Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan dilakukan
penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia. Untuk melakukan penelitian maka harus melewati beberapa tahapan. Hal ini sesuai
dengan pengertian penelitian ilmiah itu sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode
yang sistematis. Salah satu hal yang paling penting dilakukan terutama dalam penelitian
kuantitatif adalah merumuskan hipotesis.
Sugiyono (2010: 96) mengatakan hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban
teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, yang belum terjawab dengan data empirik.
Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik terutama
peneliti pemula, masih banyak kesalahan dalam penyusunan hipotesis. Untuk menyusun
hipotesis yang baik setidaknya peneliti harus mengacu pada kriteria perumusan hipotesis,
bagaimana jenis-jenis hipotesis dalam penelitian, maupun pemahaman tentang penelitian
yang tidak menggunakan hipotesis. Untuk menghindari kekeliruan yang mungkin terjadi
dalam pengujian hipotesis maka seorang peneliti juga harus mengetahui bagaimana cara
menguji hipotesis. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis akan membahas
mengenai hakikat hipotesis hingga kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian
hipotesis.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Apa yang dimaksud dengan hipotesis?


Apa saja ciri-ciri hipotesis?
Apa saja jenis-jenis hipotesis?
Apa saja kegunaan hipotesis?
Bagaimana cara menguji hipotesis?
Bagaimana cara menggali dan merumuskan hipotesis?
Apa saja bentuk rumusan hipotesis?
Apa saja taraf kesalahan dalam pengujian hipotesis?
Apa saja kesalahan dalam hipotesis?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hipotesis
Istilah hipotesis berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata hipo dan thesis. Hipo
artinya sementara atau kurang kebenarannya atau masih lemah kebenarannya. Sedangkan
Thesis pernyataan atau teori. Karna hipotesis adalah pernyataan sementara yang masih lemah
kebenarannya, maka perlu di uji kebenarannya sehingga isltilah hipotesis dapat diartikan
pernyataan sementara yang perlu di uji kebenarannya.
Sylvan Wallenstein (1980) menyatakan bahwa hipotesis merupakan sebuah taksiran
atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk smentara yang dapat menerangkan faktafakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk
untuk langkah-lankah selanjutnya.
Menurut Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2007:137), Hipotesis
adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian
yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga harus diuji secara
empiris.
Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan
pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif tidak dirumuskan hipotesis tetapi justru
diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Perlu dibedakan antara hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis penelitian
yang merujuk pada menguji apakah hipotesis tersebut betul-betul terjadi pada sampel yang
diteliti atau tidak, jika apa yang ada dalam hipotesis benar-benar terjadi, maka hipotesis
penelitian terbukti. Sedangkan hipotesis statistik itu ada bila penelitian bekerja dengan

sampel. Jika penelitian tidak menggunakan sampel maka tidak ada hipotesis statistik.
Hipotesis statistik adalah pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.
2.2 Ciri-Ciri Hipotesis
1. Merupakandugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keadaan variabel
pada berbagai sampel, dan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
(Pada umumnya hipotesis deskriptif tidak dirumuskan)
2. Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai
penafiran.
3. Dapat di uji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.
2.3 Jenis-Jenis Hipotesis
Jenis-jenis hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila
dilihat dari tingkat ekplanasinya, maka jenis rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu:
rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), Komparatif (perbandingan) dan asosiatif
(hubungan).
1) Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan hipotesis yang menggambarkan sebuah kelompok
atau variabel tanpa menghubungkan dengan variabel lain. Hipotesis deskriptif juga mampu
memberikan gambaran atau deksripsi tentang sampel penelitian.
Contoh: Seorang peneliti ingin mengetahui apakah baksoFlamboyanLamgugop Banda
Acehmengandung boraks atau tidak.
Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti berikut: Apakah bakso
FlamboyanLamgugop Banda Aceh mengandung boraks?
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel tunggal yakni bakso
FlamboyanLamgugop Banda Aceh, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis

