Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

IDENTIFIKASI ZAT WARNA PADA SELULOSA


GOLONGAN 1(ZAT WARNA DIREK, ASAM, BASA), GOLONGAN 2 (ZAT
WARNA BEJANA, BELERANG, BEJANA-BELERANG), GOLONGAN 3
(ZAT WARNA NAFTOL), GOLONGAN 4 (ZAT WARNA PIGMEN,
REAKTIF)

Disusun oleh
Nama: Silvy Ramadhani
Npm: 15020028
Grup: 2K1
Dosen: Luciana, S Teks, M.Pd
Asisten Dosen: Kurniawan,S.T, M.T
Witri A S., S.ST

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK STTT BANDUNG
2016

I.

MAKSUD DAN TUJUAN


I.1 MAKSUD
1. Untuk mengidentifikasi zat warna pada selulosa yang merupakan zat warna
golongan 1 (zat warna asam, basa, direk), golongan 2 (zat warna bejana, belerang,
bejana-belerang), golongan 3 (zat warna naftol), dan golongan 4 (zat warna
pigmen, reaktif).
2. Mengidentifikasi keempat golongan zat warna yang mungkin tercelup oleh serat
selulosa sebagai contoh uji dengan melakukan pelunturan zat warna pada contoh
uji.
1.2 TUJUAN
1. Agar dapat mengetahui serta memahami cara mengidentifikasi zat warna pada
selulosa
2. Melunturkan zat warna yang terdapat pada selulosa sebagai contoh uji dengan
menggunakan pereaksi tertentu sehingga melalui larutan ekstraksinya dapat
diamati daya celupnya ataupun karakteristik lainnya.

II.

TEORI DASAR
A. Serat Kapas
Serat kapas merupakan serat alam yang dihasilkan dari tanaman Gossypium.
Tanaman ini tumbuh dengan baik didaerah lembab dan banyak disinari matahari. Sifat
dan kualitas kapas tergantung pada tempat kapas itu tumbuh dan berkembang.
Sifat Kimia kapas

1. Pengaruh asam
Selulosa tahan terhadap asam lemah, sedangkan terhadap asam kuat akan menyebabkan
kerusakan. Asam kuat akan menghidrolisa selulosa yang mengambil tempat pada
jembatan oksigen penghubung sehingga terjadi pemutusan rantai molekul selulosa
(hidroselulosa). Rantai molekul menjadi lebih pendek dan menyebabkan penurunan
kekuatan tarik selulosa. Reaksi hidroselulosa dapat dilihat pada Gambar berikut ini:
CH2OH
H
O

H
OH

OH

OH

OH
H

CH2OH

H
O

Hidrolis a

CH2OH
H
O

H
OH
H

CH2OH

2.

Pengaruh alkali
O

H
OH
H

O
C

OH

OH

OH

OH
H

CH2OH

O
H

H
OH
H

OH

OH

OH
H
CH2OH

Reaksi Hidroselulosa
H
O

OH
H
O

H
O

Alkali mempunyai pengaruh pada kapas. Alkali kuat pada suhu rendah akan
menggelembungkan serat kapas seperti yang terjadi pada proses merserisasi, sedangkan
pada suhu didih air dan dengan adanya oksigen dalam udara akan menyebabkan
terjadinya oksiselulosa.
3. Pengaruh panas
Serat kapas tidak memperlihatkan perubahan kekuatan bila dipanaskan pada suhu 120 OC
selama 5 jam, tapi pada suhu yang lebih tinggi dapat menyebabkan penurunan kekuatan.
Serat kapas kekuatannya hampir hilang jika dipanaskan pada suhu 240OC.
B. Serat Poliakrilat
Serat poliakrilat merupakan serat buatan yang terbentuk dari polimer sintetik yaitu vinil
sianida. Serat ini sangat kuat, hidrofob dan sukar dicelup.

Karena serat sukar dicelup, kemudian serat polimer poliakrilat dimodifikasi berupa
kopolimer dengan monomer lain yang mengandung gugus yang bersifat anionik seperti
karboksil atau sulfonat. Dengan adanya gugus-gugus tersebut membuat serat poliakrilat
yang sekarang ini dapat dicelup dengan zat warna basa yang bersifat kationik dalam
larutan asam. Berat gugus-gugus anionik maksimum 15% dari berat serat.

