Anda di halaman 1dari 2

Keutamaan Ramadhan

(Jumat, 30 September 2005) - Kontribusi dari Aziz Hamid

Di dalam puasa ada pendidikan kesabaran. Dan janji Allah, hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan dicukupkan
pahala mereka tanpa batas.
Bulan Ramadlan adalah bulan yang penuh kebaikan dan berkah. Bulan ini juga merupakan bulan pemberian kasih
sayang, bulan yang diturunkannya Alquran sebagai petunjuk bagi manusia. Ramadhan adalah bulan yang diliputi
rahmat, ampunan, dan sepertiga yang terakhir darinya adalah selamat (terbebas) dari siksa neraka.

Disebutkan dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari sahabat Abu Hurairah RA, bahwa Nabi SAW pernah
bersabda, ''Bila bulan Ramadhan datang maka dibukalah pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka, serta diikatlah
setan-setan.''
Ibadah yang wajib dilakukan ketika Ramadhan adalah shaum (puasa). Melakukan puasa Ramadhan karena iman
kepada Allah maka Allah akan mengampuni dosanya yang telah lalu. Puasa termasuk ibadah yang paling utama dan
ketaatan yang paling besar, sebagaimana telah banyak disebutkan dalam riwayat dan atsar.
Di antara keutamaan puasa ialah bahwa puasa telah diwajibkan oleh Allah SWT kepada semua umat manusia sejak
dahulu. Firman Allah, ''Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.'' (QS Albaqarah [2]: 183).
Diantara keutamaan puasa Ramadlan lainnya ialah puasa itu menjadi sebab diampuni dosa-dosa dan dihapuskannya
kesalahan-kesalahan. Disebutkan dalam kitab shahih Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad
SAW bersabda, ''Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala Allah, niscaya Allah
mengampuni dosanya yang telah lalu.''
Jika kita membuka kembali lembaran hadis-hadis Nabi Muhammad SAW banyak yang menunjukkan keutamaan puasa
ini dari beberapa segi diantaranya; pertama, Allah mengkhususkan puasa untuk diri-Nya di antara semua bentuk amalan
lainnya. Karena puasa merupakan rahasia antara seorang hamba dengan Rabb-nya, tiada seorang pun yang
mengetahuinya selain Allah.
Kedua, puasa merupakan suatu bentuk kesabaran dalam menaati Allah, juga sabar terhadap takdir Allah dalam hal-hal
yang menyakitkan, misalnya berupa lapar, haus, lemah badan, dan jiwa. Maka di dalam puasa ini tercakup kesabaran
tersebut, dan nyatalah bahwa orang yang berpuasa termasuk orang yang sabar. Allah berfirman, ''Sesungguhnya hanya
orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.'' (QS Az-Zumar [39]: 10).
Ketiga, puasa sebagai perisai untuk menjaga orang yang berpuasa dari perkataan kotor, keji, dan sejenisnya. Rasulullah
SAW berkata kepada para sahabat, ''Jika seseorang dari kamu sedang berpuasa maka janganlah ia berkata kotor dan
jangan pula berbuat keji.''
Selain itu, puasa juga membentengi orang yang berpuasa dari neraka sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad dengan
sanad yang baik dari Jabir RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ''Puasa adalah perisai yang dipergunakan seorang
hamba untuk membentengi dirinya dari siksaan neraka.''
Keempat, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat dari harumnya misk (minyak wangi
paling harum), sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari. Dan kelima, orang yang berpuasa memperoleh dua macam
kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka dan kesenangan ketika bertemu Rabb-nya.
Adab-adab berpuasa
Ibadah puasa mempunyai adab atau etika yang sangat banyak. Puasa tidak dapat sempurna kecuali dengan
melaksanakan adab-adab tersebut. Adab-adab yang dimaksud ada dua macam, yaitu adab-adab yang wajib
dilaksanakan oleh orang yang berpuasa serta wajib dijaga dan dipeliharanya. Sedangkan yang kedua adalah adab-adab
yang mustahab, yang seyogyanya dijaga dan dipelihara.
Adapun adab-adab yang wajib dilaksanakan ketika berpuasa adalah: pertama, melaksanakan semua ibadah yang
difardhukan Allah baik ibadah qauliyah maupun ibadah fi'liyah. Yang terpenting dari ibadah-ibadah itu tersebut ialah
shalat fardhu yang merupakan rukun Islam terkokoh setelah syahadat. Oleh sebab itu, wajib shalat ini dijaga serta
dilaksanakan sesuai rukun dan syaratnya. Hendaklah shalat dilakukan pada waktunya dengan cara berjamaah di masjidmasjid karena yang demikian itu termasuk ketakwaan.
Kedua, hendaklah orang yang berpuasa menjauhi ghibah yaitu menyebut-nyebut sesuatu yang ada pada orang lain
padahal orang tersebut tidak senang bila mendengarnya baik yang berkenaan dengan cacat tubuhnya seperti pincang,
cacat mata, dan sebagainya, dengan maksud meremehkan dan merendahkannya.
http://www.icmi.or.id/ind - ..:: ICMI - Ikatan Cendekia Muslim Indonesia ::..

