Anda di halaman 1dari 5

11/14/2016

Tahap Perencanaan Bangunan Bertingkat

Home

Profil

Ebook Struktur

Downloads

Pengalaman

Dokumentasi

Jasa Perencanaan Struktur

Member Area

Tahap Perencanaan Bangunan Bertingkat


Perencanaan gedung bertingkat harus dipikirkan
dengan matang karena menyangkut investasi dana
yang jumlahnya tidak sedikit. Berbagai hal perlu
ditinjau yang meliputi beberapa kriteria, yaitu 3S :
strength, stiffness, dan serviceability. Analisis

struktur gedung bertingkat dapat dilakukan dengan


computer berbasis elemen hingga (finite element)
dengan sofware yang telah umum digunakan oleh
para perencana, misalnya : SAP (Structure Analysis
Program) atau ETABS (Extended 3D Analysis
Building Systems).
Konsep perancangan konstruksi didasarkan pada analisis kekuatan batas (ultimatestrength) yang mempunyai daktilitas cukup untuk menyerap energi gempa sesuai
peraturan yang berlaku. Berbagai macam kombinasi pembebanan yang meliputi beban
mati, beban hidup, beban angin, dan beban gempa dihitung dengan pemodelan struktur
3-D (space-frame). Kombinasi pembebanan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1,4DL
1,2DL + 1,6LL
1,2DL + 1LL + 1EX + 0,3EY
1,2DL + 1LL - 1EX + 0,3EY
1,2DL + 1LL + 1EX - 0,3EY
1,2DL + 1LL - 1EX - 0,3EY
1,2DL + 1LL + 0,3EX + 1EY
1,2DL + 1LL - 0,3EX + 1EY
1,2DL + 1LL + 0,3EX - 1EY
1,2DL + 1LL - 0,3EX - 1EY
0,9DL + 1EX + 0,3EY
0,9DL + 1EX - 0,3EY
0,9DL - 1EX + 0,3EY
0,9DL - 1EX - 0,3EY
0,9DL + 0,3EX + 1EY
0,9DL + 0,3EX - 1EY
0,9DL - 0,3EX + 1EY
0,9DL - 0,3EX - 1EY
Keterangan :
DL = Beban mati (Dead Load)
LL = Beban Hidup (Live Load)
EX = Beban gempa searah sumbu x (Earthquake- X)
EY = Beban gempa searah sumbu y (Earthquake- Y)
Di negara Indonesia ada 3 jenis sistem struktur yang digunakan yaitu:
1. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB) atau Ordinary Moment
Resisting Frame (OMRF)

http://www.perencanaanstruktur.com/2011/08/tahap-perencanaan-bangunan-bertingkat.html

1/5

11/14/2016

Tahap Perencanaan Bangunan Bertingkat


Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk di zona gempa 1
dan 2 yaitu wilayah dengan tingkat gempa rendah. Acuan perhitungan yang digunakan
adalah SNI 03-2847-2002 pasal 3 sampai pasal 20.
2. Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) atau Intermediate
Moment Resisting Frame (IMRF)
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk di zona gempa 3
dan 4 yaitu wilayah dengan tingkat gempaan sedang. Pasal- pasal yang digunakan
dalam SNI 03-2847-2002 adalah Pasal 3 sampai pasal 20, ditambah dengan pasal 23.2
sampai dengan 23.10.2
3. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) atau Special Moment
Resisting Frame (SMRF)
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk pada zona 5 dan
6 yaitu wilayah dengan tingkat gempaan tinggi atau diaplikasikan dalam perencanaan
High Rise Building.
Langkah pertama yang harus diperhatikan dalam perencanaan gedung adalah
pengumpulan data proyek yang meliputi :
Data tanah dari hasil sondir dan boring,
Data bangunan,
Data gambar proyek, terdiri dari gambar arsitektur, gambar struktur, gambar
potongan, dan denah lantai,
Data lain yang menyangkut RKS (Rencana Kerja dan Syarat- syarat)

A. Peraturan dan Standar Perencanaan


1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-28471992) atau ACI 318- 2005.
2. Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-17271989-F) atau ASCE 7-10.
3. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 031726-2002).
4. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-17292002).

B. Bahan Struktur
1. Beton
Untuk struktur kolom, sloof, balok lantai dan plat lantai digunakan beton dengan kuat
tekan beton yang disyaratkan, fc = 25 MPa (setara dengan beton K-300). Modulus
elastis beton, Ec = 4700(fc') = 2,35.104 MPa = 2,35.107 kN/m2 dengan angka poison
= 0,20.