Banyaknya gugus-gugus anionik pada serat dapat mempengaruhi kemampuan maksimum


serat poliakrilat menyerap zat warna. Hal itu biasa dinyatakan dengan nilai faktor A dari
serat atau Saturated Factor (SF). Semakin kecil nilai faktor A, maka banyaknya zat
warna yang dapat diserap oleh serat semakin kecil, begitu juga sebaliknya.

Sifat Kimia
Ketahanan terhadap Zat Kimia

Serat poliakrilat pada umumnya memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap asamasam mineral dan pelarut, minyak, lemak dan garam netral. Serat poliakrilat tahan
terhadap alkali lemah tetapi dalam larutan alkali kuat panas akan rusak dengan cepat.
Ketahanan terhadap Panas
Serat poliakrilat memiliki sifat tahan panas yang baik. Serat poliakrilat tahan pada
pemanasan 150oC selama dua hari tanpa menunjukkan penurunan kekuatan tarik. Serat
dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning, coklat, dan hitam apabila pemanasan
diteruskan. Setelah pemanasan 60 jam pada suhu 200 oC, meskipun serat berwarna hitam,
kekuatan tarik lebih dari setengah kekuatan awal. Selain itu serat menjadi sangat stabil
terhadap pemanasan lebih lanjut meskipun dibakar dalam Bunsen.
Serat poliakrilat yang dipanaskan dalam keadaan kering tidak akan membuat membuat
rantai-rantai molekul putus, namun pada kondisi tersebut dapat menyebabkan
penyusunan kembali molekul-molekul menjadi senyawa lingkar, warna berubah, ikatan
hidrogen lepas, dan timbul gugus-gugus basa. Dari pembentukan molekul baru juga
membuat serat tidak larut dalam pelarut-pelarut yang biasa digunakan untuk melarutkan
serat poliakrilat. Reaksi pembentukan senyawa lingkar digambarkan dalam berikut:

C. Serat Wool
Wol adalah serat tekstil yang diperoleh dari domba dan hewan tertentu lainnya, termasuk
kasmir dari kambing, mohair dari kambing, qiviut dari muskoxen, angora dari kelinci,
dan jenis-jenis wol dari camelids.
Sifat Kimia Wool
1. Dapat bereaksi dengan asam kuat atau asam lemah
2. Tidak larut oleh asam kuat atau asam lemah
3. Mudah rusak oleh alkali
4. Rusak oleh zat reduktor dan oksidator yaitu memutuskan ikatan sistina atau ikatan
disulfisa
5. Tahan terhadap jamur dan bakteri
6. Dapat dicelup dengan zat warna asam, direk, dan krom

Identifikasi zat warna pada selulosa digolongkan menjadi empat golongan dan cara
pengujian dilakukan berturut-turut dari zat warna golongan satu sampai zat warna
golongan empat.
Golongan I

= Zat warna yang luntur dalam larutan amonia atau asam asetat
encer mendidih. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah zat
warna direk, asam, basa, dan direk dengan pengerjaan iring.

Golongan II = Zat warna yang berubah warnanya karena reduksi dengan Natrium
hidrosulfit dalam suasana alkali dan warna kembali ke warna semula
(asli) oleh oksidasi dengan udara. Zat warna yang termasuk
golongan ini adalah zat warna bejana, belerang, bejana belerang,
dan oksidasi.
Golongan III = Zat warna yang rusak oleh reduksi dengan Natrium hidrosulfit dalam
suasana alkali dan larutan ekstraksinya dalam amonia atau asam
asetat tidak dapat mencelup kembali kain kapas putih. Zat warna
yang termasuk dalam golongan ini adalah zat warna direk dengan
iring logam, direk dengan iring formaldehid, direk diazotasi dan
dibangkitkan dengan naftoat.
Golongan IV = Zat warna yang tidak luntur dalam pelarut organik Dimetilformamida
(DMF) 1:1 adan DMF 100%. Termasuk golongan ini adalah zat
warna pigmen dan reaktif.
Prinsip pengujian dari uji zat warna pada selulosa ini adalah contoh uji dilunturkan
warnanya dengan pereaksi tertentu dan larutan ekstraksinya diamati daya celupnya atau
karakteristik khusus lainnya.
Golongan I
Penggolongan ini didasarkan atas kelunturan zat warna-zat warna tersebut didalam
larutan amonia atau asetat encer mendidih yang dilakukan menurut urutan yang
ditentukan.
1

