Anda di halaman 1dari 48

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
BAB III
KLASIFIKASI MASSA BATUAN

3.1.

Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari bab klasifikasi massa batuan, sebagai

berikut :
1. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi massa pada batuan.
2. Untuk mengetahui kegunaan pengklasifikasian massa batuan pada sistem
tambang bawah tanah.
3. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor untuk menentukan sistem
tambang bawah tanah dengan metode pembobotan.
4. Untuk mengetahui dan memahami dari perhitungan metode pembobotan pada
karakteristik massa batuan.
5. Untuk dapat mengaplikasikan hasil perhitungan metode pembobotan pada
terowongan tambang bawah tanah.

3.2.

Dasar Teori
Klasifikasi massa batuan menguntungkan pada tahap studi kelayakan dan

desain awal dimana sangat sedikit informasi yang tersedia mengenai massa batuan,
tegangan, dan hidrogeologi. Secara sederhana, klasifikasi massa batuan digunakan
sebagai sebuah check-list untuk meyakinkan bahwa semua informasi penting telah
dipertimbangkan.
Klasifikasi yang paling banyak digunakan untuk awal kegiatan di bidang
geomekanika adalah klasifikasi RQD dari Deere (1964). Untuk penilaian kualitas
padamassa batuan paling banyak digunakan adalah RMR dari Bieniawski (1989)
dan QSystem yang diusulkan oleh Barton, Lien dan Lunde (1974). Klasifikasi
massa batuan untuk aplikasi khusus lubang bawah tanah adalah klasifikasi Stand
Up Time dari Lauffer (1958), Mining Rock Mass Rating (MRMR) oleh Laubscher
1990. Penggunaan klasifikasi massa batuan untuk kepentingan geoteknik
kemantapan lereng merujuk kepada Romana (1985) yang memodifikasi RMR
menjadi Slope Mass Rating (SMR).
Dengan menggunakan klasifikasi massa batuan akan diperoleh paling tidak
tiga keuntungan bagi perancangan kemantapan lereng yaitu :

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-1

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
1. Meningkatkan kualitas hasil penyelidikan lapangan dengan data masukan
minimum sebagai parameter klasifikasi massa batuan.
2. Memberikan informasi atau data kuantitatif untuk tujuan rancangan penyanggaan
atau metode penggalian.
3. Penilaian rekayasa dapat lebih baik dan komunikasi lebih efektif pada suatu
proyek.
3.2.1. Rock Mass Rating (RMR)
Rock Mass Rating (RMR) atau juga dikenal dengan Geomechanichs
Classification dikembangkan oleh Bieniawski pada tahun 1972-1973. Metode rating
dipergunakan pada klasifikasi ini. Besaran rating tersebut didasarkan pada
pengalaman Bieniawski dalam mengerjakan proyek-proyek terowongan dangkal.
Metode ini telah dikenal luas dan banyak diaplikasikan pada keadaan dan lokasi
yang berbeda-beda seperti tambang pada batuan kuat, terowongan, tambang
batubara, kestabilan lereng, dan kestabilan pondasi. Metode ini dikembangkan
selama bertahun-tahun seiring dengan berkembangnya studi kasus yang tersedia
dan disesuaikan dengan standar dan prosedur yang berlaku secara internasional.
Pada penelitian ini, klasifikasi massa batuan yang digunakan adalah klasifikasi
massa batuan versi tahun 1989 (Bieniawski, 1989).
Metode klasifikasi RMR merupakan metode yang sederhana dalam
penggunaannya dan parameter yang digunakan dalam klasifikasi massa batuan
menggunakan sistem RMR basic, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.

Kuat Tekan Batuan Utuh (Strength of Intact Rock Materials)


Rock Quality Designation (RQD)
Jarak antar (spasi) kekar (Spacing of Discontinuities)
Kondisi Kekar (Condition of Discontinuities)
Kondisi Air Tanah (Groundwater Conditions)
Tujuan dari sistem RMR adalah untuk mengklasifikasikan kualitas massa

batuan dengan menggunakan data permukaan, dalam rangka untuk memandu


metode penggalian dan juga untuk memberikan rekomendasi pertambangan
mendukung serta rentang yang tidak didukung dan stand-up time. Dari kelima
parameter basic RMR di atas, ada parameter tambahan yang disebut dengan
orientasi

kekar

(orientation

of

discontinuities).

Parameter

ini

merupakan

penambahan terhadap kelima parameter sebelumnya. Dimana bobot yang diberikan


untuk parameter ini sangat tergantung pada hubungan antara orientasi kekar-kekar
yang ada dengan metode penggalian yang dilakukan. Oleh karena itu dalam
perhitungan, bobot parameter ini biasanya diperlakukan terpisah dari lima
parameter lainnya.

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-2

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
Berikut ini penjelasan mengenai 5 parameter yang dipakai dalam sistem
klasifikasi RMR, sebagai berikut :
a. Kuat tekan batuan utuh (Strength of Intact Rock Material)
Kuat tekan batuan utuh dapat diperoleh dari uji kuat tekan uniaksial (uniaxial
compressive strength) dan uji point load (point load index test). UCS menggunakan
mesin tekan untuk menekan sampel batuan dari satu arah (uniaxial). Sampel batuan
yang diuji dalam bentuk silinder (tabung) dengan perbandingan antara tinggi dan
diameter tertentu. Perbandingan ini sangat berpengaruh pada nilai UCS yang
dihasilkan. Semakin besar perbandingan panjang terhadap diameter, kuat tekan
akan semakin kecil.
Pada perhitungan nilai RMR, parameter kekuatan batuan utuh diberi bobot
berdasarkan nilai UCS atau nilai PLI-nya seperti tertera pada
Tabel 3.1.
Pembobotan Kekuatan Material Batuan Utuh (Bieniawski,1989)
Deskripsi Kualitatif

Uniaxial
Compressive
Strength (UCS)
(MPa)

Point Load Test


(PLI)
(MPa)

Rating

Sangat Kuat Sekali


( Exceptionally Strong )

>250

>10

15

Sangat Kuat
( Very Strong )

100 250

4 10

12

Kuat ( Strong )

50 100

24

Sedang ( Average )

25 50

12

Lemah ( Weak )

5 25

Sangat Lemah
( Very Weak )

15

Sangat Lemah Sekali


( Extremely Weak )