deskriptif. Ada dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar teori
yang ia gunakan, yakni:
Ho : Bakso FlamboyanLamgugop Banda Aceh mengandung boraks
Atau
Ha : Bakso Flamboyan Lamgugop Banda Aceh tidak mengandung boraks
2) Hipotesis Asosiasitf
Hipotesis asosiatif merupakan jenis hipotesis yang menjelaskan hubungana ntar
variabel. Hipotesis ini dalam sebuah penelitian selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan
yang menjelaskan hubungan antar dua variabel penelitian.
Contoh:Seorang peneliti ingin mengetahui apakah sinetron berjudul Anak Jalanan
memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam mengendarai motor.
Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti berikut: Apakah sinetron
berjudul Anak Jalanan memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam mengendarai
motor?
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel jamak. Variabel
pertama adalah sinetron berjudul Anak Jalanan, sedangkan variabel kedua adalah gaya
remaja laki-laki dalam mengendarai motor. Karena rumusan masalah mempertanyakan
perihal hubungan antara dua variabel, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis
asosiatif. Ada dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar teori
yang ia gunakan, yakni:
Ho: Sinetron berjudul Anak Jalanan memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam
mengendarai motor.
Atau
Ha: Sinetron berjudul Anak Jalanan tidak memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam
mengendarai motor.

3) Hipotesis komparatif
Hipotesis komparatif dapat didefinisikan sebagai dugaan atau jawaban sementara
terhadap rumusan masalah yang mempertanyakan perbandingan (komparasi) antara dua
variabel penelitian.
Contoh:Seorang peneliti hendak mengetahui bagaimana sikap loyal antara pendukung club
sepakbola Manchester United jika dibandingkan dengan sikap loyal pendukung
club sepakbola Chelsea. Apakah pendukung memiliki tingkat loyalitas yang sama
ataukah berbeda.
Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti berikut: Apakah pendukung
club sepakbola Manchester United dan Chelsea memiliki tingkat loyalitas yang
sama?
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel jamak. Variabel
pertama adalah loyalitas club sepakbola Manchester United, sedangkan variabel kedua adalah
loyalitas club sepakbola Chelsea. Karena rumusan masalah mempertanyakan perihal
perbandingan antara dua variabel, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis
komparatif. Ada dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar
teori yang ia gunakan, yakni:
Ho: Pendukung club Manchester United memiliki tingkat loyalitas yang sama dengan
pendukung club Chelsea
Atau
Ha:

Pendukung club Manchester United memiliki tingkat loyalitas yang tidak sama
(berbeda) dengan pendukung club Chelsea.

2.4 Kegunaan Hipotesis


Ada beberapa kegunaan yang terdapat dari hipotesis anatar lain:
1. Hipotesis memberikan arah dan tujuan dalam penelitian
6

2. Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari
teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti.
3. Untuk mengetahui apakah memang secara signifikan terdapat perbedaan atau
pengaruh antara variabel-variabel yang diteliti
4. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penelitian.Akan
sangat memudahkan peneliti jika mengambil setiap hipotesis secara terpisah dan
menyatakan kesimpulan yang relevan dengan hipotesis tersebut.
5. Hipotesis merupakan tujuan khusus yang dapat menguji suatu teori. Dengan demikian
hipotesis juga menentukan sifat-sifat data yang diperlukan untuk menguji pernyataan
tersebut. Secara sangat sederhana, hipotesis menunjukkan kepada para peneliti apa
yang harus dilakukan. Fakta yang harus dipilih dan diamati adalah fakta yang ada
hubungannnya dengan pertanyaan tertentu.
6. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan
perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
2.5 Cara Menguji Hipotesis
Pengujian Hipotesis adalah suatu prosedur yang dilakukan dengan tujuan
memutuskan apakah menerima atau menolak hipotesis mengenai parameter populasi. Cara

menguji hipotesis terbagi menjadi dua bagian:

pengujian, serta

Ha

H0

, hipotesis nol yang akan tunduk pada

, hipotesis alternatif. Keduanya selalu merupakan pernyataan-

pernyataan tentang parameter populasi (atau perbedaan diantara dua parameter atau lebih jika
dilibatkan lebih daripada hanya satu populasi saja). Dua pernyataan itu tidak pernah
merupakan pernyataan tentang statistik sampel.