2. Baja Tulangan
Untuk baja tulangan dengan D 12 mm digunakan baja tulangan ulir BJTD 40 dengan
tegangan leleh baja, fy = 400 MPa. Untuk baja tulangan dengan D < 12 mm digunakan
baja tulangan polos BJTP 24 dengan tegangan leleh baja, fy = 240 MPa. Modulus
elastis baja, Es = 2,1.105 MPa.
3. Baja Profil
Mutu baja profil yang digunakan untuk struktur baja harus memenuhi persyaratan setara
dengan BJ-37.

C. Pra-eliminari Desain:
1. Perencanaan plat
Penentuan dimensi terdiri dari dimensi plat dan dimensi plat atap. Masingmasing menggunakan SNI 03-2847-2002 dengan pasal :
Perencanaan plat 1 arah : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.2 Tabel 8
Perencanaan plat 2 arah : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3
Menganalisa gaya- gaya yang terjadi pada plat, digunakan Peraturan Beton
Bertulang Indonesia (PBBI 1971 pasal.13.3 tabel 13.3.1 dan tabel 13.3.2),
sedangkan perletakkan yang diasumsikan jepit penuh digunakan C.K Wang
dan C.G Salmon jilid 2,
Penulangan plat,
Penulangan lentur, susut, dan suhu : SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.

2. Penentuan dimensi balok dan kolom

http://www.perencanaanstruktur.com/2011/08/tahap-perencanaan-bangunan-bertingkat.html

2/5

11/14/2016

Tahap Perencanaan Bangunan Bertingkat


Penentuan dimensi balok terdiri dari : Perencanaan lebar efektif balok (SNI
03-2847-2002 pasal 10.10.2),
Perhitungan penulangan geser : SNI 03-2847-2002 pasal.13.3.1(1)
Perhitungan penulangan torsi : SNI 03-2847-2002 pasal.13.6

3. Struktur kolom, terdiri dari:


Perencanaan kolom portal
Pengaruh kelangsingan kolom : SNI 03-2847-2002 pasal 12.12.2
Perbesaran momen : SNI 03-2847-2002 pasal 12.13.3
Perhitungan penulangan geser : SNI 03-2847-2002 psl.13.3.1(2)

4. Analisa struktur bawah


Perhitungan poer,
Perhitungan pondasi tiang pancang,
Perhitungan sloof.

5. Penulangan
Penulangan dihitung berdasarkan data-data yang diperoleh dari out put SAP
atau ETABS.
Dari out put SAP atau ETABS diperoleh nilai gaya geser (D), momen lentur
(M), momen torsi (T), dan nilai gaya aksial (P). Kemudian dihitung
kebutuhan tulangan pada balok, kolom dan pondasi.
Perhitungan penulangan geser, lentur, dan puntir pada semua komponen
struktur utama.
Kontrol masing-masing perhitungan penulangan.
Penabelan penulangan yang terpakai pada elemen struktur yang dihitung
(struktur atas dan struktur
bawah).
Penggambaran detail penulangan.

D. Cek Persyaratan
1. Plat
Kontrol jarak spasi tulangan : SNI 03-2847-2002 pasal.15.3.2
Kontrol jarak spasi tulangan suhu dan susut.
Kontrol perlu tulangan suhu dan susut : SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.1
dan pasal 10.4.3
Kontrol lendutan : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3.4

2. Balok
Kontrol Mnpasang Mn untuk tulangan lentur

3. Kolom
Kontrol kemampuan kolom.
Kontrol momen yang terjadi Mnpasang Mn

4. Poer
Kontrol dimensi poer : SNI 03-2847-2002 pasal13.12.3. 1.(a), pasal.13.12.3.
1.(b), pasal.13.12.3.1.(c)
Kontrol geser pons.
Geser 1 arah : SNI 03-2847-2002 pasal.13.12.1.1
Geser 2 arah : SNI 03-2847-2002 pasal.13.12.1.2

E. Gambar Perencanaan
1. Gambar arsitek terdiri dari :
Gambar denah.
Gambar tampak.

2. Gambar struktur terdiri dari :


Potongan memanjang.
Potongan melintang.

http://www.perencanaanstruktur.com/2011/08/tahap-perencanaan-bangunan-bertingkat.html

3/5

11/14/2016

Tahap Perencanaan Bangunan Bertingkat


Gambar denah pondasi.
Gambar denah sloof.
Gambar denah pembalokan.
Gambar denah rencana atap.

3. Gambar detail :
Gambar detail panjang penyaluran.
Gambar detail penjangkaran tulangan.
Gambar detail pondasi dan poer.

