Anda di halaman 1dari 8

Model Shanon & Weaver

Model Shanon & Weaver memperhatikan problem pada penyampaian pesan


informasi berdasarkan tingkat kecermatan. Model ini mengilustrasikan sumber
dalam bentuk sandi. Diasumsikan bahwa sumber informasi menyampaikan
sinyalyang sesuai dengan saluran informasi yang digunakan. Gangguan yang
timbul dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Model ini dapat
diterapkan pada konsep komunikasi antarpribadi. Faktor yang menguntungkan
dari implementasi model ini ialah pesan yang disampaikan dapat diterima
langsung oleh pihak penerima. Meskipun demikian, pada model ini pun ter dapat
kelemahan yang berupa hubungan antara sumber dan penerima pesan tidak
kasat mata. Karena itu klien dewasa lebih memilih komunikasi secara langsung
karena penerapan komunikasi melalui perantara dapat mengurangi kejelasan
pesan yang dikomunikasikan.
Model Komunikasi Leary
Model komunikasi Leary menekankan pengaruh hubungan interaksi di antara dua
pihak yang berkomunikasi. Model ini mengamati perilaku klien yang dipengaruhi
oleh lingkungan di sekitarnya. Model komunikasi Leary diterapkan dalam bidang
kesehatan berdasarkan keseimbangan informasi yang terjadi dalamkomunikasi
antara profesional dan klien. Dalam pesan komunikasi pada model ini ada dua
dimensi yang perlu diperhatikan dalam penerapannya, yakni dimensi: penentu vs
ditentukan, dan suka vs tidak suka.
Dalam jangka waktu tertentu pasien diposisikan sebagai penerima pesan yang
ditentukan dan harus dipatuhi di bawah dominasi profesional kesehatan. Dalam
komunikasi seharusnya terdapat keseimbangan kepercayaan di antara pengirim
danpenerima pesan.
Apabila model komunikasi ini diterapkan pada klien dewasa hanya dapat
dilakukan pada kondisi darurat untuk menyelamatkan hidup klien karena dalam
kondisi darurat klien harus mentaati pesan yang disampaikan oleh
perawat/profesional kesehatan. Tetapi pada klien/pasien dalam kondisi kronik
model komunikasi ini tidak tepat untuk diterapkan karena klien dewasa
mempunyai komitmen berdasarkan sikap dan pengetahuannya yang tidak mudah
dipengaruhi oleh perawat.
Pada kasus ini lebih tepat apabila diterapkan dimensi suka (hue) dalam kadar
tertentu, sebatas untuk sarana penyampaian pesan profesional. Model ini
ditekankan pada pentingnya hubungan dalam membantu klien pada pelayanan
kesehatan secara langsung.
3. Model Interaksi King
Model interaksi King menekankan arti proses komunikasi antara perawat dan
klien dengan mengutamakan penerapan system perspektif untuk
mengilustrasikan profesionalisme perawat dalam memberikan bantuan kepada
klien.

Model inimenekankan arti penting interaksi berkesinambungan di antara perawat


dan klien dalam pengambilan keputusan mengenai kondisi klien berdasarkan
persepsi mereka terhadap situasi.
Interaksi merupakan proses dinamis yang melibatkan hubungan timbal balik
antara persepsi, keputusan, dan tindakan perawat-klien. Umpan balik pada model
ini nienunjuknya arti penting hubungan antara perawat dan klien.
Komunikasi berdasarkan model interaksi King lebih sesuai diterapkan pada klien
dewasa karena model ini mempertimbangkan faktor intrinsik-ekstrinsik klien
dewasa yang bertujuan untuk menjalin transaksi. Umpan balik yang terjadi
bermanfaat untuk mengetahui hasil informasi yang disampaikan diterima dengan
baik oleh klien.
Prinsip dasar komunikasi terapeutik
. Hubungan perawat dengan kliein adalah hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan.
. Prinsip yang sama dengan komunikasi interpersonal devito yaitu keterbukaan,
empati, sifat mendukung, sikap positif dan kesetaraan.
. Kualitas hubungan perawat dan klien ditentukan oleh bagaimana perawat
mendefinisikan dirinya sebagai manusia
. Perawat menggunakan dirinya dengan teknik pendekatan yang khusus untuk
memberi pengertian dan merubah prilaku klien.
. Perawat harus menghargai keunikan klien.
Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri.
E. Keberhasilan komunikasi
Komunukasi yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu peristiwa komunikasi
tersebut yaitu komunikator, pesan dan komunikan. Untuk mencapai komunikasi
terapeutik dalam hubungan perawat dan klien, kredibilitas perawat sebagai
komunikatorakan menentukan keberhasilan hubungan yang terapeutik.
Karakteristik keberhasilan komunikasi yaitu :
1. memiliki kesadaran yang tinggi
2. mampu melaksanakan klarifikasi nilai
3. mampumengeksplorasikan perasaan
4. mampu untuk menjadi model peran
5. motifasi altruistic
6. rasa tanggung jawab dan etik.