Keputusan untuk menolak atau mempertahankan hipotesis selalu menunjuk pada


H0

dan tidak pernah pada

substansil memihak

Ha

Ha

, tetap saja

. Kita menolak

H0

Hipotesis yang hendak diuji, yaitu

H0

hanya apabila evidensi secara

yang menjadi subjek pengujian.


H0

, lebih menyatakan suatu titik nilai daripada

merupakan suatu rentang. Oleh karena itu hipotesis diungkapkan sebagai titik nilai, kita perlu
memeriksa satu saja distribusi mean-mean penyampelan acak untuk mengujinya. Jika
hipotesis diungkapkan sebagai suatu rentang, kita akan membutuhkan banyak distribusi
penyampelan, masing-masing dengan mean yang berbeda.
H0
Meskipun
sering disebut sebagai hipotesis nol, tidaklah ada makna istimewa
pada istilah nol (null). Nol disini tidak berarti kosong atau tidak ada perbedaan. Saat
menguji hipotesis-hipotesis berkenaan dengan perbedaan-perbedaan diantara dua mean
populasi, pada umumnya akan membuat hipotesis bahwa tidak terdapat perbedaan diantara
dua mean itu, tetapi jika kita menghendaki kita bisa meletakkan hipotesis bahwa mean
yangsatu lebih besar daripada mean yang lainnya sebesar nilai yang ditentukan. Hipotesis nol
adalah hipotesis apa saja yang dimaksudkan (digunakan) untuk pengujian yanng dilakukan.
Adapun peranan hipotesis alternatif (Ha) dalam penentuan daerah kritis (daerah
penolakan Ho) adalah sebagai berikut:
1. Jika hipotesis alternatif (Ha) mempunyai rumusan tidak sama (), maka dalam
distribusi statistik yang digunakan, normal untuk angka Z, student untukangka t dan
seterusnya, terdapat dua daerah kritis yang masing-masing terdapat pada ujung-ujung
distribusi.
Luas daerah kritis pada tiap ujung adalah . Dan karena ada duan daerah penolakan
Ho ini, maka dinamakan pengujian dua pihak (dua ekor).

Daerah
Penolakan H0

Daerah
Penolakan H0 Daerah Kritis

Daerah
Penerimaan H0

Luas 1/2a

Luas 1/2a

d1

d2

Kedua daerah penerimaan dan penolakan Ho tersebut dibatasi oleh bilangan d1 dan d2
yang harganya diperoleh dari daftar distribusi yang digunakan dengan peluang ralat yang
telah diterapkan.
Kriteria: Terima Ho, Jika harga statistik yang dihitung jatuh antara d1 dan d2, dan dalam hal
lainnya Ho ditolak.
2. Jika hipotesis alternatif (Ha) mempunyai rumusan lebih besar (), maka dalam
distribusi statistik yang digunakan terdapat sebuah daerah kritis yang letaknya diujung
kanan.
Luas daerah kritis ini adalah sama dengan . Pengujian hipotesis ini dinamakan uji
satu pihak (satu ekor) pihak kanan.