Zat Warna Direk


Zat warna direk umumnya adalah senyawa azo yang disufonasi, zw ini disebut juga
zw substatif karena mempunyai afinitas yang besar terhadap selulosa. Beberapa zw

direk dapat mencelup serat binatang berdasarkan ikatan hidrogen. Zw direk


umumya mempunyai ketahanan terhadap sinar cukup, tidak tahan terhadap oksidasi
dan rusak oleh zat pereduksi.
2

Zat Warna Asam


Zw asam mengandung asam-asam mineral / asam-asam organik dan dibuat dalam
bentuk garam-garam natrium dari organik dengan gugus anion yang merupakan
gugus pembawa warna (kromofor) yang aktif. Struktur kimia zw asam menyerupai
zw direk merupakan senyawa yang mengandung gugusan sulfonat atau karboksilat
sebagai gugus pelarut. Ikatan yang terbentuk antara zat warna dengan serat adalah
ikatan elektrovalen atau ionik yang lebih kuat daripada ikatan hidrogen sehingga
lebih tahan dari pada zat warna direk.

Zat Warna Basa


Zw basa adalah zat warna yang terionisasi membentuk muatan positif / kation pada
larutan pencelupan. Zw basa merupakan suatu garam ; basa zw basa yang dapat
membentuk garam dengan asam. Asam dapat berasal dari hidro klorida atau oksalat.
Dengan berkembangnya pemakaian zat warna reaktif akhir-akhir ini, zat warna basa
jarang dipakai untuk mencelup serat selulosa. Zat warna basa biasanya digunakan
untuk menimbulkan warna yang searah pada hasil celupan dengan zat warna
belerang, atau untuk mendapatkan bahan dengan warna yang cerah dan murah
tetapi tahan luntur warnanya jelek.

Golongan II
Zw golongan II berubah warnanya karena reduksi dengan natrium hidrosulfit
dalam suasana basa (alkali) dan warna akan kembali ke warna asli oleh oksidasi
kembali (dengan udara). Zw yang termasuk golongan ini adalah zw bejana, belerang,
hidron dan zw oksidasi.
1

Zat Warna Bejana


Zw bejana tidak larut dalam air, oleh karena itu dalam pencelupannya harus dirubah
menjadi bentuk leuko yang larut. Senyawa leuko tersebut memiliki substantivitas
terhadap selulosa sehingga dapat tercelup.
Adanya oksidator atau oksigen dari udara, bentuk leuko yang tercelup dalam serat
tersebut akan teroksidasi kembali kebentuk semula yaitu pigmen zw bejana.
Senyawa leuko zw bejana golongan indigoida larut dalam alkali lemah sedangkan
golongan antrakwinon hanya larut dalam alkali kuat dan hanya sedikit berubah
warnanya dalam larutan hipoklorit. Umunya zw turunan tioindigo dan karbasol
warna hampir hilang dalam uji hipoklorit dan didalam larutan pereduksi warnanya
menjadi kuning.

Ikatan zw bejana dengan serat antara lain ikatan hidrogen dan ikatan sekunder
seperti gaya-gaya Van Der Wall. Tetapi karena bersifat hidrofob maka ketahanan
cucinya lebih tinggi daripada zat warna yang berikatan ionik dengan serat.
2

Zat Warna Belerang


Zat warna belerang adalah zat warna yang mengandung unsur belerang sebagai
kromofor. Struktur molekulnya merupakan molekul yang kompleks dan tidak larut
dalam air oleh karena itu dalam pencelupannya diperlukan reduktor natrium sulfida
dan soda abu untuk melarutkannya. Untuk membentuk zw maka perlu proses
oksidasi baik dengan udara maupun dengan bantuan oksidator-oksidator lainnya.

