Anda di halaman 1dari 8

NAMA MODUL

Fisika Modern

NAMA SESI

Inti Atom dan Radioaktivitas

LK 4

Inti Atom dan Radioaktivitas

Tujuan :
1.
2.
3.
4.
5.

Menjelaskan tentang gaya ikat inti dan defek massa


Menghitung besar defek massa dan energi ikat inti
Menjelaskan peluruhan alfa, beta, dan gamma
Menjelaskan sifat sinar beta, alfa, dan gamma
Menghitung aktifitas radioaktif, waktu paruh suatu unsur, dan besar energi yang
dihasilkan pada reaksi inti
6. Menjelaskan manfaat dari radioaktif

1. Jelaskan mengapa sinar radioaktif dapat kita gunakan untuk mengukur ketebalan
plat !
2. Analisa persyaratan ketebalan minimal dinding reaktor sangat diperlukan!
3. Jelaskan tentang reaktor nuklir terdapat bagian yang disebut dengan moderator
hal tersebut berdasarkan teori reaksi berantai !
4. Jelaskan manfaat radioaktif sesuai teori !
5. Jelaskan tentang reaksi yang terjadi pada bom atom !

Tuliskan jawaban Saudara pada tempat yang telah disediakan di bawah ini.

Jawaban:
1. Ketebalan produk yang berupa lembaran, seperti kertas film atau lempeng logam dapat diukur dengan teknik
radiasi. Prinsipnya berdasarkan sifat bahwa semakin tebal bahan yang dilalui radiasi, maka intensitas radiasi
yang diteruskan makin berkurang, atau dapat dikatakan bahwa intensitas radiasi yang diteruskan bergantung
pada ketebalan bahan yang dilalui.
Sistem pencacah digunakan untuk mengukur kuantitas (jumlah) radiasi yang mengenai detektor. Salah satu
contoh penggunaan sistem pencacah adalah pada aplikasi pengukuran tebal kertas, plastik, atau bahkan
lapisan logam. Tentu saja untuk setiap jenis bahan diperlukan pengaturan jenis sumber radiasi dan detektor
yang berbeda.

Pengukuran radiasi dilakukan untuk mengetahui kuantitas suatu sumber radiasi. Pada dasarnya yang diukur
oleh sistem adalah intensitas radiasi yang memasuki detektor. Radiasi yang memasuki detektor dengan
itensitas tertentu akan diproses di dalam detektor serta peralatan penunjangnya, sehingga menghasilkan
suatu nilai pengukuran.
2. Tangki reaktor merupakan komponen utama dalam reaktor nuklir yang berfungsi sebagai wadah komponen
reaktor lainnya dan tempat berlangsungnya reaksi nuklir. Tangki/bejana reaktor, bisa berupa tabung (silinder)
atau bola yang dibuat dari baja dengan ketebalan sekitar 25 cm (International Atomic Energy Agency, IAEA).
Tangki berdinding tebal ini untuk mampu menahan tegangan (stress) akibat beban termal dan mekanik yang
ditimbulkan oleh temperatur dan tekanan operasi. Selain itu, juga berfungsi sebagai penahan radiasi agar
tidak keluar dari sistem reaktor. Hal ini dikarenakan sifat sinar radioaktif yang memiliki kemampuan/daya
tembus pada logam yang cukup kuat.
3. Moderator, fungsinya untuk memperlambat laju neutron cepat (moderasi) yang dihasilkan dari reaksi fisi,
hingga mencapai kecepatan neutron thermal untuk memperbesar kemungkinan terjadinya reaksi nuklir
selanjutnya (reaksi berantai). Kalau tidak diperlambat, neutron melaju terlalu cepat (sekitar 40 juta mil per
jam) dan sebagian besarnya melewati atom uranium-235 begitu saja, tidak mampu membelah, lalu hilang.
Elemen bahan bakar menyediakan sumber inti atom yang akan mengalami fusi nuklir. Bahan yang
biasa digunakan sebagai bahan bakar adalah uranium. Elemen bahan bakar dapat berbentuk batang yang
ditempatkan di dalam teras reaktor. Neutron-neutron yang dihasilkan dalam reaksi fisi uranium mempunyai
energi kinetik yang relatif sangat tinggi (sekitar 2 MeV) dengan kecepatan yang sangat tinggi. Sedagkan
neutron yang mudah membelah inti adalah netron lambat. Agar neutron dapat menyebabkan fisi yang
berikutnya lagi, energinya harus dikurangi sampai mencapai energi termik (0,025 eV). Untuk memperlambat
neutron cepat sampai mencapai tingkat energi yang lebih rendah, neutron yang berenergi tinggi itu
ditumbukkan pada atom-atom yang terdapat dalam bahan-bahan tertentu, yang disebut moderator. Syarat
untuk memilih dan menentukan bahan moderator adalah:
a. Pada tiap tumbukan terdapat kehilangan energi neutron yang besar.
b. Penampang penyerapan yang rendah.
c. Penampang penghamburan yang tinggi.
Zat yang mengandung hidrogen merupakan moderator yang baik, jika dilihat pada kehilangan energi
neutron setelah terjadi tumbukan. Akan tetapi, hidrogen mempunyai penampang penyerapan yang relatif
tinggi, yang dilihat dari sudut ekonomi neutron tidak menguntungkan. Dalam bentuk persenyawaan, misalnya
air normal dan hidrida logam, zat hidrogen itu dapat dipakai sebagai moderator, asalkan dipergunakan