Daerah
Penolakan H0 (Daerah Kritis)

Daerah
Penerimaan H0

Luas = a

Harga d diperoleh dari daftar distribusi yang digunakan dengan peluang yang telah
ditentukan, dan menjadi batas antara daerah kritis dan daerah penerimaan Ho.
9

Kriteria: Tolak Ho; Jika harga statistik hasil perhitungan berdasarkan sampel dari harga
d,dan dalam hal lainya H0 diterima.
3. Jika hipotesis alternatif (Ha) mengandung pernyataan lebih kecil (<), maka daerah
kritis berada di ujung kiri dari distribusi. Luas daerah ini adalah , dan dibatasi oleh
bilangan d yang diperoleh dari daftar distribusi yang bersangkutan dengan tertentu
yang telah ditetapkan. Pengujian hipotesis ini disebut pengujian satu pihak (satu ekor)
pihak kiri.

Daerah
Penolakan H0 (Daerah Kritis)

Daerah
Penerimaan H0

Luas = a

d
Krite
ria: Terima Ho, jika hasil perhitungan statistik yang diperoleh berdasarkan data penelitian
lebih besar dari harga , dan dalam hal lainya Ho ditolak.
Sugiyono (2008:228-232) juga mengatakan terdapat tiga macam bentuk pengujian
hipotesis. Adapun jenis uji mana yang akan dipakai tergantung pada bunyi kalimat
hipotesis. Berikut 3 macam bentuk pengujian hipotesis tersebut:

1) Uji Dua Pihak (Two Tail Test)


Uji dua pihak digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi sama dengan dan
hipotesis alternatif (Ha) berbunyi tidak sama dengan (Ho = ; Ha ).

10

Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistic Z dengan rumus:


Z=

X 0

=X
n

.(1)

= Perkiraan standar error dari mean sample.

Statistik Z ini berdistribusi normal, sehingga untuk menentukan criteria pengujian


digunakan daftar distribusi normal baku.
Z 1
<Zhit < Z 1
(1 )
(1 )
Kriteria : H0 kita terima, jika :
dan dalam hal lainnya H0 ditolak.
2
2
Harga

Z1
2

(1 )

ini diperoleh dari daftar distribusi normal baku dengan peluang

1
( 1 ) .
2
Contoh:
Pengusaha lampu pijar merk A mengatakan bahwa lampu hasil produksinya bisa tahan
pakai sekitar 800 jam. Akhir-akhir ini muncul dugaan bahwa masa pakai lampu merk A
tersebut telah berubah. Untuk menguji terhadap dugaan tersebut dilakukan penyelidikan
dengan jalan menguji sebanyak 50 buah lampu. Dari hasil penyelidikan ternyata ditemukan
bahwa masa pakai lampu tersebut rata-rata hanya 792 jam. Dari pengamatan, diketahui
bahwa nilai simpangan baku masa hiduplampu merk A adalah 60 jam. Dengan ralat = 0,05,
ujilah apakah kualitas lampu tersebut memang sudah berubah ataukah belum.
Penyelesaian:
Kita asumsikan bahwa rata-rata masa hidup lampu merk A berdistribusi normal, maka
akan diuji :
H0 : = 800 jam, berarti lampu tersebut masa pakainya masih sekitar 800 jam (kualitas
belum berubah).
Ha : 800 jam, berarti kualitas lampu telah berubah.
Dari pengalaman, diketahui bahwa simpangan baku masa hidup lampu sekitar = 60 jam.

11

Dari penyelidikan terhadap n=50, diperoleh

x = 792 jam. Statistik yang digunakan

untuk menguji hipotesis diatas adalah statistic Z. Dan dengan mensubtitusikan harga 0 =
800 jam, akan diperoleh:
X 0
792800
Z=
=Z=
=0,94

60
n
50
Criteria pengujian atau harga Z table yang dipakai diperoleh dari daftar distribusi
normal baku untuk uji dua pihak (dua ekor) dengan =0,05. Dalam hal ini, dapat dilihat pada
daftar P (sudjana.hal 474).
Z1
=Z 1
2

(1 )

=Z 0,475=1,96

(10,05)

