Anda di halaman 1dari 14

Mengelola kondisi suhu lingkungan internal merupakan tantangan besar

tubuh hewan. Hewan berhadapan dengan fluktuasi suhu lingkungan.


Pengelolaan itu dengan tujuan untuk tetap berada pada keadaan yang
mendukung kelangsungan hidup makhluk hidup, tak terkecuali dengan
manusia. Keseimbangan suhu tubuh manusia diatur oleh mekanisme
fisiologis dan perilaku. Hubungan antara produksi dan pengeluaran panas
diatur melalui mekanisme neurologis dan kardiovaskular. Temoregulasi
(thermoregulation) adalah proses penjagaan suhu internal hewan dalam
kisaran yang dapat ditoleransi. Termoregulasi sangat penting karena
sebagian besar proses kimiawi dan fisiologis sangat sensitif terhadap
perubahan suhu. (Champbel 2008). Dalam mencapai homeostasis, hewan
mempertahankan kondisi lingkungan internalnya dalam keadaan relatif
konstan bahkan ketika lingkungan eksternalnya berubah secara signifikan.

Seperti kebanyakan hewan, manusia juga menunjukkan homeostasis untuk


menjaga sejumlah kondisi fisik dan kimia. Tubuh manusia tetap
mempertahankan suhu tubuh relatif konstansekitar 37oC, pH darah dalam
kisaran 0,1 dari pH 7,4. Tubuh manusia juga meregulasi kosentrasi zat
terlarut, seperti glukosa dalam darah, sehingga tidak berfluktuasi lama dari
sekitar 90 mg glukosa per 100 mL darah. Homeostasis pada hewan sangat
tergantung pada umpan balik negatif (negative feedback), yaitu reason
mengurangi atau menghambat rangsangan. Seperti pada manusia saat
berolah raga, tubuh akan menghasilkan panas yang meningkatkan suhu
tubuh. Sistem saraf dalam tubuh akan mendeteksi peningkatan suhu dan
memicu pembentukan keringat. Pada saat berkeringat, evaporasi dari kulit
akan menurunkan suhu tubuh tetap pada suhu semula. Untuk
mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan
regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan
balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di
hipotalamus.

Mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari


organ-organ tubuh yang saling berhubungan. didalam pengaturan suhu tubuh
mamalia terdapat dua jenis sensor pengatur suhu, yautu sensor panas dan
sensor dingin yang berbeda tempat pada jaringan sekeliling (penerima di
luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh. Dari kedua jenis sensor
ini, isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan
kemudian dikirim ke syaraf motorik yang mengatur pengeluaran panas dan
produksi panas untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru dan seluruh tubuh.
Setelah itu terjadi umpan balik, dimana isyarat, diterima kembali oleh sensor
panas dan sensor dingin melalui peredaran darah.

Setiap spesies hewan memiliki kisaran suhu optimal, dan untuk


mempertahankan tersebut diperlukan termoregulasi. Dengan termoregulasi
sel-sel dapat berfungsi secara efektif meskipun suhu eksternal fluktuatif.

Klasifikasi dalam pengaturan suhu

Suhu tubuh hewan yang aktif hidup antara kisaran suhu yang sempit dimulai
dari beberapa derajat dibawah titik beku air murni (0oC) sampai dengan suhu
50oC. Hewan dapat bertahan hidup atau pada suhu yang lebih ekstrim
namun untuk hidup secara normal hewan memilih kisaran suhu yang lebih
sempit dari kisaran suhu tersebut yang secara ideal dan disukai agar proses
fisiologi optimal.

Berdasarkan perubahan temperatur tubuh hewan dapat diklasifikasikan


menjadi dua yaitu:

1. Hewan Ektotermi

Hewan ektotermi merupakan hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah


seiring dengan berubahnya suhu lingkungan. Hewan ini memperoleh
sebagian besar panasnya dari sumber-sumber eksternal, contoh; amfibia,
kadal, ular, ikan dan lainnya.

2. Hewan Endotermi

Hewan endotermi merupakan hewan yang suhu tubuhnya selalu konstan


sekalipun suhu lingkungannya sangat berubah. Hewan ini tubuhnya

dihangatkan oleh panas yang dihasilkan dari metabolisme, sehingga hewan


ini akan tetap mempertahankan suhu tubuhnya dalam keadaan yang stabil
meskipun suhu dilingkungan fluktuatif, contoh; burung mamalia dan lainya.

