Lap. Eval Identifikasi ZW Selulosa (Silvy) New
Lap. Eval Identifikasi ZW Selulosa (Silvy) New
Disusun oleh
Nama: Silvy Ramadhani
Npm: 15020028
Grup: 2K1
Dosen: Luciana, S Teks, M.Pd
Asisten Dosen: Kurniawan,S.T, M.T
Witri A S., S.ST
I.
II.
TEORI DASAR
A. Serat Kapas
Serat kapas merupakan serat alam yang dihasilkan dari tanaman Gossypium.
Tanaman ini tumbuh dengan baik didaerah lembab dan banyak disinari matahari. Sifat
dan kualitas kapas tergantung pada tempat kapas itu tumbuh dan berkembang.
Sifat Kimia kapas
1. Pengaruh asam
Selulosa tahan terhadap asam lemah, sedangkan terhadap asam kuat akan menyebabkan
kerusakan. Asam kuat akan menghidrolisa selulosa yang mengambil tempat pada
jembatan oksigen penghubung sehingga terjadi pemutusan rantai molekul selulosa
(hidroselulosa). Rantai molekul menjadi lebih pendek dan menyebabkan penurunan
kekuatan tarik selulosa. Reaksi hidroselulosa dapat dilihat pada Gambar berikut ini:
CH2OH
H
O
H
OH
OH
OH
OH
H
CH2OH
H
O
Hidrolis a
CH2OH
H
O
H
OH
H
CH2OH
2.
Pengaruh alkali
O
H
OH
H
O
C
OH
OH
OH
OH
H
CH2OH
O
H
H
OH
H
OH
OH
OH
H
CH2OH
Reaksi Hidroselulosa
H
O
OH
H
O
H
O
Alkali mempunyai pengaruh pada kapas. Alkali kuat pada suhu rendah akan
menggelembungkan serat kapas seperti yang terjadi pada proses merserisasi, sedangkan
pada suhu didih air dan dengan adanya oksigen dalam udara akan menyebabkan
terjadinya oksiselulosa.
3. Pengaruh panas
Serat kapas tidak memperlihatkan perubahan kekuatan bila dipanaskan pada suhu 120 OC
selama 5 jam, tapi pada suhu yang lebih tinggi dapat menyebabkan penurunan kekuatan.
Serat kapas kekuatannya hampir hilang jika dipanaskan pada suhu 240OC.
B. Serat Poliakrilat
Serat poliakrilat merupakan serat buatan yang terbentuk dari polimer sintetik yaitu vinil
sianida. Serat ini sangat kuat, hidrofob dan sukar dicelup.
Karena serat sukar dicelup, kemudian serat polimer poliakrilat dimodifikasi berupa
kopolimer dengan monomer lain yang mengandung gugus yang bersifat anionik seperti
karboksil atau sulfonat. Dengan adanya gugus-gugus tersebut membuat serat poliakrilat
yang sekarang ini dapat dicelup dengan zat warna basa yang bersifat kationik dalam
larutan asam. Berat gugus-gugus anionik maksimum 15% dari berat serat.
Sifat Kimia
Ketahanan terhadap Zat Kimia
Serat poliakrilat pada umumnya memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap asamasam mineral dan pelarut, minyak, lemak dan garam netral. Serat poliakrilat tahan
terhadap alkali lemah tetapi dalam larutan alkali kuat panas akan rusak dengan cepat.
Ketahanan terhadap Panas
Serat poliakrilat memiliki sifat tahan panas yang baik. Serat poliakrilat tahan pada
pemanasan 150oC selama dua hari tanpa menunjukkan penurunan kekuatan tarik. Serat
dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning, coklat, dan hitam apabila pemanasan
diteruskan. Setelah pemanasan 60 jam pada suhu 200 oC, meskipun serat berwarna hitam,
kekuatan tarik lebih dari setengah kekuatan awal. Selain itu serat menjadi sangat stabil
terhadap pemanasan lebih lanjut meskipun dibakar dalam Bunsen.
