(FMEA)
PADA FEEDWATER SYSTEM PLTU UNIT II 400
MW PAITON
1.1
2200 - 05
2600 - 05
2101
2500
2201
2510
2202
3100 2C
3100 2B
3100 2A
2100 2C
2100 2B
2100 2A
STORAGE TANK
2400 2C
Balancing Drum
Leak Off Line
50 %
2400 2B
BFP
2A
2210 2A 2200 2A
Minimum
Flow
2110 2A
2210 2B
50 %
3200 2A
2102
Balancing
Drum Leak Off
BFP
2B
Balancing Drum
Leak Off
Minimum
Flow
Balancing Drum
Leak Off
3200 2B
2200 2B
2400 2A
2300 2C
2300 2B
2300 2A
Minimum Flow
50 %
2110 2B
2100 - 07
BFP
2C
2200 2C
2210 2C
Minimum
Flow
2110 2C
3200 2C
HP Heater No.05
2100 - 05
HP Heater No.06
2100 - 06
HP Heater No.07
2600 - 06
2600 - 07
2200 06
2200 - 07
To Boiler Economizer
2310 2C
2310 2B
2310 2A
Gambar 1.1 Diagram Sistem Perpipaan Feedwater System PLTU Unit II 400 MW T/G Paiton
Nama Komponen
Pipa Suction BFP 2A, 2B, 2C
Pipa Discharge BFP 2A, 2B, 2C
05, 06, 07
05, 06, 07
2A, 2B, 2C
05,06,07
2A, 2B, 2C
1.3
Lihat Lampiran..............
1.4 Analisa Data.
Tujuan analisa data yaitu untuk mencari distribusi yang tepat untuk tiap
tiap komponen Feedwater System. Penentuan distribusi tersebut merupakan
tahap menentukan kecendrungan distribusi system dengan adanya fungsi waktu
yang berubah ubah. Input data yang diperlukan adalah variable randon T yang
mewakili time to failure dan time to repair tiap tiap komponen Feedwater
System. Data time to failure dan time to repair kompnen tersebut dapat dilihat
pada lampiran A (Data data Feedwater System). Data time to failure dan time to
repair yang dikumpulkan mempunyai interval waktu selama 4 tahun yaitu antara
tahun 1997 sampai tahun 2001. Data tersebut dikumpulkan dari Work Order pada
bagian Performance and Maintenance Control , Operation & Maintenance
PLTU Unit I & II Paiton. Pada table 1.4.1 menunjukan jumlah kegagalan.
Sedangkan pada table 1.4.2 menunjukan mode kegagalan komponen komponen
yang sering terjadi dalam pengoperasian pada Feedwater System.
Tabel 1.4.1 Jumlah Kegagalan
Nama Komponen
Pipa Suction BFP 2A, 2B, 2C
Pipa Discharge BFP 2A, 2B, 2C
Pipa Minimum Flow BFP 2A, 2B, 2C
Pipa Balancing BFP 2A, 2B, 2C
Pipa Line Pre-warming BFP 2A, 2B, 2C
Pipa Feedwater Control Valve System (FCVS)
Pipa By Pass (FCVS)
Pipa HP Heater 05, 06, 07
Pipa By Pass HP Heater 05, 06, 07
Suction Valve BFP 2A, 2B, 2C
Suction Valve Line Pre warming BFP 2A, 2B,
2C
Discharge Valve BFP 2A, 2B, 2C
Discharge Valve HPH No.05,06,07
Discharge Valve (FCVS)
Discharge Valve (FCVS) By Pass
Discharge Control Valve BFP 2A, 2B, 2C
Discharge Valve Line Pre warming BFP 2A,
2B, 2C
Minimum Flow Control Valve BFP 2A, 2B, 2C
Minimum Flow Isolating Valve BFP 2A, 2B, 2C
Balancing Isolating Valve BFP 2A, 2B, 2C
Feedwater Control Valve
Feedwater Control Valve By Pass
By Pass Control Valve HP Heater No. 05, 06,
07
Suction Strainer BFP 2A, 2B, 2C
Pompa BFP 2A, 2B, 2C
HP Heater No. 05, 06, 07
Jumlah Kegagalan
0,0,4
0,0,0
3,3,0
4,7,3
0,0,0
0,0,0
0,0,0
0,3,0
0,0,0
0,0,0
0,3,0
0,0,0
0,4,3
0,0,0
0,0,0
0,0,3
0,0,0
3,6,3
3,0,0
0,0,0
0,0,0
0,0,0
0,3,0
4,3,3
5,4,5
0,4,0
Dari table diatas menunjukan failure rate tertinggi yaitu pada komponen
Pipa balancing BFP 2B. Hal ini dipengaruhi oleh factor umur dan fungsi komponen
tersebut.