Pada lingkungan yang dingin, endoterm menghasilkan panas yang cukup


untuk mempertahankan suhu tubuh yang pada dasarnya lebih hangat dari
suhu sekitarnya. Dalam lingkungan yang panas, hewan endoterm memiliki
mekanisme untuk menyejukkan tubuh, sehingga mampu bertahan dalam
panas yang berlebih. Hewan yang ektoderm memperoleh sumber panas dari
lingkungannya, sehingga lebih sedikit mengonsumsi makanan dibandingkan
dengan hewan endoterm dengan ukuran tubuh setara, hal ini mengutungkan
dalam keadaan sumber makanan yang terbatas. Ektoderm toleran terhadap
perubahan suhu yang fluktuatif.

Aspek Fisika Pertukaran Suhu Anatar Tubuh Dengan Lingkungan

Hewan mempunyai kemampuan untuk memanipulasi pertukaran suhu sesuai


kebutuhan dengan mengatur suhu tubuhnya melalui penambahan atau
menguragi kehilangan atau perolehan panas ke lingkungan melalui konduksi,
konveksi, radiasi, dan evaporasi.

Konduksi

Konduksi panas merupakan perpindahan panas anatara dua bagian secara


kontak fisik langsung diantara keduanya. Laju pergerakan panas ditentukan
ditentukan oleh beberapa faktor yaitu wilayah terjadinya pergerakan panas,
perbedaan suhu awal antara kedua wilayah, konduktivitas panas pada
wilayah tersebut. Konduksi panas dari tubuh dengan dengan benda padat
seperti kursi atau tempat tidur hanya berkisar 3 persen. Kehilangan panas
tubuh ke udara dengan konduksi dapat mencapai 15 persen.

Gambar 1. Mekanisme pertukaran panas antara tubuh manusia dengan

lingkungannya yang mencakup, radiasi, konduksi, konvensi dan evaporasi.

Panas merupakan energi kinetik dari molekul yang bergerak, dan molekulmolekul kulit terus bergerak (getaran). Sebagian besar energi gerak tersebut
dilepaskan ke udara jikia udara dilingkungan lebih dingin atau rendah. Akibat
dari pelepasan energi ini pergerakan molekul udara semakin cepat dan
semakin banyak energi yang dilepaskan. Pada saaat suhu udara dilingkungan
sama dengan suhu kulit, tidak ada lagi perpindahan panas dari kulit ke udara
sekitar karena udara dan tubuh memiliki suhu yang sama.

Konveksi

Konveksi adalah perpindahan panas melalui pergerakan zat cair atau gas.
Makhluk hidup mengalami pemindahan panas dari tubuh dengan arus udara
konveksi yang biasa disebut kehilangan panas secara konveksi. Panas
berpindah dari kulit ke udara dan kemudian terbawa oleh arus udara
konveksi. Orang yang duduk telanjang di kamar yang nyaman tanpa gerakan
udara kotor, sekitar 15 persen dari total kehilangan panas tubuhnya terjadi
dengan konduksi ke udara dan kemudian dengan konveksi udara dari badan.
Ketika tubuh terkena angin, lapisan udara yang berdekatan dengan kulit
digantikan oleh udara baru, pergerakannya jauh lebih cepat dari biasanya,
dan kehilangan (pelepasan) panas secara konveksi meningkat. Efek
pendinginan dari angin sekitar dengan kecepatan rendah sebanding dengan
akar kuadrat dari kecepatan angin.

Radiasi

Radiasi adalah perpindahan panas tanpa adanya kontak langsung antara


sumber panas dengan daerah penerima. Pada orang yang duduk telanjang di
dalam ruangan pada suhu kamar normal, dia akan kehilangan sekitar 60
persen dari total kehilangan panas dengan cara radiasi. Kehilangan panas
melalui radiasi berarti kehilangan panas dalam bentuk sinar inframerah, jenis
gelombang elektromagnetik. Kebanyakan panas sinar inframerah yang
memancar dari tubuh memiliki panjang gelombang dari 5 hingga 20
mikrometer, 10 sampai 30 kali panjang gelombang sinar cahaya. Semua
benda yang tidak pada suhu nol mutlak memancarkan sinar tersebut. Tubuh
manusia memancarkan sinar panas ke segala arah dan sinar panas juga
terpancar dari dinding kamar dan benda-benda lain ke arah tubuh. Jika suhu
tubuh lebih tinggi dari suhu lingkungan, maka kuantitas yang panas yang
terpancarakan dari dalam tubuh lebih tinggi dibandingkan panas yang
dipancarkan tubuh lingkungan.