<1

Khairi Ramdhani
H1C113061

2
Penggunaan
UCS lebih
dianjurkan

1
0

III-3

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

* Sumber : Anonim, 2016

Gambar 3.1.
Grafik Hammer Test
Untuk mengetahui kekuatan batuan dapat juga menggunakan UCS dimana
yang digunakan yaitu hammer test untuk mengetahui kekuatan dari batuan. Pada
alat hammer test terdapat pembacaan angka hammer rebound dan untuk
mengetahui kekuatan dapat dikonversi dengan melihat pada grafik hammer test di
atas.
b. Rock Quality Designation (RQD)
RQD didefinisikan sebagai persentase panjang core utuh yang lebih dari
10 cm terhadap panjang total core run. Diameter core yang dipakai dalam
pengukuran minimal 54,7 mm. Dan harus dibor dengan double-tube core barrel.
Perhitungan RQD mengabaikan mechanical fracture yaitu fracture yang dibuat
secara sengaja atau tidak selama kegiatan pengeboran atau pengukuran (Hoek,
dkk. 1995).
Di dalam mekanika batuan, Rock Quality Designation (RQD) adalah sebuah
ukuran kasar mengenai derajat keretakan pada massa batuan. RQD dikembangkan
pada tahun 1964 oleh Deere, diukur sebagai persentase drill core dengan panjang
10 cm atau lebih. RQD merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk
mengetahui kekuatan batuan adalah suatu klasifikasi kualitas batuan yang

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-4

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
didasarkan kepada kerapatan kekar. RQD penting untuk digunakan dalam
pembobotan massa batuan (rock mass rating) dan pembobotan massa lereng
(slope mass rating). Metode ini tidak memperhitungkan faktor orientasi bidang
diskontinu, material pengisi, dan lain-lain, sehingga metode ini kurang dapat
menggambarkan keadaan massa batuan yang sebenarnya.
Perhitungan RQD biasa didapat dari perhitungan langsung dari singkapan
batuan yang mengalami retakan-retakan (baik lapisan batuan maupun kekar atau
sesar) berdasarkan rumus Hudson (1979, dalam Djakamihardja & Soebowo, 1996)
sebagai berikut : RQD = 100 (0.1 + 1) e-0.1 adalah rasio antara jumlah kekar
dengan panjang scan-line (kekar/meter). Makin besar nilai RQD, maka frekuensi
retakannya kecil. Frekuensi retakannya makin banyak, nilai RQD makin kecil. Jika
total kemajuan pemboran 130 cm, total inti bor yang diperoleh 104 cm, maka
perolehan inti bor (core recovery) adalah 104/130 = 80%. Jumlah panjang inti bor
dengan panjang 10 cm atau lebih adalah 71,5 cm. Sehingga besarnya
RQD = 71,5/130 = 55% artinya kualitas batuan yang bersangkutan adalah sedang.
Tabel 3.2.
Rock Quality Designation (RQD) (Bieniawski, 1989)
RQD (%)

Kualitas Batuan

Rating

<25

Sangat jelek (very poor)

25-50

Jelek (poor)

50-75

Sedang (fair)

13

75-90

Baik (good)

17

90-100

Sangat Baik (excellent)

20

Adapun cara perhitungan RQD berdasarkan coring dan scanline, sebagai


berikut:
1) Core Rock Quality Designation (RQD) (Deere, 1967)
RQD =

Length of Core Piece> 10 cm Length


Total Length of Core Run

.
...........(3.1.)

100%

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-5

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

*Sumber :http://www.slideshare.net, 2016

Gambar 3.2.
Prosedur Pengukuran dan Perhitungan RQD
2) Scanline Rock Quality Designation (RQD) (Priest and Hudson, 1976) ;
(Palmstrom, 1982)

RQD =100e-0.1(0.1 + 1)...................................(3.2.)


RQD = 115 3.3 ......................................(3.3.)
Dimana : = Jumlah kekar per meter
c. Jarak antar (spasi) kekar (Spacing of discontinuities)
Jarak antar (spasi) kekar didefinisikan sebagai jarak tegak lurus antara dua
kekar berurutan sepanjang garis pengukuran yang dibuat sembarang. Sementara
Sen dan Eissa (1991) mendefinisikan spasi kekar sebagai suatu panjang utuh pada
suatu selang pengamatan. Menurut ISRM, jarak antar (spasi) kekar adalah jarak
tegak lurus antara bidang kekar yang berdekatan dalam satu set kekar.
Pada perhitungan nilai RMR, parameter jarak antar (spasi) kekar diberi bobot
berdasarkan nilai spasi kekarnya seperti tertera pada tabel di bawah ini.

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-6

RQD = Length of Core Piece > 10 cm length X 100%


Total Length of Core Run

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
Tabel 3.3.
Jarak antar (spasi) Kekar (Bieniawski, 1989)
Deskripsi

Spasi kekar (m)

Rating

Sangat lebar (very wide)

>2

20

Lebar (wide)

0,6 2

15

Sedang (moderate)

0,2 - 0,6

10

Rapat (close)

0,006 - 0,2

Sangat rapat (very close)

<0,006

d. Kondisi Kekar (Condition of Discontinuities)


Ada lima karakteristik kekar yang masuk dalam pengertian kondisi kekar,
meliputi kemenerusan (persistence), jarak antar permukaan kekar atau celah
(separation atau aperture), kekasaran kekar (roughness), material pengisi (infilling
atau gouge), dan tingkat kelapukan (weathering), sebagai berikut :
1) Kemenerusan (Persistence atau Continuity)
Panjang dari suatu diskontinuitas dapat dikuantifikasi secara kasar dengan
mengamati panjang jejak kekar pada suatu bukaan. Pengukuran ini masih sangat
kasar dan belum mencerminkan kondisi kemenerusan kekar sesungguhnya hanya
dapat ditebak. Jika jejak sebuah diskontinuitas pada suatu bukaan berhenti atau
terpotong oleh solid atau massive rock ini menunjukkan adanya kemenerusan.
2) Jarak antar permukaan diskontinuitas atau celah (Separation atau Aperture)

Merupakan jarak tegak lurus antar dinding batuan yang berdekatan pada
bidang diskontinu. Celah tersebut dapat berisi material pengisi (infilling) atau tidak.
3) Kekasaran kekar (Roughness)
Roughness atau kekasaran permukaan bidang diskontinu merupakan
parameter yang penting untuk menentukan kondisi bidang diskontinu. Suatu
permukaan yang kasar akan dapat mencegah terjadinya pergeseran antara kedua
permukaan bidang diskontinu.
Tingkat kekasaran permukaan diskontinuitas dapat dilihat dari bentuk
gelombang permukaannya.Gelombang ini diukur relatif dari permukaan datar dari
diskontinuitas.

Semakin

besar

kekasaran

dapat

menambah

kuat

geser

diskontinuitas dan dapat juga mengubah kemiringan pada bagian tertentu dari
diskontinuitas tersebut.

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-7

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
Tabel 3.4.
Penggolongan dan Pembobotan Kekasaran (Bienawski, 1989)
Kekasaran

Deskripsi

Permukaan
Sangat kasar
(very rough)

Pembobota
n

Apabila diraba permukaan sangat tidak rata,


membentuk punggungan dengan sudut

terhadap bidang datar mendekati vertical,


Bergelombang, permukaan tidak rata, butiran

Kasar (rough)

pada permukaan terlihat jelas, permukaan

kekar terasa kasar.


