Sistem Selubung Bangunan Sistem Tata Udara Pada Bangunan Gedung Sistem Tata
Cahaya Pada Bangunan Gedung Sistem transportasi gedung dan motor-motor Sistem
kelistrikan gedung Sistem otomasi terigtegrasi gedung Hal lain yang menjadi faktor
keberhasilan kegiatan konservasi energi di gedung adalah pemilihan teknologi yang tepat
serta kreatifitas untuk membuat disain atau modifikasi sistem menjadi lebih efektif dalam
menghemat energi
1. Selubung bangunan
Selubung bangunan adalah bagian terluar dari gedung yang melingkupi seluruh bangunan
dalan menghambat aliran panas dari lingkungan luar. Yang menjadi komponen selubung
bangunan ini adalah dinding beserta jendela kaca dan pintu serta selubung atap. Luasan
dan jenis selubung bangunan (dinding dan atap) mempengaruhi perolehan kalor/panas,
akibat konduksi dari luar dan radiasi matahari. Untuk mengurangi perolehan panas yang
berarti pula menurunkan beban pendinginan sistem AC, maka pemilihan dinding luar dan
atap serta kaca dan kombinasi luasan dinding dengan kacanya akan menjadi penentu
efektifitas selubung bangunan dalam menghambat aliran panas dari luar. Sistem AC yang
menjadi pengguna energi terbesar di gedung sekitar 60 persen menyebabkan perhatian
terhadap selubung bangunan ini harus lebih mendalam. Disain selubung gedung yang
terlalu banyak melibatkan jendela kaca menyebabkan beban pendinginan AC yang besar
sehingga akan membuat konsumsi listik untuk AC yang besar. Diperlukan suatu kombinasi
antara dinding keras dan kaca dari selubung bangunan gedung yang optimal serta
penggunaan peneduh dan vegetasi yang baik diluar gedung. Sebagai tolok ukur tingkat
efektiftas selubung bangunan ini dalam mengatasi beban AC telah ditetapkan untuk kondisi
Indonesia ukuran RTTV (Roof Thermal Transfer Value)untuk selubung atap dan OTTV
(Overall Thermal Transfer Value) untuk selubung dinding.
2. Sistem Tataudara
Pada bangunan gedung sistem tataudara menjadi komponen utama yang paling besar
penggunaan energinya yaitu sekitar 60 persen. Penggunaan yang sangat besar ini
menjadikan sistem AC sebagai fokus utama dalam kegiatan penghematan energi di
gedung. Sistem AC pada gedung pada umumnya dapat dibagi dua bagian utama yaitu
sistem refrigerasi yang merupakan penggerak utama pengkondisian udara. Sistem
refrigerasi ini terdiri atas kompresor, evaporator, kondenser dan katup ekspansi. Pada
umumnya sistem refrigerasi ini menggunakan refrigerant (freon) yang saat ini masih banyak
menggunakan refrigerant yang menyebabkan kerusakan ozone serta menimbulkan
pemanasan global. Sistem kedua adalah sistem tataudara yang mengalirkan udara pada
duct setelah didinginkan oleh sistem refrigerasi. Pada sistem tataudara ini terdiri atas duct
aliran udara, kipas pengalir udara suplai dan diffuser pendistribusi udara dingin. Parameter
tingkat hemat sistem AC gedung adalah ditandai dengan efisiensi sistem refirgerasinya dan
mengurangi daya listrik yang dibutuhkan untuk pencahayaan dalam ruangan. Indonesia
adalah negara tropis yang dianugrahi cahaya matahari yang melimpah sepanjang tahun.
Sumber cahaya yang gratis dan murah ini tidak secara optimal dimanfaatkan sebagai
sumber cahaya penerangan alami siang hari. Ada kekhawatiran bahwa penggunaan
cahaya alami ini akan menambah beban AC gedung. Sebenarnya hal itu tidak beralasan
selama cahaya alami yang dimanfaatkan itu adalah cahaya pantulan dan bukan cahaya
langsung. Cahaya pantulan memiliki panjang gelombang yang tinggi sementara cahaya
langsung masih mengandung spektrum yang memiliki panjang gelombang rendah.
Spektrum dengan panjang gelombang rendah ini akan menimbukan efek rumah kaca
sementara cahaya pantulan tidak menimbulkan efek rumah kaca dan menjadi beban
pendinginan AC yang rendah.
4. Sistem Transportasi gedung
Saat ini gedung komersial khususnya yang berada di kota besar tidak terhindarkan untuk
menggunakan transportasi vertical. Hal ini terutama disebabkan keterbatasan lahan yang
menyebabkan pembangunan gedung mengarah ke atas. Perencanaan awal transportasi
vertical yang efisien energinya ditentukan oleh faktor-faktor seperti peruntukan gedung, laju
perkiraan jumlah orang dan pemilihan teknologi sistem transportasi verticalnya. Sistem
trasnportasi vertical yang modern dan dapat diprogram ulang adalah sistem yang akan
lebih mendukung program konservasi energi dalam gedung baik dalam perencanaan awal
maupun retrofit dikemudian hari.
5. Sistem kelistrikan
Sumber utama energi untuk operasional gedung saat ini adalah dari listrik. Listrik ini bisa
disuplai dari PLN atupun dari genset milik sendiri. Akan lebih baik jika dalam perencanaan
awal sudah dilibatkan aspek konservasi energi dalam pembuatan sistem kelistrikan gedung.
