Makalah Hipotesis
Makalah Hipotesis
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan dilakukan
penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia. Untuk melakukan penelitian maka harus melewati beberapa tahapan. Hal ini sesuai
dengan pengertian penelitian ilmiah itu sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode
yang sistematis. Salah satu hal yang paling penting dilakukan terutama dalam penelitian
kuantitatif adalah merumuskan hipotesis.
Sugiyono (2010: 96) mengatakan hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban
teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, yang belum terjawab dengan data empirik.
Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik terutama
peneliti pemula, masih banyak kesalahan dalam penyusunan hipotesis. Untuk menyusun
hipotesis yang baik setidaknya peneliti harus mengacu pada kriteria perumusan hipotesis,
bagaimana jenis-jenis hipotesis dalam penelitian, maupun pemahaman tentang penelitian
yang tidak menggunakan hipotesis. Untuk menghindari kekeliruan yang mungkin terjadi
dalam pengujian hipotesis maka seorang peneliti juga harus mengetahui bagaimana cara
menguji hipotesis. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis akan membahas
mengenai hakikat hipotesis hingga kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian
hipotesis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hipotesis
Istilah hipotesis berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata hipo dan thesis. Hipo
artinya sementara atau kurang kebenarannya atau masih lemah kebenarannya. Sedangkan
Thesis pernyataan atau teori. Karna hipotesis adalah pernyataan sementara yang masih lemah
kebenarannya, maka perlu di uji kebenarannya sehingga isltilah hipotesis dapat diartikan
pernyataan sementara yang perlu di uji kebenarannya.
Sylvan Wallenstein (1980) menyatakan bahwa hipotesis merupakan sebuah taksiran
atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk smentara yang dapat menerangkan faktafakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk
untuk langkah-lankah selanjutnya.
Menurut Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2007:137), Hipotesis
adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian
yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga harus diuji secara
empiris.
Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan
pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif tidak dirumuskan hipotesis tetapi justru
diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Perlu dibedakan antara hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis penelitian
yang merujuk pada menguji apakah hipotesis tersebut betul-betul terjadi pada sampel yang
diteliti atau tidak, jika apa yang ada dalam hipotesis benar-benar terjadi, maka hipotesis
penelitian terbukti. Sedangkan hipotesis statistik itu ada bila penelitian bekerja dengan
sampel. Jika penelitian tidak menggunakan sampel maka tidak ada hipotesis statistik.
Hipotesis statistik adalah pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.
2.2 Ciri-Ciri Hipotesis
1. Merupakandugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keadaan variabel
pada berbagai sampel, dan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
(Pada umumnya hipotesis deskriptif tidak dirumuskan)
2. Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai
penafiran.
3. Dapat di uji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.
2.3 Jenis-Jenis Hipotesis
Jenis-jenis hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila
dilihat dari tingkat ekplanasinya, maka jenis rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu:
rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), Komparatif (perbandingan) dan asosiatif
(hubungan).
1) Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan hipotesis yang menggambarkan sebuah kelompok
atau variabel tanpa menghubungkan dengan variabel lain. Hipotesis deskriptif juga mampu
memberikan gambaran atau deksripsi tentang sampel penelitian.
Contoh: Seorang peneliti ingin mengetahui apakah baksoFlamboyanLamgugop Banda
Acehmengandung boraks atau tidak.
Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti berikut: Apakah bakso
FlamboyanLamgugop Banda Aceh mengandung boraks?
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel tunggal yakni bakso
FlamboyanLamgugop Banda Aceh, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis
deskriptif. Ada dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar teori
yang ia gunakan, yakni:
Ho : Bakso FlamboyanLamgugop Banda Aceh mengandung boraks
Atau
Ha : Bakso Flamboyan Lamgugop Banda Aceh tidak mengandung boraks
2) Hipotesis Asosiasitf
Hipotesis asosiatif merupakan jenis hipotesis yang menjelaskan hubungana ntar
variabel. Hipotesis ini dalam sebuah penelitian selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan
yang menjelaskan hubungan antar dua variabel penelitian.