Daerah
Penolakan H0

Daerah
Penolakan H0 Daerah Kritis

Daerah
Penerimaan H0

0,025

-1,96

0,025

1,96

Kriteria: Terima H0, jika harga Z hitung terletak antara -1,96 dan 1,96, sedangkan dalam hal
lainnya. H0 ditolak. Dari hasil penyelidikan, ternyata diperoleh Z hitung = -0,94.
Z 1
<Zhit < Z 1
(1 )
(1 )
Ini berarti bahwa
H0 diterima.
2
2
Kesimpulan: Bahwa pada taraf =0,05, hasil penyelidikan menunjukkan bahwa H0= =800
jam diterima. Atau bahwa masa pakai lampu merk A memang masih sekitar
800 jam. Jadi, kwalitasnya belum berubah.
2) Uji Pihak Kanan
Uji pihak kanan digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi lebih kecil atau sama
dengan dan hipotesis alternatif (Ha) berbunyi lebih besar adalah H0= 0 melawan Ha=
0.

12

Contoh Soal
Pada Mabes Polisi Republik Mimpi dihasilkan uang damai rata-rata 15.7 milyar sekali
setor. Hasil uang damai mempunyai simpangan baku = 1.51 milyar. Metode uang damai
baru, diusulkan untuk mengganti yang lama, jika rata-rata per sekali setor menghasilkan
paling sedikit 16 milyar. Untuk menentukan apakah metode yang lama diganti atau tidak,
metode setor yang baru dicoba 20 kali dan ternyata rata-rata per sekali setor menghasilkan
16.9 milyar. Mabes Pol RM bermaksud mengambil resiko 5% untuk menggunakan metode
baru apabila metode ini rata-rata menghasilkan lebih dari 16 milyar. Bagaimana
keputusannya?
Jawaban
H : 16, berarti rata-rata hasil metode baru paling tinggi 16 milyar, maka metode lama
dipertahankan
A : 16, berarti rata-rata hasil metode baru lebih dari 16 milyar, maka metode lama dapat
diganti
X = 16.9 milyar ,N = 20, = 1.51, o = 16

Dari daftar normal standart dengan = 0.05 diperoleh z = 1.64


Kriteria pengujian : Tolak H jika z hitung lebih besar atau sama dengan 1.64. Jika
sebaliknya H diterima
Dari penelitian didapat z = 2.65, maka H ditolak
Kesimpulan metode baru dapat digunakan

13

DISTRIBUSI NORMAL
BAKU
0,05

Daerah penerimaan
H

1,64

3) Uji Pihak Kiri


Uji pihak kiri digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi lebih besar atau sama
dengan dan hipotesis alternatif (Ha) berbunyi lebih kecil H : 0 . Kriteria : tolak H jika
Z - Z 0,05- , terima H jika Z > - Z 0,05- .
2.6 Cara Menggali Dan Merumuskan Hipotesis
Secara sederhana, hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara yang
dirumuskan atas dasar terkaan peneliti. Namun demikian, terkaan tersebut harus didasarkan
pada acuan, yaitu teori dan fakta ilmiah.
Untuk menjadikan teori sebagai acuan penelitian, biasanya peneliti menurunkan
sejumlah asumsi dari teori tersebut. Sedangkan jika menggunakan acuan fakta, maka peneliti
harus mengidentifikasi dan menyusunnya dalam bentuk penalaran abstrak.
Hipotesis dibuat berdasarkan hasil penelitian masa lalu atau berdasarkan data-data
yang telah ada sebelum penelitian dilakukan secara lebih lanjut yang tujuannya menguji
kembali hipotesis tersebut. Hipotesis dibentuk dengan suatu pernyataan tentang frekuensi

14

kejadian atau hubungan antarvariabel. Bisa juga dinyatakan tentang korelasi satu variabel
dengan variabel yang lain. Berikut ini tahap-tahap perumusan hipotesis secara umum:
1.
2.
3.
4.
5.