Tabel 1.4.2 Mode Kegagalan
Nama Komponen
Pipa Suction BFP 2A, 2B, 2C
Mode Kegagalan
Terjadi kebocoran
Terjadi kebocoran
Terjadi kebocoran
Terjadi kebocoran
Terjadi kebocoran
Terjadi kebocoran
Terjadi kebocoran
Terjadi kebocoran
Kekedapan turun
Kekedapan turun
Kekedapan turun
Kekedapan turun
Kekedapan turun
Kekedapan turun
Kekedapan turun
Kekedapan turun
Kekedapan turun
Kekedapan turun
Terjadi kebocoran
Kekedapan turun
Kekedapan turun
Kekedapan turun
Kekedapan turun
Jenuh/keausan elemen
strainer,kotor
Tekanan berkurang
Timbul kerak, Elemen pemanas
rusak
Dari table 1.4.2 menunjukan bahwa pada system perpipaan (instalasi pipa)
umumnya kegagalan yang sering terjadi yaitu terjadinya kebocoran pada saluran
perpipaan. Hal ini disebabkan karena terjadinya pengkaratan dan tekanan yang
berlebih pada instalasi pipa. Sedangkan umumnya kegagalan katup katup pada
Feedwater system yaitu kekedapan turun. Hal ini disebabkan karena terjadinya
pengkaratan dan seal katup bocor. Pada pompa umumnya kegagalan yang sering
terjadi yaitu adanya kekurangan tekanan pada pompa untuk menyuplai kebutuhan
preheated feedwater pada boiler economizer. Hal ini dikarenakan terjadinya kavitasi
pada pompa tersebut. Pada strainer umumnya kegagalan yang sering terjadi adanya
kotoran dan keausan/jenuh elemen strainer. Hal ini disebabkan karena fungsi dari
komponen tersebut untuk menyaring feedwater dari kotoran yang ada. Pada HP
Heater kegagalan yang sering terjadi yaitu timbul kerak, short circuit, elemen
pemanas retak sehingga tidak dapat memenuhi temperature yang sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan.
Penentuan distribusi komponen Feedwater System tersebut dilakukan
dengan menggunakan software Weibull ++ 4.0 dengan menggunakan metode MLE.
Input data untuk menentukan distribusi yaitu dengan memasukan data time to
failure dan time to repair tiap tiap komponen dapat dilihat pada lampiran B (Hasil
Pengolahan Software Weibull). Dibawah ini adalah table nilai MLE dan parameter
distribusi kegagalan dan repair tiap tiap komponen Feedwater System hasil
pengolahan software Weibull ++ 4.0.
Rangkin
LKV
g
4
20.00 x
37.75
-38.1
10-5
20.00 x
438.08
4550.0
4821.8
2
Normal
10-5
-
Lognormal
38.49
-
0
8.07
2
1.31
37.98
-
0.89
5462.6
37.94
-
0.33
3
2839.6
1161.4
Weibull 2
Weibull 3
35.69
2
0
Tabel 1.4.3 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Pipa Suction
BFP 2C
Tabel 1.4.4 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Pipa Minimum Flow BFP 2A
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
4
20.00 x
28.73
-29.0
10-5
10.00 x
-639.32
10-5
-
5184.0
6039.2
5
1.25
al 1
Exponenti
al 2
Normal
Lognormal
Weibull 2
Weibull 3
6
5
29.49
-
0
8.23
28.77
-
0.94
6107.7
28.78
-
0.67
6
4937.5
803.80
28.53
Tabel 1.4.5 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Pipa Minimum Flow BFP 2B
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
3
07.42 x
al 1
Exponenti
31.05
-30.9
10
07.62 x
433.04
11368.
10834.
-5
al 2
Normal
10-5
-
Lognormal
31.29
-
00
9.03
01
1.31
Weibull 2
31.33
-
0.91
13938.
Weibull 3
31.22
-
2.48
82
27367.
21
12520.
31.24
09
Tabel 1.4.6 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Pipa Balancing BFP 2A
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
4
50.00 x
33.82
-33.7
10-5
50.00 x
28.14
10-5
-
1710.0
1575.9
0
7.08
6
1.39
al 1
Exponenti
al 2
Normal
Lognormal
5
2
34.11
34.32
Weibull 2
0.87
2065.4
Weibull 3
34.08
-
1.12
7
2318.7
-214.39
34.07
Tabel 1.4.7 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Pipa Balancing BFP 2B
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
5
40.00 x
61.52
-60.9
10-5
40.00 x
182.18
10-5
-
2406.8
2170.1
0
1.25
al 1
Exponenti
al 2
Normal
8
3
Lognormal
62.48
-
5
7.39
Weibull 2
61.98
-
0.97
2728.2
Weibull 3
61.61
-
1.35
2
3295.5
-444.49
61.79
Tabel 1.4.8 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Pipa Balancing BFP 2C
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
5
09.03 x
30.68
-28.9
10-5
10.00 x
4490.1
9
-
10128.
5747.0
al 1
Exponenti
al 2
Normal
10-5
-
Lognormal
29.37
-
00
9.15
5
0.56
Weibull 2
29.14
-
2.08
11771.