Zat Warna Hidron


Zat warna hidron memiliki sifat-sifat antara zat warna bejana dan zat warna
belerang. Dalam skala pengujian jenis zat warna ini dilakukan dengan pengujian
untuk zat warna belerang dan untuk bejana. Zw ini juga mempunyai warna yang
spesifik yaitu berwarna biru. Reduktor yang digunakan adalah reduktor lemah
seperti Na2S dan Na2CO3.

Golongan III
Zat warna golongan III adalah zw yang rusak dalam larutan Na 2S2O4 yang bersifat
alkali dan larutan ekstraksinya didalam air, air-amonia atau asam asetat tidak mencelup
kembali serat kapas putih atau warna tidak kembali kewarna asli setelah oksidasi.
1

Zat Warna Naftol


Zw naftol merupakan zw yang terbentuk dalam serat pada waktu pencelupan dan
merupakan hasil reaksi antara senyawa naftol dengan garam diazonium (kopling).
Sifat-sifat umum dari zw naftol :

tidak luntur dalam air

luntur dalam piridin pekat mendidih

bersifat poligenetik dan monogenetik

karena mengandung gugus azo, maka tidak tahan terhadap reduktor

Golongan IV
Zw golongan IV merupakan zw yang sukar dilunturkan dalam berbagai pelarut
seperti amonia, asam asetat dan piridin. Termasuk dalam golongan ini adalah zw
pigmen dan zw reaktif.
1

Zat Warna Pigmen

Zw pigmen adalah zw yang hanya mengandung kromofor saja sehingga pada


pencelupannya perlu dibantu dengan zat pengikat yang disebut binder/pengikat
karena tidak dapat berikatan dengan serat.
Unsur-unsur yang terdapat didalam zw pigmen antara lain, garam-garam organik,
oksida organik, gugus azo, logam berwarna dan lain-lain. Zat warna ini luntur
dalam dimetil formamida pekat dan dimetil formamida 1:1. kecuali untuk zat warna
pigmen ftalosianin atau yang berasal dari zat warna pigmen anorganik.
2

Zat Warna Reaktif


Zar warna reaktif adalah zat warna yang dapat mengadakan reaksi dengan serat,
sehingga zw tersebut merupakan bagian dari serat berikatan kovalen. Oleh karena
itu zw ini mempunyai ketahanan cuci yang baik (tahan luntur tinggi ) . Zw ini
mempunyai berat molekul yang kecil oleh karena itu kilapnya lebih baik
dibandingkan dengan zw direk.
Sifat-sifat umum :
1. larut dalam air
2. berikatan kovalen dengan serat
3. karena kebanyakan gugusnya azo maka zw ini mudah rusak oleh reduktor
kuat
4. tidak tahan terhadap oksidator yang mengandung klor ( NaOCl )

III.

ALAT DAN BAHAN


III.1 ALAT
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Pipet volume
4. Bunsen
5. Penjepit
6. Mikroskop
7. Batang pengaduk
8. Pipet ukur
9. Gelas kimia
10. Rak tabung reaksi
III.2

BAHAN

3.2.1 Pengujian zat warna golongan I

3 lembar kain yang sudah dicelup zat warna selulosa golongan I


Kain kapas
Wool
Akrilat

Pereaksi :

NH4OH 10%

NaCl 10%

CH3COOH 10%

CH3COOH glacial

NaOH 10%

Eter

3.2.2 Pengujian zat warna golongan 2


3 lembar kain yang sudah dicelup zat warna selulosa golongan II
Kain kapas
Paraffin
Pereaksi :
NaOH 10%
Na2S2O4
Na2CO3
Na2S
NaCl
HCl 16%
SnCl2 10%

Pb Ac 10%
NaOCl 10%

3.2.3 Pengujian zat warna golongan 3 dan 4


3 lembar kain yang sudah dicelup zat warna selulosa golongan III dan IV
Kain kapas untuk naftol
Wool
Pereaksi :
NaOH 10%
Na2S2O4
Alkohol
NaCl
DMF 1 : 1
DMF 100%
HCl 1%
H2SO4 60%

IV.

