Anda di halaman 1dari 5

CERITA RAKYAT DARI SUMATERA SELATAN

ASAL MUASAL PULAU KEMARO

Oleh:
Kelompok III
1.
2.
3.
4.
5.

WINDI ANTIKA SARI


OLGA MARGARETA LUBAY
KALYADI
EKO MARTONO
IMAM SUNARDI

SMA NEGERI 01 REBANG TANGKAS

KECAMATAN REBANG TANGKAS


KABUPATEN WAY KANAN
2016

Cerita Rakyat Dari Sumatera Selatan :


Asal Muasal Pulau Kemaro

Cerita Rakyat Dari Sumatera Selatan Asal Pulau Kemaro

Dahulu, di Kerajaan Sriwijaya ada seorang putri yang cantik dan baik hati bernama
Siti Fatimah. Kecantikan dan kebaikan budinya terdengar ke mana-mana. Tak
seorang pun pemuda berani datang melamar sang Putri, karena Raja menginginkan
putrinya menikah dengan laki-laki keturunan raja.
Suatu saat, datanglah seorang pemuda bernama Tan Bun Ann. Pemuda tersebut
datang dari kerajaan di negeri Cina untuk berniaga di Kerajaan Sriwijaya. la lalu
menghadap Paduka Raja.
"Paduka Raja, kedatangan hamba ke sini adalah untuk berdagang. Untuk itu, hamba
mohon agar Paduka memberikan izin kepada hamba untuk tinggal dan berdagang di
kerajaan ini," ujar Tan Bun Ann.
Raja memberikan izin kepada Tan Bun Ann dengan syarat pemuda itu harus
memberikan sebagian keuntungannya kepada kerajaan. Tan Bun Ann pun
menyanggupi syarat yang diberikan Raja.
Pemuda dari kerajaan di negeri Cina itu pun mulai berdagang dan tinggal di Kerajaan
Sriwijaya. Secara teratur, ia datang ke Kerajaan Sriwijaya untuk menyetorkan
sebagian keuntungan dagangnya kepada kerajaan. Suatu kali, ia bertemu dengan
Putri Siti Fatimah, kemudian Tan Bun Ann jatuh hati.
Ternyata, Siti Fatimah juga mempunyai perasaan yang sama dengan Tan Bun Ann.
Mereka lalu menjalin hubungan kasih. Kemudian, Tan Bun Ann menghadap Raja
untuk minta restu.

"Paduka, kedatangan hamba menghadap, karena hamba ingin mengutarakan


keinginan untuk meminang Putri Siti Fatimah menjadi istri hamba," kata Tan Bun Ann.
Raja Sriwijaya berpikir sejenak. la tahu bahwa Tan Bun Ann adalah putra mahkota
dari sebuah kerajaan besar di negeri Cina, karena itu ia tidak keberatan putrinya
menikah dengan pemuda itu.
"Anak muda, aku tahu kau pemuda yang baik. Aku tidak keberatan putriku menikah
denganmu. Namun, kau harus menyediakan sembilan guci berisi emas."
Tan Bun Ann menyanggupi syarat yang diajukan Raja. la lalu menghubungi
orangtuanya di negeri Cina. Orangtua Tan Bun Ann memberikan restu kepada
mereka. Namun sayang, orangtua Tan Bun Ann tidak bisa menghadiri pernikahan
anaknya dengan Putri Siti Fatimah. Lalu, mereka mengirimkan utusan kerajaan untuk
mengantarkan sembilan guci berisi emas ke Kerajaan Sriwijaya.
Utusan Kerajaan Cina segera berangkat menuju Kerajaan Sriwijaya dengan
membawa guci-guci berisi emas di dalam kapal. Untuk melindungi emas-emas itu dari
perompak, di bagian atas guci-guci itu diletakkan sayur sawi, sehingga guci-guci itu
terlihat berisi penuh dengan sayur sawi.
Sesampainya di Pelabuhan Sriwijaya, Tan Bun Ann menyambut utusan dari
orangtuanya itu untuk mengambil emas-emas yang rnereka bawa.
"Di mana kalian Ietakkan guci-guci berisi emas itu?" "Di dalam kamar di dalam kapal,
Tuan"
Tan Bun Ann masuk ke dalam kapal, ia menemukan sembilan guci berisi penuh sayur
sawi yang telah membusuk.
"Oh, tidak! Mengapa isinya hanya sayur-sayur sawi yang sudah membusuk? Aku
akan malu kepada calon mertuaku!" pikir Tan Bun Ann panik. la lalu membuang guciguci itu satu persatu ke Sungai Musi. Ketika akan membuang guci terakhir kakinya
tersandung. Guci yang dipegangnya pun tumpah, keluarlah emas-emas dari dalam
guci itu. Barulah Tan Bun Ann sadar bahwa ia telah salah sangka.
Lalu, pemuda itu melompat ke dalam sungai bersama beberapa pengawal untuk
mencari kembali guci-guci yang telah dibuangnya.
Siti Fatimah yang sejak tadi menyaksikan kejadian itu berlari ke pinggir sungai dan
menunggu colon suaminya muncul dari dalam Sungai Musi. Namun, sampai
menjelang sore Tan Bun Ann dan orang-orangnya tak juga kembali.
Putri cantik itu dan beberapa dayangnya berniat mencari calon suaminya, mereka lalu
loncat ke Sungai Musi. Sebelum loncat, Putri berpesan kepada dayang-dayangnya
yang tinggal.

"Jika nanti kalian melihat ada timbunan tanah muncul di permukaan sungai, itu adalah
kuburanku," kata Putri Siti Fatimah lalu menceburkan diri ke dalam sungai.
Tidak ada seorang pun yang kembali ke permukaan. Beberapa hari kemudian, di tepi
Sungai Musi muncullah timbunan tanah menyerupai sebuah gundukan. Semakin hari,
gundukan tanah tersebut semakin lebar, hingga menjadi sebuah pulau.
Masyarakat setempat menamai pulau tersebut Pulau Kamaro yang artinya Kemarau.
Nama itu dipilih, karena kondisi pulau tersebut yang tidak pernah tergenang sedikit
pun meskipun ketinggian air di Sungai Musi sedang meningkat.
Di pulau tersebut terdapat sebuah gundukan tanah yang agak besar dan diyakini
sebagai makam Putri Siti Fatimah. Selain itu, ada dua gundukan tanah yang lebih
kecil, masyarakat percaya bahwa kedua gundukan itu adalah makam dayang-dayang
Siti Fatimah yang ternyata ikut menyebur ke laut menyusul sang Putri.
Kini, Pulau Kernaro menjadi salah satu objek wisata budaya di Palembang. Setiap
perayaan cap gomeh, banyak warga keturunan Cina, baik dari dalam maupun luar
negeri berkunjung ke sana untuk sembahyang dan berziarah.

Pesan moral dari Cerita Rakyat Dari Sumatera Selatan Asal Pulau Kemaro adalah segala
sesuatu harus diteliti dulu, jangan terburu-buru menilai dan mengambil keputusan.

Anda mungkin juga menyukai