Evaporasi

Ketika air menguap dari permukaan tubuh, dan untuk menguapkan air satu
gram dibutuhkan 0,85 kalori energi panas. Ketika seseorang tidak sedang
berkeringat, tanpa kita sadari air masih menguap dari kulit dan paru-paru
berkisar antara 600 sampai 700ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan
panas terus menerus dengan kecepatan 16 sampai 19 kalori per jam.
Penguapan yang melalui kulit dan paru-paru ini tidak dapat dikendalikan
untuk tujuan pengaturan suhu, karena terjadinya difusi terus-menerus
molekul air melalui kulit dan permukaan pernapasan.

Selama suhu kulit lebih tinggi dari suhu lingkungan, panas dapat hilang oleh
radiasi dan konduksi. Tapi ketika suhu lingkungan menjadi lebih tinggi dari
suhu kulit, tubuh akan mendapatkan panas melalui radiasi dan konduksi dari
lingkungan. Dalam kondisi seperti ini, satu-satunya mekanisme yang dapat
dilakukan tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh akibat masuknya panas
dari lingkungan adalah melalui penguapan.

Proses-proses Homeostasis dalam termoregulasi

a)

Menyeimbangkan perolehan dan kehilangan panas

Termoregulasi bergantung pada kemampuan makhluk hidup untuk


mengontrol pertukaran gas dengan lingkungannya. Setiap makhluk hidup,
melakukan pertukaran panas dengan lingkungannya melalui empat proses
yaitu, konduksi, konvenksi, radiasi dan evaporasi (penguapan).

Esensi termoregulasi adalah mempertahankan laju perolehan panas dengan


laju kehilangan panas tetap dalam keadaan yang seimbang. Pada mamalia,
mekanisme pertukaran panas salah satunya melibatkan sistem integument,
yaitu lapisan tubuh paling luar yang terdiri atas kulit, rambut dan kuku.
Lapisan kulit terdiri atas:

lapisan epidermis, yaitu lapisan terluar, lapisan utamanya adalah sel-sel


epitel mati yang terus menerus terkelupas. Lapisan sel epitel mati ini selalu
di dorong keatas oleh lapisan sel-sel dibawahnya untuk menggantikan sel-sel
yang terkelupas.
Lapisan dermis yaitu lapisan dalam, mengandung folikel rambut, kelenjar
minyak dan keringat, otot, saraf dan pembuluh darah.

Gambar 2. struktur lapisan kulit manusia. kulit dan derivate-derivatnya


menjalankan fungsi-fungsi yang penting, termasuk adalah termoregulasi.

b)

Berkeringat dan regulasi sistem saraf otonom

Pada manusia rangsangan pada area hipotalamus-preoptic anterior di otak,


baik oleh elektrik ataupun panas yang berlebih akan menyebabkan tubuh
berkeringat. Impuls saraf dari daerah ini yang menyebabkan berkeringat,
ditransmisikan melalui jalur otonom ke sumsum tulang belakang dan
kemudian melalui aliran simpatis menuju kulit di seluruh permukaan tubuh.
Kelenjar keringat dipersarafi oleh serabut saraf kolinergik (serat yang
mengeluarkan asetilkolin tetapi berjalan di saraf simpatik bersama dengan
serat adrenergik). Kelenjar ini juga dapat dirangsang sampai batas tertentu
oleh epinefrin atau norepinefrin yang beredar bercampur dalam darah,
meskipun kelenjar itu sendiri tidak memiliki persarafan adrenergik. Hal ini
penting saat berolahraga, ketika hormon ini disekresikan oleh medulla
adrenal dan dibutuhkan tubuh untuk menurunkan panas berlebihan yang
dihasilkan oleh otot-otot yang aktif.

Kelenjar keringat merupakan struktur tubular yang terdiri dari dua bagian: (1)
sub dermal melingkar bagian dalam yang mengeluarkan keringat, dan (2)
bagian saluran yang menuju keluar melalui dermis dan epidermis kulit.
Kelenjar keringat akan mengeluarkan cairan yang disebut sekresi primer atau
sekresi prekursor; konsentrasi cairan ini kemudian dimodifikasi sebagai fluida
dan mengalir melalui saluran.

