Anda di halaman 1dari 10

RENCANA PERAWATAN ODONTEKTOMI PADA GIGI MOLAR

KETIGA BAWAH KIRI DENGAN


POSISI VERTIKAL

Operator:
Mila Aditya Zeni
111611101017

Instruktur:
drg. Winny Adriatmoko, M. Kes

BAGIAN BEDAH MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2015

I. Identitas Penderita
Nama

: Dini Roswati Syabani

Umur

: 19 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan


Pekerjaan

: Mahasiswa FKG UNEJ

Alamat

: Jl. Mastrip No. 53 b

II. Tahap Pre Operasi


1. Anamnesa
Pasien ingin mencabutkan gigi paling belakang bawah kiri yang tumbuh
sebagian dan tertutup sedikit gusi sehingga terasa tidak nyaman bila
digunakan untuk makan dan sulit dibersihkan pada daerah tersebut. Keadaan
sekarang tidak sakit.
2. Kajian Rontgenologis
Gambar :

Klasifikasi
a. Hubungan antara ramus mandibula dengan gigi molar kedua
Klas I : Ruang diantara ramus dan sisi distal M2 yang potensial untuk
tempat erupsi mahkota gigi M3
b. Letak kedudukan gigi impaksi terhadap gigi molar kedua
Level A : Bagian yang paling tinggi dari gigi M3 terletak pada ketinggian
yang sama atau diatas garis oklusal .

c. Posisi sumbu panjang gigi impaksi terhadap sumbu panjang gigi molar
kedua adalah posisi vertikal.
d. Jumlah/bentuk akar gigi impaksi
Jumlah akar ganda dengan bentuk akar konver.
e. Indeks kesulitan
Hubungan dengan rahang
- Vertikal

Nilai
3

Kedalaman
- Level A

Ruangan yang tersedia


- Klas I

Skor tingkat kesulitan adalah 5 : termasuk tingkat kesulitan sedang


3. Diagnosa
Impaksi sebagian pada gigi 38 dengan angulasi vertikal, kedalaman level A,
relasi terhadap ramus M2 klas I.
4. Informed Consent
Persetujuan pasien terhadap tindakan operasi setelah diberi penjelasan
tentang kemungkinan terjadinya komplikasi setelah operasi.
a. Terjadinya trismus sementara (agak sulit membuka mulut)
b. Terjadinya bengkak ekstra oral sementara
c. Terjadinya parestesi
d. Terjadinya fraktur mandibula
5. Metode Odontektomi
Metode odontektomi yang digunakan adalah metode odontektomi
yang dilanjutkan dengan metode odontotomi yaitu dengan menghilangkan
jaringan yang menghambat (Jaringan lunak = gingiva, jaringan keras= tulang

alveolar) yang dilanjutkan dengan memotong/memecah gigi impaksi terlebih


dahulu, kemudian dikeluarkan satu persatu.
6. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan:
1. Alat dasar : kaca mulut, sonde, pinset kedokteran gigi dan ekskavator
2. Alat untuk anastesi : disposible spuit 2,5 ml
3. Alat untuk membuka flap : handle dan skalpel, pinset anatomis,
rasparatorium
4. Alat untuk membuang jaringan penghambat : high speed, long shank bur,
bur tulang
5. Alat pengungkit : bein bengkok, bein lurus (besar dan kecil) dan cryer
6. Alat pencabutan : tang mahkota gigi molar rahang bawah, tang sisa akar
rahang bawah dan tang trismus
7. Alat penjahitan : needle holder, needle cutting edge, gunting dan pinset
chirurgis
8. Alat lain : neirbekken, cheek retraktor, knable tang, water syringe, tempat
alkohol, kain penutup wajah, lap dada, bone file, kuret, duck clamp,
petridish, suction, cotton roll, deppen glass dan arteri clamp
Bahan yang digunakan :
Betadine antiseptik, pehacain, vaselin, alkohol 70%, larutan PZ, aquadest
steril, adrenalin, benang non absorbsable, cotton pellet dan tampon.
7. Persiapan penderita
Meliputi:
a. Persiapan fisik (istirahat dan makan yang cukup), persiapan psikis dan
mental, memotivasi pasien.
b. Pengisian informed consent dan pemberitahuan tentang kemungkinan
komplikasi

yang

terjadi

saat

berlangsungnya

odontektomi,

pemeriksaan tanda-tanda vital (pemeriksaan tekanan darah, denyut


nadi, respirasi , dan trismus pre-operasi).
8. Persiapan operator dan asisten operasi
As Op 1 :
- Membantu operator pada saat operasi berlangsung
- Memegang suction dan cheek retractor
As Op 2 :
- Mempersiapkan alat-alat operasi
- Membantu operator mengambilkan alat saat operasi
As Op 3 :
- Melaporkan semua tahapan operasi kepada instruktur
- Mencatat waktu tahapan-tahapan operasi
- Memasang foto rontgen
- Memegang dan mengatur posisi lampu
9. Persiapan alat dan bahan operasi
III. Tahapan Operasi
1. Mendudukan pasien dengan posisi tegak. Asepsis ekstra oral dan daerah
kerja intra oral dengan betadine antiseptik
2. Anastesi lokal dengan pehacaine
- Blok nervus alveolaris inferior 1 cc
- Blok nervus lingualis 0,5 cc
- Infiltrasi nervus buccalis longus 0,5 cc
3. Mengulas bibir dan sudut mulut pasien dengan vaselin (agar bibir tidak
kering dan terluka) kemudian menutup penderita dengan kain penutup
steril dan dijepit dengan duck clamp.
4. Pembuatan flap
- Tipe

