A. PENGKAJIAN
Pengkajian menurut Riyadi & Sukarmin (2013) terdapat 3 pengkajian
yang harus di lakukan, antara lain: Pengumpulan data pada kasus kejang
demam ini meliputi :
1. Biodata/ Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin. Biodata orang tua perlu
dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur,
agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
2. Riwayat Penyakit
3. Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang
a. Gerakan kejang anak
b. Terdapat demam sebelum kejang
c. Lama bangkitan kejang
d. Pola serangan
e. Frekuensi serangan
f. Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan
g. Riwayat penyakit sekarang
h. Riwayat Penyakit Dahulu
4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami
infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per
vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu selama
hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan
tindakan (forcep atau vakum), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain.
Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau
menetek, dan kejang-kejang.
5. Riwayat Imunisasi
6. Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta
umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya
setelah mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat
menimbulkan kejang.
7. Riwayat Perkembangan
a. Personal sosial (kepribadian atau tingkah laku sosial), kemampuan
mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
b. Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan
koordinasi yang cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda,
dan lain-lain.
c. Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh.
d. Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan.
8. Riwayat kesehatan keluarga.
a. Anggota keluarga menderita kejang
b. Anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf
c. Anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau
penyakit infeksi menular yang dapat mencetuskan terjadinya kejang
demam.
9. Riwayat social
a. Perilaku anak dan keadaan emosional
b. Hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebaya
c. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
d. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Gaya hidup yang berkaitan
dengan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan, pencegahan serta
kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan medis.
10. Pola nutrisi
Asupan kebutuhan gizi anak, kualitas dan kuantitas makanan, makanan
yang disukai, selera makan, dan pemasukan cairan.
11. Pola Eliminasi
a. BAK : frekuensi, jumlah, warna, bau, dan nyeri
b. BAB : frekuensi, konsistensi, dan keteraturan
12. Pola aktivitas dan latihan
ketajaman penglihatan.
Pemeriksaan telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya
infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga,
karies gigi.
Pemeriksaan tenggorokan
Tanda peradangan tonsil, tanda infeksi faring, cairan eksudat.
10
i. Pemeriksaan leher
Tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran vena
jugularis.
j. Pemeriksaan Thorax
Amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya,
irama, kedalaman, adakah retraksi, adakah intercostale pada auskultasi,
adakah suara tambahan.
k. Pemeriksaan Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung, serta irama jantung, adakah
bunyi tambahan, adakah bradicardi atau tachycardia.
l. Pemeriksaan Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen,
bagaimana turgor kulit, peristaltik usus, adakah tanda meteorismus,
adakah pembesaran lien dan hepar.
m. Pemeriksaan Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya, apakah
terdapat oedema, hemangioma, bagaimana keadaan turgor kulit.
n. Pemeriksaan Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise, terutama setelah terjadi kejang.
Bagaimana suhu pada daerah akral.
o. Pemeriksaan Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina,
adakah tanda-tanda infeksi pada daerah genetalia.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, gangguan pusat pengaturan
suhu.
2. Potensial terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.
3. Potensial terjadinya trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi
otot.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi.
5. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan
informasi.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
11
Menurut
lakukan adalah:
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, gangguan pusat
pengaturan suhu.
Tujuan : Terjadi penurunan suhu tubuh
Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal, nadi dan RR dalam
rentang normal
Intervensi dan Rasional
1) Pantau suhu tubuh anak tiap setengah
Rasional : peningkatan suhu tubuh yang melebihi 390C dapat berisiko
terjadinya
kerusakan
saraf
pusat
karena
akan
meningkatkan
Kesadaran composmentis
Intervensi dan Rasional
1) Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap
keringat.
Rasional : proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan
tidak menyerap keringat.
2) Berikan kompres dingin
Rasional : perpindahan panas secara konduksi
3) Berikan ekstra cairan (susu, sari buah)
Rasional : saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.
4) Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 ja
Rasional : pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan
dilakukan.
5) Batasi aktivitas selama anak pana
Rasional : aktivitas dapat meningkatkan
metabolisme
dan
meningkatkan panas.
6) Berikan pengobatan antipiretik sesuai advis dokter.
Rasional : menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai
propilaksis.
3. Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya
koordinasi otot.
Tujuan : Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.
Kriteria Hasil :
Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.
Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas kejang.
Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang.
Intervensi dan Rasional :
1) Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan sisi tempat tidur
yang rendah.
Rasional : meminimalkan injuri saat kejang.
2) Tinggallah bersama klien selama fase kejang.
Rasional : meningkatkan keamanan klien.
3) Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah.
Rasional : menurunkan resiko trauma pada mulut.
4) Letakkan klien di tempat yang lembut.
Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas
ketika kontrol otot volunter berkurang
5) Catat tipe kejang (lokasi, lama) dan frekuensi kejang.
13
14
dimasukkan ke mulut
Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat
minum.
- Segera bawa ke rumah sakit bila kejang lama.
Rasional : sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar
mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan.
5) Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila
anak panas.
Rasional : mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan kejang
ulang.
15
6) Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan
menghindari orang atau teman yang menderita penyakit menular
sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu.
Rasional : sebagai upaya preventif serangan ulang.
7) Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar
memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah
menderita kejang demam.
Rasional : imunisasi pertusis memberikan reaksi panas yang dapat
menyebabkan kejang demam.
16