Elemen pesan yang dapat menentukan keberhasilan komunikasi, juga harus


memenuhi syarat sebagai berikut :
1. pesan yang harus direncanakan
2. pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh kedua pihak
3. pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima
4. pesan harus berisi hal-hal yang dapat dipahami
5. pesan yang disampaikan tidak samar-samar
F. Faktor yang menghambat dalam proses terapeutik
1. kemampuan pemahaman yang berbeda
2. pengamatan atau penafsiran yang berbeda karena pengalaman masa lalu
3. komunikasi satu arah
4. kepentingan yang berbeda
5. memberikan jaminan yang tidak mungkin
6. memberi tahu apa yang harus dilakukan kepada penderita
7. membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi
8. menurut bukti, tantangan serta penjelasan dari pasien mengenai tindakan
9. menghentikan atau mengalihkan pembicaraan
10. memberikan kritik mengenai perasaan penderita
11. terlalu banyak bicara
12. memperlihatkan sifat jemu, bosan, dan pesimis.
G. Teknik-teknik Komunikasi Terauppetik
1. mendengarkan dengan penuh perhatian
2. menunjukkanpenarimaan
3. menanyakan pertanyaan yang berkaitan
4. pertanyaan terbuka
5. mengulang ucapan klien
6. mengklarifikasikan
7. memfokuskan
8. menyatakan hasil observasi

9. menawarkan informasi
10. diam atau memelihara ketenangan
11. meringkas
12. memberikan penghargaan
13. menawarkan diri
14. mengajukan untuk meneruskan pembicaraan
15. Menempatkan kejadian secara berurutan
16. memberikan nasehat
17. memberikan kesempatan
18. refleksi
19. assertive
20. humornti, S.kep, Ns., Mukhrifah.2008 . Komunikasi Terapeutik dalam
Keperawatan . PT Reflika Aditama : Bandung
mahfudz, peran komunikasi terapeutik, edisi pertama2009, Ganbika, Yogyakarta
ngNurhasanah, S. kep, ilmu komunikasi dalam konteks keperawatan , cetakan
pertama 2010, Cv. Trans info media, Jakarta Timur
A. Poter, anne G. Perry, fundamental of nursing, edisi 7 buku 1, salemba medika,
Jakarta

2.5.5. Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik


Beberapa teknik komunikasi terapeutik menurut Wilson dan Kneist (1992) serta
Stuart dan Sudeen (1998) antara lain;
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian.
Dalam hal ini perawat berusaha mangeti klien dengan cara mendengarkan apa
yang disampaikan klien. Satu-satunya orang yang dapat menceritakan kepada
perawat tentang kepada perawat tentang perasaan, pikiran dan persepsi klien
adalah klien sendiri.
Sikap yang dibutuhkan untuk menjadi pendengar yang baik adalah : pandangan
saat berbicara, tidak menyilangkan kaki dan tangan, hindari tindakan yang tidak
perlu, anggukankepala jjika klien membicarakan hal-hal yang penting atau
memerlukan umpan balik, condongkan tubuh kea rah lawan bicara.
Mendengar ada dua macam :

