Anda di halaman 1dari 33

RISK ASSESMENT DENGAN PEMODELAN

(FMEA)
PADA FEEDWATER SYSTEM PLTU UNIT II 400
MW PAITON
1.1

Deskripsi Feedwater System

2200 - 05

2600 - 05
2101

2500

2201

2510

2202

3100 2C

3100 2B

3100 2A

2100 2C

2100 2B

2100 2A

STORAGE TANK

Balancing Drum Leak Off

2400 2C
Balancing Drum
Leak Off Line

50 %

2400 2B

BFP
2A

2210 2A 2200 2A

Minimum
Flow

2110 2A

2210 2B

50 %

3200 2A

2102

Balancing
Drum Leak Off

BFP
2B

Balancing Drum
Leak Off

Minimum
Flow

Balancing Drum
Leak Off

3200 2B

2200 2B

2400 2A

2300 2C

2300 2B

2300 2A

Minimum Flow

50 %

2110 2B

2100 - 07
BFP
2C

2200 2C

2210 2C

Minimum
Flow

2110 2C

3200 2C

HP Heater No.05

2100 - 05

HP Heater No.06

2100 - 06

HP Heater No.07

2600 - 06

2600 - 07

2200 06

2200 - 07

To Boiler Economizer

2310 2C
2310 2B
2310 2A

Gambar 1.1 Diagram Sistem Perpipaan Feedwater System PLTU Unit II 400 MW T/G Paiton

Feedwater System merupakan salah satu system penunjang dari Steam


Power Plant (PLTU). Dimana fungsi system ini yaitu untuk menyuplai secara
secara terus menerus preheated feedwater kualitas tinggi untuk mencukupi
kebutuhan boiler pada berbagai kondisi beban (Sargent & Lundy INTEG).
Diagram pipa Feed water System dapat dilihat pada gambar 1.1 diatas.

Proses kerja Feedwater System tersebut yaitu untuk menyuplai secara


secara terus menerus preheated feedwater kualitas tinggi dari storage tank
menuju boiler economizer. Feedwater System terdiri tiga Pompa (variable
speed, 50 % horisontal, multistage, centrifugal), High Pressure (HP) Heater
tipe tertutup, system perpipaan dan katup katup melengkapi dari desain
system perpipaan Feedwater System. Boiler Feed Pump (BFP) System terdiri
dari BFP System 2A, 2B, 2C yang masing masing mempunyai saluran utama
pompa BFP yaitu terdiri dari Suction Valve, Suction Strainer, Pompanya sendiri,
Discharge Valve, Discharge Control Valve. Saluran utama juga dilengkapi
dengan system keseimbangan yaitu Minimum Flow System dan Balancing
System yang tujuannya menyeimbangkan Boiler Feed Pump System yang
terpasang secara parallel stand by. Selain berfungsi sebagai system
keseimbangan Minimum Flow System menjamin bahwa pompa mempunyai
aliran yang cukup meskipun dalam beban rendah, mencegah panas yang
berlebihan pada bagian yang berputar. Aliran ini mengalir secara langsung ke
storage tank. Selain system tersebut diatas juga dilengkapi dengan saluran
pre-warming yang tujuanya menyamakan temperatur fluida antara line
discharge dan line suction. Fungsi dari BFP System adalah mengalirkan
feedwater dari storage tank ke HP Heater System. BFP System ini terpasang
secara parallel yaitu dua buah pompa running masing masing 50 %
(Capacity) dan satu stand by. Apabila dua buah pompa ini gagal operasi maka
akan terjadi unit derating.
Feedwater System juga dilengkapi dengan Feedwater Control Valve
System yaitu fungsinya untuk mengontrol aliran feedwater yang menuju HP
Heater System. Feedwater Control Valve System dilengkapi juga dengan
system by pass yang fungsinya apabila Feedwater Control Valve saluran utama
gagal operasi maka akan secara otomatis, system by pass akan berfungsi.
Selain sub system diatas yang melengkapi Feedwater System, Feedwater
System juga dilengkapi dengan HP Heater System yang berfungsi sebagai
pemanas feedwater yang akan disupplai ke boiler. Masing masing HP Heater
dilengkapi dengan By pass Control Valve. Apabila HP Heater ini mengalami
kegagalan akan sangat berpengaruh pada konsumsi bahan bakar. Feedwater
mengalir dari HP Heater No. 05, lalu ke HP Heater No. 06, ke HP Heater No. 07
dan masuk ke boiler economizer.
1.2

Daftar nama komponen Feedwater System.


ID Komponen
1100 2A, 2B, 2C
1200 2A, 2B, 2C

Nama Komponen
Pipa Suction BFP 2A, 2B, 2C
Pipa Discharge BFP 2A, 2B, 2C

1300 2A, 2B, 2C


1400 2A, 2B, 2C
1500 2A, 2B, 2C
1600
1610
1700
1710
2100
2100
2101
2102
2110

05, 06, 07
05, 06, 07
2A, 2B, 2C
05,06,07
2A, 2B, 2C

2200 2A, 2B, 2C


2200 05,06,07
2201
2202
2210 2A, 2B, 2C
2220 2A, 2B, 2C
2300 2A, 2B, 2C
2310 2A, 2B, 2C
2400 2A, 2B, 2C
2500
2510
2600 05, 06, 07
3100 2A, 2B, 2C
3200 2A, 2B, 2C
4000 2A, 2B, 2C
5000 05, 06, 07

1.3

Pipa Minimum Flow BFP 2A, 2B, 2C


Pipa Balancing BFP 2A, 2B, 2C
Pipa Line Pre-warming BFP 2A, 2B, 2C
Pipa Feedwater Control Valve System
(FCVS)
Pipa By Pass (FCVS)
Pipa HP Heater 05, 06, 07
Pipa By Pass HP Heater 05, 06, 07
Suction Valve BFP 2A, 2B, 2C
Suction Valve HPH No.05,06,07
Suction Valve (FCVS)
Suction Valve (FCVS) By Pass
Suction Valve Line Pre warming BFP
2A, 2B, 2C
Discharge Valve BFP 2A, 2B, 2C
Discharge Valve HPH No.05,06,07
Discharge Valve (FCVS)
Discharge Valve (FCVS) By Pass
Discharge Control Valve BFP 2A, 2B, 2C
Discharge Valve Line Pre warming BFP
2A, 2B, 2C
Minimum Flow Control Valve BFP 2A,
2B, 2C
Minimum Flow Isolating Valve BFP 2A,
2B, 2C
Balancing Isolating Valve BFP 2A, 2B,
2C
Feedwater Control Valve
Feedwater Control Valve By Pass
By Pass Control Valve HP Heater No. 05,
06, 07
Suction Strainer BFP 2A, 2B, 2C
Strainer Line Pre Warming BFP 2A, 2B,
2C
Pompa BFP 2A, 2B, 2C
HP Heater No. 05, 06, 07

Pengkontruksian FAILURE MODE AND EFFECTS ANALYSIS (FMEA).