F. Jenis Beban
1. Beban mati (Dead load)
Beban mati yang merupakan berat sendiri konstruksi (specific gravity) menurut Tata
Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F),
adalah seperti Tabel berikut :
No

Berat

Satuan

Baja

Konstruksi

7850

kg/m3

Beton bertulang

2400

kg/m3

Beton

2200

kg/m3

Dinding pas bata bt

250

kg/m2

Dinding pas bata 1 bt

450

kg/m2

Curtain wall+rangka

60

kg/m2

Cladding + rangka

20

kg/m2

Pasangan batu kali

2200

kg/m3

Finishing lantai (tegel)

2200

kg/m3

Plafon+penggantung

20

kg/m2

10

Mortar

2200

kg/m3

11

Tanah, Pasir

1700

kg/m3

12

Air

1000

kg/m3

13

Kayu

900

kg/m3

14

Baja

7850

kg/m3

15

Aspal

1400

kg/m3

16

Instalasi plumbing

50

kg/m2

Untuk perencanaan beban bangunan di luar negeri, harus diperhitungkan juga beban
banjir, beban suhu, beban Salju, dan beban Es. Semuanya ada di ASCE 7-10.
2. Beban hidup (Live load)
Beban hidup yang bekerja pada lantai bangunan Tata Cara Perencanaan Pembebanan
untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F), adalah sebagai berikut :
Lantai dan rumah tinggal = 200 kg/m2
Sekolah, kantor, toko, hotel, RS, restoran, asrama = 250 kg/m2
Ruang olahraga = 400 kg/m2
Ruang dansa = 500 kg/m2
Balkon dan lantai dalam ruang pertemua = 400 kg/m2
3. Beban gempa (Earthquake)
Wilayah Indonesia terdiri dari 6 wilayah gempa, dimana wilayah gempa 1 adalah wilayah
kegempaan paling rendah dan wilayah gempa 6 adalah wilayah kegempaan paling
tinggi. Pembagian wilayah gempa ini, didasarkan pada percepatan puncak batuan dasar
akibat pengaruh gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun dengan asumsi umur
bangunan adalah 50 tahun. Berikut adalah Gambar Pembagian Zona Gempa di
Indonesia

http://www.perencanaanstruktur.com/2011/08/tahap-perencanaan-bangunan-bertingkat.html

4/5

11/14/2016

Tahap Perencanaan Bangunan Bertingkat

Gambar Pembagian Zona Gempa di Indonesia


Analisis terhadap beban gempa digunakan cara statik ekivalen maupun dinamik
(response spectrum analysis). Dari hasil analisis kedua cara tersebut diambil kondisi
yang memberikan nilai gaya atau momen terbesar sebagai dasar perencanaan. Struktur
bangunan dirancang mampu menahan gempa rencana sesuai peraturan yang berlaku
yaitu SNI 03-1726-2002 tentang Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung. Dalam peraturan ini gempa rencana ditetapkan mempunyai periode
ulang 500 tahun, sehingga probabilitas terjadinya terbatas pada 10 % selama umur
gedung 50 tahun.
a. Metode Statik Ekivalen
Gaya geser dasar nominal pada struktur akibat gempa dihitung dengan rumus :
V = C . I / R .Wt
Dimana :
C= nilai faktor response gempa, yang ditentukan berdasarkan wilayah
gempa kondisi tanah dan waktu getar alami.
R = faktor reduksi gempa representatif.
I = faktor keutamaan (diambil, I = 1 )
Wt = jumlah beban mati dan beban hidup yang direduksi (faktor reduksi
diambil = 0,5) yang bekerja di atas taraf penjepitan lateral.
Analisis statik dilakukan dengan meninjau secara bersamaan 100% gempa arah X dan
30% gempa arah Y, dan sebaliknya.
b. Metode Dinamik (Response Spectrum)
Besar beban gempa ditentukan oleh percepatan gempa rencana dan massa
total struktur. Massa total struktur terdiri dari berat sendiri struktur dan
beban hidup yang dikalikan dengan faktor reduksi 0,5.
Percepatan gempa diambil dari data zone Wilayah Gempa Indonesia
menurut Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung
(SNI 03-1726-2002) dengan memakai spektrum respons yang nilai
ordinatnya dikalikan dengan koreksi I/R.
Detail perencanaan struktur gedung dengan ETABS mulai dari pemodelan
struktur, pembebanan, analisis gempa, dan perhitungan strukturnya bisa dibaca
disini.
---------------NB :
Jika ingin mencopy Artikel ini, mohon cantumkan juga sumbernya. Kami menghargai
Anda, sebagaimana Anda juga menghargai Kami. Terima kasih
Muhammad Miftakhur Riza

Tweet

http://www.perencanaanstruktur.com/2011/08/tahap-perencanaan-bangunan-bertingkat.html

5/5

Anda mungkin juga menyukai