Aspek konservasi energi dari sistem kelsitrikan gedung adalah terbaginya beban secara
merata pada masing-masing fasa, telah terpisahnya msing-masing beban seperti AC,
penerangan dan lift pada saluran kabel yang tersendiri. Telah adanya alat pengukur
konsumsi energi lisitrik pada masing-masing sistem pengguna energi sehingga pemakaian
energinya dapat dimonitor. Monitoring dilakukan untuk menilai keberhasilan sejumlah
langkah konservasi energi yang bisa dilakukan pada sistem-sistem pengguna energi tadi.
Selain itu dengan telah terpisahnya beban listrik sistem pengguna energi pada saluran
kabel yang berbeda akan memudahkan kontrol operasi sistem tadi apalagi jika gedung
menggunakan sistem otomasi terintegrasi (Building Automation System/BAS). Pemasangan
kapasitor bank pada jaringan listrik diawal pembangunan juga akan meningkatkan efisiensi
penggunan listrik sistem kelistrikan gedung. Jika tidak dilakukan minimal ada alokasi tempat
yang tepat di panel induk untuk pemasangan kapasitor bank ini dikemudian hari, Pemilihan
genset yang efisien dalam mengkonsumsi bahan bakar juga diperlukan seandainya genset
diperlukan untuk mengganti suplai listrik dari PLN saat beban puncak jika saat dimana
harga energi alternatif pengganti solar yaitu BBN biosolar harganya cukup murah dan
ekonomis.
6. Sistem Otomasi Terintegrasi Gedung (BAS)
Dengan kemajuan teknologi komputer dan informasi maka untuk meningkatkan performa
operasi sistem-sistem pengguna energi digunakan building otomation system (BAS)
penggunaan BAS ini juga dapat mengintegrasikan kerja sistem tadi. Pada operasional
sistem AC penggunaan BAS akan dapat mengatur jam nyala dari sistem chiller dan AHU
serta mengatur jumlah chiller yang nyala. Sementara pada lampu BAS ini akan dapat
mengatur jam nyala dari lampu dan juga mengatur jumlah lampu yang nyala disesuaikan
dengan pencahayaan alami siang hari yang masuk. Pengaturan lampu dan sistem AC tadi
hanya dapat dilakukan oleh BAS dengan syarat bahwa jaringan kabel listriknya telah
terpisah masing-masing. Sementara itu pada lift penggunaan BAS dapat mengatur jumlah
lift nyala sesuai jam yang telah ditetapkan. Penggunaan sistem BAS ini sudah tentu akan
dapat mendukung program penggunaan energi listrik yang efisien pada bangunan gedung
dengan syarat bahwa sistem kelistrikan dan semua sistem pengguna energi tadi
direncanakan secara terintegrasi dan dipersiapkan dari awal untuk dikontrol oleh BAS.
7. KAPAN AUDIT ENERGI DIPERLUKAN
Audit energi adalah kegiatan untuk mengetahui pola pemakaian energi dari peralatan
pengguna energi yang ada di gedung. Pola pemakaian energi ini diamati pada peralatanperalatan utama pengguna energi seperti AC, lift, Pencahayaan, boiler dan motor-motor.
Dengan didapatkannya pola pemakaian energi maka langkah-langkah untuk melakukan
efisiensi dan pengelolaan energi di gedung menjadi lebih terarah. Untuk menetapkan
tingkat efisiensi peralatan penggguna energi yang ada di gedung dilakukan perbandingan
hasil pengamatan dan pengukuran dengan acuan standar yang berlaku seperti SNI dan
lainnya. Audit energi : Kegiatan yang dimaksud untuk mengidentifikasi dimana dan berapa
energi digunakan serta berapa potensi penghematan yang mungkin diperoleh dalam suatu
fasilitas pengguna energi . Tujuan audit energi : Adalah untuk menentukan cara yang
terbaik untuk mengurangi penggunaan energi per satuan output dan mengurangi biaya
operasi/biaya produksi Ada 4 pertanyaan dasar yg harus perlu dijawab dalam Audit Energi
baik di : bangunan kantor, komersial atau fasilitas publik
1.
Berapa banyak energi yang telah digunakan, dan dimana sajakah dimanfaatkannya?
2.
ini?
Berapa banyak energi yang harus digunakan pada kondisi operasi yang ada saat
3.
Seberapa hemat energi yang dapat dikonsumsi pada kondisi operasi yang telah
diperbaiki?
4.
Seberapa aman/sehat bagi manusia dan lingkungan pemanfaatan energi tersebut?
Suatu kegiatan audit energi adalah merupakan alat untuk mendukung program konservasi
energi disuatu fasilitas pengguna energi. istilah konservasi energi ini harus dibedakan
dengan penghematan energi. Konsep yang berlaku dari konservasi energi ini adalah suatu
kegiatan untuk mendukung pemakaian energi yang tepat dan efisien pada suatu fasilitas
pengguna energi tanpa mengurangi produktifitas atau kenyamanannya. Untuk mencapai ini
diperlukan batasan-batasan standar yang harus ditaati. Dengan adanya batasan ini maka
penghematan energi tidak akan dilakukan secara semena-mena sehingga merugikan
pengguna, sebagai contoh ada persepsi yang salah mengghemat energi lampu pada
ruangan kantor adalah dengan mematikan begitu saja sejumlah lampu pada ruangan itu,
sehingga mengakibatkan sulitnya kegiatan membaca dan aktifitas lainnya. Mematikan
lampu pada ruangan kantor dibatasi oleh tingkat terang minimal (lux) yang harus dipenuhi
agar sesuai dengan peruntukkannya.