uranium yang diperkaya sebagai bahan bakar. Bahan-bahan lain yang dipergunakan sebagai moderator
adalah D20, grafit, berillium dan berillium oksida.
4. Pemeriksaan kebocoran pipa/tangki pada kilang minyak dilakukan dengan perunut (tracing) radioisotop.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan langsung dari permukaan tanah di atas pipa atau di luar tangki, tanpa perlu
dilakukan penggalian atau masuk dalam tangki. Metode pemeriksaan yang dilakukan adalah dengan
menginjeksikan perunut radioisotop (radioisotop Na-24 dalam bentuk garam NaCl atau Na 2CO3) ke dalam
aliran/tangki kilang minyak. Pergerakan radioisotop tersebut di dalam pipa atau tangki dapat diikuti dari atas
tanah atau dari luar tangki menggunakan pemantau radiasi (alat pencacah radioaktif Geiger counter). Tempat
yang memberikan hasil cacahan radiasi yang tinggi/berlebihan mengindikasikan bahwa telah terjadi
kebocoran di tempat tersebut.
5. Bom atom pertama kali diledakkan di Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945. Bom yang berjulukan Little
Boy ini berisi uranium. Tiga hari kemudian, yaitu tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua diledakkan di
Nagasaki. Berbeda dengan Little Boy, bom berjulukan Fat Man ini berisi plutonium. Prinsip kerja dari kedua
bom ini adalah pembebasan energi secara cepat dari reaksi fisi (pembelahan inti atom).

Gambar Skema Little Boy

Gambar Skema Fat Man

Selain bom yang menggunakan reaksi fisi, ada pula senjata nuklir yang menggunakan reaksi fusi atau
penggabungan inti nuklir. Senjata semacam ini disebut dengan senjata termonuklir atau disebut pula dengan
bom hidrogen (bom H).

Gambar Skema Bom Hidrogen

Pada dasarnya, reaksi fisi dan fusi yang ada pada senjata nuklir sama dengan yang terjadi pada reaktor
nuklir, akan tetapi ada perbedaan utama, yaitu pada:

material (bahan bakar) yang digunakan,

teknologi yang diperlukan,

desain, dan

pengendaliannya.
Senjata fisi nuklir mengandalkan reaksi berantai yang berlangsung sangat cepat pada material

fisil (seperti uranium-235, plutonium-239 atau uranium-233) dengan kemurnian tinggi. Setiap inti atom dari
material tersebut (selanjutnya kita sebut bahan bakar) akan melepaskan dua atau tiga neutron ketika
membelah. Masing-masing neutron tersebut mempunyai kemungkinan yang besar untuk menyebabkan fisi
pada inti atom yang lain, sehingga akan dihasilkan lebih banyak lagi neutron dan juga energi.
Seandainya massa dari bahan bakar terlalu sedikit atau tersebar, banyak neutron yang akan lepas dari
permukaan bahan bakar sehingga tidak cukup untuk menyebabkan reaksi berantai yang berkelanjutan.
(Kondisi semacam ini disebut dengan subkritis).
Agar menghasilkan ledakan, paling tidak dua massa subkritis harus digabung untuk menghasilkan
massa di atas batas kritis (atau kondisi superkritis). Untuk itu, pengaturan waktu atau timing adalah hal
yang sangat penting. Massa kritis harus digabung seutuhnya sebelum reaksi berantai berlangsung.
Jika tidak, bahan bakar akan mengalami pembakaran prematur yang menyebabkan kedua massa subkritis
terpental dan tidak menghasilkan ledakan yang efisien. Kondisi semacam ini dikenal dengan istilah fizzle
(kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia, mungkin kira-kira nggembos). Oleh karena itu, timing untuk
menggabungkan massa bahan bakar harus lebih cepat daripada terbentuknya reaksi berantai berkelanjutan.