29.17
-
0.97
12
6617.6
4599.6
Weibull 3
28.93
Tabel 1.4.9 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Pipa HP Heater No.06
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
6
10.00 x
al 1
Exponenti
al 2
29.94
-26.3
2
5584.4
-5
10
40.00 x
10
-5
Normal
7928.0
2348.4
Lognormal
26.70
-
0
8.95
5
0.29
Weibull 2
26.65
-
3.95
8729.6
26.65
-
1.56
4
4025.6
4544.2
Weibull 3
26.56
Rangki
LKV
Exponenti
ng
3
30.00 x
26.76
-26.9
10-5
30.00 x
-162.70
2704.0
3107.5
9
1.05
al 1
Exponenti
al 2
Normal
10
-
-5
Lognormal
27.39
-
0
7.69
Weibull 2
26.50
-
1.07
3365.7
Weibull 3
26.65
-
0.27
1
590.86
1364.6
21.89
Rangki
LKV
Exponenti
ng
5
10.00 x
40.59
-37.0
10-5
20.00 x
5613.1
0
-
9402.0
3784.8
0
9.10
1
0.39
al 1
Exponenti
al 2
Normal
10-5
-
Lognormal
37.63
-
37.46
Weibull 2
2.95
10607.
Weibull 3
37.49
-
1.50
59
6295.6
4096.4
37.39
Rangki
LKV
Exponenti
ng
6
10.00 x
29.85
-28.4
10-5
20.00 x
2887.1
10-5
-
2
-
7677.3
4712.8
3
0.69
al 1
Exponenti
al 2
Normal
Lognormal
Weibull 2
Weibull 3
6
4
28.80
-
3
8.84
28.86
-
1.70
9103.9
28.78
-
3.82
5
17361.
72
8048.4
28.77
Rangki
LKV
Exponenti
ng
6
20.00 x
28.99
-24.1
10-5
70.00 x
4610.3
10-5
-
5
-
5760.0
1151.6
6
0.19
-
al 1
Exponenti
al 2
Normal
Lognormal
Weibull 2
8
5
24.56
-
0
8.65
24.53
-
5.87
6172.3
24.54
Weibull 3
1.58
24.42
1996.4
4080.4
Rangki
LKV
Exponenti
ng
6
20.00 x
28.68
-27.9
10-5
20.00 x
1151.2
8
-
5184.0
4290.4
al 1
Exponenti
al 2
Normal
10-5
-
Lognormal
28.41
-
0
8.43
9
0.74
27.79
-
1.52
6223.7
27.91
-
0.41
6
1922.6
2924.0
Weibull 2
Weibull 3
25.87
Rangki
LKV
Exponenti
ng
4
10.00 x
60.01
-60.1
10-5
10.00 x
-123.66
8072.0
8508.7
5
1.06
al 1
Exponenti
al 2
Normal
10
-
-5
Lognormal
61.51
-
0
8.65
Weibull 2
59.71
-
1.11
9033.5
Weibull 3
59.80
-
0.66
2
6497.3
1568.7
58.90
Rangki
LKV
Exponenti
ng
5
08.20 x
30.95
-28.9
10-5
10.00 x
5470.8
al 1
Exponenti
al 2
Normal
10-5
-
5422.5
9
0.55
29.21
-
00
9.25
Weibull 2
29.38
-
2.15
12925.
Weibull 3
29.27
Disca
142.
58
0.0065
rd
11104.
Lognormal
9
-
640479
.4
Rangki
LKV
Exponenti
ng
5
09.46 x
al 1
Exponenti
al 2
Normal
29.97
-30.8
9
4
-
7688.0
11472.
45
1.42
-5
10
07.77 x
10
-5
31.35
-
0
8.52
Weibull 2
29.98
-
0.81
8824.1
Weibull 3
30.08
-
0.36
5
4440.7
1935.4
Lognormal
3047.8
-
28.33
Rangki
LKV
Exponenti
ng
6
10.00 x
al 1
Exponenti
30.22
-27.7
10
20.00 x
4890.1
5
-
8694.0
3746.6
-5
al 2
Normal
10-5
-
Lognormal
28.11
-
0
9.02
8
0.45
Weibull 2
28.14
-
2.59
9923.1
Weibull 3
28.08
-
3.51
0
12815.
28.09
46
2835.9
7
Tabel 1.4.19 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Suction Strainer BFP 2A
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
5
20.00 x
37.00
-38.6
10-5
20.00 x
al 1
Exponenti
al 2
10-5
2144.9
Normal
8
-
3606.0
6440.6
Lognormal
39.45
-
0
7.73
4
1.39
36.73
-
0.79
4179.2
37.06
-
0.29
1
1213.0
1173.1
Weibull 2
Weibull 3
32.05
Tabel 1.4.20 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Suction Strainer BFP 2B
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
5
20.00 x
28.45
-28.4
10-5
20.00 x
57.97
10-5
-
4776.0
4846.8
1
1.09
al 1
Exponenti
al 2
Normal
2
6
28.85
-
0
8.22
Weibull 2
28.35
-
1.07
5700.8
Weibull 3
28.34
-
0.82
7
4779.5
710.74
Lognormal
28.21
Tabel 1.4.21 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Suction Strainer BFP 2C
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
5
10.00 x
30.02
-24.2
10-5
70.00 x
6944.8
al 1
Exponenti
al 2
Normal
10-5
-
8104.0
1208.1
5
0.14
24.65
-
0
8.99
Weibull 2
24.56
-
7.90
8550.4
Weibull 3
24.67
-
0.59
3
877.13
7294.4
Lognormal
8
-
23.45
Tabel 1.4.22 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Pompa BFP 2A
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
5
20.00 x
48.56
-47.