Penentuan masalah
Pengumpulan fakta
Formulasi/pembentukan hipotesis
Pengujian hipotesis
Aplikasi/penerapan.

2.7 Bentuk Rumusan Hipotesis


Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian antara lain :
1. Hipotesis kerja atau alternatif, disingkat (H1).
Merupakan keputusan yang diambil bila yang kita uji tidak spesifik dengan ketetapan
H0. Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya
perbedaan antara dua kelompok. Rumusan hipotesis kerja :

Jika... Maka...
Ada perbedaan antara... dan... dalam...
Ada pengaruh... terhadap...
Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho.
Hipotesis nol merupakan hipotesis pegangan sementara atau patokan untuk

memutuskan, apakah yang kita uji masih spesifik dengan ketetapan H0 atau tidak. Hipotesis
ini menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel
X terhadap variabel Y. Rumusannya:
Tidak ada perbedaan antara... dengan... dalam...
Tidak ada pengaruh... terhadap...
Adapun Saran untuk memperoleh hipotesis:
Hipotesis induktif
Dalam prosedur induktif, penelitian merumuskan hipotesis sebagai suatu generalisasi
dari hubungan-hubungan yang diamati
Hipotesis deduktif

15

Dalam hipotesis ini,peneliti dapat memulai penyelidikan dengan memilih salah satu
teori yang ada dibidang yang menarik minatnya,setelah teori dipilih, ia lalu menarik hipotesis
dari teori ini.
2.8 Taraf Kesalahan Dalam Pengujian Hipotesis
Dapat dikatakan ada dua keadaan sifat (state of nature): hipotesis yang sedang diuji,
H0

, adalah benar atau salah. Demikian pula, terdapat dua kemungkinan keputusan,

menolak hipotesis nol atau mempertahankannya. Dalam kombinasi terdapat empat


kemungkinan seperti disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1.Dua Macam Error Dalam Pengujian Hipotesis
Keadaan Sifat
H0 Salah
H0 Benar
Mempertahankan H0
ErrorType II
Keputusan yang benar
Menolak H0
Keptusan yang salah
ErrorType I
Jika hipotesis nola adalah benar dan kita mempertahankannya, atau jika hipotesis itu
Keputusan

salah dan kita menolaknya, kita sudah membuat keputusan yang tepat. Jika tidak demikian,
berarti kita keliru. Perhatikan bahwa ada dua mean kekeliruan (error), kita sebut saja Error
Tipe I dan Error Tipe II.
Error Tipe I terjadi apabila

H0

ditolak dan pada kenyataannya hipotesis itu benar.

Gambar berikut menunjukkan suatu distribusi penyampelan.


H0:x=150
HA:x150
=0,05

Gb.4 Menguji
H0:H0benartetapimengarahpada
type I error

Daerah=0,025

Daerah=0,025

true = hyp =150


16

Gambar di atas mengilustrasikan suatu situasi yang mungkin muncul dalam pengujian

hipotesis

H 0 : x =150

(terhadap alternatifnya) apabila diambil tingkat signifikansi 5%.

Misalkan sampel mean 146, yang mana apabila tes dilakukan dalam ara yang biasa,

membawa kita untuk menolak

H0.

Logika dalam menolak

H0

yaitu bahwa jika

hipotesis itu benar, suatu mean sampel yang menyimpang sebesar ini akan menjadi lebih
kecil daripada 5% kejadian. Dengan demikian, akan lebih masuk akal kita mempercayai
bahwa mean sampel ini muncul lewat penyempelan acak dari suatu populasi dengan mean

berbeda dari apa yang ditentukan dalam

H0.

