Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PEMBIMBING
Praktikum
: 5 Oktober 2016
Penyerahan
: 13 Oktober 2016
(Laporan)
Oleh :
Kelompok
:5&6
Nama
: 1. Ghina Haifa
Kelas
141411012
2. Harindiarto Rahmaana
141411013
141411014
141411015
141411016
: 3A
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Falling film evaporator merupakan suatu jenis alat untuk meningkatkan konsentrasi
suatu larutan dengan mekanisme evaporasi. Alat ini telah lama digunakan misalnya pada
produksi pupuk organik, proses desalinasi, industri kertas, dan bubur kertas, industri
bahan pangan dan bahan biologi, dan lain-lain. Peningkatan konsentrasinya dilakukan
dengan penguapan pelarut yang umumnya air. Proses ini sering digunakan untuk
penguapan larutan kental, larutan sensitif terhadap panas, larutan yang mudah
terdekomposisi, dan penguapan perbedaan temperatur rendah.
Falling film evaporator memiliki waktu tertahan yang pendek, dan menggunakan
gravitasi untuk mengalirkan liquid yang melalui pipa. Dewasa ini, falling film
evaporator sangat meningkat penggunaanya di dalam proses industri kimia untuk
memekatkan fluida terutama fluida yang sensitif terhadap panas (misalnya sari buah dan
susu) karena waktu tertahan pendek, sehingga cairan tidak mengalami pemanasan
berlebih selama mengalir melalui evaporator.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
a.
Mengoperasikan peralatan Falling Film Evaporator dengan
b.
c.
d.
yang digunakan
Menghitung koefisien perpindahan panas pada FFE
Menerapkan efisiensi penggunaan kukus (steam) sebagai catu
kalor
BAB II
LANDASAN TEORI
1
Evaporasi
Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga
didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Tujuan dari
evaporasi itu sendiri yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut
yang tak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap. Dalam kebanyakan
proses evaporasi, pelarutnya adalah air. Evaporasi tidak sama dengan pengeringan,
dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair, kadang-kadang zat cair yang sangat
viskos, dan bukan zat padat. Begitu pula, evaporasi berbeda dengan distilasi, karena
disini uapnya biasanya komponen tunggal, dan walaupun uap itu merupakan
campuran, dalam proses evaporasi ini tidak ada usaha untuk memisahkannya
menjadi fraksi-fraksi. Biasanya dalam evaporasi, zat cair pekat itulah yang
merupakan produk yang berharga dan uapnya biasanya dikondensasikan dan
dibuang (Frayekti, no date).
Proses evaporasi terdiri dari dua peristiwa yang berlangsung :
1 Interface evaporation, yaitu transformasi air menjadi uap air di permukaan
2
Menurut Frayekti (no date), Besar kecilnya penguapan dari permukaan air bebas
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a
b
c
penguapannya
Kualitas air, semakin banyak unsur kimia, biologi dan fisika, penguapan
e
f
semakin kecil.
Kecepatan angin
Topografi, semakin tinggi daerah semakin dingin dan penguapan semakin
g
h
kecil
Sinar matahari
Temperatur
besar
dapat disuplai dengan berbagai cara, diantaranya secara alami dan penambahan
steam. Evaporasi didasarkan pada proses pendidihan secara intensif, yaitu :
komponen.
Selain
itu,
evaporasi
biasanya
digunakan
untuk
recycle. Cara ini biasanya menjadikan konsentrasi padatan dalam liquid semakin
besar sehingga terbentuk kristal.
2
Evaporator
Menurut Frayekti (no date), Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi
mengubah sebagian atau keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk
cair menjadi uap. Evaporator mempunyai dua prinsip dasar, yaitu untuk menukar
panas dan untuk memisahkan uap yang terbentuk dari cairan. Evaporator umumnya
terdiri dari tiga bagian, yaitu penukar panas, bagian evaporasi (tempat di mana
cairan mendidih lalu menguap), dan pemisah untuk memisahkan uap dari cairan
lalu dimasukkan ke dalam kondensor (untuk diembunkan/kondensasi) atau ke
peralatan lainnya. Hasil dari evaporator (produk yang diinginkan) biasanya dapat
berupa padatan atau larutan berkonsentrasi.