Gambar 3. kelenjar keringat yang dipersyarafi oleh saraf simpatis yang


mensekresikan asetilkolin. Sekresi protein bebas primer terbentuk oleh
bagian kelenjar, tetapi sebagian besar elektrolit diserap di saluran, sehingga
cairan yang disekresikan encer.

Ketika kelenjar keringat memperoleh rangsangan yang sedikit, cairan


prekursor melewati saluran juga sedikit dengan konsentrasi yang perlahanlahan. Dalam hal ini, pada dasarnya semua ion natrium dan klorida diserap,
dan konsentrasi masing-masing sangat rendah mencapai 5mEq/L. Hal ini
akan mengurangi tekanan osmotik cairan keringat sampai ke level yang
rendah, dimana sebagian besar air juga diserap. Oleh karena itu, pada saaat
keringat yang dikeluarkan sedikit, unsur-unsur seperti urea, asam laktat, dan
ion kalium biasanya sangat terkonsentrasi (pekat). Sebaliknya, ketika kelenjar
keringat dirangsang dengan kuat oleh sistem saraf simpatik, sejumlah besar
sekresi prekursor terbentuk, dan saluran hanya dapat menyerap sedikit
natrium klorida, konsentrasi natrium dan ion klorida berkisar antara 50
sampai 60mEq/L, sedikit dibawah konsentrasi cairan plasma tubuh. Selain itu,

keringat mengalir melalui tubulus kelenjar begitu cepat sehingga sedikit air
yang diserap. Oleh karena itu, konstituen terlarut lainnya dari keringat hanya
cukup meningkat seperti konsentrasi urea sekitar dua kali lipat dalam
plasma, asam laktat sekitar 4 kali, dan kalium sekitar 1,2 kali.

c)
Peran Aldosterone dalam Aklimatisasi (Penyesuaian diri) pada
Mekanisme Berkeringat

Meskipun normal, orang yang tidak bisa menyesuaikan diri jarang


menghasilkan lebih dari 1 liter keringat per jam, tetapi ketika orang tersebut
terkena cuaca panas selama 1 sampai 6 minggu, ia akan berkeringat lebih
deras dan produksi keringat mencapai 2 sampai 3L/jam. Penguapan keringat
yang banyak dapat menghilangkan panas dari tubuh lebih dari 10 kali tingkat
normal basal produksi panas. Hal ini meningkatkan efektivitas mekanisme
berkeringat yang disebabkan oleh perubahan dalam sel-sel kelenjar keringat
internal untuk meningkatkan kemampuan berkeringat.

Aklimatisasi juga dapat mengakibatkan penurunan konsentrasi natrium


klorida dalam keringat, yang memungkinkan pengembalian garam dalam
tubuh semakin lebih baik. Hal ini terjadi tidak lepas dari peningkatan sekresi
aldosteron oleh kelenjar adrenocortical, yang mengakibatkan terjadinya
penurunan konsentrasi natrium klorida dalam cairan ekstraseluler dan
plasma.

Peran Hipotalamus dalam Termoregulasi

Regulasi suhu tubuh manusia dan mamalia dipengaruhi oleh sebuah sistem
yang kompleks yang berdasarkan pada umpan balik. Sensor-sensor dalam
termoregulasi terkonsentrasi di wilayah otak tepatnya pada hipotalamus.
Hipotalamus mengandung sekelompok sel-sel saraf yang berfungsi sebagai
thermostat, merespon suhu tubuh diluar kisaran normal dengan mengaktivasi
mekanisme-mekanisme yang mendorong pelepasan atau perolehan panas.
Reseptor-reseptor panas memberi sinyal pada thermostat hipotalamus ketika
suhu meningkat, dan pada suhu yang dingin reseptor-reseptor akan

memberikan sinyal. Pada saat suhu tubuh dikisaran normal, thermostat akan
menghambat mekanisme kehilangan panas dan mengaktivasi penghematan
panas dengan menyempitkan pembuluh darah, penegakan bulu rambut dan
merangsang mekanisme-mekanisme penghasil panas. Sebagai respon
terhadap suhu tubuh yang meningkat, thermostat mematikan mekanisme
retensi panas dan mendorong pendinginan tubuh melalui vasolidasi,
berkeringat atau terengah-engah.