Dari definisinya, bagaimanapun, daerah

penolakan mengidentifikasi tinggi simpangan sehingga, apabila hipotesis itu benar, 5% meanmean sampel akan mencapai atau melampauinya. Mean sampel dapat menjadi salah satu nilai
yang menyimpang yang diperoleh lewat penyampelan acak. Sehingga saat kita mengadakan
tes menggunakan tingkat signifikansi 5%, dan apabila hipotesis nol benar, 5% mean-mean
sampel akan membawa kita pada suatu konklusi yang keliru: menolak hipotesis nol.
Peluang terjadinya Error Tipe I adalah

(alpha). Formulanya:

=Pr ( Error Tipe I )=Pr (menolak H 0 saat H 0 benar )


Kemungkinan terjadinya Error Tipe I hanya terdapat dalam situasi-situasi dimana
hipotesis nol benar. Jika hipotesis nol salah , maka kita mustahil melakukan kesalahan ini.
Error Tipe II terjadi apabila

H0

dipertahankan

dan pada kenyataannya salah.

Sebagaimana dalam contoh sebelumnya, misalkan kita menguji hipotesis

17

x =150

Distribusi sampling
yang dihipotesis

terhadap alternatif bahwa

bukan sama dengan 150 dan mengambil tingkat signifikansi

Distribusi
sampling
5%. Kita mengambil suatu sampel dan menemukan
meannya
adalah 152. Sekarang mungkin
yang sebenarnya

saja, tanpa kita ketahui, mean populasi sesungguhnya adalah 154. Hal seperti ditunjukkan
pada gambar di bawah ini.

H0:x=150
HA:x150
=0,05

Daerah=0,025

Gb.5. Menguji H0 : H0adalah salah tetapi X

18

mengarah pada error type

Dalam gambar di atas ditunjukkan dua distribusi penyampelan. Distribusi yang


sesungguhnya diperlihatkan dengan garis putus-putus dan berpusat pada 154, mean populasi

yang sebenarnya. Satu lainnya adalah ditribusi penyampelan

H0

yang akan terjadi jika

benar; distribusi ini berpusat di 150, mean yang dijadikan hipotesis. Mean sampel ini

sebenarnya milik distribusi penyampelan yang sesungguhnya. Tetapi untuk menguji hipotesis

bahwa

x =150

, mean dievaluasi menurut posisinya di dalam distribusi penyampelan yang

ditunjukkan dengan garis yang utuh. Relatifterhadap distribusi itu, mean itu tidk cukup

menyimpang (dari mean 150) untuk menolak

mempertahankan hipotesis nol bahwa

H0

x =150.

. Keputusan kita dengan begitu adalah

Keputusan ini tentu saja keliru, kita telah

melakukan ErrorTipe I. Dengan kata lain, kita telah gagal mengklaim terdapatnya perbedaan
yang nyata pedahal perbedaan itu memang ada.
Menerjemahkan konsepsi abstrak ErrorTipe II kedalam konsekuensi-konsekuensi
praktis adalah berguna, seperti kita lakukan untuk

. Pemikiran tentang perkara-perkara

seperti ini adalah tepatnya merupakan bagian dari tahap perencanaan, sebelum data
dikumpulkan.
Peluang berlakunya ErrorTipe II disimbolkan dengan huruf Yunani
mempertahankan H 0 saat H 0 salah

( Error Tipe II ) =Pr


=Pr

19

(beta).