Cahaya yang dihasilkan lampu sebagai sumber cahaya berkembang sesuai dengan umur lampu. Semakin
lama makin berkurang lumen yang dipan-carkannya. Pengurangan ini disebut depresiasi lumen dan
peristiwa ini tidak bisa dipisahkan dengan karakteristik lampu tersebut. Berkurangnya cahaya yang
dipancarkan lampu juga dipengaruhi oleh akibat debu dan kotoran yang terdapat pada lampu dan
armatur serta ruangan yang kotor. Dengan demikian hilangnya cahaya disebabkan oleh beberapa faktor
seperti akumulasi debu dan kotoran, usia lampu serta ketuaan dan lemahnya sumber cahaya,
rendahnya tegangan masuk, rendahnya pantulan loteng, lantai serta permukaan mesin-mesin dan alatalat lainnya.
Untuk mendapatkan kelayakan yang sesuai dengan yang diharapkan sepanjang umur dari sistem
penerangan sebaiknya diadakan perawatan dan pemeliharaan secara periodik. Gangguan yang paling
nyata adalah debu yang menempel pada sistem. Selain menurunkan kuat penerangan, debu ini juga
menyebabkan berkurangnya aliran pertukaran panas pada sistem. Juga serangga sering kali menjadi
penyebab terjadinya hubungan singkat sehingga ballast terbakar.
Menurut SNI, daya pencahayaan maksimum untuk ruang kantor/ industri adalah 15 watt/ m2. Untuk
rumah tak melebihi 10 watt/m2.( tambahan Ir. Hartono Poerbo, M.Arch : untuk toko 20-40 watt/m2,
hotel 10-30 watt/m2, sekolah 15-30 watt/m2, rumah sakit 10-30 watt/m2 ).
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Peranan yang penting dari kegiatan pemeliharaan baru diingat setelah sistem penerangan telah
melumpuhkan aktifitas dalam perusahaan atau gedung perkantoran tersebut karena kurangnya
penerangan dari lampu-lampu.
Secara umum tujuan pemeliharaan dimaksudkan adalah untuk :
Mempertahankan kemampuan penerangan dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan perencanaan.
Menjaga kualitas penerangan sesuai dengan kebutuhan penghuni perusahaan, pabrik, gedung-gedung
perkantoran dan rumah tinggal tersebut.
Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan peralatan penerangan diluar batas dan
menjaga modal yang diinvestasikan.
Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan
pembersihan secara efektif dan efisien.
Menghidari kegiatan pemeliharaan yang dapat membahayakan keselamatan kerja.
Mengadakan kerjasama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya dari suatu perusahaan atau
gedung perkantoran, dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan yaitu tingkat keuntungan
yang maksimal dan total biaya yang rendah.
Penggunaan LLF (Light Loss Faktor) atau faktor kerugian cahaya pada perencanaan instalasi penerangan
perlu pengaturan, agar tidak ada pemeliharaan yang berulang-ulang untuk mempertahankan tingkat
penerangan yang sedekat mungkin dengan keadaan awal. Nilai dari LLF dipergunakan untuk indikasi
sejumlah depresiasi yang tidak dapat dikontrol dan usaha yang diharapkan untuk mengatasi depresiasi.
Pentingnya Pemeliharaan
Untuk merencanakan sebuah program pemeliharaan sistem penerangan secara sempurna, perlu
mengetahui serta memahami dasar-dasar pencahayaan, termasuk perhitungan dan disain penerangan
untuk sebuah ruangan. Banyak informasi-informasi yang lebih terinci yang telah dikembangkan untuk
disain penerangan untuk berbagai keperluan ruangan.
Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan kerugian cahaya pada sistem penerangan sebagaimana
dijelaskan oleh Berlon C. Cooper (1977:7-150) yaitu depresiasi lumen lampu, pengotoran lampu dan
armatur, pemadaman (burn out), tegangan rendah, armatur yang tidak efisien dan depresiasi ruangan
yang kotor.
Berikut ini dijelaskan program penggantian dan pembersihan sistem penerangan secara periodik yaitu :
1. Penggantian Lampu Secara Teratur/Periodik
Rencana yang teratur dalam program pelaksanaan penggantian lampu akan menghentikan depresiasi
lumen dari lampu dan menjaga lampu agar tidak banyak mati. Dengan demikian tingkat penerangan
akan diperbaiki dan sesuai dengan yang diinginkan.
Lampu-lampu pada sebuah sistem penerangan dapat ditukar secara langsung saat ia mati atau
keseluruhan instalasi dapat diganti sebelum lampu-lampu mencapai akhir hidup rata-ratanya.