10-5
20.00 x
1083.7
al 2
Normal
60
-
10-5
-
2
-
6062.4
5239.8
Lognormal
48.65
-
0
8.54
2
0.76
Weibull 2
47.32
-
1.52
7070.3
47.55
-
0.49
2
3251.8
2604.1
al 1
Exponenti
Weibull 3
45.70
Tabel 1.4.23 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Pompa BFP 2B
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
6
20.00 x
al 1
Exponenti
37.90
-36.8
4
1140.0
8
-
4788.0
3757.0
-5
10
20.00 x
-5
al 2
Normal
10
-
Lognormal
37.58
-
0
8.32
6
0.75
Weibull 2
36.89
-
1.56
5595.8
Weibull 3
36.95
-
1.04
6
4185.3
1185.8
36.72
Tabel 1.4.24 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan Pompa BFP 2C
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
6
20.00 x
48.55
-47.2
10-5
20.00 x
1390.0
9
-
6057.6
4610.2
2
0.85
al 1
Exponenti
al 2
Normal
10-5
-
Lognormal
48.23
-
0
8.51
Weibull 2
47.85
-
1.39
7065.2
Weibull 3
47.75
-
1.65
1
8035.9
-844.69
47.83
Tabel 1.4.25 Nilai MLE dan parameter distribusi kegagalan HP Heater No. 06
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
5
20.00 x
37.74
-35.4
10-5
30.00 x
2005.7
7
-
4602.0
2667.7
al 1
Exponenti
al 2
Normal
10-5
-
Lognormal
36.20
-
0
8.35
4
0.56
Weibull 2
35.80
-
2.03
5370.6
35.90
-
1.25
1
3546.3
1621.4
Weibull 3
35.59
Rangki
LKV
Exponenti
ng
4
160.0 x
al 1
Exponenti
29.43
-24.9
10
460.0 x
389.48
576.00
171.54
-5
al 2
Normal
10-5
-
Lognormal
25.27
-
6.33
0.33
Weibull 2
25.59
-
3.64
640.18
Weibull 3
25.34
Disca
rd
273.
39020.
64
38380.
69
Tabel 1.4.27 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Pipa Minimum Flow BFP 2A
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
5
2210 x
14.08
-12.3
10-5
3370 x
17.87
40.00
19.53
al 1
Exponenti
10-5
-
Lognormal
12.17
-
3.64
0.56
Weibull 2
12.46
-
2.17
47.01
Weibull 3
12.28
Disca
2.17
47.03
-0.02
al 2
Normal
rd
Tabel 1.4.28 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Pipa Minimum Flow BFP 2B
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
4
60.00 x
25.00
-19.6
10-5
330.6 x
1267.7
9
-
1520.0
264.91
al 1
Exponenti
al 2
Normal
10-5
-
Lognormal
20.08
-
0
7.32
0.16
Weibull 2
19.97
-
6.77
1617.0
20.09
-
0.52
0
165.23
1357.8
Weibull 3
18.51
Tabel 1.4.29 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Pipa Balancing BFP 2A
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
5
130.0 x
al 1
Exponenti
al 2
30.12
-25.4
0
472.95
-5
10
410.0 x
10
-5
Normal
684.00
182.75
Lognormal
25.37
-
6.50
0.30
Weibull 2
25.80
-
4.08
755.10
25.45
Disca
329.
48725.
55
47975.
Weibull 3
rd
89
Tabel 1.4.30 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Pipa Balancing BFP 2B
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
5
380.0 x
43.58
-47.
10-5
290.0 x
-138.14
171.42
350.97
al 1
Exponenti
al 2
Normal
10
-
-5
17
-
Lognormal
48.96
-
4.45
1.40
Weibull 2
42.23
-
0.82
159.58
Weibull 3
42.83
-
0.49
105.99
21.40
40.24
Tabel 1.4.31 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Pipa Balancing BFP 2C
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
5
140.0 x
22.32
-18.5
10-5
470.0 x
446.42
624.00
164.07
al 1
Exponenti
al 2
Normal
10-5
-
Lognormal
18.65
-
6.42
0.28
Weibull 2
18.82
-
4.26
684.35
18.67
Disca
357.
48657.
41
47975.