Peluang berlakunya Error Tipe II hanya da dalam situasi-situasi dimana hipotesis nol
salah. Jika hipotesis nol benar, kekeliruan ini mustahil terjadi.
1.9 Kesalahan Dalam Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis dapat saja terjadi kesalahan. Macam kesalahan dalam
perumusan hipotesis ada dua macam yaitu:
1. Menolak hipotesis nihil yang seharusnya diterima, maka disebut kesalahan alpha atau
dikenal dengan taraf signifikansi pengukuran.
2. Menerima hipotesis nihil yang seharusnya ditolak, maka disebut kesalahan beta.
Pada umumnya penelitian di bidang pendidikan digunakan taraf signifikansi 0,05 atau
0,01. Sedangkan untuk penelitian kedokteran dan farmasi yang resikonya berkaitan dengan
nyawa manusia, diambil taraf signifikansi 0,005 atau 0,001 bahkan mungkin 0,0001.
Ada dua jenis kesalaham pengambilan keputusan dalam uji statistik :
1. Kesalahan tipe I (a)
2. Kesalahan tipe II ()
Kesalahan tipe I (a) kesalahan ini merupakan kesalahan menolak Ho, padahal
sesungguhnya Ho benar. Artinya menyimpulkan adanya perbedaan, padahal sesungguhnya
tidak ada perbedaan Peluang kesalahan tipe I adalah a atau sering disebut tingkat signifikansi
(significance level) Sebaliknya, peluang untuk tidak membuat kesalahan tipe I adalah
Sebaliknya,peluang untuk tidak membuat kesalahan tipe I adalah sebesar 1 a, yang disebut
dengan tingkat kepercayaan (confidence level) Kesalahan menyimpulkan ada perbedaan
antara keseriusan belajar dengan pelajaran, sesungguhnya tidak ada perbedaan antara
keseriusan belajar dengan pelajaran.
Misalnya seorang peneliti suatu ketika mengajukan hipotesis nihil yang memang
kenyataannya adalah benar dengan peluang salah sebesar a. Kemudian merek menguji

20

hipotesis tersebut. Hasil keputusan yang diperoleh ternyata ia menerima maka keputusan
tersebut benar. Peluang peneliti menerima hipotesis nihil bena adalah sebesar (1-(x)).
Jika suatu ketika terjadi kasus bahwa hipotesis nihil yang benar tersebut keti diuji
ternyata ditolak, maka keputusan peneliti menolak hipotesis nihil yang benar tersebut,
dikatakan peneliti mengalami kesalahan type I yang besarnya adalah (a)
Kesalahan tipe II () kesalahan ini merupakan kesalahan tidak menolak Ho, padahal
sesungguhnya Ho salah. Artinya menyimpulkan tidak ada perbedaan, padahal sesungguhnya
ada perbedaan, peluang untuk membuat kesalahan tipe kedua (II) ini sebesar 1 - , dan
dikenal sebagai Tingkat Kekuatan Uji (power of the test)dikenal sebagai Tingkat Kekuatan
Uji (power of the test).
Misalnya seorang peneliti suatu ketika ternyata mengajukan hipotesis nihil yang keli
Contoh hipotesis peneliti salah, misalnya dalam penelitian ketenagakerjaan yang terdiri orang
dewasa laki-laki dan perempuan. Peneliti melakukan studi produk fisik, antara tenaga kerja
laki-laki dengan tenaga kerja perempuan. Dia mengajuk hipotesis nihilnya seperti berikut,
bahwa tidak ada perbedaan signifikan anta produksi yang dihasilkan grup pekerja perempuan
dan pekerja laki-laki. Peneliti ternyata menolak terhadap hipotesis yang salah tersebut. Maka
keputusan tersebut adalah benar dan mempunyai peluang yang besarnya (1-13). Tetapi jika
hipotesis nihil yang salah tersebut setelah diuji kemudian diambil keputusan untuk
menerimanya, maka dia telah termasuk dalam kesalahan tipe 11 yang besarnya adalah 3.

21

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.
Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.

2010. Prosedur

Penelitian

Suatu

Pendekatan

Furchan, Arief. 2007. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Bandung:Pustaka


Pelajar.
Furqan. 2004. Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Ruseffendi, E.T. 2005. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta
Lainnya. Bandung: Tarsito Bandung.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D). Bandung: Alfabeta Bandung.
Sylvan wallenstein, 1980. Some Statistical Methods Useful in Circulation Research.
An Official Journal of the American Heart Association VOL. 47 NO. 1.
John W. Creswell, 2009. Research Desing (Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methons Approaches). Trird Edition SAGE Publication. Thousand Oaks California 91320.
2009nISBN: 0-7619-0070-5.

22

Anda mungkin juga menyukai