- Mendengar pasif;
Kegiatan mendengar dengan kegiatan non verbal untuk klien misalnya dengan
kontak mata, menggunakan kepala dan juga keikutsertaan secara verbal.
- Mendengar aktif;
Kegiatan mendengar yang menyediakan pengetahuan bahwa kita tahu perasaan
orang lain dan mengerti mengapa dia merasakan hal tersebut.
2. Menunjukkan penerimaan.
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.
Perawat harus waspada terhadap ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang
menyatakan tidak setuju, seperti mengerutkan kening dan menggeleng yang
menyatakan tidak percaya.
Berikut adalah sikap perawat yang menyatakan penerimaan :
Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan, memberikan umpan balik
verbal yang menyatakan pengertian, memastikan bahwa isyarat non verbal
cocok dengan komunikasi verbal, menghindari perdebatan, ekspresi keraguan
atau usaha untuk mengubah pikiran klien.
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik
mengenai apa yang disampaikann oleh klien. Oleh karena itu, pertanyaan
sebaiknya dikaitkan dengan topic yang dibicarakan dan gunakan kata-kata yang
sesuai dengan konteks sosial budaya klien. Contoh : Tadi anda katakana anda
memiliki 3 orang saudara, siapa yang anad rasakan palaing dekat dengan anda?
4. Pertanyaan terbuka (Open-Ended Question)
Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban Ya atau Mungkin, tetapi
pertanyaan memerlukan jawaban yang luas, sehingga pasien dapat
mengemukakan masalahnya, perasaannya dengan kata-kata sendiri, atau dapat
memberikan informasi yang diperlukan.
5. Mengulang Ucapan Klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Contoh :
Klien : Saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga.
Pearawat : Saudara mengalami kesulitan untuk tidur
6. Mengklarifikasi. Klarifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan
dalam kata-kata, idea tau pikiran (implicit maupun eksplisit) yang tidak jelas
dikatakan oleh klien. Tujuan dari teknik ini adalah untuk menyamakan
pengertian. Contoh :

Perawat: Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda katakana, atau Apa
yang anda maksudkan dengan .?
7. Memfokuskan.
Fokusing; Fokusing adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk membatasi
area diskusi sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti, Stuart &
Sundeen, cit Nurjanah (2001).
8. Menyatakan hasil Observasi.
Observasi; Observasi merupakan kegiatan mengamati klien/orang lain. Observasi
dilakukan apabila terdapat konflik antara verbal dan non verbal klien dan saat
tingkah laku verbal dan non verbal nyata dan tidak biasa ada pada klien, Stuart &
Sundeen, cit Nurjanah (2001). Observasi dilakukan sedemikian rupa sehingga
klien tidak menjadi malu atau marah.
9. Menawarkan informasi; Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk
mendapatkan respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkan
informasi adalah akan memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan
kesehatan, dan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan, Stuart &
Sundeen, cit, Nurjanah, (2001). Penahanan informasi pada saat klien
membutuhkan akan mengakibatkan klien tidak percaya. Hal yang tidak boleh
dilakukan adalah menasehati klien pada saat memberikan informasi.
10. Diam (memelihara ketenangan); Diam dilakukan dengan tujuan
mengorganisir pemikiran, memproses informasi, menunjukkan bahwa perawat
bersedia untuk menunggu respon. Kediaman ini akan bermanfaat pada saat klien
mengalami kesulitan untuk membagi persepsinya dengan perawat. Diam tidak
dapat dilakukan dalam waktu yang lama karena akan mengakibatkan klien
menjadi khawatir. Diam dapat juga diartikan sebagai mengerti, atau marah. Diam
disini juga menunjukkan kesediaan seseorang untuk menanti orang lain agar
punya kesempatan berpikir, meskipun begitu diam yang tidak tepat
menyebabkan orang lain merasa cemas.
11. Meringkas.
Meringkas adalah pengulangan ide utama telah dikomunikasikan secara singkat.
Metode ini bermanfaat untuk membantu mengingat topic yang telah dibahas
sebelum meneruskan pembicaraan berikutnya.
12. Memberikan penghargaan.
Penghargaan jangan jadi beban bagi klien. Dalam arti sampai klien berusaha
keras dan melakukan segalanya demi untuk mendapatkan pujian atau
persetujuan atas perbuatannya.
13. Menawarkan diri