Powered by Pacific Link, www.pacific.net.id

Generated: 27 June, 2006, 14:15

Ketiga, meninggalkan namimah (adu domba), yaitu menyampaikan perkataan seseorang mengenai pribadi orang lain
kepada yang bersangkutan sehingga menjadi pertengkaran atau rusaknya hubungan antara keduanya. Namimah ini
termasuk dosa besar sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW, ''Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu
domba.'' (HR Bukhari dan Muslim).
Keempat, menjauhi perbuatan menipu dalam semua lapangan muamalah seperti dalam jual beli, sewa menyewa,
pertukangan, perindustrian, dan sebagainya. Dalam semua perundingan dan permusyawaratan karena menipu itu
adalah dosa yang sangat besar. Sabda Rasulullah SAW, ''Barangsiapa menipu kami maka bukanlah ia dari golongan
kami.'' (HR Muslim). Dan kelima, orang yang berpuasa menjauhi segala macam musik, yaitu segala bentuk alat
permainan yang dapat malalaikan orang dari mengingat Allah.
Sedangkan adab-adab yang mustahab, yang selayaknya dilaksanakan oleh orang yang berpuasa adalah: pertama,
makan sahur pada akhir malam. Dinamakan demikian karena hal itu terjadi pada waktu sahar (akhir malam sebelum
terbit fajar). Mengenai hal ini Rasulullah SAW bersabda, ''Bersahurlah kamu karena di dalam sahur itu ada berkah.'' (HR
Bukhari dan Muslim).
Bahkan Rasulullah SAW menyebutkan, makan sahur ini pula yang menjadi perbedaan nyata antara puasa Muslim
dengan puasanya ahli kitab seperti yang diriwayatkan Muslim dari Amru bin Ash: ''Perbedaan puasa kita dengan puasa
kaum ahli kitab ialah makan sahur.''
Kedua, menyegerakan berbuka apabila telah masuk waktu maghrib baik dengan penyaksiannya sendiri atau karena
adanya indikasi yang menunjukkan telah masuknya waktu maghrib. Diriwayatkan dari Sahal bin Sa'ad, Rasulullah SAW
bersabda, ''Manusia itu senantiasa memperoleh kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.'' (Hadis riwayat
Muttafaqun 'alaih).
Juga diriwayatkan dari Nabi SAW mengenai firman Allah dalam hadis Qudsi: ''Sesungguhnya hamba-hamba-Ku yang
paling Kucintai ialah yang lebih menyegerakan berbuka''. (HR Ahmad dan Tirmidzi).
dam /disarikan dari buku majelis ramadhan syekh muhammad bin shalih utsaimin(dam )

http://www.icmi.or.id/ind - ..:: ICMI - Ikatan Cendekia Muslim Indonesia ::..

Powered by Pacific Link, www.pacific.net.id

Generated: 27 June, 2006, 14:15

Anda mungkin juga menyukai