Lihat Lampiran..............
1.4 Analisa Data.
Tujuan analisa data yaitu untuk mencari distribusi yang tepat untuk tiap
tiap komponen Feedwater System. Penentuan distribusi tersebut merupakan
tahap menentukan kecendrungan distribusi system dengan adanya fungsi waktu
yang berubah ubah. Input data yang diperlukan adalah variable randon T yang
mewakili time to failure dan time to repair tiap tiap komponen Feedwater
System. Data time to failure dan time to repair kompnen tersebut dapat dilihat

pada lampiran A (Data data Feedwater System). Data time to failure dan time to
repair yang dikumpulkan mempunyai interval waktu selama 4 tahun yaitu antara
tahun 1997 sampai tahun 2001. Data tersebut dikumpulkan dari Work Order pada
bagian Performance and Maintenance Control , Operation & Maintenance
PLTU Unit I & II Paiton. Pada table 1.4.1 menunjukan jumlah kegagalan.
Sedangkan pada table 1.4.2 menunjukan mode kegagalan komponen komponen
yang sering terjadi dalam pengoperasian pada Feedwater System.
Tabel 1.4.1 Jumlah Kegagalan
Nama Komponen
Pipa Suction BFP 2A, 2B, 2C
Pipa Discharge BFP 2A, 2B, 2C
Pipa Minimum Flow BFP 2A, 2B, 2C
Pipa Balancing BFP 2A, 2B, 2C
Pipa Line Pre-warming BFP 2A, 2B, 2C
Pipa Feedwater Control Valve System (FCVS)
Pipa By Pass (FCVS)
Pipa HP Heater 05, 06, 07
Pipa By Pass HP Heater 05, 06, 07
Suction Valve BFP 2A, 2B, 2C
Suction Valve Line Pre warming BFP 2A, 2B,
2C
Discharge Valve BFP 2A, 2B, 2C
Discharge Valve HPH No.05,06,07
Discharge Valve (FCVS)
Discharge Valve (FCVS) By Pass
Discharge Control Valve BFP 2A, 2B, 2C
Discharge Valve Line Pre warming BFP 2A,
2B, 2C
Minimum Flow Control Valve BFP 2A, 2B, 2C
Minimum Flow Isolating Valve BFP 2A, 2B, 2C
Balancing Isolating Valve BFP 2A, 2B, 2C
Feedwater Control Valve
Feedwater Control Valve By Pass
By Pass Control Valve HP Heater No. 05, 06,
07
Suction Strainer BFP 2A, 2B, 2C
Pompa BFP 2A, 2B, 2C
HP Heater No. 05, 06, 07

Jumlah Kegagalan
0,0,4
0,0,0
3,3,0
4,7,3
0,0,0
0,0,0
0,0,0
0,3,0
0,0,0
0,0,0
0,3,0
0,0,0
0,4,3
0,0,0
0,0,0
0,0,3
0,0,0
3,6,3
3,0,0
0,0,0
0,0,0
0,0,0
0,3,0
4,3,3
5,4,5
0,4,0

Dari table diatas menunjukan failure rate tertinggi yaitu pada komponen
Pipa balancing BFP 2B. Hal ini dipengaruhi oleh factor umur dan fungsi komponen
tersebut.
Tabel 1.4.2 Mode Kegagalan
Nama Komponen
Pipa Suction BFP 2A, 2B, 2C

Mode Kegagalan
Terjadi kebocoran

Pipa Discharge BFP 2A, 2B, 2C

Terjadi kebocoran

Pipa Minimum Flow BFP 2A, 2B, 2C

Terjadi kebocoran

Pipa Balancing BFP 2A, 2B, 2C

Terjadi kebocoran

Pipa Line Pre-warming BFP 2A, 2B, 2C

Terjadi kebocoran

Pipa Feedwater Control Valve System


(FCVS)
Pipa By Pass (FCVS)

Terjadi kebocoran

Pipa HP Heater 05, 06, 07

Terjadi kebocoran

Pipa By Pass HP Heater 05, 06, 07

Terjadi kebocoran

Suction Valve BFP 2A, 2B, 2C

Kekedapan turun

Suction Valve Line Pre warming BFP 2A,


2B, 2C
Discharge Valve BFP 2A, 2B, 2C

Kekedapan turun

Discharge Valve HPH No.05,06,07

Kekedapan turun

Discharge Valve (FCVS)

Kekedapan turun

Discharge Valve (FCVS) By Pass

Kekedapan turun

Discharge Control Valve BFP 2A, 2B, 2C

Kekedapan turun

Discharge Valve Line Pre warming BFP


2A, 2B, 2C
Minimum Flow Control Valve BFP 2A, 2B,
2C
Minimum Flow Isolating Valve BFP 2A, 2B,
2C
Balancing Isolating Valve BFP 2A, 2B, 2C

Kekedapan turun

Feed water Control Valve

Kekedapan turun

Feed water Control Valve By Pass

Kekedapan turun

By Pass Control Valve HP Heater No. 05,


06, 07
Suction Strainer BFP 2A, 2B, 2C

Kekedapan turun

Pompa BFP 2A, 2B, 2C


HP Heater No. 05, 06, 07

Terjadi kebocoran

Kekedapan turun

Kekedapan turun
Kekedapan turun
Kekedapan turun

Jenuh/keausan elemen
strainer,kotor
Tekanan berkurang
Timbul kerak, Elemen pemanas
rusak