Pada daerah preoptik hipotalamus anterior telah ditemukan mengandung


sejumlah besar neuron peka panas serta sekitar sepertiga merupakan neuron
yang peka terhadap dingin. Neuron ini diyakini berfungsi sebagai sensor suhu
dalam mengontrol suhu tubuh. Neuron sensitif panas meningkatkan laju
pembakaran 2 sampai 10 kali lipat dalam menanggapi kenaikan 10C suhu
tubuh. Sebaliknya, neuron sensitif dingin akan meningkatkan laju
pembakaran ketika suhu tubuh turun. Ketika daerah preoptic terkena panas,
saluran pada kulit di seluruh tubuh terbuka, dan segera keringat keluar
banyak, diikuti dengan pelebaran pembuluh darah kulit di seluruh tubuh. Ini
merupakan reaksi langsung yang menyebabkan tubuh kehilangan panas,
sehingga membantu untuk mengembalikan suhu tubuh ke arah tingkat
normal. Selain itu, setiap produksi panas dalam tubuh yang berlebih akan
terhambat. Oleh karena itu, jelaslah bahwa daerah preoptic hipotalamus
berperan sebagai pusat kontrol suhu tubuh secara termostatik.

Deteksi Suhu oleh Reseptor Kulit dan Organ Dalam Tubuh.

Meskipun sinyal yang dihasilkan oleh reseptor suhu hipotalamus sangat kuat
dalam mengendalikan suhu tubuh, reseptor di bagian lain dari tubuh
memainkan peran tambahan dalam pengaturan suhu. Hal ini terutama
berlaku dari reseptor suhu di kulit dan dalam beberapa jaringan dalam tubuh
tertentu. Pada daerah kulit terdapat reseptor dingin dan panas. Pada kulit
reseptor dingin mencapai 10 kali lebih banyak daripada reseptor panas. Oleh
karena itu, deteksi suhu luar terutama menyangkut mendeteksi keadaan
sejuk dan dingin lebih peka daripada suhu hangat.

Gambar 4. Fungsi termostatik hipotalamus pada termoregulasi manusia.

Ketika kulit seluruh tubuh dingin, efek refleks langsung dipanggil dan mulai

meningkatkan suhu tubuh dalam beberapa cara: (1) dengan memberikan


stimulus yang kuat untuk menyebabkan menggigil, dengan meningkatkan
jumlah panas tubuh yang produksi, (2) dengan menghambat proses
berkeringat, dan (3) dengan mempromosikan vasokonstriksi kulit untuk
mengurangi hilangnya panas tubuh dari kulit. Reseptor suhu tubuh juga
terdapat pada sumsum tulang belakang, di visera abdomen, dan dalam atau
di sekitar pembuluh darah besar di perut bagian atas dan dada. Reseptor
dalam berbeda fungsinya dari reseptor kulit karena reseptor dalam terkena
suhu inti tubuh sedangkan reseptor kulit (luar) terkena pengaruh suhu
permukaan tubuh. Namun, sama halnya seperti reseptor suhu kulit, reseptor
dalam juga lebih mendeteksi suhu dingin daripada suhu hangat. Hal ini
mungkinan karena, baik kulit dan reseptor tubuh dalam lebih peka dalam
mencegah hipotermia atau mencegah suhu tubuh rendah.

Posterior Hipotalamus Mengintegrasikan Sinyal Sensori Pusat dan Suhu


Peripheral

Meskipun banyak sinyal sensorik suhu muncul dalam reseptor perifer, sinyalsinyal ini berkontribusi untuk mengontrol suhu tubuh terutama melalui
hipotalamus. Suhu sinyal sensorik dari daerah hipotalamus anterior-preoptic
juga ditransmisikan ke daerah hipotalamus posterior. Di sini sinyal dari
daerah preoptic dan sinyal dari tempat lain di dalam tubuh digabungkan dan
diintegrasikan untuk mengontrol memproduksi panas dan menurunkan reaksi
tubuh.

