Anda di halaman 1dari 24

WEEK #5

Teknik Produksi 2
ESP
30-Sept-2016

MIA FERIAN HELMY

OUTLINE

Pressure Gradient Aliran Dalam Tubing

Pressure Gradient Aliran Dalam Tubing


Pwh P
1

Pwh

P2

P3

Pressure
Gradient
Aliran Dalam
Tubing

D1
D2

D3

Distribusi
Tekanan

Untuk:
Q tertentu
GOR, WC tetap
Dia. Tubing
dsb

dL
dP

Pwf

dP/dL = gradient tekanan

Pwf

Natural Flow Pressure vs Depth

Gas Lift Pressure vs Depth

Pressure gradient curve


Pwh

Pump setting depth

PIP

Pump dP

PDP

Pwf

PR

Pendahuluan

ESP sering disebut sebagai Pompa REDA (Russian


Electro Dynamo of Arutunoff)
Pompa sentrifugal bertingkat banyak yang terdiri
dari Motor (Impeller) dan Stator (Diffuser)
Semakin banyak tingkatan stator-stator , maka
semakin tinggi Head pompanya dan semakin besar
laju produksi yang di peroleh.
2 Parameter Utama dalam design pompa adalah :
1) P
2) flow rate

Wellhead

Ground Level

2
Total Friction Loss

Wellhead
Pressure

Flow
1
Net Vertical Lift

Producing Fluid Level

Pump Set Depth

Flow

Flow

Konsep Operasi ESP

Prinsip kerja pompa ini yaitu fluida yang masuk kedalam pompa
melalui intake akan diterima oleh stage paling bawah dari pompa,
impeller akan mendorongnya masuk, sebagai akibat proses
centrifugal maka fluida tersebut akan terlempar keluar dan
diterima oleh diffuser.
Oleh diffuser, tenaga kinetis (velocity) fluida akan diubah menjadi
tenaga potensial (tekanan) dan diarahkan ke stage selanjutnya.
Pada proses tersebut fluida memiliki energi yang semakin besar
dibandingkan pada saat masuknya.
Kejadian tersebut terjadi terus-menerus sehingga tekanan head
pompa berbanding linier dengan jumlah stages, artinya semakin
banyak stage yang dipasangkan, maka semakin besar kemampuan
pompa untuk mengangkat fluida.

Konsep Operasi ESP


Head (ft) = Ppump (psi) / pressure gradient (psi/ft)
Pompa berada pada harga effisiensi tertinggi apabila hanya
cairan yang terproduksi. Tingginya volume gas bebas
menyebabkan operasi pompa tidak effisien.

Karakteristik Kinerja ESP

Motor listrik berputar pada kecepatan relatif


konstan, memutar pompa (impeller) melewati
poros (shaft) yang disambungkan dengan bagian
protector. Power disalurkan ke peralatan bawah
permukaan melalui kabel listrik konduktor yang di
klem pada tubing. Cairan memasuki pompa pada
bagian intake dan dilepas ke tubing ketika
pompa sedang beroperasi.
Kelakukan pompa berada pada harga effisiensi
tertinggi apabila hanya cairan yang terproduksi.
Tingginya volume gas bebas menyebabkan
operasi pompa tidak effisien.

Pump Performance Curve

Beberapa kinerja dari berbagai pompa


dihadirkan dalam bentuk katalog yang
diterbitkan oleh produsen.
Kurva kinerja dari suatu pompa benam listrik
menampilkan hubungan antara : Head capacity,
Rate capacity, Horse power dan Effisiensi pompa
yang disebut dengan Pump Performance Curve.
Kapasitas berkaitan dengan dengan volume, laju
alir cairan yang diproduksikan, termasuk juga gas
bebas atau gas yang terlarut dalam minyak.

Pump Performance Curve

Pemilihan Ukuran dan Tipe Pompa

Pada umumnya pemilihan tipe pompa didasarkan


pada besarnya rate produksi yang diharapkan pada
head pengangkatan yang sesuai dan ukuran casing
(check clearances) yang digunakan.
Terproduksinya gas bersama-sama dengan cairan
memberikan pengaruh dalam pemilihan pompa, karena
sifat kompresibilitas gas yang tinggi, menyebabkan
perbedaan volume fluida yang cukup besar antara
intake pompa dan discharge pompa. Hal ini akan
mempengaruhi effisiensi pompa benam listrik itu sendiri.

Perkiraan Pump Setting Depth

Suatu batasan umum untuk menentukan letak


kedalaman pompa dalam suatu sumur adalah
bahwa pompa harus ditenggelamkan didalam
fluida sumur.
Sebelum perhitungan perkiraan Pump Setting Depth
dilakukan, terlebih dahulu diketahui parameter
yang menentukannya, yaitu static fluid level (SFL)
dan working fluid level (WFL)

Perkiraan Pump Setting Depth

Jika sumur tanpa packer, maka penentuan SFL dan


WFL dilakukan dengan pendekatan :
A. Static Fluid Level (SFL, ft)
Ps Pc
SFL = Dmid perf + , feet.
Gf Gf

B. Working Fluid Level / Operating Fluid Level (WFL, ft).


Pwf Pc
, feet.
WFL = Dmid perf
+
Gf
Gf

Perkiraan Pump Setting Depth


Pump Setting Depth Minimum
PSDmin

Pb Pc
= WFL +
+
, feet.
Gf Gf

Pump Setting Depth Maksimum


PSDmax

Pb
Pc
= D

, feet.
Gf
Gf

Berbagai Posisi Pompa Pada Kedalaman Sumur

Pump Setting Depth Optimum


Untuk casing head tertutup
DOpt

PIP Pc
= WFL +
Gf

Untuk casing head terbuka


DOpt

PIP Patm
= WFL +
Gf

Perencanaan Unit Pompa Benam Listrik


1. Penentuan Spesific Gravity Fluida Campuran.
1. Water Phase Sp. Gr.

= Water Cut x SGw

2. Oil Phase Sp. Gr.

= Oil Cut x SGo

3. Sp. Gr. Fluida Campuran = Water Phase Sp. Gr. + Oil Phase Sp. Gr.
4. Gradient Fluida (SGf)

= Sp. Gr. Fluida Campuran x 0.433 psi/ft

2. Penentuan Pump Intake Pressure (PIP).


1. Perbedaan Kedalaman = Mid Perforasi Pump Setting Depth (TVD)
2. Perbedaan Tekanan= Perbedaan Kedalaman x SGf
3. Pump Intake Pressure (PIP) = Pwf - Perbedaan Tekanan

3. Penentuan Total Dynamic Head (TDH

Menentukan Fluid Over Pump (FOP).


PIP ( psi ) x 2.31 ft / psi
Fluid Over Pump (FOP)=
Sp. Gr. Campuran

Menentukan Vertical Lift (HD).


Vertical Lift (HD)= Pump Setting Depth (TVD) - FOP

4. Menentukan Tubing Friction Loss (HF).


Friction Loss (F) dengan volume total fluida (Vt) dapat
diperoleh dari Gambar berikut atau dengan menggunakan
persamaan :
1.85

1.85

100 Qt
2.083

C 34.3
Ft =
ID 4.8655

Tubing Friction Loss (HF) = Friction Loss (Ft) x PSD (MD)

Menentukan Tubing Head (HT).


Tubing Head (HT) = Tubing Pr essure ( psi ) x 2.31 ft / psi
Sp. Gr. Campuran

Menentukan Total Dynamic Head (TDH).


Total Dynamic Head (TDH) = HD + HF + HT

Anda mungkin juga menyukai