Weibull 3
rd
89
Tabel 1.4.32 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Pipa HP Heater No.06
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
5
420 x 10-
19.04
-18.5
31.12
al 1
Exponenti
al 2
Normal
Lognormal
Weibull 2
Weibull 3
470 x 105
7
4
208.00
177.42
18.95
-
5.14
0.99
18.83
-
1.19
251.17
18.76
-
1.51
296.11
-40.39
18.79
Tabel 1.4.33 Nilai MLE dan parameter distribusi repair
Suction Valve Line Pre warming BFP 2B
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
6
1890 x
al 1
Exponenti
14.62
-13.2
18.28
48.00
29.29
-5
10
2810 x
-5
al 2
Normal
10
-
Lognormal
13.56
-
3.77
0.68
Weibull 2
13.61
-
1.73
56.83
Weibull 3
13.53
-
3.30
94.75
-36.79
13.53
Tabel 1.4.34 Nilai MLE dan parameter distribusi repair
Discharge Valve HPH No.06
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
2
230 x 10-
27.65
-27.7
-4.63
al 1
Exponenti
230 x 105
al 2
Normal
0
6
366.00
362.51
Lognormal
28.29
-
5.48
1.48
Weibull 2
Weibull 3
28.17
-
0.82
429.91
27.97
-
1.07
489.82
-47.53
28.02
Rangki
LKV
Exponenti
ng
6
680 x 10-
17.74
-15.
1360 x
74.81
al 2
Normal
38
-
10-5
-
136.00
63.48
Lognormal
15.83
-
4.87
0.44
15.55
-
2.61
155.26
15.64
-
0.67
51.29
90.34
al 1
Exponenti
Weibull 2
Weibull 3
14.84
Tabel 1.4.36 Nilai MLE dan parameter distribusi repair
Discharge Control Valve BFP 2C
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
5
60 x 10-5
25.13
-21.1
200 x 10-
1169.4
1589.3
405.49
al 1
Exponenti
al 2
Normal
6
2
4
-
Lognormal
21.43
-
3
7.35
0.26
Weibull 2
21.51
-
4.46
1734.9
Weibull 3
21.42
Disca
366
7
12.57E
+4
123937
rd
.9
Tabel 1.4.37 Nilai MLE dan parameter distribusi repair
Rangki
LKV
Exponenti
ng
6
90.00 x
23.66
-21.7
10-5
160 x
464.98
976.00
549.51
al 1
Exponenti
al 2
Normal
Lognormal
Weibull 2
Weibull 3
10-5
-
22.22
-
6.83
0.52
21.82
-
2.18
1143.4
21.96
-
0.32
9
166.45
718.30
18.34
Rangki
LKV
Exponenti
ng
6
130 x 10-
45.92
-39.5
510.11
al 1
Exponenti
340 x 105
al 2
Normal
3
4
776.00
274.82
Lognormal
40.72
-
6.62
0.32
Weibull 2
40.03
-
3.68
864.03
Weibull 3
40.45
-
1.52
412.61
427.78
39.82
Tabel 1.4.39 Nilai MLE dan parameter distribusi repair
Minimum Flow Control Valve BFP 2C
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
4
300 x 10-
19.94
al 1
Exponenti
-12.33
3770 x
257.87
280.00
19.53
al 2
Normal
10-5
-
Lognormal
12.17
-
5.63
0.07
12.22
-
17.3
287.25
12.03
Disca
5
17.1
284.51
2.74
Weibull 2
Weibull 3
rd
Rangki
LKV
Exponenti
ng
5
al 1
Exponenti
23.57
4
al 2
Normal
20.00
90.00 x
10-5
290.0 x
10-5
659.29
944.00
259.13
19.99
-
6.83
0.29
Weibull 2
20.17
-
4.09
1039.3
Weibull 3
20.01
Disca
341.
8
72998.
71963.
51
89
Lognormal
rd
Rangki
LKV
Exponenti
ng
5
170 x 10-
21.07
-22.3
-245.89
384.00
672.33
al 1
Exponenti
al 2
Normal
8
4
130 x 10-
Lognormal
Weibull 2
Weibull 3
22.84
-
5.23
1.87
21.00
-
0.62
394.26
21.06
-
0.37
270.05
42.70
19.94
Tabel 1.4.42 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Suction Strainer BFP 2A
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
5
120 x 10-
30.56
-19.6
1760 x
713.09
762.00
49.05
al 1
Exponenti
al 2
Normal
10-5
-
Lognormal
20.29
-
6.63
0.06
Weibull 2
20.25
-
18.2
781.36
Weibull 3
20.40
-
5
1.34
72.67
700.30
19.90
Tabel 1.4.43 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Suction Strainer BFP 2B
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
6
40.00 x
26.09
-25.1
10-5
50.00 x
633.29
2192.0
1683.2
7
0.69
al 1
Exponenti
al 2
Normal
10
-
-5
Lognormal
25.56
-
0
7.59
Weibull 2
25.01
-
1.61
2652.8
Weibull 3
25.16
-
0.29
2
420.64
1436.5
21.04
Tabel 1.4.44 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Suction Strainer BFP 2C