Dari table 1.4.2 menunjukan bahwa pada system perpipaan (instalasi pipa)
umumnya kegagalan yang sering terjadi yaitu terjadinya kebocoran pada saluran
perpipaan. Hal ini disebabkan karena terjadinya pengkaratan dan tekanan yang
berlebih pada instalasi pipa. Sedangkan umumnya kegagalan katup katup pada
Feedwater system yaitu kekedapan turun. Hal ini disebabkan karena terjadinya
pengkaratan dan seal katup bocor. Pada pompa umumnya kegagalan yang sering

terjadi yaitu adanya kekurangan tekanan pada pompa untuk menyuplai kebutuhan
preheated feedwater pada boiler economizer. Hal ini dikarenakan terjadinya kavitasi
pada pompa tersebut. Pada strainer umumnya kegagalan yang sering terjadi adanya
kotoran dan keausan/jenuh elemen strainer. Hal ini disebabkan karena fungsi dari
komponen tersebut untuk menyaring feedwater dari kotoran yang ada. Pada HP
Heater kegagalan yang sering terjadi yaitu timbul kerak, short circuit, elemen
pemanas retak sehingga tidak dapat memenuhi temperature yang sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan.
Penentuan distribusi komponen Feedwater System tersebut dilakukan
dengan menggunakan software Weibull ++ 4.0 dengan menggunakan metode MLE.
Input data untuk menentukan distribusi yaitu dengan memasukan data time to
failure dan time to repair tiap tiap komponen dapat dilihat pada lampiran B (Hasil
Pengolahan Software Weibull). Dibawah ini adalah table nilai MLE dan parameter
distribusi kegagalan dan repair tiap tiap komponen Feedwater System hasil
pengolahan software Weibull ++ 4.0.

Tabel Distribusi Kegagalan Komponen Komponen Feedwater System.


Distribusi
Exponential
1
Exponential

Rangkin

LKV

g
4

20.00 x

37.75
-38.1

10-5
20.00 x

438.08

4550.0

4821.8

2
Normal

10-5
-

Lognormal

38.49
-

0
8.07

2
1.31

37.98
-

0.89

5462.6

37.94
-

0.33

3
2839.6

1161.4

Weibull 2
Weibull 3

35.69
2
0
Tabel 1.4.3 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Pipa Suction
BFP 2C

Tabel 1.4.4 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Pipa Minimum Flow BFP 2A
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
4

20.00 x

28.73
-29.0

10-5
10.00 x

-639.32

10-5
-

5184.0

6039.2
5
1.25

al 1
Exponenti
al 2
Normal
Lognormal
Weibull 2
Weibull 3

6
5

29.49
-

0
8.23

28.77
-

0.94

6107.7

28.78
-

0.67

6
4937.5

803.80

28.53

Tabel 1.4.5 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Pipa Minimum Flow BFP 2B
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
3

07.42 x

al 1
Exponenti

31.05
-30.9

10
07.62 x

433.04

11368.

10834.

-5

al 2
Normal

10-5
-

Lognormal

31.29
-

00
9.03

01
1.31

Weibull 2

31.33
-

0.91

13938.

Weibull 3

31.22
-

2.48

82
27367.

21

12520.

31.24

09
Tabel 1.4.6 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Pipa Balancing BFP 2A
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
4

50.00 x

33.82
-33.7

10-5
50.00 x

28.14

10-5
-

1710.0

1575.9

0
7.08

6
1.39

al 1
Exponenti
al 2
Normal
Lognormal

5
2

34.11
34.32

Weibull 2

0.87

2065.4

Weibull 3

34.08
-

1.12

7
2318.7

-214.39

34.07

Tabel 1.4.7 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Pipa Balancing BFP 2B
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
5

40.00 x

61.52
-60.9

10-5
40.00 x

182.18

10-5
-

2406.8

2170.1
0
1.25

al 1
Exponenti
al 2
Normal

8
3

Lognormal

62.48
-

5
7.39

Weibull 2

61.98
-

0.97

2728.2

Weibull 3

61.61
-

1.35

2
3295.5

-444.49

61.79

Tabel 1.4.8 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Pipa Balancing BFP 2C
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
5

09.03 x

30.68
-28.9

10-5
10.00 x

4490.1

9
-

10128.

5747.0

al 1
Exponenti
al 2
Normal

10-5
-

Lognormal

29.37
-

00
9.15

5
0.56

Weibull 2

29.14
-

2.08

11771.

29.17
-

0.97

12
6617.6

4599.6

Weibull 3

28.93

Tabel 1.4.9 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Pipa HP Heater No.06
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
6

10.00 x

al 1
Exponenti
al 2

29.94
-26.3
2

5584.4

-5

10
40.00 x
10

-5

Normal

7928.0

2348.4

Lognormal

26.70
-

0
8.95

5
0.29

Weibull 2

26.65
-

3.95

8729.6

26.65
-

1.56

4
4025.6

4544.2

Weibull 3

26.56

Tabel 1.4.10 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan


Suction Valve Line Pre warming BFP 2B
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
3

30.00 x

26.76
-26.9

10-5
30.00 x

-162.70

2704.0

3107.5
9
1.05

al 1
Exponenti
al 2
Normal

10
-

-5

Lognormal

27.39
-

0
7.69

Weibull 2

26.50
-

1.07

3365.7

Weibull 3

26.65
-

0.27

1
590.86

1364.6

21.89

Tabel 1.4.11 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan


Discharge Valve HPH No.06
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
5

10.00 x

40.59
-37.0

10-5
20.00 x

5613.1

0
-

9402.0

3784.8

0
9.10

1
0.39

al 1
Exponenti
al 2
Normal

10-5
-

Lognormal

37.63
-

37.46

Weibull 2

2.95

10607.

Weibull 3

37.49
-

1.50

59
6295.6

4096.4

37.39

Tabel 1.4.12 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan


Discharge Valve HPH No.07
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
6

10.00 x

29.85
-28.4

10-5
20.00 x

2887.1

10-5
-

2
-

7677.3

4712.8
3
0.69

al 1
Exponenti
al 2
Normal
Lognormal
Weibull 2
Weibull 3

6
4

28.80
-

3
8.84

28.86
-

1.70

9103.9

28.78
-

3.82

5
17361.