CARA KERJA
4.1 Uji Zat Warna Golongan I
4.1.1 Uji Pendahuluan
1. Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi
2. Tambahkan 4 ml ammonia 10%
3. Didihkan sehingga sebagian zat warna terekstraksi

4. Ambil contoh uji dari larutan ekstrak zat warna (sebaiknya larutan ekstraksi
dibagi dua, satu bagian untuk uji zat warna direk dan satu bagian lagi untuk uji
zat warna asam)
4.1.2 Uji Zat Warna Direk
1. Masukkan kapas putih, wool putih, dan akrilat putih masing-masing 2-3 buah
kemudian tambahkan 1ml NaCl 10%
2. Didihkan selama 0,5 1,5 menit kemudian biarkan menjadi dingin
3. Ambil kain kain tersebut cuci dengan air, amati warnanya
4. Pencelupan kembali kain kapas lebih tua dibandingkan dengan wool dan akrilat
menunjukkan zat warna direk
4.1.3. Uji Zat Warna Asam
1. Netralkan larutan ekstraksi yang diperoleh dari larutan ammonia dengan asam
2.
3.
4.
5.

asetat 10%
Tambahkan lagi 1 ml asam asetat 10%
Masukkan kain kapas, wool, dan akrilat didihkan selama 1 menit
Ambil kain-kain tersebut, cuci dengan air, amati warnanya
Pencelupan kembali wool putih oleh larutan ekstraksi dalam suasana asam
menunjukkan adanya zat warna asam

4.1.4 Uji Zat Warna Basa


1. Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi
2. Tambahkan 2 ml asam asetat glasial, tambahkan 3-5 ml air didihkan sampai
terjadi ekstraksi
3. Ambil contoh uji dan bagilah ekstraksi menjadi 2 bagian (1 bagian untuk
pencelupan dan 1 bagian lagi untuk uji penentuan)
4. Masukkan kain-kain kapas, wool, dan akrilat
5. Didihkan selama 1-1,5 menit
6. Pencelupan kembali kain akrilat dengan warna tua menunjukkan adanya zat
warna basa
4.1.5 Uji Penentuan
1. Tambahkan 3 ml larutan NaOH 10% (sampai alkalis) kedalam larutan ekstraksi
2.
3.
4.
5.
6.

zat warna yang panas


Dinginkan kemudian tambahkan 3 ml eter
Kocok larutan tersebut,biarkan memisah (air dibawah, eter diatas)
Pindahkan lapisan eter kedalam tabung reaksi lain
Tambahkan 1-2 ml asam asetat 10% kocok lagi
Pewarnaan kembali lapisan larutan asam asetat dengan warna yang sama
dengan warna yang asli menunjukkan adanya zat warna basa

4.2 Uji Zat Warna Golongan II


4.2.1 Uji Pendahuluan

1. Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi


2. Tambahkan 2-3 ml air, 2 ml NaOH 10%, didihkan selama 1 menit, tambahkan
3.
4.
5.
4.2.2
1.
2.

2-3 spatula Na2S2O4 didihkan lagi selama 1 menit


Keluarkan contoh uji, angin-anginkan / oksidasi dengan udara
Warna kembali kewarna semula maka menunjukkkan zat warna golongan II
Lunturan uji zat warna bejana
Uji Zat Warna Bejana
Lunturan dari uji pendahuluan
Masukkan 2 buah kapas putih dan ml NaCl didihkan selama 1-1,5 menit,