Penggantian lampu secara lang-sung disebut spot replacement, sedangkan penggantian secara masal
disebut group relamping.
a. Penggantian Lampu Secara Langsung (Spot Replacement)
Penggantian lampu pada program ini hanya dilakukan pada lampu yang rusak atau lampu-lampu yang
telah lewat umur. Program peng-gantian ini merupakan proses yang menjemukan dan memakan waktu
yang panjang. Hal ini mengakibatkan biaya pekerja dan biaya produksi yang tinggi, maka total biaya
untuk penggantian secara langsung lebih besar.
Pada lokasi penerangan yang luas dipakai program penggantian individual yang dimodifikasi, dimana
pemeriksaan dilakukan secara periodik (misalnya mingguan, bulanan) dan mengganti semua lampulampu yang rusak/mati. Jadi tidak hanya ditunggu bila lampu ada yang rusak/mati, tetapi dilakukan
pemeriksaan perlampuan secara berkala.
Pada sistem group relamping dapat dilakukan prosedur/cara yaitu pada saat lampu hidup rata-rata 80%
misalnya, 20% dari sisa lampu yang masih baik, dipisahkan dan digunakan sebagai penggantian
individual selama periode sementara (interim) sebelum group relamping berikutnya.
2. Membersihkan Secara Teratur/Periodik
Pembersihan armatur-armatur, lampu dan permukaan ruangan secara teratur/periodik dapat menekan
penyusutan cahaya akibat kotoran/debu yang menempel pada bagian-bagian tersebut. Debu dan
kotoran akan mengurangi efisiensi armatur dan sekaligus mengurangi cahaya yang direfleksikan pada
bidang kerja. Permukaan ruangan seperti langit-langit, dinding dan bidang kerja perlu dibersihkan dan
dicat kembali secara berkala. Pembersihan armatur, lampu dan permukaan ruangan secara teratur akan
menghasilkan hal-hal sebagai berikut :
a. Lebih Banyak Cahaya Yang Diberikan Per Rupiah
Pembersihan akan memperbaiki cahaya yang dihasilkan pada suatu sistem penerangan. Pengotoran
pada armatur dan permukaan ruangan akan mempunyai reflektansi yang rendah dari pada permukaan
itu sendiri. Dengan adanya program pembersihan, jumlah cahaya yang dihasilkan per rupiah akan
efisien.
b. Manajemen Energi Yang Lebih Baik
Armatur yang bersih dapat menghemat penggunaan daya dari lampu-lampu, karena mempunyai
reflektansi yang tinggi. Dengan demikian sekaligus jumlah armatur jauh lebih sedikit.
c. Kebanggaan Pemilik
Armatur dan permukaan ruangan yang bersih memberikan ke-banggaan yang menarik perhatian dari
pemilik bangunan dan juga kebanggaan dari bagian rumah tangga.
d. Pengurangan Modal Investasi
Jika suatu sistem penerangan secara periodik diadakan penggantian lampu dan pembersihan, dengan
rencanan yang cermat, akan memberi-kan cahaya yang lebih banyak jika dibandingkan lampu-lampu
diganti hanya sesudah mati dan armatur dibiarkan kotor.
Jika perencanaan sistem penerangan mengetahui tentang rencana program pemeliharaan yang baik,
mereka akan merencanakan tingkat penerangan dengan lebih sedikit armatur. Ini akan mengakibatkan
pengurangan modal investasi dan juga mengurangi biaya operasional dan penggunaan energi.
G. Langkah-Langkah Pembersihan dan Penggantian
Untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi dalam pemeliharaan sistem penerangan perlu dipahami
langkah-langkah yang perlu diperhatikan. Langkah-langkah pembersihan akan berselang-seling karena
adanya bermacam-macam tipe armatur dan lokasi/ruangan yang berbeda-beda. Untuk melakukan
pember-sihan tersebut bisanya berkelompok atau team, karena ada sebagian yang berada di atas
tangga dan sebagian lagi di bawah.
Adapun langkah-langkah pembersihan lampu pada umumnya sebagai berikut :
1.
Sebelum bekerja terlebih dahulu matikan sumber terhadap armatur yang akan dibersihkan, agar
keselamatan pekerja lebih terjamin.
2.
Lepaskan material penutup dan juga lampunya, louver, plastik atau panel glass, kemudian lampu
diambil dari armatur dan diteruskan pada orang yang di lantai.
3.
Usahakan mengurangi goncangan pada saat bekerja dekat dengan soket listrik, karena bila goncangan
yang kuat akan dapat mengakibatkan rang- kaian listrik akan putus.
4. Bersihkan Unit Dasar
Kotoran-kotoran yang banyak pada permukaan armatur paling atas dibersih- kan dengan mencuci,
melap, menyedot debu. Kemudian seluruh unit di-bersihkan dan dibilas.
1.
Satuan listrik mengacu pada sistem metrik yang banyak digunakan dalam berbagai
sistem satuan di eropa. Satuan pokok dalam sistem metrik adalah meter, gram dan
detik. Satuan meter merupakan panjang 1 batang logam standar, yaitu platina iridium
yang disimpan di International Bureau, Paris.
Dari satuan panjang inilah muncul satuan volume (liter) dan massa (gram). Ketiga
satuan tersebut saling terkait, digambarkan dalam sebuah kubus berisi air dengan
ukuran 1desimeter kubik yang memiliki volume 1 liter dengan berat 1 kilogram. 1
meter setara dengan 39.37 inch atau 3.218 feet.