Contoh:Seorang peneliti ingin mengetahui apakah sinetron berjudul Anak Jalanan
memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam mengendarai motor.
Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti berikut: Apakah sinetron
berjudul Anak Jalanan memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam mengendarai
motor?
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel jamak. Variabel
pertama adalah sinetron berjudul Anak Jalanan, sedangkan variabel kedua adalah gaya
remaja laki-laki dalam mengendarai motor. Karena rumusan masalah mempertanyakan
perihal hubungan antara dua variabel, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis
asosiatif. Ada dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar teori
yang ia gunakan, yakni:
Ho: Sinetron berjudul Anak Jalanan memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam
mengendarai motor.
Atau
Ha: Sinetron berjudul Anak Jalanan tidak memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam
mengendarai motor.
3) Hipotesis komparatif
Hipotesis komparatif dapat didefinisikan sebagai dugaan atau jawaban sementara
terhadap rumusan masalah yang mempertanyakan perbandingan (komparasi) antara dua
variabel penelitian.
Contoh:Seorang peneliti hendak mengetahui bagaimana sikap loyal antara pendukung club
sepakbola Manchester United jika dibandingkan dengan sikap loyal pendukung
club sepakbola Chelsea. Apakah pendukung memiliki tingkat loyalitas yang sama
ataukah berbeda.
Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti berikut: Apakah pendukung
club sepakbola Manchester United dan Chelsea memiliki tingkat loyalitas yang
sama?
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel jamak. Variabel
pertama adalah loyalitas club sepakbola Manchester United, sedangkan variabel kedua adalah
loyalitas club sepakbola Chelsea. Karena rumusan masalah mempertanyakan perihal
perbandingan antara dua variabel, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis
komparatif. Ada dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar
teori yang ia gunakan, yakni:
Ho: Pendukung club Manchester United memiliki tingkat loyalitas yang sama dengan
pendukung club Chelsea
Atau
Ha:
Pendukung club Manchester United memiliki tingkat loyalitas yang tidak sama
(berbeda) dengan pendukung club Chelsea.
2. Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari
teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti.
3. Untuk mengetahui apakah memang secara signifikan terdapat perbedaan atau
pengaruh antara variabel-variabel yang diteliti
4. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penelitian.Akan
sangat memudahkan peneliti jika mengambil setiap hipotesis secara terpisah dan
menyatakan kesimpulan yang relevan dengan hipotesis tersebut.
5. Hipotesis merupakan tujuan khusus yang dapat menguji suatu teori. Dengan demikian
hipotesis juga menentukan sifat-sifat data yang diperlukan untuk menguji pernyataan
tersebut. Secara sangat sederhana, hipotesis menunjukkan kepada para peneliti apa
yang harus dilakukan. Fakta yang harus dipilih dan diamati adalah fakta yang ada
hubungannnya dengan pertanyaan tertentu.
6. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan
perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
2.5 Cara Menguji Hipotesis
Pengujian Hipotesis adalah suatu prosedur yang dilakukan dengan tujuan
memutuskan apakah menerima atau menolak hipotesis mengenai parameter populasi. Cara
pengujian, serta
Ha
H0
pernyataan tentang parameter populasi (atau perbedaan diantara dua parameter atau lebih jika
dilibatkan lebih daripada hanya satu populasi saja). Dua pernyataan itu tidak pernah
merupakan pernyataan tentang statistik sampel.
substansil memihak
Ha
Ha
, tetap saja
. Kita menolak
H0
H0
merupakan suatu rentang. Oleh karena itu hipotesis diungkapkan sebagai titik nilai, kita perlu
memeriksa satu saja distribusi mean-mean penyampelan acak untuk mengujinya. Jika
hipotesis diungkapkan sebagai suatu rentang, kita akan membutuhkan banyak distribusi
penyampelan, masing-masing dengan mean yang berbeda.