Sedikit kasar

Butiran permukaan terlihat jelas, dapat

(slightly rough)

dibedakan, dan dapat dirasakan apabila diraba

Halus (smooth)

Permukaan rata dan terasa halus bila diraba

Permukaan terlihat mengkilap

Licin berlapis
(slikensided)

4) Material pengisi (Infilling atau Gouge)

Material pengisi berada pada celah antara dua dinding bidang diskontinuitas
yang berdekatan. Sifat material pengisi biasanya lebih lemah dari sifat batuan
induknya. Beberapa material yang dapat mengisi celah di antaranya breksi,
lempung, silt, mylonite, gouge, sand, kuarsa dan kalsit.
5) Tingkat Kelapukan (Weathering)
Penentuan tingkat kelapukan diskontinuitas didasarkan pada perubahan
warna pada batuannya dan terdekomposisinya batuan atau tidak. Semakin besar
tingkat perubahan warna dan tingkat terdekomposisi, batuan semakin lapuk.

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-8

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
Tabel 3.5.
Tingkat Kelapukan Batuan (Bieniawski, 1989)

Klasifikasi

Tidak terlapukkan

Keterangan

Tidak terlihat tanda-tanda pelapukan, batuan segar,


butiran kristal terlihat jelas dan terang.
Kekar terlihat berwarna atau kehitaman,

biasanya

terisi dengan lapisan tipis material pengisi. Tanda


Sedikit terlapukkan

kehitaman

biasanya

akan

nampak

mulai

dari

permukaan sampai ke dalam batuan sejauh 20% dari


spasi.
Tanda kehitaman nampak pada permukaan batuan
Terlapukkan

dan sebagian material batuan terdekomposisi. Tekstur


asli batuan masih utuh namun mulai menunjukkan
butiran batuan mulai terdekomposisi menjadi tanah.
Keseluruhan batuan mengalami perubahan warna
atau

Sangat terlapukkan

kehitaman.

Dilihat

secara

penampakan

menyerupai tanah, namun tekstur batuan masih utuh,


namun butiran batuan telah terdekomposisi menjadi
tanah.

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-9

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
Dalam perhitungan RMR, parameter-parameter di atas diberi bobot masingmasing dan kemudian dijumlahkan sebagai bobot total kondisi kekar. Pemberian
bobot berdasarkan pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.6.
Panduan Klasifikasi Kondisi Kekar (Bieniawski, 1989)
Parameter
Panjang diskontinuitas
( Persistence atau
Continuity )
Jarak antar permukaan
diskontinuitas
Kekasaran
Diskontinuitas
( Roughness )
Material Pengisi
( Infilling atau Gouge )
Kelapukan
( Weathering )

Rating
<1m

1-3 m

3-10 m

10-20m

>20m

<0.1m
m

0.1-1.0mm

1-5mm

>5mm

Sangat
kasar

Kasar

Sedikit
kasar

Halus

Slickenside

Tidak
ada

Keras

Lunak

Tidak
lapuk

Sedikit
Lapuk

Lapuk

Sangat
lapuk

Hancur

e. Kondisi Air Tanah


Debit aliran air tanah atau tekanan air tanah akan mempengaruhi kekuatan
massa batuan. Oleh sebab itu perlu diperhitungkan dalam klasifikasi massa batuan.
Pengamatan terhadap kondisi air tanah ini dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
1) Inflow per 10 m tunnel length : menunjukkan banyak aliran air yang teramati
setiap 10 m panjang terowongan. Semakin banyak aliran air mengalir maka nilai
yang dihasilkan untuk RMR akan semakin kecil.
2) Joint Water Pressure : semakin besar nilai tekanan air yang terjebak dalam kekar
(bidang diskontinu) maka nilai yang dihasilkan untuk RMR akan semakin kecil.
3) General Condition : mengamati atap dan dinding terowongan secara visual,
sehingga secara umum dapat dinyatakan dengan keadaaan umum dari
permukaan seperti kering, lembab, menetes atau mengalir. Untuk penelitian ini,
cara ketiga ini yang digunakan.
Kondisi air tanah yang ditemukan pada pengukuran kekar diidentifikasikan
sebagai salah satu kondisi kering (completely dry), lembab (damp), basah (wet),
Khairi Ramdhani
H1C113061

III-10

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
terdapat tetesan air (dripping), atau terdapat aliran air (flowing). Pada perhitungan
nilai RMR, parameter kondisi air tanah (groundwater conditions) diberi bobot
berdasarkan tabel di bawah ini.
Tabel 3.7.
Kondisi Air Tanah (Bieniawski, 1989)

Kondisi Umum

Kering
(Completely
Dry)

Lembab
(Damp)

Basah
(Wet)

Terdapat
tetesan air
(Dripping)

Terdapat
aliran air
(Flowing)

Debit air tiap


10 m panjang
terowongan
(liter/menit)

Tidak ada

< 10

10 25

25 125

> 125

Tekanan air pada


kekar / tegangan
prinsipal mayor

< 0,1

0,1-0,2

0,1-0,2

> 0,5

Rating

15

10

Orientasi diskontinuitas (Orientation of discontinuities) dimana parameter ini


merupakan penambahan terhadap kelima parameter sebelumnya. Bobot yang
diberikan untuk parameter ini sangat tergantung pada hubungan antara orientasi
diskontinuitas yang ada dengan metode penggalian yang dilakukan. Oleh karena itu
dalam perhitungan, bobot parameter ini biasanya diperlakukan terpisah dari lima
parameter lainnya.
RMR = RMRbasic + penyesuaian terhadap orientasi diskontinuitas

....(3.4.)

Dimana :
RMRbasic = parameter (a+b+c+d+e)
RMRbasic adalah nilai RMR dengan tidak memasukkan parameter orientasi
diskontinuitas dalam perhitungannya. Untuk keperluan analisis kemantapan suatu
lereng, Bieniawski (1989) merekomendasikan untuk memakai sistem Slope Mass
Rating (SMR) sebagai metode koreksi untuk parameter orientasi diskontinuitas.
Tabel 3.8.
PARAMETER