72

8048.4

28.77

Tabel 1.4.13 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan


Discharge Control Valve BFP 2C
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
6

20.00 x

28.99
-24.1

10-5
70.00 x

4610.3

10-5
-

5
-

5760.0

1151.6
6
0.19
-

al 1
Exponenti
al 2
Normal
Lognormal
Weibull 2

8
5

24.56
-

0
8.65

24.53
-

5.87

6172.3

24.54

Weibull 3

1.58

24.42

1996.4

4080.4

Tabel 1.4.14 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan


Minimum Flow Control Valve BFP 2A
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
6

20.00 x

28.68
-27.9

10-5
20.00 x

1151.2

8
-

5184.0

4290.4

al 1
Exponenti
al 2
Normal

10-5
-

Lognormal

28.41
-

0
8.43

9
0.74

27.79
-

1.52

6223.7

27.91
-

0.41

6
1922.6

2924.0

Weibull 2
Weibull 3

25.87

Tabel 1.4.15 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan


Minimum Flow Control Valve BFP 2B
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
4

10.00 x

60.01
-60.1

10-5
10.00 x

-123.66

8072.0

8508.7
5
1.06

al 1
Exponenti
al 2
Normal

10
-

-5

Lognormal

61.51
-

0
8.65

Weibull 2

59.71
-

1.11

9033.5

Weibull 3

59.80
-

0.66

2
6497.3

1568.7

58.90

Tabel 1.4.16 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan


Minimum Flow Control Valve BFP 2C
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
5

08.20 x

30.95
-28.9

10-5
10.00 x

5470.8

al 1
Exponenti

al 2
Normal

10-5
-

5422.5
9
0.55

29.21
-

00
9.25

Weibull 2

29.38
-

2.15

12925.

Weibull 3

29.27
Disca

142.

58
0.0065

rd

11104.

Lognormal

9
-

640479
.4

Tabel 1.4.17 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan


Minimum Flow Isolating Valve BFP 2A
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
5

09.46 x

al 1
Exponenti

al 2
Normal

29.97
-30.8
9

4
-

7688.0

11472.
45
1.42

-5

10
07.77 x
10

-5

31.35
-

0
8.52

Weibull 2

29.98
-

0.81

8824.1

Weibull 3

30.08
-

0.36

5
4440.7

1935.4

Lognormal

3047.8
-

28.33

Tabel 1.4.18 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan


By Pass Control Valve HP Heater No.06
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
6

10.00 x

al 1
Exponenti

30.22
-27.7

10
20.00 x

4890.1

5
-

8694.0

3746.6

-5

al 2
Normal

10-5
-

Lognormal

28.11
-

0
9.02

8
0.45

Weibull 2

28.14
-

2.59

9923.1

Weibull 3

28.08
-

3.51

0
12815.

28.09

46

2835.9
7

Tabel 1.4.19 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Suction Strainer BFP 2A
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
5

20.00 x

37.00
-38.6

10-5
20.00 x

al 1
Exponenti
al 2

10-5

2144.9

Normal

8
-

3606.0

6440.6

Lognormal

39.45
-

0
7.73

4
1.39

36.73
-

0.79

4179.2

37.06
-

0.29

1
1213.0

1173.1

Weibull 2
Weibull 3

32.05

Tabel 1.4.20 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Suction Strainer BFP 2B
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
5

20.00 x

28.45
-28.4

10-5
20.00 x

57.97

10-5
-

4776.0

4846.8
1
1.09

al 1
Exponenti
al 2
Normal

2
6

28.85
-

0
8.22

Weibull 2

28.35
-

1.07

5700.8

Weibull 3

28.34
-

0.82

7
4779.5

710.74

Lognormal

28.21

Tabel 1.4.21 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Suction Strainer BFP 2C
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
5

10.00 x

30.02
-24.2

10-5
70.00 x

6944.8

al 1
Exponenti

al 2
Normal

10-5
-

8104.0

1208.1
5
0.14

24.65
-

0
8.99

Weibull 2

24.56
-

7.90

8550.4

Weibull 3

24.67
-

0.59

3
877.13

7294.4

Lognormal

8
-

23.45

Tabel 1.4.22 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Pompa BFP 2A
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
5

20.00 x

48.56
-47.

10-5
20.00 x

1083.7

al 2
Normal

60
-

10-5
-

2
-

6062.4

5239.8

Lognormal

48.65
-

0
8.54

2
0.76

Weibull 2

47.32
-

1.52

7070.3

47.55
-

0.49

2
3251.8

2604.1

al 1
Exponenti

Weibull 3

45.70

Tabel 1.4.23 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Pompa BFP 2B
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
6

20.00 x

al 1
Exponenti

37.90
-36.8
4

1140.0

8
-

4788.0

3757.0

-5

10
20.00 x
-5

al 2
Normal

10
-

Lognormal

37.58
-

0
8.32

6
0.75

Weibull 2

36.89
-

1.56

5595.8

Weibull 3

36.95
-

1.04

6
4185.3

1185.8

36.72

Tabel 1.4.24 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Pompa BFP 2C

Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
6

20.00 x

48.55
-47.2

10-5
20.00 x

1390.0

9
-

6057.6

4610.2
2
0.85

al 1
Exponenti
al 2
Normal

10-5
-

Lognormal

48.23
-

0
8.51

Weibull 2

47.85
-

1.39

7065.2

Weibull 3

47.75
-

1.65

1
8035.9

-844.69

47.83

Tabel 1.4.25 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan HP Heater No. 06
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
5

20.00 x

37.74
-35.4

10-5
30.00 x

2005.7

7
-

4602.0

2667.7

al 1
Exponenti
al 2
Normal

10-5
-

Lognormal

36.20
-

0
8.35

4
0.56

Weibull 2

35.80
-

2.03

5370.6

35.90
-

1.25

1
3546.3

1621.4

Weibull 3

35.59

Tabel Distribusi Repair Komponen Komponen Feedwater System


Tabel 1.4.26 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Pipa Suction BFP 2C
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
4

160.0 x

al 1
Exponenti

29.43
-24.9

10
460.0 x

389.48

576.00

171.54

-5

al 2
Normal

10-5
-

Lognormal

25.27
-

6.33

0.33

Weibull 2

25.59
-

3.64

640.18

Weibull 3

25.34
Disca

rd

273.

39020.

64

38380.

69
Tabel 1.4.27 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Pipa Minimum Flow BFP 2A
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
5

2210 x

14.08
-12.3

10-5
3370 x

17.87

40.00

19.53

al 1
Exponenti

10-5
-

Lognormal

12.17
-

3.64

0.56

Weibull 2

12.46
-

2.17

47.01

Weibull 3

12.28
Disca

2.17

47.03

-0.02

al 2
Normal

rd
Tabel 1.4.28 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Pipa Minimum Flow BFP 2B
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
4

60.00 x

25.00
-19.6

10-5
330.6 x

1267.7

9
-

1520.0

264.91

al 1
Exponenti
al 2
Normal

10-5
-

Lognormal

20.08
-

0
7.32

0.16

Weibull 2

19.97
-

6.77

1617.0

20.09
-

0.52

0
165.23

1357.8

Weibull 3

18.51

Tabel 1.4.29 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Pipa Balancing BFP 2A
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
5

130.0 x

al 1
Exponenti
al 2

30.12
-25.4
0

472.95

-5

10
410.0 x
10

-5

Normal

684.00

182.75

Lognormal

25.37
-

6.50

0.30

Weibull 2

25.80
-

4.08

755.10

25.45
Disca

329.

