Oleh:
Kelompok III
1.
2.
3.
4.
5.
Dahulu, di Kerajaan Sriwijaya ada seorang putri yang cantik dan baik hati bernama
Siti Fatimah. Kecantikan dan kebaikan budinya terdengar ke mana-mana. Tak
seorang pun pemuda berani datang melamar sang Putri, karena Raja menginginkan
putrinya menikah dengan laki-laki keturunan raja.
Suatu saat, datanglah seorang pemuda bernama Tan Bun Ann. Pemuda tersebut
datang dari kerajaan di negeri Cina untuk berniaga di Kerajaan Sriwijaya. la lalu
menghadap Paduka Raja.
"Paduka Raja, kedatangan hamba ke sini adalah untuk berdagang. Untuk itu, hamba
mohon agar Paduka memberikan izin kepada hamba untuk tinggal dan berdagang di
kerajaan ini," ujar Tan Bun Ann.
Raja memberikan izin kepada Tan Bun Ann dengan syarat pemuda itu harus
memberikan sebagian keuntungannya kepada kerajaan. Tan Bun Ann pun
menyanggupi syarat yang diberikan Raja.
Pemuda dari kerajaan di negeri Cina itu pun mulai berdagang dan tinggal di Kerajaan
Sriwijaya. Secara teratur, ia datang ke Kerajaan Sriwijaya untuk menyetorkan
sebagian keuntungan dagangnya kepada kerajaan. Suatu kali, ia bertemu dengan
Putri Siti Fatimah, kemudian Tan Bun Ann jatuh hati.
Ternyata, Siti Fatimah juga mempunyai perasaan yang sama dengan Tan Bun Ann.
Mereka lalu menjalin hubungan kasih. Kemudian, Tan Bun Ann menghadap Raja
untuk minta restu.
"Jika nanti kalian melihat ada timbunan tanah muncul di permukaan sungai, itu adalah
kuburanku," kata Putri Siti Fatimah lalu menceburkan diri ke dalam sungai.
Tidak ada seorang pun yang kembali ke permukaan. Beberapa hari kemudian, di tepi
Sungai Musi muncullah timbunan tanah menyerupai sebuah gundukan. Semakin hari,
gundukan tanah tersebut semakin lebar, hingga menjadi sebuah pulau.
Masyarakat setempat menamai pulau tersebut Pulau Kamaro yang artinya Kemarau.
Nama itu dipilih, karena kondisi pulau tersebut yang tidak pernah tergenang sedikit
pun meskipun ketinggian air di Sungai Musi sedang meningkat.
Di pulau tersebut terdapat sebuah gundukan tanah yang agak besar dan diyakini
sebagai makam Putri Siti Fatimah. Selain itu, ada dua gundukan tanah yang lebih
kecil, masyarakat percaya bahwa kedua gundukan itu adalah makam dayang-dayang
Siti Fatimah yang ternyata ikut menyebur ke laut menyusul sang Putri.
Kini, Pulau Kernaro menjadi salah satu objek wisata budaya di Palembang. Setiap
perayaan cap gomeh, banyak warga keturunan Cina, baik dari dalam maupun luar
negeri berkunjung ke sana untuk sembahyang dan berziarah.
Pesan moral dari Cerita Rakyat Dari Sumatera Selatan Asal Pulau Kemaro adalah segala
sesuatu harus diteliti dulu, jangan terburu-buru menilai dan mengambil keputusan.