Khairi Ramdhani
H1C113061

RANGE OF VALUES

III-11

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

Strength
Of
Intact Rock Material

Point Load Strength


Index
Uniaxial
Comp. Strength

>10 Mpa
>250 Mpa

Rating

4-10 Mpa

2-4 Mpa

1-2 Mpa

100-250 Mpa

50-100 Mpa

25-50 Mpa

For this low range - uniaxial


compressive test is
preferred
5-25
1-5
<1 Mpa
Mpa
Mpa

15

12

90% - 100%

75%-90%

50%-75%

25%-50%

<25%

20

15

10

>2m

0.6-2 m

200-600 mm

60-200 mm

<60 mm

20

15

10

Very rough surfaces


Not continuous
No separation
Unweathered wall rock

Slickensided
surfaces
or Gouge < 5
mm thick
or Separation
1-5 mm
Continuous

Slightly rough
surfaces
Separation < 1
mm
Highly weathered
walls

Slickensided
surfaces
or Gouge < 5
mm thick
or Separation 15 mm
Continuous

Soft gouge >5 mm thick


or Separation > 5 mm
Continuous

30

25

20

10

None

<10

10-25

25-125

>125

<0.1

0.1-0.2

0.2-0.5

>0.5

Completely dry

Damp

Wet

Dripping

Flowing

15

10

Drill core Quality RQD

2
Rating
Spacing of discontinuities
3
Rating

Condition of
Discontinuitties
(see E)

Rating

Inflow per 10 m
tunnel length (l/m)
Ground
Water

(Joint water
press)/ (Major
principal)
General
conditions
Rating

B. RATING ADJUSTMENT FOR DISCONTINUITY ORIENTATIONS (See F)


Strike and dip orientations

Rating

Very Favourable

Favourable

Fair

Unfavourable

Very Unfavourable

Tunels & Mines

-2

-5

-10

-12

Foundation

-2

-7

-15

-25

Slopes

-5

-25

-50

C. ROCK MASS CLASSES DETERMINED FROM TOTAL RATINGS


Rating

100 - 81

80 - 61

60 - 41

40 21

< 21

Class number

II

III

IV

Description

Very good rock

Good rock

Fair rock

Poor rock

Very Poor rock

D. MEANING OF ROCK CLASSES


Class number

II

III

IV

Average stand-up time

20 yrs for 15 m
span

1 year for 10 m
span

1 week for 5 m span

10 hrs for 2.5 m


span

30 min for 1 m span

Cohesion of rock mass (kPa)

> 400

300 - 400

200 - 300

100 200

< 100

Friction angle of rock mass (deg)

> 45

35 - 45

25 - 35

15 25

< 15

10 - 20 m
1
1 - 5 mm
1
Smooth
1
Soft filling < 5 mm
2
Highly weathered
1

> 20
0
> 5 mm
0
Slickensided
0
Soft filling > 5 mm
0
Decomposed
0

E. GUIDELINES FOR CLASSIFICATION OF DISCONTINUITY conditions


Discontinuity length (persistence)
Rating
Separation (aperture)
Rating
Roughness
Rating
Infilling (gouge)
Rating
Weathering
Ratings

<1m
6
None
6
Very rough
6
None
6
Unweathered
6

1-3m
4
< 0.1 mm
5
Rough
5
Hard filling < 5 mm
5
Slightly weathered
5

3 - 10 m
2
0.1 - 1.0 mm
4
Slightly rough
3
Hard filling > 5 mm
3
Moderately weathered
3

F. EFFECT OF DISCONTINUITY STRIKE AND DIP ORIENTATION IN TUNNELLING**


Strike perpendicular to tunnel axis
Drive with dip - Dip 45 - 90

Strike parallel to tunnel axis

Drive with dip - Dip 20 - 45

Dip 45 90

Dip 20 - 450

Very Unfavourable

Fair

Very favourable

Favourable

Drive against dip - Dip 45-900

Drive against dip - Dip 20-450

Dip 0-20 - Irrespective of strikeq

Fair

Unfavourable

Fair

Parameter RMR

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-12

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
Tabel 3.9.
Excavation and Rock Support Recomendation
Rock Support
Ground
Class

Excavation (Drill & Blast)

Very good
rock
81-100

Full face:
3m advance

Rock Bolt

Good rock
61-80

Full face:
1.0-1.5m advance; Complete
support 20 m from face

Fair rock
41-60

Top heading and bench:


1.5 - 3m advance in top
heading;
Commence support after
each blast;
Commence support 10 m
from face

Poor rock
21-40

Top heading and bench:


1.0 - 1.5m advance in top
heading; Install support
concurrently with excavation
- 10 m from face

Very poor
rock
< 21

Multiple drifts:
0.5 - 1.5m advance in top
heading; Install support
concurrently with excavation;
shotcrete as soon as
possible after blasting

Khairi Ramdhani
H1C113061

Shotcrete

Steelsets

No support

Locally bolts
in crown, 3m
long, spaced
2.5m with
occasional
wire mesh
Systematic
bolts 4m
long, spaced
1.5 - 2m in
crown and
walls with
wire mesh in
crown
Systematic
bolts 4 - 5m
long, spaced
1 - 1.5m in
crown and
walls with
wire mesh
Systematic
bolts 5 - 6m
long, spaced
1 - 1.5m in
crown and
walls with
wire mesh.
Bolt invert

50mm in
crown where
required

None

50 - 100mm
in crown,
and 30mm in
sides

None

100 150mm in
crown and
100mm in
sides

Light ribs
spaced 1.5m
where
required

150 200mm in
crown,
150mm in
sides, and
50mm on
face

Medium to
heavy ribs
spaced 0.75m
with steel
lagging and
forepoling if
required.
Close invert

III-13

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-14

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
*Sumber : Engineering Rock Mass Classification, 2011

Gambar 3.3.
Grafik Stand-Up Time Rock Mass Rating (RMR)
3.2.2. Q-System
Klasifikasi batuan Q-System dikenal juga dengan istilah Rock Tunneling
Quality Index untuk keperluan perancangan penyangga penggalian bawah tanah.
Q-System digunakan dalam klasifikasi massa batuan sejak tahun 1980 di Iceland.
Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh Barton, dkk (1974) berdasarkan
pengalaman pembuatan terowongan terutama di Norwegia dan Finlandia.
Pembobotan Q-System didasarkan atas penaksiran numerik kualitas massa
batuan berdasarkan 6 parameter berikut :
a.
b.
c.
d.