H0
Meskipun
sering disebut sebagai hipotesis nol, tidaklah ada makna istimewa
pada istilah nol (null). Nol disini tidak berarti kosong atau tidak ada perbedaan. Saat
menguji hipotesis-hipotesis berkenaan dengan perbedaan-perbedaan diantara dua mean
populasi, pada umumnya akan membuat hipotesis bahwa tidak terdapat perbedaan diantara
dua mean itu, tetapi jika kita menghendaki kita bisa meletakkan hipotesis bahwa mean
yangsatu lebih besar daripada mean yang lainnya sebesar nilai yang ditentukan. Hipotesis nol
adalah hipotesis apa saja yang dimaksudkan (digunakan) untuk pengujian yanng dilakukan.
Adapun peranan hipotesis alternatif (Ha) dalam penentuan daerah kritis (daerah
penolakan Ho) adalah sebagai berikut:
1. Jika hipotesis alternatif (Ha) mempunyai rumusan tidak sama (), maka dalam
distribusi statistik yang digunakan, normal untuk angka Z, student untukangka t dan
seterusnya, terdapat dua daerah kritis yang masing-masing terdapat pada ujung-ujung
distribusi.
Luas daerah kritis pada tiap ujung adalah . Dan karena ada duan daerah penolakan
Ho ini, maka dinamakan pengujian dua pihak (dua ekor).
Daerah
Penolakan H0
Daerah
Penolakan H0 Daerah Kritis
Daerah
Penerimaan H0
Luas 1/2a
Luas 1/2a
d1
d2
Kedua daerah penerimaan dan penolakan Ho tersebut dibatasi oleh bilangan d1 dan d2
yang harganya diperoleh dari daftar distribusi yang digunakan dengan peluang ralat yang
telah diterapkan.
Kriteria: Terima Ho, Jika harga statistik yang dihitung jatuh antara d1 dan d2, dan dalam hal
lainnya Ho ditolak.
2. Jika hipotesis alternatif (Ha) mempunyai rumusan lebih besar (), maka dalam
distribusi statistik yang digunakan terdapat sebuah daerah kritis yang letaknya diujung
kanan.
Luas daerah kritis ini adalah sama dengan . Pengujian hipotesis ini dinamakan uji
satu pihak (satu ekor) pihak kanan.
Daerah
Penolakan H0 (Daerah Kritis)
Daerah
Penerimaan H0
Luas = a
Harga d diperoleh dari daftar distribusi yang digunakan dengan peluang yang telah
ditentukan, dan menjadi batas antara daerah kritis dan daerah penerimaan Ho.
9
Kriteria: Tolak Ho; Jika harga statistik hasil perhitungan berdasarkan sampel dari harga
d,dan dalam hal lainya H0 diterima.
3. Jika hipotesis alternatif (Ha) mengandung pernyataan lebih kecil (<), maka daerah
kritis berada di ujung kiri dari distribusi. Luas daerah ini adalah , dan dibatasi oleh
bilangan d yang diperoleh dari daftar distribusi yang bersangkutan dengan tertentu
yang telah ditetapkan. Pengujian hipotesis ini disebut pengujian satu pihak (satu ekor)
pihak kiri.
Daerah
Penolakan H0 (Daerah Kritis)
Daerah
Penerimaan H0
Luas = a
d
Krite
ria: Terima Ho, jika hasil perhitungan statistik yang diperoleh berdasarkan data penelitian
lebih besar dari harga , dan dalam hal lainya Ho ditolak.
Sugiyono (2008:228-232) juga mengatakan terdapat tiga macam bentuk pengujian
hipotesis. Adapun jenis uji mana yang akan dipakai tergantung pada bunyi kalimat
hipotesis. Berikut 3 macam bentuk pengujian hipotesis tersebut:
10
X 0
=X
n
.(1)
Z1
2
(1 )
1
( 1 ) .
2
Contoh:
Pengusaha lampu pijar merk A mengatakan bahwa lampu hasil produksinya bisa tahan
pakai sekitar 800 jam. Akhir-akhir ini muncul dugaan bahwa masa pakai lampu merk A
tersebut telah berubah. Untuk menguji terhadap dugaan tersebut dilakukan penyelidikan
dengan jalan menguji sebanyak 50 buah lampu. Dari hasil penyelidikan ternyata ditemukan
bahwa masa pakai lampu tersebut rata-rata hanya 792 jam. Dari pengamatan, diketahui
bahwa nilai simpangan baku masa hiduplampu merk A adalah 60 jam. Dengan ralat = 0,05,
ujilah apakah kualitas lampu tersebut memang sudah berubah ataukah belum.