Mekanisme Safat Efektor dalam Menurunkan atau Meningkatkan Suhu


Tubuh

Ketika hipotalamus mendeteksi bahwa suhu tubuh terlalu tinggi atau terlalu
rendah, maka hipotalamus akan memerintahkan mekanisme penurunan atau
pen suhu ingkatan suhu. Sistem pengotrolan suhu menggunakan tiga
mekanisme penting untuk mengurangi panas tubuh, ketika suhu tubuh terlalu
tinggi yaitu:

Vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah kulit . Di hampir semua area


tubuh, pembuluh darah kulit menjadi sangat melebar. Hal ini disebabkan oleh
dihambatnya fungsi pusat simpatis di hipotalamus posterior yang

menyebabkan vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah). Pada saat


vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) maksimal dapat meningkatkan laju
perpindahan panas ke kulit sebanyak delapan kali lipat.
Berkeringat . Pengaruh suhu tubuh yang meningkat akan mengakibatkan
keluarnya keringat, sehingga tubuh juga akan kehilangan panas akibat
penguapan keringat ketika suhu inti tubuh naik di atas tingkat kritis 37 C
( 98.6 F ). Peningkatan 1C suhu tubuh akan menyebabkan cukup banyak
keringat yang dapat menghilangkan 10 kali produksi panas tubuh pada
tingkat basal.
Penurunan prosuksi panas . Menghambat mekanisme yang mengakibatkan
produksi panas berlebih, seperti menggigil dan termogenesis kimia.

Gambar 5. Pengaruh suhu pada hipotalamus pada kehilangan panas secara


evaporasi dari tubuh dan produksi panas yang akibat aktivitas otot dan
menggigil. Angka ini menunjukkan tingkat suhu yang sangat kritis di mana
peningkatan kehilangan panas dimulai dan produksi panas mencapai tingkat
yang stabil minimum.

Ketika tubuh terlalu dingin , sistem kontrol suhu lembaga prosedur justru
sebaliknya, yaitu:

Penyempitan pembuluh darah kulit di seluruh tubuh. Hal ini disebabkan


oleh stimulasi dari pusat simpatis hipotalamus posterior.
Piloereksi . Piloereksi berarti rambut berdiri di akhir . Stimulasi simpatis
menyebabkan otot-otot pili arrector yang melekat ke folikel rambut menjadi
berkontraksi, yang mengakibatkan rambut menjadi tegak . Hal ini tidak
terlalu penting pada manusia , pada hewan pada saat rambut tegak
memungkinkan mereka untuk membentuk lapisan tebal isolator udara di
permukaan kulit, sehingga perpindahan panas ke lingkungan yang dapat
dikurangi.
Peningkatan thermogenesis ( produksi panas ). Produksi panas oleh sistem
metabolisme meningkat dengan menkondisikan dalam menggigil, eksitasi
simpatik produksi panas, dan sekresi tiroksin .

Hipotalamus Stimulasi Menggigil

Padabagian dorsomedial dari hipotalamus posterior dekat dinding ventrikel


ketiga terdapat sebuah daerah yang disebut pusat motor utama untuk
menggigil. Daerah ini biasanya dihambat oleh sinyal dari pusat panas di
daerah preoptic hipotalamus anterior, tetapi tereksitasi oleh sinyal dingin dari
kulit dan sumsum tulang belakang. Oleh karena itu, peningkatan mendadak
dalam produksi panas, pusat ini menjadi aktif ketika suhu tubuh turun.
kemudian mengirimkan sinyal yang menyebabkan menggigil melalui saluran
bilateral bawah batang otak, ke dalam kolom lateral sumsum tulang
belakang, dan akhirnya ke neuron motorik anterior. Sinyal ini adalah
nonrhythmical dan tidak menyebabkan otot yang sebenarnya gemetar.
Sebaliknya, mereka meningkatkan getaran otot rangka seluruh tubuh dengan
memfasilitasi aktivitas neuron motorik anterior. Ketika getaran meningkat di
atas tingkat kritis tertentu, menggigil dimulai. Ini mungkin hasil dari umpan
balik osilasi dari spindle otot mekanisme stretch refleks. Selama menggigil
maksimum , produksi panas tubuh dapat meningkat menjadi empat sampai
lima kali normal.

Simpatik Kimia Eksitasi pada Produksi Panas

Peningkatan baik stimulasi simpatis atau beredarnya norepinefrin dan


epinefrin dalam darah dapat menyebabkan peningkatan secara langsung laju
metabolisme sel. Efek ini disebut thermogenesis kimia. Hasilnya setidaknya
sebagian dari kemampuan norepinefrin dan epinefrin untuk melepaskan
fosforilasi oksidatif, yang berarti akan terjadi peningkatan bahan makanan
yang teroksidasi dan dengan demikian akan terjadi pelepasan energi dalam
bentuk panas tetapi tidak menyebabkanpembentukan adenosin trifosfat.

