Disusun Oleh :
VENI ISTIANI
125070200111033
c. Dalam / Endokardium
Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membrane yang mengilat,
terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir endokardium kecuali
aurikula dan bagian depan sinus vena kava.
Ruang-ruang jantung
Jantung terdiri dari empat ruang yaitu:
a Atrium dekstra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar,
bagian dalamnya membentuk krista terminalis.
1. Muara atrium kanan terdiri dari:
Vena cava superior
Vena cava inferior
Sinus koronarius
Osteum atrioventrikuler dekstra
2. Sisa fetal atrium kanan: fossa ovalis dan annulus ovalis
b Ventrikel dekstra: berhubungan dengan atrium kanan melalui
osteum atrioventrikel dekstrum dan dengan traktus pulmonalis
melalui osteum pulmonalis. Dinding ventrikel kanan jauh lebih tebal
dari atrium kanan terdiri dari:
1 Valvula triskuspidal
2 Valvula pulmonalis
c Atrium sinistra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula
d Ventrikel sinistra: Berhubungan dengan atrium sinistra melalui
osteum atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta melalui osteum
aorta terdiri dari:
1 Valvula mitralis
2 Valvula semilunaris aorta
Peredaran darah jantung
Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah ke
atrium dekstra yang datang dari seluruh tubuh. Arteri pulmonalis membawa
darah dari ventrikel dekstra masuk ke paru-paru (pulmo). Antara ventrikel
sinistra dan arteri pulmonalis terdapat katup vlavula semilunaris arteri
2. DEFINISI
STEMI
merupakan
sindrom
klinis
yang
didefinisikan
sebagai
Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi jika aliran darah
koroner menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak
aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Trombus arteri koroner terjadi
secara cepat pada lokasi injuri vaskuler, dimana injuri ini dicetuskan oleh
faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid (Sudoyo, 2010).
3. EPIDEMIOLOGI
Didunia, Penyakit jantung kororner (PJK) adalah penyakit yang paling
sering menyebabkan kematian. Sebanyak 7 juta penduduk dunia meninggal
akibat PJK, mencakup 12,8% dari keseluruhan penyebab kematian.
Kejadiannya lebih sering pada pria dengan umur antara 45 sampai 65 tahun,
dan tidak ada perbedaan dengan wanita setelah umur 65 di tahun ke 46.
Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner di
Indonesia tahun 2013 sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang
(DEPKES, 2015).
5. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko dari sindom coroner akut dapat dibagi menjadi dua, yaitu
faktor yang tidak
(modifiable). Faktor yang tidak dapat diubah meliputi (Price SA, Wilson LM,
2012):
a Usia
Kerentanan
terhadap
aterosklerosis
koroner
meningkat
seiring
normotensi.
Merokok
Resiko merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap perhari,
bukan pada lama merokok. Merokok lebih dari satu pak rokok sehari
darah
arteri
koroner, sintesis
kolesterol,
trigliserida,
Hiperhomosisteinemia
Kadar homosistein atau asam amino alamiah tubuh yang tinggi (>15
mmol/L) berkaitan dengan disfungsi endotel dan gangguan fungsi
trombosit serta vasodilator dinding pembuluh darah. Defisiensi asam
folat dan vitamin B6,B12 berperan dalam hiperhomosisteinemia.
6. PATOFISIOLOGI
Infark mikard akut dengan elevasi ST (STEMI) umumnya terjadi jika
aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada
plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner berat
yang berkembang secara lambat biasanya tidak metnicu STEMI karena
berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika
trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi ipjuri vaskular, di
mana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan
akumulasi lipid (Sudoyo Aru,2009).
Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis
mengalami fisur, ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik
memicu trombogenesis, sehingga terjadi trombus mural pada lokasi ruptur
yang mengakibatkan oklusi arteri koroner (Sudoyo Aru,2009). Pada STEMI
gambaran patologis klasik terdiri dari fibrin rich red trombus, yang dipercaya
Keterangan gambar:
1) Lesi inisiasi dan akumulasi lipid ekstraselular dalam intima;
2) Evolusi stadium fibrofatty
3) Lesi progresi dengan ekspresi prokoagulan dan lemahnya fibrous cap.