RQD (Rock Quality Designation)


Jumlah Kekar (Joint Set Number) (Jn)
Kekasaran Kekar atau Kekar Utama (Joint Roughness Number) (Jr)
Derajat Alterasi atau pengisian sepanjang kekar yang paling lemah (Joint

Alteration Number) (Ja)


e. Aliran Air (Joint Water Reduction Number) (Jw)
f. Faktor Reduksi Tegangan (Stress Reduction Factor) (SRF)
Dalam sistem ini, diperhatikan diskontinuitas dan joints. Angka dari Q
bervariasi dari 0,001-1000 dan dihitung dengan menggunakan persamaan berikut
ini :
......................................(3.5.)
Dimana :
RQD

= Rock Quality Designation

Jr

= Angka Kekasaran Kekar

Jw

= Angka Reduksi Kondisi Air

Jn

= Jumlah Set Kekar

SRF

= Faktor Reduksi Tegangan


Keenam parameter tersebut di kelompokkan ke dalam 3 kelompok nisbah

dalam upaya menyatakan kualitas total massa batuan :


a. Ukuran blok (RQD/Jn)
b. Kuat geser blok utuh (Jr/Jn)
c. Tegangan aktif (Jw/SRF)
Adapun penjelasan dari 6 parameter Q-System dalam klasifikasi massa
batuan, sebagai berikut :
a. RQD (Rock Quality Designation)
Khairi Ramdhani
H1C113061

III-15

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
Rock Quality Designation (RQD) dikembangkan pada tahun 1964 oleh
Deere. Metode ini didasarkan pada penghitungan persentase core inti terambil yang
mempunyai panjang 10 cm atau lebih ataupun juga menggunakan metode scanline
pada bidang lemah jika tidak didapatkan data coring. Nilai RQD ini dapat pula
dipakai untuk memperkirakan penyanggaan terowongan.
Tabel 3.10.
Rock Quality Designation (RQD)

b. Jumlah Kekar (Joint Set Number) (Jn)


Joint Set Number (Jn) pada batuan yang terkekarkan, kekar yang dihitung
adalah kekar yang benar-benar nampak dan tidak diragukan.
Tabel 3.11.
Joint Set Number (Jn)

c. Kekasaran Kekar (Joint Roughness Number) (Jr)


Joint Roughness (Jr) merupakan tingkat kekasaran kekar yang dapat dilihat
pada dinding kekar.
Tabel 3.12.
Joint Roughness Number (Jr)

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-16

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

d. Derajat Alterasi (Joint Alteration Number) (Ja)


Joint Alteration Number (Ja) merupakan derajat alterasi kekar atau terisinya
celah kekar oleh material sepanjang bidang kekar.
Tabel 3.13.

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-17

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
Joint Alteration Number (Ja)

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-18

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
e. Aliran Air (Joint Water Reduction Number) (Jw)
Joint Water Reduction Number (Jw) merupakan aliran air yang dapat dilihat
pada dinding terowongan atau pada kekar.
Tabel 3.14.
Joint Water Reduction Number (Jw)

f.

Faktor Reduksi Tegangan (Stress Reduction Factor) (SRF)


Stress Reduction Factor (SRF) merupakan faktor reduksi tegangan yang

terjadi akibat gaya yang berada pada tambang bawah tanah.


Tabel 3.15
Stress Reduction Factor (SRF)

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-19

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

Menurut Barton, parameter Jn, Jr dan Ja memiliki peranan yang lebih


penting dibandingkan pengaruh orientasi bidang diskontinu. Oleh karena itu dalam
Q-system tidak terdapat parameter adjustment terhadap orientasi bidang diskontinu.
Nilai Q yang didapat dihubungkan dengan kebutuhan penyanggan terowongan
dengan menetapkan dimensi ekuivalen (equivalent dimension) dari galian. Dimensi
ekuivalen merupakan fungsi dari ukuran dan kegunaan dari galian, didapat dengan
membagi span, diameter atau tinggi dinding galian dengan harga yang disebut
Excavation Support Ratio (ESR).
Dimensi Ekuivalen =
Khairi Ramdhani
H1C113061

Span atauTinggi( m) ........................(3.6.)


ESR
III-20

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

Tabel 3.16.
Excavation Support Ratio (ESR)

Rekomendasi penyangga ditentukan melalui grafik yang di berikan oleh


Grimstad dan Barton (1993) seperti yang ditunjukkan oleh gambar di bawah ini :

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-21

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

*Sumber : Engineering Rock Mass Classification, 2011

Gambar 3.4.
Grafik Rekomendasi Penyanggaan Berdasarkan Q-System
Barton (1980) memberikan informasi tambahan terhadap panjang rockbolt,
span maksimum, dan tekanan penyangga atap untuk melengkapi rekomendasi
penyangga. Panjang dari rockbolt ditentukan dari lebar penggalian (B) dan nilai
ESR melalui persamaan, sebagai berikut :
Panjang Rockbolt =

.....................................(3.7.)

Span maksimum yang


0.15tidak
B disangga dapat dihitung dengan persamaan,
sebagai berikut :

2+

ESR

............................(3.8.)
Maximum Unsupported Span = 2 ESR Q0.4

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-22

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
Di dalam penentuan stand-up time pada Q-system dapat diperoleh dari
hubungan antara maximum unsupported span dan nilai Q, dapat dilihat pada grafik
di bawah ini.

*Sumber : Engineering Rock Mass Classification, 2011

Gambar 3.5.
Grafik Stand-Up Time Q-System

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-23

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
3.3.

Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum klasifikasi massa

batuan, yaitu :
1. Simulator Struktur Kekar
Simulator struktur kekar digunakan sebagai media simulasi sebagai bidang
kekarnya.

*Sumber : Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2016

Gambar 3.6.
Simulator Struktur Kekar
2. Kompas Geologi
Kompas geologi digunakan untuk mengukur kedudukan (strike, dip dan dip
direction) pada struktur bidang kekar.

*Sumber : Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2016

Gambar 3.7.
Kompas Geologi

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-24

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
3. Meteran
Meteran digunakan untuk mengukur lebar atau panjang dari simulator
struktur kekar dan bidang kekarnya.

*Sumber : Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2016

Gambar 3.8.
Meteran
4. Clipboard
Clipboard digunakan sebagai alat bantu dalam pengukuran kedudukan
bidang kekar pada simulator struktur kekar.

*Sumber : Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2016

Gambar 3.9.
Clipboard

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-25

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
5. Sampel Batuan
Sampel batuan digunakan sebagai sampel dari batuan pada struktur bidang
kekarnya.

*Sumber : Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2016

Gambar 3.10.
Sampel Batuan
6. Form Data
Form data digunakan untuk mencatat data-data yang diperlukan pada form
data tersebut.

*Sumber : Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2016

Gambar 3.11.
Form Data

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-26

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
7. Alat Tulis
Alat tulis digunakan untuk mencatat data-data hasil pengamatan dan hal
yang terkait dalam memperoleh data tersebut.

*Sumber : Laboratorium Teknologi Pertambangan, 2016

Gambar 3.12.
Alat Tulis
8. Schmidt Hammer
Schmidt hammer digunakan untuk mengukur kekuatan batuan pada bidang
kekar tersebut.

*Sumber : www.reboundhammer.com, 2016

Gambar 3.13.
Schmidt Hammer

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-27

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
3.4.

Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum klasifikasi massa batuan yaitu

meliputi langkah-langkah sebagai berikut :


1.

Bentangkan meteran pada simulator struktur kekar.

2.