Offering Sel (menawarakan diri); Menawarkan diri adalah menyediakan diri anda
tanpa respon bersyarat atau respon yang diharapkan, (Schultz & Videbeck,
1998).
14. Memberikan kesempatan pada klien untuk memulai pembiaraan.
Memberikan kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam memilih topic
pembicaraan. Bila klien masih ragu-ragu dan tidak pasti tentang perannya dalam
interaksi, pearawat dapat menstimulusnya untuk mengambil inisiatif dan
merasakan bahwa ia diharapkan untuk membuka pembicaraan. Contoh
Perawat : Adakah sesuatu yang ingin anda bicarakan ? Atau
Apakah yang sedang anda pikirkan ?
15. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengarahkan hampir
seluruh pembicaraan. Teknik ini mengidentifikasikan bahwa perawat mengikuti
apa yang dibicarakan dan tertarik demgan apa yang dibicarakan selanjutnya.
Contoh :
Perawat : ..Terus.. atau dan kemudian Atau Coba ceritakan kepada saya
tentang hal tersebut.
16. Menempatkan Kejadian secara urutan
Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu keperawatan dank lien
untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Atau Placing the time in time/sequence
(penempatan urutan/waktu); Melakukan klarifikasi antara waktu dan kejadian
atau antara satu kejadian dengan kejadian lain. Teknik bernilai terapeutik apabila
perawat dapat mengeksplorasi klien dan memahami masalah yang penting.
Tehnik ini menjadi tidak terapeutik bila perawat memberikan nasehat,
meyakinkan atau tidak mengakui klien. Contoh :
Perawat : Apakah yang terjadi sebelum dan sesudah kejadian tersebut? Atau
Kapan kejadian tersebut terjadi?
17. Memberikan kesempatan klien untuk menguraikan persepsinya.
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesuatunya
dari pperspektif klien. Klien harus meras bebas untuk menguraikan persepsinya
kepada perawat. Contoh :
Perawat : Coba ceritakan kepada saya bagaimana perasaan saudara saat akan
dioperasi.
18. Refleksi
Refleksi ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan dan
menerima ide dan pearasaanya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Dengan
demikan perawat mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga dank

lien mempunyai hak untuk mengemukakan pendapatnya, membuat keputusan,


dan memikirkan dirinya sendiri. Contoh :
Klien : Apakah menurut anda saya harus mengatakan kepada dokter?
Perawat : Apakah menurut anda sendiri anda harus mengatakannya?
19. Assertive: Assertive adalah kemampuan dengan secara meyakinkan dan
nyaman mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai
hak orang lain. Kemampuan asertif menurut Smith, 1992 : berbicara jelas,
mampu menghadapi manipulasi pihak lain tanpa menyakiti hatinyya (berani
mengatakan tidak tanpa merasa bersalah), melindungi diri dari kritik.
20. Humor; Dugan (1989) menyebutkan humor sebagai hal yang penting dalam
komunikasi verbal dikarenakan: tertawa mengurangi keteganan dan rasa sakit
akibat stress, serat meningkatkan keberhasilan asuhan keperawatan. Sementara
Sullivan Deane (1998) mmenyatakan bahwa humor merangasang produksi
katekolamin sehingga seorang yang merasa sehat, dan hal ini akan
meningkatkan toleransi nyeri, mengurangi kecemasan serta memfasilitasi
relaksasi dan meningkatkan metabolism. Contoh :
Perawat : Saya anggota PDIP lo, (Penurunan Daya Ingat Progresif).
2.6. Unsur Komunikasi Profesional
Penampilan dan perilaku professional sangat pentinng dalam membangun
kepercayaan klien dan kompetensi perawat. Perilaku professional harus
menggambarkan kehangatan, kepercayaan diri, dan kompetensi. Profesional
berbicara dengan suara yang jelas,nggunakan tata bahasa yang baik,
mendengarkan orang lain, membantu sejawat, dan berkomunikasi secara efektif.
- Keramahan, keramahan merupakan bagian dari komunikasi professional. Untuk
melatih keramahan, perawat dapat menyapa klien, mengetuk pintu sebelum
masuk, dan memperkenalkan diri.
- Penggunaan nama, Pengenalan diri merupakan yang penting. Kealpaan
menyebutkan nama, status (contoh : perawat terdaftar atau perawat berlisensi),
atau merujuk kepada klien akan menciptakan suatu keraguan tentang interaksi,
dan menyampaikan ketiadaan komitmen atau perhatian. Kontak mata dan
senyuman akan menimbulkan rasa hormat.
- Dapat dipercaya, kepercayaan adalah ketergantungan pada seseorang tanpa
keraguan atau pertanyaan.
- Otonomi and tanggung jawab, Otonomi adalah kemampuan untuk mengarahkan
diri sendiri dan kemandirian dalam mencapai tujuan dan membantu pihak lain.
Perawat professional membuat pilihan dan menerima tanggung jawab atas hasil
tindakannya (Townsend, 2003)
- Asertif, Komunikasi aserttif memungkinkan perawat untuk mengekspresikan
perasaan dan pikiran tanpa menuduh dan melukai orang lain (Grover, 2005).

Anda mungkin juga menyukai