Sindrom koroner akut berkembang jika plak vulnerabel dan risiko tinggi
mengalami disrupsi pada fibrous cap.
4) Disrupsi plak adalah rangsangan terhadap trombogenesis. Resorpsi
trombus dilanjutkan dengan akumulasi kolagen dan pertumbuhan sel
otot polos.
5) Selanjutnya
disrupsi
plak
vulnerabel
atau
plak
risiko
tinggi
untuk
dan
melebar.
Dengan
kebutuhan
oksigen
demikian
menjadi
keseimbangan
tidak
stabil
antara
sehingga
a Chest
discomfort
(retrosternal,
tightness,heaviness,
pressure),
NSTEMI
STEMI
Pektoris
Tidak Stabil
Keluhan Klinis:
-Angina
saat
istirahat,
durasi pada
umumnya.
Namun
kadang
lebih dari sama dengan 20 menit, pasien datang dengan gejala atipikal:
atau
-Angina
pertama
aktivitas
fisik
kali
menjadi
sangat
terbatas, atau
-Angina progresif: pasien dengan memiliki riwayat angina atau PJK, usia
angina stabil, terjadi perburukan, lanjut, dan kebanyakan laki - laki
frekuensi
lebih
lebih
lama,
sering,
muncul
durasi
dengan
aktivitas ringan
-Angina pada SKA sering disertai
dnegan keringat dingin (respon
simpatis),mual
(stimulasi
dan
vagal),
muntah
serta
rasa
normal.
Pada cemas,
ekstremitas
pucat
disertai
tanda
kongesti
instabilitas hemodinamik
infark anterior
simpatis
hipotensi)
pasien
(takikardidan/atau
dan
infark
parasimpatis
hampir
inferior
setengah
menunjkkan
(bradikardi
dan/atau
hipotensi)
-S4
dan
S3
gallop,
penurunan
late
Killip
dapat
mengevaluasi
digunakan
hemodinamik
sesuai
regio
dinding
V2-V3,
batasan
elevasi
sadapan sesuai regio dinding menjadi lebih dari sama dnegan 0,2
ventrikelnya,
dan/atau
0,1
R
mV
prominen
sama
dengan
0,15
mV
pada
jam
Sebagian
besar
dnegan
presentasi
awal
pasien
pemeriksaan
setiap
berevolusi.
Peningkatan
Biomarka
Jantung :
Tidak
ada jam
peningkatan
troponin
Peningkatan
troponin
akut)
(untuk
dan/atau
CKMB
setelah infark)
onset)
T
dan/atau
CKMB
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis ditegakkan melalui
anamnesis,
pemeriksaan
fisik,
yang
menjalar
ke
lengan
kiri,
leher,
area
arterial perifer)
Memiliki riwayat pernah mengalami infark miokard, coronary
V3
Discordant, spesifisitas dan sensitivitas rendah :
ST segmen diskordan dengan kompleks QRS
negatif
Tanda
Non- Kardiak
Troponin
paru,
I/T
hipertensi
pulmone,
jantung,
nekrosis miokard, pemeriksaan
CK-MB atau
Angina tipikal
EKG dengan gambaran elevasi yang diagnostic untuk
STEMI, depresi ST atau inversi gelombang T yang
diagnostic
Peningkatan marka jantung
9. PENATALAKSANAAN
a Perawatan di IGD
Dengan adanya
anamnesis
mengenai
keluhan
pasien,
terapi
95%.
Oksigen
dapat
diberikan
jam
pertama
tanpa
fibrinolitik)
atau
clopidogrel
peroral
(loading
300
mg,
tidak
berkurang
setelah
pemberian
nitrogliserin
disertai
b Terapi Reperfusi
Terapi reperfusi pilihan meliputi non farmakologis / PCI (Percutaneous
Coronary Intervention) atau farmakologis / terapi fibrinolitik.