Persyaratan timing ini yang membatasi ukuran maksimum dari bom fisi. Jika ukurannya terlalu besar,
penggabungan bahan bakar tidak bisa cepat untuk menghindari fizzle.
Ada dua cara untuk melakukan penggabungan ini, yaitu:
1. dengan menggunakan gun barrel, dan
2. dengan menggunakan ledakan kimia.
Pada cara pertama, massa subkritis ditembakkan ke lubang pada massa subkritis yang lain. Cara ini efektif
untuk uranium-235, contohnya pada bom atom Little Boy. Akan tetapi untuk plutonium-239, cara ini terlalu
lambat sehingga diperlukan metode ledakan. Pada metode ledakan, massa subkritis dikelilingi oleh bahan
peledak kimia. Untuk membentuk massa superkritis, bahan peledak tersebut harus diledakkan terlebih
dahulu. Akan tetapi arah ledakannya tidak menyebar keluar, melainkan ke dalam dengan kecepatan sekitar
5000-7000 meter per detik sehingga menekan massa subkritis menjadi superkritis. Makanya istilah asli
dalam bahasa Inggrisnya adalah implosion, bukan explosion, contohnya pada bom atom Fat Man.
Reaksi berantai pada massa bahan bakar kritis hanya bisa dimulai ketika ada neutron pertama
yang menyebabkan fisi. Lalu dari mana neutron pertama ini berasal?
Kemungkinan pertama adalah dari reaksi fisi spontan alami. Akan tetapi jika berasal dari reaksi fisi spontan
alami, timing-nya akan bersifat acak dan jika tingkat keacakannya cukup tinggi, reaksi berantai akan
berlangsung terlalu dini sehingga menyebabkan fizzle. Oleh karena itu, sebagai gantinya digunakan sumber
neutron yang dihasilkan dari mencampurkan berilium-9 dengan americium-241 pada saat yang tepat.
Americium akan memancarkan radiasi alfa yang kemudian akan bereaksi dengan berilium untuk
menghasilkan karbon-12 dan neutron. Neutron ini yang akan menjadi pemicu awal dari reaksi berantai pada
saat yang tepat ketika penggabungan massa subkritis.
Oleh karena itu, bahan bakar untuk senjata nuklir harus mempunyai tingkat laju reaksi fisi dipicu oleh
neutron yang tinggi, namun harus mempunyai laju reaksi fisi spontan yang rendah. Material dengan nomor
massa (A) yang tinggi ternyata mempunyai laju reaksi fisi spontan yang tinggi pula. Oleh karenanya
keberadaan californium-252 meskipun sedikit saja dianggap sebagai pengotor yang dapat menyebabkan
fizzle. Bahkan plutonium-240 juga dapat menyebabkan fizzle kecuali jika konsentrasinya sangat rendah.
Dengan alasan tersebut di atas, untuk keperluan senjata, bahan bakar harus bebas dari isotopisotop pengotor. Bahan bakar uranium harus mengandung lebih dari 80% uranium-235 untuk
menghindari serapan neutron oleh uranium-238. Uranium-238 mempunyai kecenderungan untuk menyerap
neutron dan menghasilkan isotop uranium-239 yang memancarkan radiasi gamma, bukannya reaksi fisi.
Untuk menghasilkan uranium-235 dengan tingkat yang tinggi, diperlukan pabrik pengolah berskala besar
yang memerlukan energi yang tidak sedikit. Proses ini dikenal dengan enrichment atau pengkayaan. Di
masa-masa awal pengembangan energi nuklir, metode untuk pengkayaan dilakukan dengan cara pemisahan
secara difusi. Karena uranium-235 dan uranium-238 mempunyai massa atom yang hampir sama, proses
pemisahannya memerlukan banyak sekali tangki pemisah. Untuk mencapai tingkat kemurnian (atau tingkat
pengkayaan) sebesar 4% diperlukan sekitar 1400 tangki difusi. Untuk keperluan militer yang mensyaratkan
tingkat pengkayaan di atas 80%, tentu diperlukan tangki difusi yang sangat sangat banyak.

Untuk saat ini digunakan metode yang lebih efisien, yaitu metode sentrifuge, di mana silinder-silinder
berdiamater 15 20 cm diputar dengan kecepatan tinggi sekitar 1000 putaran per detik. Dengan cara ini gas
uranium heksaflorida akan mengalami percepatan sejuta kali percepatan gravitasi. Meskipun lebih efisien
daripada metode lama, metode sentrifuge tetap memerlukan banyak sekali tabung silinder.