Hitung dip dan dip direction structure, yang memotong bentang meteran dengan
kompas geologi, dengan cara menaruh clipboard pada kekar, lalu tempelkan
sisi west pada clipboard untuk pengukuran dip. Selanjutnya tempelkan sisi
south pada bidang struktur batuan yang akan diukur, kemudian masukkan
gelembung yang ada apa bull eyes, agar berada disisi tengah, dengan cara
menggeser-geserkan kompas dan menjaga agar sisi south tetap menempel
pada bidang yang diukur. Setelah gelembung berada ditengah maka baca
angka yang ditunjukkan oleh jarum utara. Angka tersebut dapat menunjukkan
nilai dari dip direction.

3.

Ukur jarak antar kekar yang memotong garis scanline menggunakan meteran.

4.

Tentukan tingkat kekasaran kekar, jarak antar permukaan kekar (aperture),


kemenerusan kekar (persintence), jumlah kekar ().

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-28

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
3.5.
Hasil Scanline
1. Pengukuran Kekuatan Batuan
Dalam pengukurannya menggunakan schmidt hammer test, dimana dalam
pelaksanaannya schmidt hammer test diuji sebanyak 10 kali pada sisi batuan yang
berbeda dengan pos B tetap, dan untuk mengetahui besarnya kekuatan batuan
tersebut dilakukan konversi dengan pembacaan terhadap grafik hammer test. Hasil
data pembacaan schmidt hammer test pada tabel di bawah ini :

*Sumber : Anonim, 2016

Gambar 3.14.
Grafik Hammer Test
Tabel 3.17.
Pengukuran Point Load Index (PLI) dengan Schmidt Hammer

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-29

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-30

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata

Khairi Ramdhani
H1C113061

Schmidt Hammer Test


Pos B
N/mm2 = MPa
30
28
32
31
30
28
27
24
30
28
24
19
24
19
32
31
30
28
31
30
29

26,6

III-31

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
2. Pengukuran Kedudukan Kekar
Pengukuran kedudukan kekar pada wall dan heading dari terowongan
dengan hasil data pengukuran tersebut, sebagai berikut :
Tabel 3.18.
Pengukuran Kedudukan Kekar pada Heading
No

Dip

Dip Direction

Strike

Jarak Antar
Kekar (mm)

49 O

N 214O E

N 124O E

690

Jarak
Bukaan
Kekar (mm)
7

40

38

32

46 O

74

73

58

70 O

10

59

11

N 248

N 246

N 245

N 110

N 108

N 91

80

10

1070

100

10

1250

230

10

1220

N 124O E

130

12

1200

340

15

600

160

11

630

N 156

N 155

N 214O E
E

N 20 E

N 18 E

N 105O E
N 90

1100

N 158

Panjang Kekar
(mm)

170

700

N 15O E

390

16

650

90

10

690

80

Rata-Rata

223,63

10,8

911

Arah Umum

N 246O E

N 156O E

10 cm

8 cm
9 cm

39 cm

17 cm

16 cm

34 cm

13 cm

69 cm
8 cm

23 cm

7
6

10

Gambar 3.15.
Sketsa Scanline pada Heading

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-32

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

Gambar 3.16.
Diagram Roset pada Heading

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-33

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

Tabel 3.19.
Pengukuran Kedudukan Kekar pada Wall
No

Dip

Dip Direction

Strike

Jarak Antar
Kekar (mm)

66 O

N 54O E

N 324O E

300

Jarak
Bukaan
Kekar (mm)
7

44

57

61

53 O

N 43O E

47 O

N 336O E

N 246O E

51

27

33 O

10

30

N 53

N 46

N 40

N 338

N 336

E
E
E

E
E

N 339O E

N 319

Panjang Kekar
(mm)
730

N 323

140

850

N 316

490

880

N 310

300

840

N 313O E

220

1000

250

630

1070

370

100

1540

N 249O E

280

10

1000

10

450

N 248
N 246

N 229

Rata-Rata

272,22

8,3

799

Arah Umum

N 336O E

N 246O E

14 cm

49 cm

30 cm

22 cm

25 cm

37 cm

28 cm
10 cm

30 cm

10

Gambar 3.17.
Sketsa Scanline pada Wall

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-34

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

Gambar 3.18.
Diagram Roset pada Wall

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-35

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
Tabel 3.20.
Data Hasil Scanline
Parameter

Lokasi Pengukuran
(Wall)

(Heading)

Arah Garis Pengukuran

N 275O E

N 357O E

Panjang Scanline

2,5 m

2,5 m

Jenis Batuan

Serpentinit

Serpentinit

Schmidt Hammer Test

26,6 MPa

26,6 MPa

Jumlah Kekar

10

Jumlah Pasangan Kekar

Jarak Antar Kekar

272,22 mm

223,63 mm

Lebar Bukaan Kekar

8,3 mm

10,8 mm

Kekasaran Bidang Kekar

Smooth Planar

Smooth Planar

Panjang Kekar

799 mm

911 mm

Material Pengisi Kekar

Non-material

Non-material

Tingkat Pelapukan Kekar

Unweathered

Unweathered

Rock Quality Designation (RQD)

95,85%

93,84%

Keadaan Air Tanah

Completed Dry

Completed Dry

Arah Orientasi Kekar

N 336O E

N 246O E

Kondisi
Kekar

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-36

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
3. Pengolahan Data Rock Mass Rating (RMR)
a. Rock Mass Rating (RMR) pada Heading
Dari hasil pengukuran kedudukan kekar dilapangan kemudian akan
dilakukan perhitungan untuk menentukan kelas massa batuan yang terdapat pada
batuan.
Tabel 3.21.
Rock Mass Rating (RMR) Heading
Measurement

Parameter
Schmidt Hammer Test

Value
26,6 Mpa

Rating
4

RQD

93,84%

20

223,63 mm

10

911 mm

10,8 mm
Smooth Planar
Nonfilling
Unweathering
Completed Dry
N 246O E

0
1
6
6
15
-5

Spacing of discontinuity
Discontinuity
Length
Separation
Discontinuity
Roughness
Condition
Infilling
Weathering
Ground water
Discontinuity Orientation
Total Rating
Rock Mass Classes

Khairi Ramdhani
H1C113061

63
II (Good Rock)

III-37

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
b. Stand-Up Time pada Heading
Penentuan stand-up time (waktu maksimum terowongan untuk bertahan
tanpa penyangga) dapat diperoleh dari hubungan antara RMR dan lebar span,
dapat dilihat pada grafik berikut :

*Sumber : Engineering Rock Mass Classification, 2011

Gambar 3.19.
Grafik Stand-Up Time Heading Berdasarkan Rock Mass Rating (RMR)
Pada lokasi heading tersebut memiliki lebar maksimum lubang bukaan
sebesar 2,5 meter yang mampu bertahan tanpa adanya bantuan sistem
penyanggaan buatan selama lebih dari 104 jam atau 10000 jam dengan waktu lebih
dari 1 tahun.
c. Rekomendasi Penyanggaan Heading
Berdasarkan tabel rekomendasi

penyanggaan

dan

penggalian

oleh

Bieniawski (1989). Dengan nilai RMR pada heading sebesar 63 dengan kelas
batuan good rock (II), dimana untuk penggalian full face dengan kemajuan 1,0
sampai 1,5 meter dilengkapi dengan penyanggaan (support) berjarak 20 meter dari
face. Rock support dengan rock bolt dengan panjang 3 meter dan spasi 2,5 meter
serta biasanya pada batuan good rock menggunakan wire mesh. Shortcrete
digunakan dengan tebal 50 milimeter. Steelsets tidak menggunakan penyanggaan
batuan dengan steelsets.