Berikut tadi adalah pengantar sejarah dari sistem satuan internasional (SI). Dalam
perkembangannya, munculah sistem satuan listrik dan magnetik yang sekarang disebut
dengan sistem satuan elektrik internasional (International Electric Unit). Terdapat
empat satuan
pokok di dalamnya, yaitu ohm, ampere, meter dan detik. Ohm merupakan satuan
untuk besaran tahanan atau resistansi yang didefinisikan sebagai tahanan dari sebuah
konduktor murni dalam ukuran atau dimensi tertentu. Ampere adalah satuan untuk
besaran arus listrik yang didefinisikan terjadi dalam suatu efek kimia dari arus listrik,
sebagai besarnya jumlah perak yang terkumpul pada suatu elektroda yang dialiri arus
listik dalam waktu tertentu tertentu.
Satuan elektrik yang lainnya muncul dan mengacu pada satuan-satuan tersebut
(ohm, ampere, meter dan detik) dengan berbagai prinsip ilmu pengetahuan yang
terkait. Untuk mengetahui definisi setiap satuan elektrik, dapat dilihat dalam uraian
penjelasan berikut yang diambil dari kongres ilmu pengetahuan internasional dan
secara umum digunakan dalamdunia kerja.
Satu ohm = besarnya tahanan dari suatu kolom logam mercury (pada suhu titik cair
es atau 0C) dengan tampang lintang seluas 1 milimeter persegi dan panjang 106.30
centimeter.
Satu ampere = besarnya arus listrik yang melewati larutan perak nitrat (dicampur
air dengan komposisi tertentu) yang mampu memisahkan perak murni seberat
0.001118 gram dalam waktu 1 detik.
Satu volt = besarnya gaya gerak listrik (GGL) yang mampu menghasilkan arus listik
sebesar 1 ampere dalam konduktor dengan resistansi sebesar 1 ohm.
Satu coulomb = jumlah muatan listrik atau elektron yang dipindahkan oleh arus
listrik sebesar 1 ampere dalam waktu 1 detik.
Satu farad = kapasitas dari sebuah kondensor dengan beda potensial sebesar 1 volt
yang mampu menyalurkan muatan listrik sebesar 1 coulomb.
Satu henry = besarnya induktansi pada suatu rangkaian yang mampu menimbulkan
gaya gerak listrik (GGL) induksi sebesar 1 volt dan arus induksi yang besarnya 1
ampere setiap detiknya.
Satu watt = daya yang dikeluarkan oleh arus listrik sebesar 1 ampere pada beda
potensial sebesar 1 volt.
Satu joule = energy yang dikeluarkan setiap detiknya oleh arus listrik sebesar 1
ampere pada beda potensial sebesar 1 volt.
Watt dan joule bukan satuan elektrik yang utama (bias disebut turunan), akan
tetapi keduanya perlu dipejari keterkaitannya dengan satuan-satuan elektrik yang
lainnya, karena perhitungan mengenai energi yang dibutuhkan dan daya yang
dihasilkan dalam merupakan tahap yang penting dalam dunia kelistrikan.
Horse-power atau tenaga-kuda terkadang digunakan untuk satuan daya pada
beberapa peralatan listrik. 1 tenaga-kuda setara dengan 746 watt.
Gram-calorie merupakan energy yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram air
sebesar 1C. 1 gram-caloriessebanding dengan 4,18 joule.
Satuan lain yang menyatakan jumlah muatan listrik selain coulomb adalah amperehour. Satuan ini menyatakan jumlah muatan listik yang dipindahkan oleh arus listrik
sebesar 1 ampere dalam waktu 1 jam. 1 ampere-hour setara dengan 3.600 coulomb.
Satuan dari kapasitansi diantara adalah micro-farad = 10-6 farad (1 per 1.000.000
farad) dan pico-farad = 10-12 farad(1 per 1.000.000 micro-farad). 1 farad sendiri
jarang dijumpai dalam kelistrikan karena ukuran tersebut terlalu besar untuk
menyatakan besaran kapasitansi pada umumnya. Satuan lain yang kadang kala
digunakan adalah satuan dengan sistem C.G.S., satuan elektro-statis yang
menunjukkan nilai kapasitansi sering disebut dengan centimeter capacity yang setara
dengan 1,11 micro-farad.
Satun induktansi yang digunakan secara umum adalah milli-henry = 10-3 henry (1 per
1.000 henry) dan micro-henry = 10-6henry (1 per 1.000.000 henry). Satuan lain yang
kadang kala digunakan adalah centimeter of inductance atau centimeter induktansi
yang setara dengan 0,001 micro-henry (1 per 1.000 micro-henry).
Sistem ini biasa disebut sebagai grounding atau Instalasi grounding. Sistem grounding
ini sudah banyak orang yang menggunakannya. Bahkan di setiap bangunan-bangunan
atau kantor-kantor sudah mekakai system grounding ini. Untuk daerah-daerah di
pedalaman pun system grounding sudah di pasang, karena di dataran yang luaspun
bisa terkena sambaran petir. Oleh karena itu system grounding cukup besar
manfaatnya baik untuk bangunan atau alat yang ingin kita lindungi maupun nyawa kita
sendiri.
Grounding merupakan sistem pengamanan terhadap perangkat-perangkat yang
mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari lonjakan listrik, petir dll.