Tingkat thermogenesis kimia yang terjadi pada hewan hampir berbanding

lurus dengan jumlah lemak coklat yang tersedia pada jaringan hewan. lemak
coklat adalah jenis lemak yang mengandung sejumlah besar mitokondria
khusus di mana oksidasi terjadi, dimana sel-sel ini dipasok oleh persarafan
simpatis yang kuat. Aklimatisasi sangat mempengaruhi intensitas
thermogenesis kimia, beberapa hewan, seperti tikus yang telah terdapat
pada lingkungan yang dingin selama beberapa minggu akan terjadi
peningkatan produksi panas antara 100 sampai 500 persen. Meningkatkan
thermogenesis ini juga menyebabkan terjadinya peningkatan asupan
makanan.

Pada manusia dewasa, yang hampir tidak memiliki lemak coklat, sehingga
untuk thermogenesis kimia hanya dapat meningkatkan tingkat produksi
panas antara 10 sampai 15 persen. Namun, pada bayi yang memiliki
sejumlah kecil lemak coklat di ruang interskapula, thermogenesis kimia dapat
meningkatkan laju produksi panas 100 persen, yang mungkin merupakan
faktor penting dalam mempertahankan suhu tubuh normal pada neonatus.

Respon Perilaku dalam Pengendalian Panas

Baik makhluk hidup ektoterm maupun endoterm mengontrol suhu melalui


respon perilaku. Banyak hewan ektoterm yang mempertahankan suhu
tubuhnya dalam keadaan yang relatif konstan melalui perilaku-perilaku yang
relatif sederhana. Perilaku hewan yang ekstrim dalam mempertahankan suhu
tubuh dapat melalui cara hibernasi dan migrasi ke daerah iklim yang lebih
sesuai.

Amfibia dan reptile merupakan hewan ektoterm, melalukan pengontrolan


panas melalui perilaku hewan tersebut. Ketika amfibia terpapar udara,
dengan cepat tubuhnya akan kehilangan panas melalui evaporasi, sehingga
kulitnya tidak cukup hangat. Untuk mengatasi tersebut amfibia akan
berpindah ke daerah yang lebih panas, dan jika terlalu panas akan berpindah
ke daerah yang lebih dingin atau tempat teduh. Pada reptile dalam menjaga
suhu tubuh agar konstan sepanjang hari dengan cara bolak-balik diantara
tempat hangat dan sejuk.

Pada lebah madu mekanisme termoregulasi bergantung pada perilaku


soasial. Pada cuaca yang dingin, lebah madu akan meningkatkan prosuksi
panas dengan bergerombol, sehingga mempertahankan panas. Lebah madu
mengontrol suhu lebih konstan dengan mengatur kerapatan antara lebah
madu tersebut. Lebah yang berada dibagian luar akan berpindah kebagian
tengah yang lebih hangat, sehingga terjadi distribusi sirkulasi panas dengan
baik. Pada saat bergerombol juga, lebah madu membutuhkan banyak energi,
agar tetap hangat dalam periode dingin yang relatif lama. Peneydiaan energi
ini didapatkan dari penyimpanan bahan makanan dalam bentuk madu. Pada
cuaca yang panas, lebah madu mengontrol suhu sarangnya dengan
mentransport air kedalam sarang dan mengibaskan sayapnya, sehingga
mendorong terjadinya evaporasi dan konveksi.

Daftar Acuan

Campbell, N. A., dan J. B. Reece. 2008. Biologi Edisi ke 8 Jilid 1.


(diterjemahkan dari : Biology Eighth Edition, penerjemah : D.T. Wulandari).
Penerbit Erlangga. Jakarta.

Campbell, N. A., J. B. Reece, dan L. G. Mitchell. 2000. Biologi Edisi ke 5 Jilid


2. (diterjemahkan dari : Biology Fifth Edition, penerjemah : W. Manalu).
Penerbit Erlangga. Jakarta. 404 hal.

Darmadi Goenarso, dkk. 2005. Fisiologi Hewan. Penerbit Universitas


Terbuka. Jakarta

Ganong, W.F. 2010. Review of Medical Physiology. 23rd edition. New York:
The McGraw-Hill Companies.Inc

Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2006. Textbook of medical physiology,


ebook. Philadelphia,Pennsylvania 1: Elsevier Inc.

Anda mungkin juga menyukai