biarkan dingin
3. Ambil kain kapas tersebut letakkan diatas kertas saring dan biarkan terkena
udara
4. Kapas tercelup kembali kewarna contoh asli tetapi lebih muda
4.2.3 Uji Penentuan I
1. Masukkan contoh uji kedalam lelehan parafin
2. Apabila padatan parafin pada kertas saring berwarna maka menunjukkan adanya
zat warna bejana (zat warna belerang tidak mewarnai parafin)
4.2.4 Uji penentuan 2
1. Rendam contoh uji dalam larutan NaOCl
4.2.5 Uji Zat Warna Belerang
1. Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi
2. Tambahkan 2-3 ml air, 2 ml Na 2CO3 panaskan kemudian masukkan 2-3 spatula
Na2S
3. Panaskan kembali sampai mendidih selama 1-2 menit
4. Ambil contoh uji, masukkan 2 buah kapas putih dan ml NaCl didihkan
selama 1-2 menit
5. Ambil kapas tersebut letakkan diatas kertas saring atau cuci dengan air biarkan
terkena udara
6. Kain kapas akan tercelup kembali dengan warna yang sama dengan warna
contoh asli tetapi lebih muda
4.2.6 Uji Penentuan I
1. Didihkan contoh uji dalam 2 ml larutan NaOH 10% kemudian cuci bersih (2x
2.
3.
4.
5.

dengan air mengalir) sampai tidak licin


Masukkan contoh uji (bersih) tambahkan 2 ml HCl 16%
Didihkan selama 0,5-1 menit biarkan dingin
Tambahkan 2 ml SnCl2 10%
Letakkan kertas timbal asetat pada mulut tabung (kertas Pb Ac : kertas saring

dibasahi dengan larutan Pb Ac 10%) panaskan


6. Warna coklat atau hitampada kertas Pb Ac menunjukkan zw belerang
4.2.7 Uji Penentuan II

1. Rendam contoh uji dengan larutan NaOCl 10%


2. Zat warna belerang akan rusak dalam waktu 5 menit
4.3 Uji Zat Warna Golongan III dan IV
4.3.1 Uji Pendahuluan
1. Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi tambahkan 1 ml air, 2 ml
NaOH 10% dan 2-3 spatula Na2S2O4
2. Panaskan sampai mendidih selama 3 menit
3. Semua zat warna golongan II akan rusak, ditandai dengan parubahan warna
terhadap contoh uji atau larutan ekstraksi menjadi putih, abu-abu, kuning atau
jingga. Warna tidak kembali setelah oksidasi.
Uji Penentuan Naftol
1. Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi
2. Tambahkan 1 ml NaOH 10% dalam 2 ml alkohol didihkan
3. Tambahkan Na2S2O4 panaskan (warna akan tereduksi)
4. Dinginkan, ambil contoh uji amati warnanya
5. Warna rusak menunjukkan adanya zat warna naftol atau reaktif (dengan oksidasi

4.3.2

warna akan kembali)


6. Kedalam lunturan masukkan kapas putih dan ml NaCl didihkan selama 2
menit
7. Kapas berwarna kuning dan berpendar dibawah sinar ultra violet menunjukkan
zat warna naftol
8. Masukkan contoh uji kedalam lelehan paraffin lalu dinginkan
4.3.3 Uji Zat Warna Reaktif
1. Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi yang berisi 2 ml larutan (H 2SO4
2.
3.
4.
5.

dan Na2SO4)
Didihkan beberapa menit
Masukkan esrat wool didihkan
Pewarnaan pada serat wool menunjukkan zat warna reaktif
Masukkan contoh uji 1 ml air + 1 ml NaOH 10% lalu dinginkan, larutan

tambahkan H2S2O4 60% sampai asam tambahkan wol, lalu cuci


6. Rendam contoh uji dengan NaOCl warna rusak menunjukkan zw reaktif
4.3.3 Uji Zat Warna Pigmen
1. Masukkan contoh uji kedalam 1 ml larutan DMF 1;1
2. Didihkan selama 2 menit amati warnanya
3. Ulangi pengerjaannya dengan larutan DMF 100%
4. Pewarnaan muda pada DMF 1:1 dan pewarnaan tua dalam DMF 100%
menunjukkan adanya zat warna pigmen

V.

DATA PRAKTIKUM

Dilampirkan pada jurnal

DAFTAR PUSTAKA
Rahayu Hariyanti. 1993. Pedoman Praktikum Evaluasi Tekstil Kimia I. 1993. Bandung:STTT
Tekstil.

P. Soepriyono, S.Teks, dkk. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut Teknologi


Tekstil.
http://kursusjahityogya.blogspot.co.id/2015/03/erat.html
agaara301.blogspot.co.id/2012/06/serat-poliakrilat.html

Anda mungkin juga menyukai