Grounding sistem pentanahan di data center menjadi salah satu unsur penting dalam
data center karena sistem grounding ini memberikan kebutuhan tenaga utama bagi
data center. Standar pentanahan grounding untuk data center tercantum dalam
beberapa dokumentasi grounding antara lain : TIA-942, J-STD-607-A-2002 dan IEEE Std
1100 (IEEE Emerald Book), IEEE Recommended Practice Grounding for Powering and
Grounding Electronic Equipment.
Tujuan utama dari adanya grounding sistem pentanahan ini adalah untuk menciptakan
sebuah jalur yang low-impedance (tahanan rendah) terhadap permukaan bumi untuk
gelombang listrik dan transient voltage. Penerangan, arus listrik, circuit switching dan
electrostatic discharge adalah penyebab umum dari adanya sentakan listrik atau
transient voltage. Grounding sistem pentanahan yang efektif akan meminimalkan efek
tersebut.
Kenapa Perlu Grounding Yang Bagus ?
Berikut ada beberapa alasan mengapa grounding yang bagus sangat kita perlukan :
1. Grounding mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan akibat dari Sambaran
petir
2. Grounding mencegah terjadinya Lonjakan Listrik (Spike)
3. Grounding mencegah terjadinya loncatan yang ditimbulkan adanya perbedaan
potensial tegangan antara satu system pentanahan dengan yang lainnya.
Secara Umum Baik industri berskala besar maupun kecil, di dalam menunjang kegiatan operasi biasanya
menggunakan motor-motor listrik. Motor tersebut berfungsi sebagai penggerak mula peralatan seperti :
- kipas (fan).
- kompresor.
- konveyor.
- eskalator.
- pompa.
- pengaduk (mixer).
- dan lain-lain.
Dipilihnya motor-motor listrik sebagai penggerak peralatan tersebut di atas karena mempunyai banyak kemudahankemudahan jika dibandingkan dengan mesin penggerak lainnya. Jenis motor listrik yang paling banyak digunakan
adalah motor induksi. Untuk mendapatkan unjuk kerja yang baik, maka para pemakai diharapkan selain memahami
karakteristik motor, juga memahami rangkaian kendali dan sistem operasi motor tersebut.
KOMPONEN-KOMPONEN MOTOR LISTRIK.
Dua komponen penting pada motor induksi adalah stator dan rotor. Rotor terdiri dari susunan lempenganlempengan baja tipis, penghantar rotor sangkar (squirel cage), cincin ujung dan kipas pendingin yang dipasang
pada poros rotor.
Stator juga dibuat dari lempengan-lempengan baja tipis yang dipasang pada rangka mesin, di mana bagian dalam
diameter stator dibuat alur-alur yang berfungsi untuk menempatkan kumparan. Kumparan-kumparan tersebut
dipasang sedemikian rupa, sehingga apabila suatu tegangan suplai arus bolak-balik diterapkan pada terminal
motor, maka stator akan menimbulkan medan magnit putar.
Medan magnit putar ini akan memotong penghantar rotor, selanjutnya pada penghantar rotor akan terinduksikan
tegangan yang akan menimbulkan medan magnit rotor. Medan magnit putar rotor akan berusaha mengimbangi
medan magnit putar stator. Namun medan magnit putar rotor tidak akan sama dengan medan magnit stator. Medan
magnit putar rotor akan sedikit terbelakang dari medan magnit stator, hal ini yang dikatakan adanya slip.
PUTARAN MOTOR INDUKSI.
Putaran rotor motor tentunya diharapkan mempunyai putaran yang sesuai dengan kondisi kerjanya. Putaran motor
induksi sebenarnya sangat tergantung pada frekwensi tegangan suplai dan jumlah kutub motor. Dari rumus berikut
ini dapat diketahui hubungannya.
N = F/P
di mana : N = putaran permenit.
F = frekwensi (hertz).
P = jumlah pasang kutub.
Sebagai contoh, sebuah motor yang mempunyai jumlah kutub 2, frekwensi tegangan suplai 50 Hz, maka motor
akan mempunyai kecepatan putar sebesar 3000 rpm. Sedangkan sebuah motor yang mempunyai jumlah kutub 4
akan mempunyai putaran 1500 rpm. Sebenarnya kecepatan putar motor tidak tepat 3000 rpm atau 1500 rpm, hal
ini disebabkan adanya slip. Jadi, kecepatan putar sebenarnya dari motor akan sedikit lebih kecil dari yang
disebutkan di atas.
PENGASUTAN MOTOR.
Operasi pengasutan motor secara manual biasanya dilakukan dengan menekan tombol start. Ada bermacam-macam
cara pengasutan motor misalnya.
a. Pengasutan dengan tegangan penuh.
b. Pengasutan dengan tegangan yang dikurangi.
c. Pengasutan segi-tiga bintang.
d. Pengasutan dengan perubahan frekuensi.
e. Pengasutan dengan perubahan frekuensi dan tegangan.
f. Pengasutan dengan perubahan jumlah kutub.
Semua cara yang disebutkan di atas dimaksudkan untuk mendapatkan arus asut dan torsi yang memadai dan tidak
berbahaya terhadap sistem atau motor itu sendiri. Mengasut motor dengan tegangan yang dikurangi, berarti
mengurangi besar torsi asut. Demikian sebaliknya mengasut motor dengan tegangan penuh akan menimbulkan arus
asut (starting current) yang sangat besar. Untuk mendapatkan titik temu dari kedua keadaan tersebut, maka perlu
dipertimbangkan situasi operasi yang diharapkan antara lain mempertimbangkan sampai sejauh mana pengaruh
arus inrush atau arus asut terhadap peralatan dan sistem, demikian juga dengan pengaruh berkurangnya torsi.