1 PCI (Percutaneous Coronary Intervention)
PCI adalah terapi reperfusi yang lebih disarankan dibanding
fibrinolisis apabila terdapat fasilitas dan tim yang mampu menangani
PCI dalam 120 menit sejak kontak medis pertama. PCI diindikasikan
untuk pasien dengan gagal jantung, akut yang berat, syok kardiogenik.
Terapi reperfusi diindikasikan untuk semua pasien dengan durasi
gejala < 12 jam disertai dengan elevasi segmen ST persisten atau new
LBBB. Terapi reperfusi (sebaiknya PCI) diindikasikan bila terdapat bukti
iskemia yang sedang terjadi, bahkan jika gejala mungkin telah timbul >
12 jam setelah onset atau bila nyeri dan perubahan EKG terlihat
terhambat. Terapi reperfusi dengan PCI dapat dipertimbangkan pada
pasien stabil yang dtang dalam 12-24 jam sejak awitan gejala. Tidak
disarankan untuk melakukan PCI rutin pada arteri yang tersumbat
sepenuhnya lebih dari 24 jam setelah awitan pada pasien stabil tanpa
gejala iskemia (tanpa memandang sudah diberikan fibrinolitik atau
belum).
PCI memiliki keuntungan yang berbeda pada tiap pasien, dan
merupakan pilihan dengan benefit terbesar bagi pasien dengan resiko
tinggi. Maka itu penilaian faktor resiko untuk menentukan intervensi
memiliki peran penting untuk mengidentifikasi pasien dengan resiko
tinggi yang terapinya dapat dioptimalkan. TIMI Score for STEMI
(Thrombolysis in Myocardial Infarction (TIMI) score for ST Elevation
Myocard Infaction) adalah penilaian singkat berdasarkan data klinis
saat kedatangan pasien pertama kali di rumah sakit. Skor 0-4 termasuk
resiko rendah, dan resiko tinggi bila 5 poin.
PCI
2 Terapi Fibrinolitik
Terapi fibrinolitik diindikasikan dalam 12 jam sejak awitan gejala
pada pasien tanpa kontraindikasi apabila PCI tidak dapat dilakukan
oleh tim yang berpengalaman dalam 120 menit sejak kontak medis
pertama. Perlu dipertimbangkan apabila pasien datang lebih awal <2
jam sejak awitan gejala dengan infark luas dan resiko perdarahan
rendah apabila kontak medis pertama hingga balloon inflation >90
menit.
Obat
yang
diberikan
bersifat
spesifik
terhadap
fibrin
Nama
Aspirin
Clopid
ogrel
Nama
Dagang
Aspilet
Ascardia
(loading
dose 162325
mg
p.o
Maintenan
ce : 75162
mg/hari )
CPG
(Loading
dose 300600
mg
p.o
75 mg/hari
p.o selama
Fungsi
Penghambat
COX
-1
(Menggangu
siklus
cyclooxygenase
, menghambat
thromboxane A2
dan
hambat
agregasi
trombosit)
Penghambat
reseptor P2Y12
(Hambat
Adenosine
5Diphosphate
dengan reseptor
P2Y12
untuk
Kontraindikasi
Varices
esophagus
Trombositop
enia
72 jam post
operasi
besar
dengan
resiko
perdarahan
Perdarahan
akut
Penyakit
liver
terdekompe
nasasi
Kehamilan /
Anti
koagul
an
Unfrac
tioned
Hepari
n
(UFH)
Lowmolec
ularweight
hepari
n
(LMW
H)
Fonda
parinu
x
Bivalru
din
Anti
trombo
litik
Strept
okinas
e (Sk)
12 bulan)
inisiasi agregasi
trombosit)
Bolus
IV
60-7U/kgBB
(max.