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
5
130 x 10-
al 1
Exponenti
al 2
Normal
2
3
22.72
-18.37
-
500 x 10-
546.52
712.00
161.58
6.55
0.23
Lognormal
18.68
-
Weibull 2
18.71
-
5.08
770.06
Weibull 3
18.66
-
8.98
1303.3
-531.25
18.65
Tabel 1.4.45 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Pompa BFP 2A
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
6
1710 x
25.26
-22.5
10-5
2680 x
24.66
57.60
32.25
al 1
Exponenti
al 2
Normal
10-5
-
Lognormal
23.40
-
3.95
0.62
23.38
-
1.94
67.01
23.23
-
2.08
70.52
-3.31
Weibull 2
Weibull 3
23.23
Tabel 1.4.46 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Pompa BFP 2B
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
6
20.00 x
al 1
Exponenti
al 2
Normal
36.11
-37.4
7
5
-
2934.0
4668.8
3
1.26
-5
10
20.00 x
10
1327.5
Lognormal
38.24
-
0
7.56
Weibull 2
35.82
-
0.90
3270.1
Weibull 3
36.06
-
0.45
5
1903.2
703.18
34.45
-5
Tabel 1.4.47 Nilai MLE dan parameter distribusi repair Pompa BFP 2C
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
5
310 x 10-
32.21
-34.4
-144.62
al 1
Exponenti
al 2
Normal
Lognormal
Weibull 2
Weibull 3
240 x 10-
216.00
404.98
35.60
-
4.82
1.35
31.51
-
0.84
224.03
31.96
-
0.40
110.45
47.26
28.76
Tabel 1.4.48 Nilai MLE dan parameter distribusi repair HP Heater No. 06
Distribusi
Rangki
LKV
Exponenti
ng
5
290 x 10-
27.27
-23.6
201.19
al 1
Exponenti
640 x 105
al 2
Normal
5
4
336.00
133.73
Lognormal
24.32
-
5.77
0.39
Weibull 2
24.17
-
2.95
378.40
Weibull 3
24.18
-
1.60
232.69
137.80
24.07
Untuk menentukan distribusi yang sesuai untuk tiap tiap komponen, maka
dari table table diatas diambil distribusi yang mempunyai rangking pertama.
Karena pada pengujian distribusi, rangking pertama merupakan distribusi yang
sesuai untuk komponen tersebut. Dibawah ini adalah table distribusi tiap tiap
komponen yang mempunyai rangking pertama.
1.4.49 Distribusi Kegagalan Komponen Feedwater System
Komponen
Distribu
si
Weibull 3
0.33
2839.6
1161.4
2C
Pipa Minimum
Flow BFP 2A
Pipa Minimum
Flow BFP 2B
Weibull 3
Weibull 3
0.67
2
4937.5
0
803.80
2.48
1
27367.
21
12520.
1.12
2318.7
09
-214.39
Pipa Balancing
BFP 2A
Weibull 3
Pipa Balancing
BFP 2B
Weibull 2
0.97
6
2728.2
Pipa Balancing
BFP 2C
Weibull 3
0.97
2
6617.6
4599.6
Pipa HP Heater
No. 06
Weibull 3
1.56
5
4025.6
4
4544.2
Suction Valve
Line Pre warming
BFP 2B
Discharge Valve
HPH No. 06
Weibull 3
0.27
8
590.86
0
1364.6
Weibull 3
1.50
6295.6
4096.4
Discharge Valve
HPH No. 07
Weibull 3
3.82
5
17361.
2
-
72
8048.4
Discharge
Control Valve
BFP 2C
Minimum Flow
Control Valve
BFP 2A
Minimum Flow
Control Valve
BFP 2B
Weibull 3
1996.4
1
4080.4
1922.6
2924.0
6497.3
1568.7
Minimum Flow
Control Valve
BFP 2C
Weibull 2
12925.
Minimum Flow
Isolating Valve
BFP 2A
By Pass Control
Valve HP Heater
No. 06
Weibull 3
4440.7
1935.4
12815.
46
2835.9
Suction Strainer
BFP 2A
Weibull 3
0.29
1213.0
7
1173.1
Suction Strainer
BFP 2B
Weibull 3
0.82
3
4779.5
6
710.74
Suction Strainer
BFP 2C
Weibull 3
7294.4
Weibull 3
Weibull 3
1.58
0.41
0.66
2.15
58
Weibull 3
0.36
3.51
0
-
0.59
877.13
Pompa BFP 2A
Weibull 3
0.49
3251.8
2604.1
Pompa BFP 2B
Weibull 3
1.04
1
4185.3
6
1185.8
Pompa BFP 2C
Weibull 2
1.39
3
7065.2
2
-
1.25
1
3546.3
1621.4
HP Heater No. 06
Weibull 3
Distribu
si
Weibull
3.64
640.18
2
Weibull
2.17
47.01
0.52
165.23
1357.8
2
Weibull
3
Weibull
2
4.08
755.10
Weibull
3
0.49
105.99
21.40
Weibull
2
4.26
684.35
Weibull
2
1.19
251.17
Weibull
3
3.30
94.75
-36.79
Exponen
tial 2
230 x 10-
-4.63
Discharge Valve
HPH No. 07
Weibull
3
0.67
51.29
90.34