48725.

55

47975.

Weibull 3

rd

89
Tabel 1.4.30 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Pipa Balancing BFP 2B
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
5

380.0 x

43.58
-47.

10-5
290.0 x

-138.14

171.42

350.97

al 1
Exponenti
al 2
Normal

10
-

-5

17
-

Lognormal

48.96
-

4.45

1.40

Weibull 2

42.23
-

0.82

159.58

Weibull 3

42.83
-

0.49

105.99

21.40

40.24
Tabel 1.4.31 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Pipa Balancing BFP 2C
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
5

140.0 x

22.32
-18.5

10-5
470.0 x

446.42

624.00

164.07

al 1
Exponenti
al 2
Normal

10-5
-

Lognormal

18.65
-

6.42

0.28

Weibull 2

18.82
-

4.26

684.35

18.67
Disca

357.

48657.

41

47975.

Weibull 3

rd

89

Tabel 1.4.32 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Pipa HP Heater No.06
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
5

420 x 10-

19.04
-18.5

31.12

al 1
Exponenti
al 2
Normal
Lognormal
Weibull 2
Weibull 3

470 x 105

7
4

208.00

177.42

18.95
-

5.14

0.99

18.83
-

1.19

251.17

18.76
-

1.51

296.11

-40.39

18.79
Tabel 1.4.33 Nilai MLE dan parameter distribusi repair
Suction Valve Line Pre warming BFP 2B
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
6

1890 x

al 1
Exponenti

14.62
-13.2

18.28

48.00

29.29

-5

10
2810 x
-5

al 2
Normal

10
-

Lognormal

13.56
-

3.77

0.68

Weibull 2

13.61
-

1.73

56.83

Weibull 3

13.53
-

3.30

94.75

-36.79

13.53
Tabel 1.4.34 Nilai MLE dan parameter distribusi repair
Discharge Valve HPH No.06
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
2

230 x 10-

27.65
-27.7

-4.63

al 1
Exponenti

230 x 105

al 2
Normal

0
6

366.00

362.51

Lognormal

28.29
-

5.48

1.48

Weibull 2
Weibull 3

28.17
-

0.82

429.91

27.97
-

1.07

489.82

-47.53

28.02

Tabel 1.4.35 Nilai MLE dan parameter distribusi repair


Discharge Valve HPH No.07
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
6

680 x 10-

17.74
-15.

1360 x

74.81

al 2
Normal

38
-

10-5
-

136.00

63.48

Lognormal

15.83
-

4.87

0.44

15.55
-

2.61

155.26

15.64
-

0.67

51.29

90.34

al 1
Exponenti

Weibull 2
Weibull 3

14.84
Tabel 1.4.36 Nilai MLE dan parameter distribusi repair
Discharge Control Valve BFP 2C
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
5

60 x 10-5

25.13
-21.1

200 x 10-

1169.4

1589.3

405.49

al 1
Exponenti

al 2
Normal

6
2

4
-

Lognormal

21.43
-

3
7.35

0.26

Weibull 2

21.51
-

4.46

1734.9

Weibull 3

21.42
Disca

366

7
12.57E

+4

123937

rd

.9
Tabel 1.4.37 Nilai MLE dan parameter distribusi repair

Minimum Flow Control Valve BFP 2A


Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
6

90.00 x

23.66
-21.7

10-5
160 x

464.98

976.00

549.51

al 1
Exponenti
al 2
Normal
Lognormal
Weibull 2
Weibull 3

10-5
-

22.22
-

6.83

0.52

21.82
-

2.18

1143.4

21.96
-

0.32

9
166.45

718.30

18.34

Tabel1. 4.38 Nilai MLE dan parameter distribusi repair


Minimum Flow Control Valve BFP 2B
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
6

130 x 10-

45.92
-39.5

510.11

al 1
Exponenti

340 x 105

al 2
Normal

3
4

776.00

274.82

Lognormal

40.72
-

6.62

0.32

Weibull 2

40.03
-

3.68

864.03

Weibull 3

40.45
-

1.52

412.61

427.78

39.82
Tabel 1.4.39 Nilai MLE dan parameter distribusi repair
Minimum Flow Control Valve BFP 2C
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
4

300 x 10-

19.94

al 1

Exponenti

-12.33

3770 x

257.87

280.00

19.53

al 2
Normal

10-5
-

Lognormal

12.17
-

5.63

0.07

12.22
-

17.3

287.25

12.03
Disca

5
17.1

284.51

2.74

Weibull 2
Weibull 3

rd

Tabel 1.4.40 Nilai MLE dan parameter distribusi repair


Minimum Flow Isolating Valve BFP 2A
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
5

al 1
Exponenti

23.57
4

al 2
Normal

20.00

90.00 x
10-5

290.0 x
10-5

659.29

944.00

259.13

19.99
-

6.83

0.29

Weibull 2

20.17
-

4.09

1039.3

Weibull 3

20.01
Disca

341.

8
72998.

71963.