: Mukoperiosteal flap

- Bentuk

: Trapezoid

- Cara

: Insisi dimulai dari arah vertical sebelah lingual dari linea

oblique externa ramus ascendens, yaitu sepanjang 1-2 cm sebelah distal gigi
impaksi, diarahkan pada pertengahan sisi distal gigi tersebut. Kemudian
menyusuri tepi gingiva sebelah bukal mengelilingi gigi impaksi dan berhenti

pada sepertiga mesiodistal gigi molar kedua, insisi diteruskan ke arah lipatan
mukosa bukal dengan membentuk sudut 45 (mesiocaudal), dan berakhir pada
pada batas mukosa bergerak dan tidak bergerak, kemudian dipisahkan dengan
rasparatorium hingga tulang alveolar tampak.
Syarat insisi : harus dilakukan pada jaringan sehat, harus berlandaskan tulang
supaya gerakan dan tekanan terkontrol serta pada saat penjahitan flap tidak
mudah putus, gerakan satu arah, basis insisi harus lebar dari atapnya agar
vaskularisasi berjalan dengan baik pada saat proses penyembuhan, full thickness
flap, sekali sayat.
Gambar

8.

Menghilangkan jaringan penghambat dilakukan dengan memotong tulang


alveolar pada sisi bukal molar ketiga impaksi hingga kelengkungan terbesar gigi
terbebaskan.
Tujuan: - menghilangkan jaringan penghambat
- Memberikan lapang pandang
- Sebagai tempat tumpuan
- Sebagai retensi

Gambar :

9.

Jika jaringan penghambat sudah dihilangkan serta mendapatkan lapang


pandang dan akses yang cukup, maka dilakukan pemotongan akar gigi menjadi
2 bagian (split), dengan arah mata bur sejajar sumbu gigi M3 dan digerakkan
dari pertengahan oklusal sampai ke bifurkasi. Setelah dipotong, sisi distal
diambil terlebih dahulu dengan menggunakan bein dan tang, selanjutnya
dilanjutkan pengambilan gigi sebelah mesial.
Gambar :

10. Menghaluskan tulang-tulang yang tajam dengan bone file.


11.

Debridement, yaitu :
a. dilakukan curretage pada soket dengan menggunakan alat kuret untuk
mengangkat serpihan tulang
b. irigasi dengan aguadest steril dan larutan PZ untuk menghilangkan serbuk
gigi dan tulang sisa pengeburan

12. Kontrol perdarahan


Saat operasi :
- perdarahan normal, druk dengan tampon
- perdarahan abnormal, druk dengan tampon adrenalin.

Post operasi :
- perdarahan normal, druk dengan tampon
- perdarahan tidak normal,druk dengan tampon dan adrenalin,pemberian
vitamin K.
IV. Tahap Post Operasi
1. Menutup luka operasi, dengan menggunakan penjahitan 3 simpul yaitu ;
- 2 simpul di daerah oklusal gigi impaksi
- 1 simpul di daerah bukal
Gambar :

2. Kontrol perdarahan
Mengecek kembali celah antara jahitan apakah sudah tertutup dengan
benar, mengecek kerapatan simpul jahitan, dan menekan daerah jahitan
untuk memeriksa apakah masih ada darah yang merembes keluar.
V. Instruksi Post Odontektomi
- Penderita dianjurkan menggigit tampon selama 30-60 menit.
- Kompres pada wajah untuk mengurangi pembengkakan selama 30 menit.
- Saat melepas tampon, penderita diberitahu kadang-kadang setelah tampon
dilepas darah masih merembes, maka sebaiknya dikompres dengan air es.
- Daerah luka tidak boleh dimainkan dengan lidah dan tidak boleh dihisaphisap.
- Tidak boleh kumur keras-keras dan sering-sering setelah operasi.
- Selama 24 jam setelah operasi tidak boleh makan dan minum yang panas.

- Jika ada pembengkakan selama 24 jam disarankan kumur-kumur air garam


hangat.
- Disarankan untuk istirahat yang cukup dan tidak melakukan aktivitas berat.
- Disarankan untuk menjaga kebersihan mulut.
- Apabila masih terjadi perdarahan disarankan kembali setelah operasi.
- Disarankan untuk minum obat secara teratur sesuai resep yang diberikan.
VI. Pemberian resep
R/ Amoxixillin tab. 500 mg no. XII
3 dd I
R/ Asam mefenamat tab.500 mg no. XII
p.r.n 1

VII. Kontrol
- 24 jam post odontektomi
bertujuan untuk control perdarahan, keradangan, kebersihan daerah operasi
dan control jahitan.
- 3 hari post odontektomi
bertujuan untuk mengetahui, apakah proses radang sudah reda atau belum,
control kebersihan daerah operasi.
- 7 hari post odontektomi
bertujuan untuk mengetahui penyembuhan tulang dan membuka jahitan.

No

Tindakan

Waktu
Mulai

Selesai

1.
2.
3.

Anastesi lokal
Membuka flap
Menghilangkan

4.

penghambat
Melakukan

bifurkasi (split)
Mengeluarkan/ mengungkit

6.

gigi
Menghaluskan tulang yang
tajam

7.

jaringan

pemotongan

dengan

bonefile,

Debridement, irigasi
Heating/penjahitan

Anda mungkin juga menyukai