Discharge Control
Valve BFP 2C
Weibull
2
4.46
1734.9
Minimum Flow
Control Valve BFP
2A
Minimum Flow
Control Valve BFP
2B
Weibull
3
0.32
166.45
718.30
Weibull
3
1.52
412.61
427.78
Minimum Flow
Control Valve BFP
2C
Weibull
2
17.3
287.25
Minimum Flow
Isolating Valve BFP
2A
By Pass Control
Valve HP Heater
No. 06
Suction Strainer
BFP 2A
Weibull
2
4.09
Weibull
3
0.37
Exponen
tial 2
1760 x
Suction Strainer
BFP 2B
Weibull
3
Suction Strainer
BFP 2C
Weibull
3
Pompa BFP 2A
Weibull
2
1.94
Pompa BFP 2B
Weibull
3
0.45
Pompa BFP 2C
Weibull
3
0.40
HP Heater No. 06
Weibull
1.60
1039.3
270.05
42.70
713.09
0.29
420.64
1436.5
-531.25
67.01
1903.2
703.18
110.45
47.26
232.69
137.80
10-5
0
8.98
1303.3
4
3
Dari table 1.4.49 menunjukan bahwa distribusi kegagalan komponen
komponen Feedwater system tersebut mempunyai distribusi Weibull 2 dan Weibull
3. Komponen Pipa Balancing BFP 2B, Minimum Flow Control Valve BFP 2C, Pompa
BFP 2C mempunyai distribusi Weibull 2. Komponen Pipa Suction BFP 2C, Pipa
Minimum Flow BFP 2A, Pipa Minimum Flow BFP 2B, Pipa Balancing BFP 2A, Pipa
Balancing BFP 2C, Pipa HP Heater No. 06, Suction Valve Line Pre warming BFP 2B,
Discharge Valve HPH No. 06, Discharge Valve HPH No. 07, Discharge Control Valve
BFP 2C, Minimum Flow Control Valve BFP 2A, Minimum Flow Control Valve BFP
2B, Minimum Flow Isolating Valve BFP 2A, By Pass Control Valve HP Heater No. 06,
Suction Strainer BFP 2A, Suction Strainer BFP 2B, Suction Strainer BFP 2C, Pompa
BFP 2A, Pompa BFP 2B, HP Heater No. 06 mempunyai distribusi Weibull 3.
Sedangkan dari table 4.51 menunjukan bahwa distribusi Repair komponen
komponen Feedwater system tersebut mempunyai distribusi Exponensial 2,
Weibull 2 dan Weibull 3. Komponen Discharge Valve HPH No. 06, Suction Strainer
BFP 2A mempunyai distribusi Exponential 2. Komponen Pipa Suction BFP 2C, Pipa
Minimum Flow BFP 2A, Pipa Balancing BFP 2A, Pipa Balancing BFP 2C, Pipa HP
Heater No. 06, Discharge Control Valve BFP 2C, Minimum Flow Control Valve BFP
2C, Minimum Flow Isolating Valve BFP 2A, Pompa BFP 2A, mempunyai distribusi
Weibull 2. Komponen Pipa Minimum Flow BFP 2B, Pipa Balancing BFP 2B, Suction
Valve Line Pre warming BFP 2B, Discharge Valve HPH No. 07, Minimum Flow
Control Valve BFP 2A, Minimum Flow Control Valve BFP 2B, By Pass Control Valve
HP Heater No. 06, Suction Strainer BFP 2B, Suction Strainer BFP 2C, Pompa BFP
2B, Pompa BFP 2C, HP Heater No. 06 mempunyai distribusi Weibull 3. Parameter
distribusi komponen komponen tersebut digunakan untuk melakukan analisa
kualitatif dan kuantitatif.
Diskusi
Pada table 1.4.1 menunjukan pengumpulan data komponen komponen
Feedwater System. Dari data data tersebut maka komponen Pipa Balancing BFP
2B mempunyai laju kegagalan tertinggi dibandingkan dengan komponen yang
lainya karena komponen tersebut sering mengalami kegagalan yaitu terjadinya
kebocoran pada saluran Pipa tersebut. Hal ini karena fungsi Pipa Balancing
sebagai line penyeimbang Pompa yang tersusun secara parallel standby. Jika
salah satu Pipa Balancing gagal beroperasi maka salah satu Pompa akan shut
down sesuai dengan fungsinya sebagai penyeimbang. Untuk mengatasi hal itu
maka sebaiknya dengan melakukan perawatan pada Pipa Balancing BFP 2B yaitu
dengan mengecor/menambal kembali kebocoran Pipa Balancing tersebut supaya
dapat berfungsi dengan optimal. Karena mempunyai laju kegagalan yang tinggi
maka kemungkinan komponen tersebut akan memasuki masa aus yang lebih
cepat sehingga strainer dan purifier ini harus diperhatikan dengan baik dalam
pengoperasianya dan perawatanya.