51

89

Lognormal

rd

Tabel 1.4.41 Nilai MLE dan parameter distribusi repair


By Pass Control Valve HP Heater No.06
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
5

170 x 10-

21.07
-22.3

-245.89

384.00

672.33

al 1
Exponenti
al 2
Normal

8
4

130 x 10-

Lognormal
Weibull 2
Weibull 3

22.84
-

5.23

1.87

21.00
-

0.62

394.26

21.06
-

0.37

270.05

42.70

19.94
Tabel 1.4.42 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Suction Strainer BFP 2A
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
5

120 x 10-

30.56
-19.6

1760 x

713.09

762.00

49.05

al 1
Exponenti
al 2
Normal

10-5
-

Lognormal

20.29
-

6.63

0.06

Weibull 2

20.25
-

18.2

781.36

Weibull 3

20.40
-

5
1.34

72.67

700.30

19.90
Tabel 1.4.43 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Suction Strainer BFP 2B
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
6

40.00 x

26.09
-25.1

10-5
50.00 x

633.29

2192.0

1683.2
7
0.69

al 1
Exponenti
al 2
Normal

10
-

-5

Lognormal

25.56
-

0
7.59

Weibull 2

25.01
-

1.61

2652.8

Weibull 3

25.16
-

0.29

2
420.64

1436.5

21.04

Tabel 1.4.44 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Suction Strainer BFP 2C
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
5

130 x 10-

al 1
Exponenti
al 2
Normal

2
3

22.72
-18.37
-

500 x 10-

546.52

712.00

161.58

6.55

0.23

Lognormal

18.68
-

Weibull 2

18.71
-

5.08

770.06

Weibull 3

18.66
-

8.98

1303.3

-531.25

18.65

Tabel 1.4.45 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Pompa BFP 2A
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
6

1710 x

25.26
-22.5

10-5
2680 x

24.66

57.60

32.25

al 1
Exponenti
al 2
Normal

10-5
-

Lognormal

23.40
-

3.95

0.62

23.38
-

1.94

67.01

23.23
-

2.08

70.52

-3.31

Weibull 2
Weibull 3

23.23
Tabel 1.4.46 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Pompa BFP 2B
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
6

20.00 x

al 1
Exponenti

al 2
Normal

36.11
-37.4
7

5
-

2934.0

4668.8
3
1.26

-5

10
20.00 x
10

1327.5

Lognormal

38.24
-

0
7.56

Weibull 2

35.82
-

0.90

3270.1

Weibull 3

36.06
-

0.45

5
1903.2

703.18

34.45

-5

Tabel 1.4.47 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Pompa BFP 2C
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
5

310 x 10-

32.21
-34.4

-144.62

al 1
Exponenti
al 2
Normal

Lognormal
Weibull 2
Weibull 3

240 x 10-

216.00

404.98

35.60
-

4.82

1.35

31.51
-

0.84

224.03

31.96
-

0.40

110.45

47.26

28.76
Tabel 1.4.48 Nilai MLE dan parameter distribusi repair HP Heater No. 06
Distribusi

Rangki

LKV

Exponenti

ng
5

290 x 10-

27.27
-23.6

201.19

al 1
Exponenti

640 x 105

al 2
Normal

5
4

336.00

133.73

Lognormal

24.32
-

5.77

0.39

Weibull 2

24.17
-

2.95

378.40

Weibull 3

24.18
-

1.60

232.69

137.80

24.07

Untuk menentukan distribusi yang sesuai untuk tiap tiap komponen, maka
dari table table diatas diambil distribusi yang mempunyai rangking pertama.
Karena pada pengujian distribusi, rangking pertama merupakan distribusi yang
sesuai untuk komponen tersebut. Dibawah ini adalah table distribusi tiap tiap
komponen yang mempunyai rangking pertama.
1.4.49 Distribusi Kegagalan Komponen Feedwater System
Komponen

Distribu

Pipa Suction BFP

si
Weibull 3

0.33

2839.6

1161.4

2C
Pipa Minimum
Flow BFP 2A
Pipa Minimum
Flow BFP 2B

Weibull 3
Weibull 3

0.67

2
4937.5

0
803.80

2.48

1
27367.

21

12520.

1.12

2318.7

09
-214.39

Pipa Balancing
BFP 2A

Weibull 3

Pipa Balancing
BFP 2B

Weibull 2

0.97

6
2728.2

Pipa Balancing
BFP 2C

Weibull 3

0.97

2
6617.6

4599.6

Pipa HP Heater
No. 06

Weibull 3

1.56

5
4025.6

4
4544.2

Suction Valve
Line Pre warming
BFP 2B
Discharge Valve
HPH No. 06

Weibull 3

0.27

8
590.86

0
1364.6

Weibull 3

1.50

6295.6

4096.4

Discharge Valve
HPH No. 07

Weibull 3

3.82

5
17361.

2
-

72

8048.4

Discharge
Control Valve
BFP 2C
Minimum Flow
Control Valve
BFP 2A
Minimum Flow
Control Valve
BFP 2B

Weibull 3

1996.4

1
4080.4

1922.6

2924.0

6497.3

1568.7

Minimum Flow
Control Valve
BFP 2C

Weibull 2

12925.

Minimum Flow
Isolating Valve
BFP 2A
By Pass Control
Valve HP Heater
No. 06

Weibull 3

4440.7

1935.4

12815.

46

2835.9

Suction Strainer
BFP 2A

Weibull 3

0.29

1213.0

7
1173.1

Suction Strainer
BFP 2B

Weibull 3

0.82

3
4779.5

6
710.74

Suction Strainer
BFP 2C

Weibull 3

7294.4

Weibull 3

Weibull 3

1.58

0.41

0.66

2.15

58

Weibull 3

0.36

3.51

0
-

0.59

877.13

Pompa BFP 2A

Weibull 3

0.49

3251.8

2604.1

Pompa BFP 2B

Weibull 3

1.04

1
4185.3

6
1185.8

Pompa BFP 2C

Weibull 2

1.39

3
7065.2

2
-

1.25

1
3546.3

1621.4

HP Heater No. 06

Weibull 3

1.4.49 Distribusi Repair Komponen Feedwater System


Komponen
Pipa Suction BFP
2C
Pipa Minimum Flow
BFP 2A

Distribu

si
Weibull

3.64

640.18

2
Weibull

2.17

47.01

0.52

165.23

1357.8

Pipa Minimum Flow


BFP 2B

2
Weibull
3

Pipa Balancing BFP


2A

Weibull
2

4.08

755.10

Pipa Balancing BFP


2B

Weibull
3

0.49

105.99

21.40

Pipa Balancing BFP


2C

Weibull
2

4.26

684.35

Pipa HP Heater No.