Operasi pengasutan secara otomatis biasanya dilakukan oleh alat-alat bantu seperti :
a. alat pengindera temperatur.
b. alat pengindera tekanan.
c. alat pengindera cairan (liquid).
d. alat pengindera aliran.
e. alat pengindera kandungan gas.
f. timer.
g. saklar batas (limit switch).
Alat-alat tersebut di atas mampu menditeksi keadaan operasi suatu sistem. Apabila batas penyetelannya tercapai,
maka motor mulai bekerja atau berhenti tergantung pada rangkaian kontrol yang dibuat. Jadi motor dapat diasut
apabila menerima isyarat dari peralatan bantu. Isyarat dari alat bantu ada yang langsung dihubungkan kerangkaian
kendali dan ada yang menggunakan rele bantu, bahkan ada yang menggunakan rangkaian elektronik.
GANGGUAN PADA MOTOR.
Motor-motor yang sedang dioperasikan dapat mengalami gangguan, akibat gangguan dapat menyebabkan kerusakan
pada motor. Umumnya kerusakan motor dapat disebabkan oleh beberapa keadaan seperti :
a. lingkungan yang tidak sesuai.
b. pemilihan motor yang tidak tepat.
c. instalasi yang salah.
d. gangguan mekanis.
e. perubahan besaran listrik yang diterapkan.
f. pemeliharaan yang tidak memadai.
g. prosedur pengoperasian yang salah.
h. kegagalan pelumas.
i. gabungan dari dua atau lebih permasalahan diatas.
Dengan adanya gangguan tersebut umur motor akan berkurang, yang lebih fatal lagi adalah kerugian yang
diakibatkan oleh terhentinya kegiatan produksi. Biasanya untuk proses yang kritis dipasang dua buah motor, di
mana salah satunya berfungsi sebagai motor cadangan.
Untuk mencegah terjadinya kerusakan yang fatal pada motor, maka keadaan gangguan yang disebutkan di atas
harus dapat dicegah pengaruhnya. Langkah-langkah untuk itu biasanya sudah dilakukan pada saat perencanan atau
perekayasaan motor dan instalasinya, misalnya dengan menentukan persyaratan-persyaratan lokasi, jenis motor,
cara pengoperasian dan pemeliharaan yang baik, melengkapi peralatan pengaman dan lain-lain.
PERALATAN PENGAMAN.
Untuk mengetahui gejala terjadinya gangguan motor, maka dipasang peralatan penditeksi yang mampu merasakan
keadaan tersebut, sebelum gejala tersebut berkembang menjadi gangguan yang membahayakan operasi produksi
atau motor itu sendiri. Peralatan penditeksi tersebut memberikan isyarat pada peralatan pengaman, baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk memberikan tanda peringatan atau untuk melepaskan motor terhadap
sumbernya.
Besaran-besaran yang diditeksi oleh alat ini ada yang merupakan besaran fisika seperti panas dan besaran listrik
seperti tegangan, arus dan frekwensi atau gabungan dari tegangan dan arus. Penyimpangan besaran listrik terjadi
karena :
a. gangguan hubung singkat pada lilitan motor.
b. gangguan pada rangkaian kendali.
c. pembebanan yang berlebihan.
d. jatuh tegangan yang terlampau besar.
e. urutan fasa terbalik.
f. fasa yang tidak seimbang.
g. gangguan pada alat yang digerakkan.
h. kombinasi dari keadaan di atas.
Jika jenis gangguan sudah dikenal, maka perlu diketahui peralatan penditeksi yang dapat digunakan untuk
merasakan gangguan tersebut dan dapat mengirimkan isyarat ke peralatan pengaman atau rangkaian kontrol
motor. Berikut ini adalah beberapa peralatan yang berfungsi untuk menditeksi dan mengamankan penyimpanganpenyimpangan yang terjadi.
a. Vibration probe yang berfungsi menditeksi getaran.
b. RTD yang berfungsi untuk menditeksi panas.
c. Trafo arus dan trafo-trafo tegangan.
d. Overload heater (menditeksi arus lebih untuk periode tertentu).
e. Over curent relay (rele arus lebih yang menditeksi arus lebih).
f. Undervoltage relay (rele tegangan kurang yang menditeksi tegangan kurang).
g. Negative phase sequence relay (rele urutan fasa negatif yang menditeksi arus urutan negatif).
h. Differential relay (yang menditeksi arus gangguan pada daerah pengamanannya saja).
i. Rele gangguan tanah (yang menditeksi gangguan fasa ke tanah).
j. Overload relay (pengaman beban lebih).
k. Pemutus tenaga (circuit breaker berfungsi untuk melepaskan atau menghubungkan motor ke sumbernya).
Umumnya skema rele pengaman menggunakan trafo arus atau trafo tegangan sebagai sumber penditeksi gangguan.
Pada motor kecil biasanya hanya menggunakan pengaman panas beban lebih (over load heater) saja, kecuali jika
diinginkan lain.