Pada tabel 1.4.2 mode kegagalan menunjukan kegagalan yang sering
terjadi pada komponen komponen Feedwater system. Pada system perpipaan
(instalasi pipa) umumnya kegagalan yang sering terjadi yaitu terjadinya
kebocoran pada saluran perpipaan. Hal ini disebabkan karena terjadinya
pengkaratan dan tekanan yang berlebih pada instalasi pipa. Untuk mengatasi hal
tersebut sebaikya dilakukan perawatan pada system perpipaan dengan mencegah
pengkaratan secara berlebihan dan selalu mengontrol tekanan yang melalui line
pipa tersebut. Sedangkan umumnya kegagalan katup katup pada Feedwater
system yaitu kekedapan turun. Hal ini disebabkan karena terjadinya pengkaratan
dan seal katup bocor. Untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan mencegah
pengkaratan secara berlebihan dan selalu melakukan pekerjaan overhoul katup
katup pada keadaan sub system overhoul. Pada pompa umumnya kegagalan
yang sering terjadi yaitu adanya kekurangan tekanan pada pompa untuk
menyuplai kebutuhan preheated feedwater pada boiler economizer. Hal ini
dikarenakan terjadinya kavitasi pada pompa tersebut. Disamping itu juga terjadi
penyumbatan pada saluran suction dan discharge pompa. Penyumbatan ini terjadi
disebabkan karena karena Feedwater yang masuk pompa kotor. Untuk mengatasi
hal tersebut maka sebaiknya dilakukan perawatan pada pompa yaitu dengan
memperbaiki pompa terutama pada bagian yang terdapat udara masuk. Dan juga
membersihkan saluran suction dan discharge. Pada strainer umumnya kegagalan
yang sering terjadi adanya kotoran dan keausan/jenuh elemen strainer. Hal ini
disebabkan karena fungsi dari komponen tersebut untuk menyaring feedwater
dari kotoran yang ada. Untuk mengatasi hal ini sebaiknya dilakukan perawatan
dengan melakukan pembersihan pada komponen tersebut sehingga komponen
tersebut dapat berfungsi dengan baik. Pada HP Heater kegagalan yang sering
terjadi yaitu timbul kerak, short circuit, elemen pemanas retak sehingga tidak
dapat memenuhi temperature yang sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan. Untuk mengatasi hal ini dilakukan perawatan dengan memperbaiki
komponen tersebut sehingga komponen tersebut dapat berfungsi dengan baik.
Pada table 1.4.49 distribusi kegagalan komponen Feedwater System
menunjukan distribusi komponen komponen Feed water system. Dari table
tersebut semua komponen mempunyai distribusi Weibull. Pada distribusi Weibull
mempunyai karateristik kegagalan pada masa berguna dan masa aus dalam
kurva bak mandi. Sehingga komponen komponen tersebut harus diperhatikan
dengan baik karena komponen tersebut telah masuki masa aus dalam
pengoperasianya.
1.5 FMEA (Failure Modes and Effects Analysis)
Tujuan penggunaan metode FMEA yaitu untuk mengidentifikasi mode
mode kegagalan, penyebab kegagalan, serta dampak kegagalan yang ditimbulkan
oleh tiap tiap komponen terhadap sistem. Teknik analisa ini lebih menekankan
pada bottom up approach yaitu analisa yang dilakukan di mulai dengan
memeriksa kegagalan komponen komponen tingkat rendah dan meneruskannya
ke sistem yang merupakan tingkat yang lebih tinggi serta mempertimbangkan
kegagalan sistem sebagai hasil dari semua mode kegagalan. Hasil analisa
kualitatif dengan menggunakan metode FMEA tersebut dapat dilihat pada
lampiran D (Hasil Analisa Metode FMEA).
Ukuran kualitatif untuk menentukan kekritisan mode kegagalan suatu
komponen dapat dilakukan dengan mengkombinasi severity rangking dengan
failure rate yang dibuat ke dalam bentuk table yang disebut Criticality Matrix.
Pembacaan matrix dilakukan dari sudut kiri bawah ke sudut kanan atas yang
menunjukan bahwa kekritisan komponen semakin besar. Criticality matrix
tersebut dapat dilihat pada table 1.5. 1.
Tabel 1.5.1 Criticality Matrix
Failure
Rate
Severity Group
Minor
Major
Critical
Catastroph
ic
1400 2B
Probable
1300 2A,1300
2B,2300
2A,2300 2B,
2300 2C,260006.
1100
2C,2210
2C,2310
2A, 2310
2B, 2310
2C,1400
2A, 1400
2C,170006,220006,220007
3100
2A,3100
2B, 3100
2C, 4000
2A, 4000
2B, 4000
2C
5000-06
Occasional
2200 2A,2200
2B, 2200
2C,1300
2C,2400
2A,2400
2B,2400
2C,1500
2A,1500
2B,1500
2C,2110
2A,2110
2B,2110
2C,3200
2A,3200
2B,3200
2C,2220
2A,2220
2B,2220
2C,210005,210006,210007,171005,171006,171007,260005,2600-07
1100
2A,1100
2B, 2100
2A, 2100
2B, 2100
2C,2210
2A, 2210
2B,170005,170007,220005,
1200
2A,1200
2B,1200
2C
500005,5000-07,
Frequent
Remote
Very
unlikely
Nama
: Edi
NRP
Haryono
:
4112204004
PROGRAM PASCASARJANA
TEKNIK SISTEM DAN PENGENDALIAN KELAUTAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER(ITS) SURABAYA
2012