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-38

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
d. Rock Mass Rating (RMR) pada Wall
Dari hasil pengukuran kedudukan kekar dilapangan kemudian akan
dilakukan perhitungan untuk menentukan kelas massa batuan yang terdapat pada
batuan.
Tabel 3.22.
Rock Mass Rating (RMR) Wall
Measurement

Parameter
Schmidt Hammer Test

Value
26,6 Mpa

Rating
4

RQD

95,85%

20

272,22 mm

10

799 mm

8,3 mm
Smooth Planar
Nonfilling
Unweathering
Completed Dry
N 336O E

0
1
6
6
15
0

Spacing of discontinuity
Discontinuity
Length
Separation
Discontinuity
Roughness
Condition
Infilling
Weathering
Ground water
Discontinuity Orientation
Total Rating
Rock Mass Classes

Khairi Ramdhani
H1C113061

68
II (Good Rock)

III-39

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
e. Stand-Up Time pada Wall
Penentuan stand-up time (waktu maksimum terowongan untuk bertahan
tanpa penyangga) dapat diperoleh dari hubungan antara RMR dan lebar span,
dapat dilihat pada grafik berikut :

*Sumber : Engineering Rock Mass Classification, 2011

Gambar 3.20.
Grafik Stand-Up Time Wall Berdasarkan Rock Mass Rating (RMR)
Pada sisi wall tersebut memiliki lebar maksimum lubang bukaan sebesar
2,5 meter yang mampu bertahan tanpa adanya bantuan sistem penyanggaan
buatan selama lebih dari 5 x 104 jam atau 50000 jam atau lebih dari 5 tahun.
f.

Rekomendasi Penyanggaan Wall


Berdasarkan tabel rekomendasi

penyanggaan

dan

penggalian

oleh

Bieniawski (1989). Dengan nilai RMR pada heading sebesar 63 dengan kelas
batuan good rock (II), dimana untuk penggalian full face dengan kemajuan 1,0
sampai 1,5 meter dilengkapi dengan penyanggaan (support) berjarak 20 meter dari
face. Rock support dengan rock bolt dengan panjang 3 meter dan spasi 2,5 meter
serta biasanya pada batuan good rock menggunakan wire mesh. Shortcrete
digunakan dengan tebal 50 milimeter. Steelsets tidak menggunakan penyanggaan
batuan dengan steelsets.

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-40

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
4. Pengolahan Data Q-System
Dari hasil pengukuran kedudukan kekar dilapangan kemudian akan
dilakukan perhitungan untuk menentukan kelas massa batuan yang terdapat pada
batuan.
a. Q-System pada Heading
Tabel 3.23.
Q-System pada Heading
Heading
Parameter
Nilai

Bobot

RQD

93,84 %

93,84

Jumlah Pasang Kekar (Jn)

15

Tingkat Kekasaran Kekar (Jr)

Smooth Planar

Joint Alteration (Ja)

None Alteration

Joint Water Reduction (Jw)

Completely Dry

Stress Reduction Factor (SRF)

Single weak zones with


or without clay or
chemical disintegrated
rock (depth < 50 m)

Q=

RQD Jr Jw
x x
Jn
Ja SRF

1,2512

b. Stand-Up Time pada Heading


Penentuan Stand-Up Time (Waktu maksimum terowongan untuk bertahan
tanpa penyanggaan) dapat diperoleh dari hubungan antara maximum unsupported
span dengan nilai Q, dilihat pada grafik di bawah ini :
Maximum Unsupported Span = 2 ESR Q0.4
Maximum Unsupported Span = 2 x 1,6 x 1,25120.4
Maximum Unsupported Span = 3,5 meter

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-41

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

*Sumber : Engineering Rock Mass Classification, 2011

Gambar 3.21.
Grafik Stand-Up Time Heading Berdasarkan Q-System
Hasil grafik tersebut stand-up time Q-System pada heading yaitu sekitar
1

6 x 10 jam atau 60 jam dengan estimasi kurang lebih 2,5 hari dimana maksimal
lubang bukaan tanpa penyanggaan sebesar 3,5 meter.

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-42

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
c. Rekomendasi Penyanggaan pada Heading
Rekomendasi penyanggan pada heading dimana adanya hubungan antara
dimensi ekuivalen dari heading dengan nilai Q. Hubungan tersebut dapat dilihat
pada grafik di bawah ini :
Dimensi Ekuivalen =
Dimensi Ekuivalen =

SpanHeight meter
ESR
2,5 meter
1,6

Dimensi Ekuivalen = 1,5625 meter

*Sumber : Engineering Rock Mass Classification, 2011

Gambar 3.22.
Grafik Rekomendasi Penyanggaan Heading Berdasarkan Q-System
Rekomendasi penyanggaan berdasarakan Q-System dimana dengan nilai
Q = 1,2512 dengan Dekuivalen = 1,5625 meter terletak pada reinforcement categories
unsupported (1). Massa batuannya termasuk dalam kelas D (rock poor). Dimana
panjang bolt dihitung dengan rumus = 2 + (0,15B/ESR) = 2 + (0,15(2,5)/1,6) = 2,234
meter, spasi bolt pada area tidak shortcreted sekitar 1,3 1,6 meter dan spasi bolt
pada area shortcreted sekitar 1,7 2,1 meter.

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-43

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
d. Q-System pada Wall
Tabel 3.24.
Q-System pada Wall
Wall
Parameter
Nilai

Bobot

RQD

95,85%

95,85

Jumlah Pasang Kekar (Jn)

15

Tingkat Kekasaran Kekar (Jr)

Smooth Planar

Joint Alteration (Ja)

None Alteration

Joint Water Reduction (Jw)

Completely Dry

Stress Reduction Factor (SRF)

Single weak zones with


or without clay or
chemical disintegrated
rock (depth < 50 m)

Q=

RQD Jr Jw
x x
Jn
Ja SRF

1,278

e. Stand-Up Time pada Wall


Penentuan Stand-Up Time (Waktu maksimum terowongan untuk bertahan
tanpa penyanggaan) dapat diperoleh dari hubungan antara maximum unsupported
span dengan nilai Q, dilihat pada grafik di bawah ini :
Maximum Unsupported Span = 2 ESR Q0.4
Maximum Unsupported Span = 2 x 1,6 x 1,2780.4
Maximum Unsupported Span = 3,529 meter

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-44

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

*Sumber : Engineering Rock Mass Classification, 2011

Gambar 3.23.
Grafik Stand-Up Time Wall Berdasarkan Q-System
Hasil grafik tersebut stand-up time Q-System pada wall yaitu sekitar

x 10 jam atau 60 jam dengan estimasi kurang lebih 2,5 hari dimana maksimal
lubang bukaan tanpa penyanggaan sebesar 3,529 meter.