06

Weibull
2

1.19

251.17

Suction Valve Line


Pre warming BFP
2B
Discharge Valve
HPH No. 06

Weibull
3

3.30

94.75

-36.79

Exponen
tial 2

230 x 10-

-4.63

Discharge Valve
HPH No. 07

Weibull
3

0.67

51.29

90.34

Discharge Control
Valve BFP 2C

Weibull
2

4.46

1734.9

Minimum Flow
Control Valve BFP
2A
Minimum Flow
Control Valve BFP
2B

Weibull
3

0.32

166.45

718.30

Weibull
3

1.52

412.61

427.78

Minimum Flow
Control Valve BFP
2C

Weibull
2

17.3

287.25

Minimum Flow
Isolating Valve BFP
2A
By Pass Control
Valve HP Heater
No. 06
Suction Strainer
BFP 2A

Weibull
2

4.09

Weibull
3

0.37

Exponen
tial 2

1760 x

Suction Strainer
BFP 2B

Weibull
3

Suction Strainer
BFP 2C

Weibull
3

Pompa BFP 2A

Weibull
2

1.94

Pompa BFP 2B

Weibull
3

0.45

Pompa BFP 2C

Weibull
3

0.40

HP Heater No. 06

Weibull

1.60

1039.3

270.05

42.70

713.09

0.29

420.64

1436.5

-531.25

67.01

1903.2

703.18

110.45

47.26

232.69

137.80

10-5
0
8.98

1303.3
4

3
Dari table 1.4.49 menunjukan bahwa distribusi kegagalan komponen
komponen Feedwater system tersebut mempunyai distribusi Weibull 2 dan Weibull
3. Komponen Pipa Balancing BFP 2B, Minimum Flow Control Valve BFP 2C, Pompa
BFP 2C mempunyai distribusi Weibull 2. Komponen Pipa Suction BFP 2C, Pipa
Minimum Flow BFP 2A, Pipa Minimum Flow BFP 2B, Pipa Balancing BFP 2A, Pipa
Balancing BFP 2C, Pipa HP Heater No. 06, Suction Valve Line Pre warming BFP 2B,
Discharge Valve HPH No. 06, Discharge Valve HPH No. 07, Discharge Control Valve
BFP 2C, Minimum Flow Control Valve BFP 2A, Minimum Flow Control Valve BFP
2B, Minimum Flow Isolating Valve BFP 2A, By Pass Control Valve HP Heater No. 06,
Suction Strainer BFP 2A, Suction Strainer BFP 2B, Suction Strainer BFP 2C, Pompa
BFP 2A, Pompa BFP 2B, HP Heater No. 06 mempunyai distribusi Weibull 3.
Sedangkan dari table 4.51 menunjukan bahwa distribusi Repair komponen
komponen Feedwater system tersebut mempunyai distribusi Exponensial 2,
Weibull 2 dan Weibull 3. Komponen Discharge Valve HPH No. 06, Suction Strainer
BFP 2A mempunyai distribusi Exponential 2. Komponen Pipa Suction BFP 2C, Pipa
Minimum Flow BFP 2A, Pipa Balancing BFP 2A, Pipa Balancing BFP 2C, Pipa HP
Heater No. 06, Discharge Control Valve BFP 2C, Minimum Flow Control Valve BFP
2C, Minimum Flow Isolating Valve BFP 2A, Pompa BFP 2A, mempunyai distribusi
Weibull 2. Komponen Pipa Minimum Flow BFP 2B, Pipa Balancing BFP 2B, Suction
Valve Line Pre warming BFP 2B, Discharge Valve HPH No. 07, Minimum Flow

Control Valve BFP 2A, Minimum Flow Control Valve BFP 2B, By Pass Control Valve
HP Heater No. 06, Suction Strainer BFP 2B, Suction Strainer BFP 2C, Pompa BFP
2B, Pompa BFP 2C, HP Heater No. 06 mempunyai distribusi Weibull 3. Parameter
distribusi komponen komponen tersebut digunakan untuk melakukan analisa
kualitatif dan kuantitatif.
Diskusi
Pada table 1.4.1 menunjukan pengumpulan data komponen komponen
Feedwater System. Dari data data tersebut maka komponen Pipa Balancing BFP
2B mempunyai laju kegagalan tertinggi dibandingkan dengan komponen yang
lainya karena komponen tersebut sering mengalami kegagalan yaitu terjadinya
kebocoran pada saluran Pipa tersebut. Hal ini karena fungsi Pipa Balancing
sebagai line penyeimbang Pompa yang tersusun secara parallel standby. Jika
salah satu Pipa Balancing gagal beroperasi maka salah satu Pompa akan shut
down sesuai dengan fungsinya sebagai penyeimbang. Untuk mengatasi hal itu
maka sebaiknya dengan melakukan perawatan pada Pipa Balancing BFP 2B yaitu
dengan mengecor/menambal kembali kebocoran Pipa Balancing tersebut supaya
dapat berfungsi dengan optimal. Karena mempunyai laju kegagalan yang tinggi
maka kemungkinan komponen tersebut akan memasuki masa aus yang lebih
cepat sehingga strainer dan purifier ini harus diperhatikan dengan baik dalam
pengoperasianya dan perawatanya.
Pada tabel 1.4.2 mode kegagalan menunjukan kegagalan yang sering
terjadi pada komponen komponen Feedwater system. Pada system perpipaan
(instalasi pipa) umumnya kegagalan yang sering terjadi yaitu terjadinya
kebocoran pada saluran perpipaan. Hal ini disebabkan karena terjadinya
pengkaratan dan tekanan yang berlebih pada instalasi pipa. Untuk mengatasi hal
tersebut sebaikya dilakukan perawatan pada system perpipaan dengan mencegah
pengkaratan secara berlebihan dan selalu mengontrol tekanan yang melalui line
pipa tersebut. Sedangkan umumnya kegagalan katup katup pada Feedwater
system yaitu kekedapan turun. Hal ini disebabkan karena terjadinya pengkaratan
dan seal katup bocor. Untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan mencegah
pengkaratan secara berlebihan dan selalu melakukan pekerjaan overhoul katup
katup pada keadaan sub system overhoul. Pada pompa umumnya kegagalan
yang sering terjadi yaitu adanya kekurangan tekanan pada pompa untuk
menyuplai kebutuhan preheated feedwater pada boiler economizer. Hal ini
dikarenakan terjadinya kavitasi pada pompa tersebut. Disamping itu juga terjadi
penyumbatan pada saluran suction dan discharge pompa. Penyumbatan ini terjadi
disebabkan karena karena Feedwater yang masuk pompa kotor. Untuk mengatasi
hal tersebut maka sebaiknya dilakukan perawatan pada pompa yaitu dengan