Penyelesaian:
Kita asumsikan bahwa rata-rata masa hidup lampu merk A berdistribusi normal, maka
akan diuji :
H0 : = 800 jam, berarti lampu tersebut masa pakainya masih sekitar 800 jam (kualitas
belum berubah).
Ha : 800 jam, berarti kualitas lampu telah berubah.
Dari pengalaman, diketahui bahwa simpangan baku masa hidup lampu sekitar = 60 jam.
11
untuk menguji hipotesis diatas adalah statistic Z. Dan dengan mensubtitusikan harga 0 =
800 jam, akan diperoleh:
X 0
792800
Z=
=Z=
=0,94
60
n
50
Criteria pengujian atau harga Z table yang dipakai diperoleh dari daftar distribusi
normal baku untuk uji dua pihak (dua ekor) dengan =0,05. Dalam hal ini, dapat dilihat pada
daftar P (sudjana.hal 474).
Z1
=Z 1
2
(1 )
=Z 0,475=1,96
(10,05)
Daerah
Penolakan H0
Daerah
Penolakan H0 Daerah Kritis
Daerah
Penerimaan H0
0,025
-1,96
0,025
1,96
Kriteria: Terima H0, jika harga Z hitung terletak antara -1,96 dan 1,96, sedangkan dalam hal
lainnya. H0 ditolak. Dari hasil penyelidikan, ternyata diperoleh Z hitung = -0,94.
Z 1
<Zhit < Z 1
(1 )
(1 )
Ini berarti bahwa
H0 diterima.
2
2
Kesimpulan: Bahwa pada taraf =0,05, hasil penyelidikan menunjukkan bahwa H0= =800
jam diterima. Atau bahwa masa pakai lampu merk A memang masih sekitar
800 jam. Jadi, kwalitasnya belum berubah.
2) Uji Pihak Kanan
Uji pihak kanan digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi lebih kecil atau sama
dengan dan hipotesis alternatif (Ha) berbunyi lebih besar adalah H0= 0 melawan Ha=
0.
12
Contoh Soal
Pada Mabes Polisi Republik Mimpi dihasilkan uang damai rata-rata 15.7 milyar sekali
setor. Hasil uang damai mempunyai simpangan baku = 1.51 milyar. Metode uang damai
baru, diusulkan untuk mengganti yang lama, jika rata-rata per sekali setor menghasilkan
paling sedikit 16 milyar. Untuk menentukan apakah metode yang lama diganti atau tidak,
metode setor yang baru dicoba 20 kali dan ternyata rata-rata per sekali setor menghasilkan
16.9 milyar. Mabes Pol RM bermaksud mengambil resiko 5% untuk menggunakan metode
baru apabila metode ini rata-rata menghasilkan lebih dari 16 milyar. Bagaimana
keputusannya?
Jawaban
H : 16, berarti rata-rata hasil metode baru paling tinggi 16 milyar, maka metode lama
dipertahankan
A : 16, berarti rata-rata hasil metode baru lebih dari 16 milyar, maka metode lama dapat
diganti
X = 16.9 milyar ,N = 20, = 1.51, o = 16
13
DISTRIBUSI NORMAL
BAKU
0,05
Daerah penerimaan
H
1,64
14
kejadian atau hubungan antarvariabel. Bisa juga dinyatakan tentang korelasi satu variabel
dengan variabel yang lain. Berikut ini tahap-tahap perumusan hipotesis secara umum:
1.
2.
3.
4.
5.
Penentuan masalah
Pengumpulan fakta
Formulasi/pembentukan hipotesis
Pengujian hipotesis
Aplikasi/penerapan.
Jika... Maka...
Ada perbedaan antara... dan... dalam...
Ada pengaruh... terhadap...
Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho.