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-45

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
f.

Rekomendasi Penyanggaan pada Wall


Rekomendasi penyanggan pada wall dimana adanya hubungan antara

dimensi ekuivalen dari wall dengan nilai Q. Hubungan tersebut dapat dilihat pada
grafik di bawah ini :
Dimensi Ekuivalen =
Dimensi Ekuivalen =

SpanHeight meter
ESR
2,5 meter
1,6

Dimensi Ekuivalen = 1,5625 meter

*Sumber : Engineering Rock Mass Classification, 2011

Gambar 3.24.
Grafik Rekomendasi Penyanggaan Wall Berdasarkan Q-System
Rekomendasi penyanggaan berdasarakan Q-System dimana dengan nilai
Q = 1,278 dengan Dekuivalen = 1,5625 meter terletak pada reinforcement categories
unsupported (1), massa batuannya termasuk dalam kelas D (rock poor). Dimana
panjang bolt dihitung dengan rumus = 2 + (0,15B/ESR) = 2 + (0,15(2,5)/1,6) = 2,234
meter, spasi bolt pada area tidak shortcreted sekitar 1,3 1,6 meter dan spasi bolt
pada area shortcreted sekitar 1,7 2,1 meter.

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-46

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
3.6.

Pembahasan
Pengklasifikasian massa batuan pada heading dan wall dimana klasifikasi

menggunakan Rock Mass Rating (RMR) dan Q-System, dimana direkomendasikan


dengan sistem penyanggaan (support) serta stand-up time. Lebar dari area heading
dan wall sebesar 2,5 meter dengan jenis batuannya yaitu serpentinit, dimana
kekuatan perlu menjadi suatu parameter dalam Rock Mass Rating (RMR) dan QSystem dalam pengujiannya menggunakan schmidt hammer test dilakukan
pengujian tersebut sebanyak 10 kali dan akan diperolehlah rata-rata kekuatan
batuannya sebesar 26,66 N/mm2 (MPa).
Dari semua parameter yang terdapat pada klasifikasi Rock Mass Rating
(RMR) dan Q-System dicari pada bidang lemah tersebut. Data hasil tersebut kita
analisis guna untuk mengetahui kelas dari massa batuan sehingga dapat
merekomendasikan perkuatan ataupun penyanggaan yang perlu digunakan pada
kelas massa batuan itu.
Hasil analisis Rock Mass Rating (RMR) pada heading total nilainya sebesar
63 dan kelas batuan kategori II (good rock). Stand-up time heading lebih dari waktu
10000 jam dengan estimasi lebih dari 1 tahun, dimana span sebesar 2,5 meter.
Rekomendasi penyanggaan dan penggalian dari heading dapat dilakukan
excavation (penggalian) full face dengan kemajuan 1 hingga 1,5 meter dengan
penyanggaannya (support) berjarak 20 meter dari face. Rekomendasi juga berupa
reinforcement (perkuatan) dengan rockbolt panjang 3 meter, spasi 2,5 meter dan
dikombinasikan dengan wire mesh, serta shortcrete dengan tebal 50 milimeter.
Hasil analisis Q-System pada heading total nilainya sebesar 1,2512 dan
kelas batuan kategori D (poor rock). Stand-up time heading waktu sekitar 60 jam
dengan estimasi 2,5 hari, dimana span sebesar 2,5 meter dan span maksimal
terowongan tanpa penyanggaan buatan sebesar 3,5 meter. Rekomendasi
penyanggaan dari heading yaitu unsupported berupa reinforcement (perkuatan)
dengan rockbolt panjang 2,234 meter, spasi 1,7 - 2,1 meter pada area shortcrete
dan spasi 1,3 - 1,6 meter pada area unshortcrete.
Hasil analisis Rock Mass Rating (RMR) pada wall total nilainya sebesar 68
dan kelas batuan kategori II (good rock). Stand-up time wall lebih dari waktu 50000
jam dengan estimasi lebih dari 5 tahun, dimana span sebesar 2,5 meter.
Rekomendasi penyanggaan dan penggalian dari wall dapat dilakukan excavation
(penggalian)

full

face

dengan

kemajuan

hingga

1,5

meter

dengan

penyanggaannya (support) berjarak 20 meter dari face. Rekomendasi juga berupa

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-47

PRAKTIKUM TAMBANG BAWAH TANAH


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
reinforcement (perkuatan) dengan rockbolt panjang 3 meter, spasi 2,5 meter dan
dikombinasikan dengan wire mesh, serta shortcrete dengan tebal 50 milimeter.
Hasil analisis Q-System pada wall total nilainya sebesar 1,278 dan kelas
batuan kategori D (poor rock). Stand-up time wall aktu sekitar 60 jam dengan
estimasi 2,5 hari, dimana span sebesar 2,5 meter dan span maksimal terowongan
tanpa penyanggaan buatan sebesar 3,529 meter. Rekomendasi penyanggaan dari
wall yaitu unsupported berupa reinforcement (perkuatan) dengan rockbolt panjang
2,234 meter, spasi 1,7 - 2,1 meter pada area shortcrete dan spasi 1,3 - 1,6 meter
pada area unshortcrete.
Klasifikasi Rock Mass Rating (RMR) dan Q-System berbeda, baik itu dari
segi stand-up time maupun rekomendasi penyanggaan pada jenis batuan yang
sama dan pada bidang yang sama pula. Parameter dari klasifikasi Rock Mass
Rating (RMR) dan Q-System kurang lebih sama tetapi pada Q-System ada
beberapa tambahan yang melengkapi parameter yang terdapat pada Rock Mass
Rating (RMR). Hasil analisis klasifikasi Rock Mass Rating (RMR) tergolong dengan
jenis batuan yang good rock tetapi pada klasifikasi q-system batuannya tergolong
poor rock.
Stand-up time dari Rock Mass Rating (RMR) dengan durasi lamanya sekitar
1 tahunan sedangkan stand-up time dari q-system dengan durasi lamanya sekitar 3
harian. Dan pula hasil analisis rekomendasi penyanggaan dari Rock Mass Rating
(RMR) diberikan perkuatan berupa rockbolt combine wire mesh, dan shortcrete,
sedangkan dari q-system diberikan perkuatan berupa rockbolt.

Khairi Ramdhani
H1C113061

III-48

Anda mungkin juga menyukai