Serat poliakrilat yang dipanaskan dalam keadaan kering tidak akan membuat membuat
rantai-rantai molekul putus, namun pada kondisi tersebut dapat menyebabkan
penyusunan kembali molekul-molekul menjadi senyawa lingkar, warna berubah, ikatan
hidrogen lepas, dan timbul gugus-gugus basa. Dari pembentukan molekul baru juga
membuat serat tidak larut dalam pelarut-pelarut yang biasa digunakan untuk melarutkan
serat poliakrilat. Reaksi pembentukan senyawa lingkar digambarkan dalam berikut:
C. Serat Wool
Wol adalah serat tekstil yang diperoleh dari domba dan hewan tertentu lainnya, termasuk
kasmir dari kambing, mohair dari kambing, qiviut dari muskoxen, angora dari kelinci,
dan jenis-jenis wol dari camelids.
Sifat Kimia Wool
1. Dapat bereaksi dengan asam kuat atau asam lemah
2. Tidak larut oleh asam kuat atau asam lemah
3. Mudah rusak oleh alkali
4. Rusak oleh zat reduktor dan oksidator yaitu memutuskan ikatan sistina atau ikatan
disulfisa
5. Tahan terhadap jamur dan bakteri
6. Dapat dicelup dengan zat warna asam, direk, dan krom
Identifikasi zat warna pada selulosa digolongkan menjadi empat golongan dan cara
pengujian dilakukan berturut-turut dari zat warna golongan satu sampai zat warna
golongan empat.
Golongan I
= Zat warna yang luntur dalam larutan amonia atau asam asetat
encer mendidih. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah zat
warna direk, asam, basa, dan direk dengan pengerjaan iring.
Golongan II = Zat warna yang berubah warnanya karena reduksi dengan Natrium
hidrosulfit dalam suasana alkali dan warna kembali ke warna semula
(asli) oleh oksidasi dengan udara. Zat warna yang termasuk
golongan ini adalah zat warna bejana, belerang, bejana belerang,
dan oksidasi.
Golongan III = Zat warna yang rusak oleh reduksi dengan Natrium hidrosulfit dalam
suasana alkali dan larutan ekstraksinya dalam amonia atau asam
asetat tidak dapat mencelup kembali kain kapas putih. Zat warna
yang termasuk dalam golongan ini adalah zat warna direk dengan
iring logam, direk dengan iring formaldehid, direk diazotasi dan
dibangkitkan dengan naftoat.
Golongan IV = Zat warna yang tidak luntur dalam pelarut organik Dimetilformamida
(DMF) 1:1 adan DMF 100%. Termasuk golongan ini adalah zat
warna pigmen dan reaktif.
Prinsip pengujian dari uji zat warna pada selulosa ini adalah contoh uji dilunturkan
warnanya dengan pereaksi tertentu dan larutan ekstraksinya diamati daya celupnya atau
karakteristik khusus lainnya.
Golongan I
Penggolongan ini didasarkan atas kelunturan zat warna-zat warna tersebut didalam
larutan amonia atau asetat encer mendidih yang dilakukan menurut urutan yang
ditentukan.
1
Golongan II
Zw golongan II berubah warnanya karena reduksi dengan natrium hidrosulfit
dalam suasana basa (alkali) dan warna akan kembali ke warna asli oleh oksidasi
kembali (dengan udara). Zw yang termasuk golongan ini adalah zw bejana, belerang,
hidron dan zw oksidasi.
1
Ikatan zw bejana dengan serat antara lain ikatan hidrogen dan ikatan sekunder
seperti gaya-gaya Van Der Wall. Tetapi karena bersifat hidrofob maka ketahanan
cucinya lebih tinggi daripada zat warna yang berikatan ionik dengan serat.
2
Golongan III
Zat warna golongan III adalah zw yang rusak dalam larutan Na 2S2O4 yang bersifat
alkali dan larutan ekstraksinya didalam air, air-amonia atau asam asetat tidak mencelup
kembali serat kapas putih atau warna tidak kembali kewarna asli setelah oksidasi.