5000 U),
lanjut infus
12-15
U/kgBB/ja
m)
Lovenox
1 mg/kgBB
SC
20/40/60
mg
/
0.2/0.4/0.6
mL
Mengkatalisis
anti-thrombin
(AT/AT III) dan
menyebabkan
inaktivasi
thrombin
Prolong aPTT
48
post
partum
Bivalrudin
Bolus
IV
0,1
mg/kgBB
Dilanjutkan
infus 0,25
mg/kgBB/j
am
1,5 juta U
dalam 100
mL
Dextrose
5%
atau
NaCl 0,9%
dalam
waktu 3060 menit
Hambat
Xa direk
faktor
Mengaktifkan
plasminogen
menjadi plasmin
dan
mendegradasi
fibrin
Diathesa
hemorragik
Hipertensi
berat
Perdarahan
cerebrovasc
ular
Ulkus aktif
pada
gastrointesti
nal, saluran
napas, dan
saluran
kemih
Operasi
pada system
saraf pusat
Fasilitas
laboratorium
yang kurang
Pasien yang
tidak
kooperatif
Kehamilan
Altepla
se
(tPA)
Bolus 15
mg
Intravena
0,75
/
kgBB
selama 30
menit,
dilanjutkan
0,5 mg /
kgBB
selama 60
menit
Dosis total
tidak
melebihi
100 mg
Anti
Beta
Concor
ischem blocke 1.25
mg
ic
rs
dan
di
(Bisopr titrasi
olol)
Menurunkan
demand
oksigen,
menurunkan
laju
jantung,
kontraktilitas
dan
tekanan
darah
*Kontraindikasi
(tekanan darah
sistolik
<90
mmHg,
bradikardia,
blockade
jantung, asma,
gagal jantung)
Low output
state
Resiko syok
kardiogenik
(HR
<60
mmHg,
tekanan
darah
sistolik
<
120 mmHg)
Asma aktif
PR interval >
0,24 sec
Blokade
jantung tipe
2 atau 3
penyebabnya
diketahui,
dengan
kapanpun
Stroke iskemik
terakhir
Attack)
Kerusakan
system
Diseksi aorta
disarankan
mempertimbangkan
pada
apakah
pasien
pasien
STEMI,
tanpa
mendapat
terapi
DAFTAR PUSTAKA
Campbell-Scherer DL, Green LA. ACC/HA Guideline Update for the Management
of ST-Elevation yocardial Infarction. Am Fam Physician [Internet]. 2009
[updated 2009 Jun 15; cited 2015 Aug 20]; 79(12): 1080-1086
Gleadle Jonathan. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:
Penerbit Erlangga; 2007.h.166;170-71;112-3
Jackson G. Acute Coronary Syndrome. New York: Oxford Press; 2008. p 4-10.
Juwana YB, Wirianta J, Ottervanger JP, et al. Primary coronary intervention for
ST-elevation myocardial infarction in Indonesia and the Netherlands: a
comparison. Neth Heart J [Internet]. 2009 Nov [cited 2015 Aug 20];
17(11): 418421
Pacheco HG, Mendoza AA, Sangabriel AA, et al. The TIMI risk score for STEMI
predicts in-hospital mortality and adverse events in patients without
cardiogenic shock under-going primary angioplasty. Arch Cardiol Mex
[Internet].
2012;82(1):7-13.
Available
from:
http://www.revespcardiol.org/contenidos/static/premio_cardio/archivoscardiologia-mexico.pdf
Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut [Internet]. Jakarta : Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia; 2015 [cited 2015 Aug 15].
Available
from:
http://www.inaheart.org/upload/file/Pedoman_tatalaksana_Sindrom_Kor
oner_Akut_2015.pdf
Price SA, Wilson LM. Patofisiologi : Konsel Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed.
Jakarta : EGC;2012. p 579-584.
Price SA, Wilson LM. Patofisiologi. Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi
ke-6. Jakarta: EGC; 2005.h.578-87
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI [Internet]. Jakarta :
Kementrian Kesehatan RI ; 2015 [cited 2015 August 20]. Available from
: http://www.depkes.go.id/article/print/15021800003/situasi-kesehatanjantung.html
Sudoyo Aru W, et all. Infark Miokard dengan Elevasi ST. Idrus Alwi(eds). Buku ajar
IPD. Jilid 2. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia;2009.h.1741-54.
World Health Organization Noncommunicable Disease Country Profiles
[Internet]. Geneva : World Health Organization; 2014[cited 2015 Aug
21]. Available from: http://www.who.int/nmh/countries/idn_en.pdf