Hipotesis nol merupakan hipotesis pegangan sementara atau patokan untuk
memutuskan, apakah yang kita uji masih spesifik dengan ketetapan H0 atau tidak. Hipotesis
ini menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel
X terhadap variabel Y. Rumusannya:
Tidak ada perbedaan antara... dengan... dalam...
Tidak ada pengaruh... terhadap...
Adapun Saran untuk memperoleh hipotesis:
Hipotesis induktif
Dalam prosedur induktif, penelitian merumuskan hipotesis sebagai suatu generalisasi
dari hubungan-hubungan yang diamati
Hipotesis deduktif
15
Dalam hipotesis ini,peneliti dapat memulai penyelidikan dengan memilih salah satu
teori yang ada dibidang yang menarik minatnya,setelah teori dipilih, ia lalu menarik hipotesis
dari teori ini.
2.8 Taraf Kesalahan Dalam Pengujian Hipotesis
Dapat dikatakan ada dua keadaan sifat (state of nature): hipotesis yang sedang diuji,
H0
, adalah benar atau salah. Demikian pula, terdapat dua kemungkinan keputusan,
salah dan kita menolaknya, kita sudah membuat keputusan yang tepat. Jika tidak demikian,
berarti kita keliru. Perhatikan bahwa ada dua mean kekeliruan (error), kita sebut saja Error
Tipe I dan Error Tipe II.
Error Tipe I terjadi apabila
H0
Gb.4 Menguji
H0:H0benartetapimengarahpada
type I error
Daerah=0,025
Daerah=0,025
Gambar di atas mengilustrasikan suatu situasi yang mungkin muncul dalam pengujian
hipotesis
H 0 : x =150
Misalkan sampel mean 146, yang mana apabila tes dilakukan dalam ara yang biasa,
H0.
H0
hipotesis itu benar, suatu mean sampel yang menyimpang sebesar ini akan menjadi lebih
kecil daripada 5% kejadian. Dengan demikian, akan lebih masuk akal kita mempercayai
bahwa mean sampel ini muncul lewat penyempelan acak dari suatu populasi dengan mean
H0.
penolakan mengidentifikasi tinggi simpangan sehingga, apabila hipotesis itu benar, 5% meanmean sampel akan mencapai atau melampauinya. Mean sampel dapat menjadi salah satu nilai
yang menyimpang yang diperoleh lewat penyampelan acak. Sehingga saat kita mengadakan
tes menggunakan tingkat signifikansi 5%, dan apabila hipotesis nol benar, 5% mean-mean
sampel akan membawa kita pada suatu konklusi yang keliru: menolak hipotesis nol.
Peluang terjadinya Error Tipe I adalah
(alpha). Formulanya:
H0
dipertahankan
17
x =150
Distribusi sampling
yang dihipotesis
Distribusi
sampling
5%. Kita mengambil suatu sampel dan menemukan
meannya
adalah 152. Sekarang mungkin
yang sebenarnya
saja, tanpa kita ketahui, mean populasi sesungguhnya adalah 154. Hal seperti ditunjukkan
pada gambar di bawah ini.
H0:x=150
HA:x150
=0,05
Daerah=0,025
18
H0
benar; distribusi ini berpusat di 150, mean yang dijadikan hipotesis. Mean sampel ini
sebenarnya milik distribusi penyampelan yang sesungguhnya. Tetapi untuk menguji hipotesis
bahwa
x =150
ditunjukkan dengan garis yang utuh. Relatifterhadap distribusi itu, mean itu tidk cukup
H0
x =150.
melakukan ErrorTipe I. Dengan kata lain, kita telah gagal mengklaim terdapatnya perbedaan
yang nyata pedahal perbedaan itu memang ada.
Menerjemahkan konsepsi abstrak ErrorTipe II kedalam konsekuensi-konsekuensi
praktis adalah berguna, seperti kita lakukan untuk
seperti ini adalah tepatnya merupakan bagian dari tahap perencanaan, sebelum data
dikumpulkan.
Peluang berlakunya ErrorTipe II disimbolkan dengan huruf Yunani
mempertahankan H 0 saat H 0 salah
19
(beta).