memperbaiki pompa terutama pada bagian yang terdapat udara masuk. Dan juga
membersihkan saluran suction dan discharge. Pada strainer umumnya kegagalan
yang sering terjadi adanya kotoran dan keausan/jenuh elemen strainer. Hal ini
disebabkan karena fungsi dari komponen tersebut untuk menyaring feedwater
dari kotoran yang ada. Untuk mengatasi hal ini sebaiknya dilakukan perawatan
dengan melakukan pembersihan pada komponen tersebut sehingga komponen
tersebut dapat berfungsi dengan baik. Pada HP Heater kegagalan yang sering
terjadi yaitu timbul kerak, short circuit, elemen pemanas retak sehingga tidak
dapat memenuhi temperature yang sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan. Untuk mengatasi hal ini dilakukan perawatan dengan memperbaiki
komponen tersebut sehingga komponen tersebut dapat berfungsi dengan baik.
Pada table 1.4.49 distribusi kegagalan komponen Feedwater System
menunjukan distribusi komponen komponen Feed water system. Dari table
tersebut semua komponen mempunyai distribusi Weibull. Pada distribusi Weibull
mempunyai karateristik kegagalan pada masa berguna dan masa aus dalam
kurva bak mandi. Sehingga komponen komponen tersebut harus diperhatikan
dengan baik karena komponen tersebut telah masuki masa aus dalam
pengoperasianya.
1.5 FMEA (Failure Modes and Effects Analysis)
Tujuan penggunaan metode FMEA yaitu untuk mengidentifikasi mode
mode kegagalan, penyebab kegagalan, serta dampak kegagalan yang ditimbulkan
oleh tiap tiap komponen terhadap sistem. Teknik analisa ini lebih menekankan
pada bottom up approach yaitu analisa yang dilakukan di mulai dengan
memeriksa kegagalan komponen komponen tingkat rendah dan meneruskannya
ke sistem yang merupakan tingkat yang lebih tinggi serta mempertimbangkan
kegagalan sistem sebagai hasil dari semua mode kegagalan. Hasil analisa
kualitatif dengan menggunakan metode FMEA tersebut dapat dilihat pada
lampiran D (Hasil Analisa Metode FMEA).
Ukuran kualitatif untuk menentukan kekritisan mode kegagalan suatu
komponen dapat dilakukan dengan mengkombinasi severity rangking dengan
failure rate yang dibuat ke dalam bentuk table yang disebut Criticality Matrix.
Pembacaan matrix dilakukan dari sudut kiri bawah ke sudut kanan atas yang
menunjukan bahwa kekritisan komponen semakin besar. Criticality matrix
tersebut dapat dilihat pada table 1.5. 1.
Tabel 1.5.1 Criticality Matrix
Failure
Rate

Severity Group
Minor

Major

Critical

Catastroph
ic

4000 2A, 4000


2B, 4000 2C,
2200 2A,2200
2B, 2200 2C

1400 2B

Probable

1300 2A,1300
2B,2300
2A,2300 2B,
2300 2C,260006.

1100
2C,2210
2C,2310
2A, 2310
2B, 2310
2C,1400
2A, 1400
2C,170006,220006,220007

3100
2A,3100
2B, 3100
2C, 4000
2A, 4000
2B, 4000
2C

5000-06

Occasional

2200 2A,2200
2B, 2200
2C,1300
2C,2400
2A,2400
2B,2400
2C,1500
2A,1500
2B,1500
2C,2110
2A,2110
2B,2110
2C,3200
2A,3200
2B,3200
2C,2220
2A,2220
2B,2220
2C,210005,210006,210007,171005,171006,171007,260005,2600-07

1100
2A,1100
2B, 2100
2A, 2100
2B, 2100
2C,2210
2A, 2210
2B,170005,170007,220005,

1200
2A,1200
2B,1200
2C

500005,5000-07,

Frequent

Remote
Very
unlikely

Dari Critacility matrix yang diperoleh dengan pendekatan FMEA, jika


dilakukan pembacaan dari sudut kiri bawah ke sudut kanan atas maka akan
diperoleh komponen komponen yang makin ke kanan atas akan semakin kritis.
Sehingga komponen yang mempunyai kekritisan tertinggi yaitu pada komponen
HP Heater No.06. Letak komponen komponen tersebut didalam Criticality matrix
dipengaruhi oleh laju kegagalan dan severitynya. Semakin besar nilai laju
kegagalan dan severitya maka letak komponen komponen tersebut semakin
kekanan atas yang berati akan makin kritis. Sedangkan nilai laju kegagalan
komponen dipengaruhi oleh time to failure komponen tersebut. Semakin sering
komponen tersebut menagalami kegagalan maka semakin besar nilai laju
kegagalanya.
Diskusi
Pada critality matrix terdapat satu komponen yang kritis yaitu HP Heater
No.06. Tingkat kekritisan komponen tersebut dipengaruhi oleh oleh laju kegagalan
dan tingkat severity. HP Heater No.06 mempunyai laju kegagalan tertinggi
dibandingkan dengan komponen lainya. Karena mempunyai laju kegagalan yang
tinggi maka komponen tersebut mempunyai life time yang lebih pendek
dibandingkan dengan yang lainya sehingga kedua komponen ini harus
diperhatikan dengan baik dalam pengoperasianya dan perawatanya. Pada
komponen HP Heater No.06 kegagalan yang sering terjadi yaitu timbul kerak,short
circuit,elemen pemanas retak sehingga HP Heater tidak dapat memenuhi
temperature feedwater yang sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan oleh
boiler economizer. Untuk mengatasi hal ini maka sebaikanya dilakukan perawatan
dengan baik yaitu dengan melakukan pembersihan kerak, perawatan dan
penggantian pada komponen komponen HP Heater. Waktu perawatan yaitu
dengan melihat grafik failure rate strainer dan purifier. Pada komponen ini
diketahui mempunyai distribusi weibull yang mempunyai karateristik kegagalan
pada periode masa berguna dan masa aus dalam kurva bak mandi. Sehingga
komponen tersebut harus diperhatikan dengan baik karena komponen tersebut
telah memasuki masa aus dalam pengoperasianya.

TUGAS MATA KULIAH


RELIABILITY SYSTEM ENGINEERING
(ME 1307)

RISK ASSESMENT DENGAN PEMODELAN


(FMEA)
PADA FEEDWATER SYSTEM PLTU UNIT II 400
MW PAITON

Nama

: Edi

NRP

Haryono
:
4112204004

PROGRAM PASCASARJANA
TEKNIK SISTEM DAN PENGENDALIAN KELAUTAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER(ITS) SURABAYA
2012

Anda mungkin juga menyukai