Gambar Tabung Centrifuge untuk Pengkayaan Uranium, di Amerika Serikat (kiri) & di Iran (kanan)

Bahan bakar lain yang digunakan dalam senjata nuklir adalah plutonium-239, yang ternyata juga
harus dalam tingkat kemurnian tinggi, dan tidak boleh mengandung plutonium-240 lebih dari 7% untuk
menghindari fizzle. Plutonium-239 diproduksi dari dalam reaktor nuklir melalui reaksi serapan neutron pada
uranium-238, yang kemudian diikuti dengan dua kali peluruhan beta secara beruntun. Akan tetapi, selain
dapat melakukan reaksi fisi, plutonium-239 juga mempunyai kecenderungan yang tinggi untuk menangkap
neutron untuk menghasilkan plutonium-240. Material ini merupakan pengotor untuk bahan bakar senjata
nuklir karena mempunyai laju fisi spontan alami yang tinggi sehingga menyebabkan fizzle. Konsekuensinya
agar plutonium-240 tidak terakumulasi terlalu banyak, bahan bakar pada reaktor nuklir harus sering
diambil. Tentu ini merupakan kegiatan yang paling tidak efisien dalam menggunakan bahan bakar reaktor
nuklir. Untuk mengekstrak 6 kg plutonium-239 diperlukan 10 ton uranium.
Negara yang ingin membuat senjata nuklir berbahan bakar plutonium yang bersumber dari bahan
bakar di PLTN harus meluangkan waktu cukup banyak untuk berulang kali mematikan reaktor (dan jelas tidak
menghasilkan listrik) serta mengganti bahan bakar. Secara operasional, biaya yang diperlukan menjadi tinggi
dan kerugian akibat tidak menghasilkan listrik juga besar. Di samping itu, diperlukan juga pabrik pengolahan
ulang bahan bakar untuk memisahkan plutonium dari bahan bakar yang telah dipakai di reaktor. Adanya
pengisian ulang bahan bakar yang terlalu sering disertai dengan adanya pabrik pengolahan ulang bahan
bakar merupakan indikasi yang kuat bahwa plutonium untuk senjata nuklir sedang dibuat. Karena di setiap
reaktor selalu ada pengawasan dari tim internasional, kegiatan sembunyi-sembunyi untuk membuat senjata
nuklir dapat diketahui.
Di reaktor nuklir, baik itu untuk pembangkitan listrik (PLTN) maupun untuk riset, fizzle tidak relevan
sehingga tidak diperlukan persyaratan weapon-grade uranium yang mengharuskan tingginya tingkat
kemurnian uranium. Untuk PLTN yang saat ini beroperasi, tingkat pengkayaan uranium-235 adalah sekitar 3
sampai 5%, sementara untuk reaktor penelitian dan reaktor produksi isotop karena memerlukan neutron
dengan jumlah tinggi, maka tingkat pengkayaannya biasanya lebih besar namun dibatasi sampai dengan

maksimum 20%.
Jadi, intisarinya adalah ada dua hal yang penting agar bom atom bisa berfungsi, yaitu:
1. Timing merupakan hal yang krusial untuk senjata nuklir. Teknologi tinggi diperlukan untuk membuat
massa superkritis dan sumber neutron agar reaksi berantai berlangsung pada waktu yang tepat.
2. Bahan bakar dengan tingkat kemurnian yang tinggi diperlukan untuk menghindari fizzle. Teknologi
untuk menghasilkan bahan bakar semacam ini tidak mudah dilakukan.
Prinsip Kerja Bom/Senjata Nuklir:
Reaksi nuklir terjadi ketika neutron ditembakkan dari jarak dekat ke arah sekumpulan atom
mengandung nuclei (termasuk uranium dan plutonium). Saat bersentuhan dengan neutron, nuclei akan
terpecah dan berubah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau ringan. Saat proses ini terjadi,
serangkaian reaksi nuklir dimulai. Karena atom mengandung neutron, akan terdapat lebih banyak neutron
yang bergerak bebas dan mengenai atom-atom lain yang masih utuh. Proses ini disebut fission dan terus
terjadi sehingga nuclei bisa terus terpecah. Salah satu kunci penting adalah fission mampu memecah atom
tanpa sumber energi lain; reaksi kimia terjadi secara alami. Pemecahan atom menghasilkan energi, sekitar
80 terajoule per kilogram (TJ/kg).
Bom atom jenis lama memulai reaksi nulkir berantai dengan cara saling menembakkan beberapa
isotop uranium (atom uranium dengan jumlah proton sama, tapi jumlah neutron berbeda) di sebuah ruang
kecil di dalam tubuh bom. Sedangkan pada bom atom jenis lebih baru, inti bom dikelilingi oleh alat berdaya
ledak tinggi yang disebut explosive lens atau lenses. Alat ini berfungsi untuk memisahkan atau
mengumpulkan elektron. Karena keberadaan lenses, inti bom akan terpecah dan memulai reaksi nuklir
berantai. Reaksi pemecahan terus berlangsung sampai semua nuclei terpecah.

Anda mungkin juga menyukai