Peluang berlakunya Error Tipe II hanya da dalam situasi-situasi dimana hipotesis nol
salah. Jika hipotesis nol benar, kekeliruan ini mustahil terjadi.
1.9 Kesalahan Dalam Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis dapat saja terjadi kesalahan. Macam kesalahan dalam
perumusan hipotesis ada dua macam yaitu:
1. Menolak hipotesis nihil yang seharusnya diterima, maka disebut kesalahan alpha atau
dikenal dengan taraf signifikansi pengukuran.
2. Menerima hipotesis nihil yang seharusnya ditolak, maka disebut kesalahan beta.
Pada umumnya penelitian di bidang pendidikan digunakan taraf signifikansi 0,05 atau
0,01. Sedangkan untuk penelitian kedokteran dan farmasi yang resikonya berkaitan dengan
nyawa manusia, diambil taraf signifikansi 0,005 atau 0,001 bahkan mungkin 0,0001.
Ada dua jenis kesalaham pengambilan keputusan dalam uji statistik :
1. Kesalahan tipe I (a)
2. Kesalahan tipe II ()
Kesalahan tipe I (a) kesalahan ini merupakan kesalahan menolak Ho, padahal
sesungguhnya Ho benar. Artinya menyimpulkan adanya perbedaan, padahal sesungguhnya
tidak ada perbedaan Peluang kesalahan tipe I adalah a atau sering disebut tingkat signifikansi
(significance level) Sebaliknya, peluang untuk tidak membuat kesalahan tipe I adalah
Sebaliknya,peluang untuk tidak membuat kesalahan tipe I adalah sebesar 1 a, yang disebut
dengan tingkat kepercayaan (confidence level) Kesalahan menyimpulkan ada perbedaan
antara keseriusan belajar dengan pelajaran, sesungguhnya tidak ada perbedaan antara
keseriusan belajar dengan pelajaran.
Misalnya seorang peneliti suatu ketika mengajukan hipotesis nihil yang memang
kenyataannya adalah benar dengan peluang salah sebesar a. Kemudian merek menguji
20
hipotesis tersebut. Hasil keputusan yang diperoleh ternyata ia menerima maka keputusan
tersebut benar. Peluang peneliti menerima hipotesis nihil bena adalah sebesar (1-(x)).
Jika suatu ketika terjadi kasus bahwa hipotesis nihil yang benar tersebut keti diuji
ternyata ditolak, maka keputusan peneliti menolak hipotesis nihil yang benar tersebut,
dikatakan peneliti mengalami kesalahan type I yang besarnya adalah (a)
Kesalahan tipe II () kesalahan ini merupakan kesalahan tidak menolak Ho, padahal
sesungguhnya Ho salah. Artinya menyimpulkan tidak ada perbedaan, padahal sesungguhnya
ada perbedaan, peluang untuk membuat kesalahan tipe kedua (II) ini sebesar 1 - , dan
dikenal sebagai Tingkat Kekuatan Uji (power of the test)dikenal sebagai Tingkat Kekuatan
Uji (power of the test).
Misalnya seorang peneliti suatu ketika ternyata mengajukan hipotesis nihil yang keli
Contoh hipotesis peneliti salah, misalnya dalam penelitian ketenagakerjaan yang terdiri orang
dewasa laki-laki dan perempuan. Peneliti melakukan studi produk fisik, antara tenaga kerja
laki-laki dengan tenaga kerja perempuan. Dia mengajuk hipotesis nihilnya seperti berikut,
bahwa tidak ada perbedaan signifikan anta produksi yang dihasilkan grup pekerja perempuan
dan pekerja laki-laki. Peneliti ternyata menolak terhadap hipotesis yang salah tersebut. Maka
keputusan tersebut adalah benar dan mempunyai peluang yang besarnya (1-13). Tetapi jika
hipotesis nihil yang salah tersebut setelah diuji kemudian diambil keputusan untuk
menerimanya, maka dia telah termasuk dalam kesalahan tipe 11 yang besarnya adalah 3.
21
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.
Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.
2010. Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
22