanco


mengerek bendera merah putih untuk pertama kalinya
setelah proklamasi. Saat itu Latief berpakaian Perwira PETA
dan menyandang samurai. Tak ada yang memerintahkan
Latief, dia hanya mengambil inisiatif setelah SK Trimurti
merasa tidak pantas mengerek bendera.
Dengan tangkas Latief menaikkan bendera merah putih
buatan istri Soekarno, Fatmawati. Bendera yang dijahit dari
seperai berwarna putih dan kain tenda tukang soto berwarna
merah itu menjadi bendera pusaka. Berkibar di atas tiang
bendera
dari
bambu
yang
dibuat
tergesa-gesa.
Saat menaikkan bendera, Latief dibantu oleh Suhud, seorang
anggota barisan pelopor.

4. Suhud Sastro Kusumo

Suhud ketika itu masih sangat muda. Sebagai anggota


Barisan Pelopor, dia ikut hadir di Jl Pegangsaan Timur nomor
56 tanggal 17 Agustus 1945. Kala itu dia membantu Latief
yang mengerek bendera.
Suhud mengambil bendera dan memasangnya di tiang
bambu yang telah dipersiapkannya. Dalam foto karya Frans
Mendur, Suhud
berdiri membelakangi kamera. Dia
mengenakan celana pendek. Belakangan seorang pria
bernama Ilyas Karim mengaku dialah orang bercelana pendek
itu. Namun sejumlah pakar sejarah menilai klaim Ilyas Karim
tidak kuat. Apalagi tidak ada saksi mata yang melihat Ilyas
Karim kala itu.
5. Muwardi

Muwardi adalah seorang dokter Kepala Barisan Pelopor Jawa.


Dia membentuk Barisan Pelopor Indonesia yang bertugas

menjaga keselamatan Soekarno dan Hatta. Saat proklamasi,


Muwardi membacakan teks pembukaan Undang-undang
Dasar
1945
yang disusun
oleh
Panitia Persiapan
Kemerdekaan
Indonesia
(PPKI).
Setelah
Muwardi
membacakan pembukaan UUD 1945, baru Soekarno
menyampaikan pidato dan membacakan naskah proklamasi.
Namun peristiwa pembacaan pembukaan UUD 1945 ini tidak
banyak dipublikasikan. Begitu juga dengan pidato wakil
Walikota Jakarta Soewirjo saat proklamasi.
6. Sayuti Melik

Semua sudah mengenal Sayuti Melik sebagai orang yang


mengetik naskah teks proklamasi. Tapi peran Sayuti tak cuma
mengetik saja. Bersama para pemuda dari Asrama Menteng
31, dia berusaha menyebarkan berita soal kemerdekaan
Indonesia. Banyak aksi nekat dari para pemuda, terutama
wartawan, penulis atau penyiar berita yang akhirnya
membuat berita soal proklamasi Indonesia bisa diketahui
seluruh
dunia.
Aksi nekat para pemuda ini sangat berisiko karena jika
ketahuan Jepang, mereka akan langsung dihukum mati.

Anda mungkin juga menyukai