1
Golongan IV
Zw golongan IV merupakan zw yang sukar dilunturkan dalam berbagai pelarut
seperti amonia, asam asetat dan piridin. Termasuk dalam golongan ini adalah zw
pigmen dan zw reaktif.
1
III.
BAHAN
Pereaksi :
NH4OH 10%
NaCl 10%
CH3COOH 10%
CH3COOH glacial
NaOH 10%
Eter
Pb Ac 10%
NaOCl 10%
IV.
CARA KERJA
4.1 Uji Zat Warna Golongan I
4.1.1 Uji Pendahuluan
1. Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi
2. Tambahkan 4 ml ammonia 10%
3. Didihkan sehingga sebagian zat warna terekstraksi
4. Ambil contoh uji dari larutan ekstrak zat warna (sebaiknya larutan ekstraksi
dibagi dua, satu bagian untuk uji zat warna direk dan satu bagian lagi untuk uji
zat warna asam)
4.1.2 Uji Zat Warna Direk
1. Masukkan kapas putih, wool putih, dan akrilat putih masing-masing 2-3 buah
kemudian tambahkan 1ml NaCl 10%
2. Didihkan selama 0,5 1,5 menit kemudian biarkan menjadi dingin
3. Ambil kain kain tersebut cuci dengan air, amati warnanya
4. Pencelupan kembali kain kapas lebih tua dibandingkan dengan wool dan akrilat
menunjukkan zat warna direk
4.1.3. Uji Zat Warna Asam
1. Netralkan larutan ekstraksi yang diperoleh dari larutan ammonia dengan asam
2.
3.
4.
5.
asetat 10%
Tambahkan lagi 1 ml asam asetat 10%
Masukkan kain kapas, wool, dan akrilat didihkan selama 1 menit
Ambil kain-kain tersebut, cuci dengan air, amati warnanya
Pencelupan kembali wool putih oleh larutan ekstraksi dalam suasana asam
menunjukkan adanya zat warna asam
biarkan dingin
3. Ambil kain kapas tersebut letakkan diatas kertas saring dan biarkan terkena
udara
4. Kapas tercelup kembali kewarna contoh asli tetapi lebih muda
4.2.3 Uji Penentuan I
1. Masukkan contoh uji kedalam lelehan parafin
2. Apabila padatan parafin pada kertas saring berwarna maka menunjukkan adanya
zat warna bejana (zat warna belerang tidak mewarnai parafin)
4.2.4 Uji penentuan 2
1. Rendam contoh uji dalam larutan NaOCl
4.2.5 Uji Zat Warna Belerang
1. Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi
2. Tambahkan 2-3 ml air, 2 ml Na 2CO3 panaskan kemudian masukkan 2-3 spatula
Na2S
3. Panaskan kembali sampai mendidih selama 1-2 menit
4. Ambil contoh uji, masukkan 2 buah kapas putih dan ml NaCl didihkan
selama 1-2 menit
5. Ambil kapas tersebut letakkan diatas kertas saring atau cuci dengan air biarkan
terkena udara
6. Kain kapas akan tercelup kembali dengan warna yang sama dengan warna
contoh asli tetapi lebih muda
4.2.6 Uji Penentuan I
1. Didihkan contoh uji dalam 2 ml larutan NaOH 10% kemudian cuci bersih (2x
2.
3.
4.
5.
4.3.2
dan Na2SO4)
Didihkan beberapa menit
Masukkan esrat wool didihkan
Pewarnaan pada serat wool menunjukkan zat warna reaktif
Masukkan contoh uji 1 ml air + 1 ml NaOH 10% lalu dinginkan, larutan
V.
DATA PRAKTIKUM
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu Hariyanti. 1993. Pedoman Praktikum Evaluasi Tekstil Kimia I. 1993. Bandung:STTT
Tekstil.