Peralatan pengaman yang dipasang untuk bekerja terhadap salah satu gangguan dapat berfungsi terhadap
gangguan lain, sebagai contoh pengaman lilitan. Isyarat untuk mengisolasikan motor yang terganggu terhadap
sistem yang sehat diperoleh dari peralatan pengaman, yang kemudian dikirim kerangkaian kontrol. Rangkaian
kontrol selanjutnya akan memberikan perintah untuk melepaskan magnetik kontroler atau pemutus tenaga. Pada
sistem yang menggunakan pengaman sikring atau molded case circuit breaker (MCCB) akan bekerja atau
mengamankan sistem hanya terhadap arus yang besar sekali yang hanya terjadi karena hubung singkat pada motor
atau saluran.
PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN.
Salah satu penyebab kerusakan motor adalah pemeliharaan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan anjuran atau
persyaratan yang ditentukan oleh pembuatnya. Salah satu tindakan pemeliharaan yang baik adalah preventive
maintenance, di mana pelaksanaannya dilakukan pada tenggang waktu tertentu. Tujuan melaksanakan kegiatan ini
adalah untuk mengetahui sedini mungkin gejala-gejala kerusakkan dan melaksanakan perbaikan untuk mencegah
terjadinya kerusakan yang fatal. Beberapa tindakan yang dilaksanakan dalam melakukan pemeliharaan antara lain.
a. pengujian.
b. pengukuran.
c. penggantian bagian yang rusak.
d. penyesuaian.
e. perbaikan.
f. membersihkan.
g. pelumasan.
Berikut ini adalah enam langkah program pemeli-haraan yang umum dilaksanakan :
a. membersihkan.
b. melumasi.
c. mengencangkan bagian yang kendur.
d. menginspeksi.
e. menguji.
f. mencatat.
Meskipun enam langkah program pemeliharaan sudah dilaksanakan dengan baik, tidak berarti motor listrik bebas
terhadap gangguan. Karena pengoperasian yang tidak sesuai dengan prosedur yang dianjurkan dapat menyebabkan
kerusakan motor baik secara bertahap maupun secara langsung. Untuk itu perlu diperhatikan prosedur
pengoperasian motor yang baik.
Bearing atau bahasa indonesianya disebut bantalan merupakan komponen utama penggerak poros
yang berputar. Bearing ( Bantalan ) banyak jenis macamnya, mulai dari bantalan bola ( ball bearing),
bantalan jarum (needle bearng), bantalan gesek dan lain sebagainya.
Nah kali ini saya akan membahas sedikit tentang pengkodean bearing utamanya pada ball bearing
yang mungkin lebih sering kita jumpai pada kendaraan kita sehari-hari.
Coba saya beri contoh mengenai pengkodean bearing ( biasanya kode beairing terbaca di lingkaran
bearing ) sebagai berikut :
Kode bearing (bantalan) = 6203ZZ
kode bearing di atas terdiri dari beberapa komponen yang dapat dibagi-bagi antara lain:
6 = Kode pertama melambangkan Tipe /jenis bearing
2 = Kode kedua melambangkan seri bearing
03 =Kode ketiga dan keempat melambangkan diameter bore (lubang dalam bearing)
zz = Kode yang terakhir melambangkan jenis bahan penutup bearing
a. Kode Pertama ( Jenis Bearing )
jadi dalam Kode bearing (bantalan) = 6203ZZ seperti contoh di atas, kode pertama adalah angka 6
yang menyatakan bahwa tipe bearing tersebut adalahSingle-Row Deep Groove Ball Bearing
( bantalan peluru beralur satu larik).
Perlu diingat bahwa kode di atas untuk menyatakan pengkodean bearing dalam satuan metric jika
anda mendapatkan kode bearing seperti ini = R8-2RS, maka kode pertama ( R) yang menandakan
bahwa bearing tersebut merupakan bearing berkode satuan inchi.
b. Kode kedua ( Seri bearing)
Kalau kode pertama adalah angka maka bearing tersebut adalah bearing metric seperti contoh di atas
(6203ZZ ), maka kode kedua menyatakan seri bearing untuk menyatakan ketahanan dari bearing
tersebut. Seri penomoran adalah mulai dari ketahan paling ringan sampai paling berat
0 = Extra light
2 = Light
3 = Medium
4 = Heavy
Kalau Kode pertama adalah Huruf, maka bearing tersebut adalah bearing Inchi seperti contoh (R82RS ) maka kode kedua ( angka 8 ) menyatakan besar diameter dalam bearing di bagi 1/16 inchi atau
= 8/16 Inchi.
c. Kode ketiga dan keempat ( diameter dalam (bore) bearing)
Untuk kode 0 sampai dengan 3, maka diameter bore bearing adalah sebagai berikut :
selain kode nomor 0 sampai 3, misalnya 4, 5 dan seterusnya maka diameter bore bearing dikalikan
dengan angka 5 misal 04 maka diameter bore bearing = 20 mm
d. Kode yang terakhir (jenis bahan penutup bearing)
Ok, jadi kita sudah sampai pada pengkodean terakhir. pengkodean ini menyatakan tipe jenis penutup
bearing ataupun bahan bearing. seperti berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
M Brass cage
maka bearing 6203ZZ menyatakan bearing dengan tipe ditutupi plat ganda.