Larutan yang sudah dievaporasi bisa saja terdiri dari beberapa komponen
volatil (mudah menguap). Evaporator biasanya digunakan dalam industri kimia dan
industri makanan. Pada industri kimia, contohnya garam diperoleh dari air asin
jenuh (merupakan contoh dari proses pemurnian) dalam evaporator. Evaporator
mengubah air menjadi uap, menyisakan residu mineral di dalam evaporator. Uap
dikondensasikan menjadi air yang sudah dihilangkan garamnya. Pada sistem
pendinginan, efek pendinginan diperoleh dari penyerapan panas oleh cairan
pendingin yang menguap dengan cepat (penguapan membutuhkan energi panas).
Evaporator juga digunakan untuk memproduksi air minum, memisahkannya dari air
laut atau zat kontaminasi lain.
2
3
Konsumsi uap
Pada dasarnya evaporator adalah alat dimana pertukaran panas terjadi. Laju
perpindahan panas dinyatakan dalam persamaan umum berikut :
Q = U A Tlm
Dimana,
Q
A
U
BAB IV
Hasil dan Data Pengamatan
4.1 Data Pengamatan
Luas penampang perpindahan kalor (A)
= 0.21 m2
Volume tubeside
= 1.9 L
Volume shellside
= 0.14 L
= 10 barg
= 200oC
= 1.8 mm
Tebal [mm]
1.24
1.65
2.10
2.77
(Xw/Kw) [m2.K/KW]
0.083
0.109
0.141
0.176
50
70
F Air
Panas
(kg/h)
F
Distilat
(kg/h)
F
Produk
(kg/h)
TI 07
(C)
(umpan
masuk)
TI 04
(C)
(air
panas
masuk)
TI 06
(C)
(air
panas
keluar)
TI 10
(C)
(uap
produk)
TI 11
(C)
(produk
pekat)
0.25
0.5
0.75
22.596
12.255
6.409
0
0
0
273.6
273.6
273.6
26.8
26.9
27.0
121.5
125.9
128.4
24.6
24.9
24.6
71.4
87.1
83.8
20.623
273.6
27.0
134.9
25.1
0.25
42.353
331.2
26.8
139.8
0.5
42.535
331.2
24.8
0.75
36.197
331.2
36.404
331.2
P Air
Panas
(Bar)
DHL
Umpan
Produk
Destilat
90
87
81
0.299
0.299
0.299
0.349
0.361
0.349
0
0
0
98.7
79
0.299
0.377
24.8
74.5
60
0.299
0.365
143
25.3
27.4
85
0.299
0.3385
26.8
42
25.0
95.3
90
0.299
0.351
26.8
144
24.2
98.4
92
0.299
0.3387
Laju
Alir
P Steam
Umpan
(Bar)
(L/h)
50
70
Steam
(kg/h
)
TI 07
TI 08
TI 06
TI 10
Distilat
Produk
(C)
(C)
(C)
(C)
(kg/h)
(kg/h)
(umpan
(steam
(steam
(uap
masuk)
masuk)
keluar)
produk)
0,25
10,80
273,6
27,7
106,4
23,9
58,5
DHL
TI 11
(C)
(produk)
Umpan
Produk
Destilat
96
0,299
0,414
0,5
10,91
10,8
273,6
27,6
102,7
24,2
56,6
98
0,299
0,356
0,01
0,75
9,60
24
273,6
27,3
96,8
24,1
53,1
98,5
0,299
0,365
0,004
16,89
86
273,6
27,2
91,3
23,8
49,8
99
0,299
0,38
0,007
0,25
15
9,9
331,2
33,6
91,5
23,5
47,3
97
0,299
0,326
0,5
71,52
331,2
33,7
103
23,7
49,9
82
0,299
0,296
0,75
25,6
10,8
331,2
28,1
110,8
23,1
57,4
96
0,299
0,377
0,01
35,76
15,6
331,2
28
111,9
23,4
59,8
98
0,299
0,351
0,005
: Laju massa produk (kg/h) didapat dari pengambilan data dengan cara
pengukuran berat air pada waktu tertentu
Cp2
: Kapasitas panas pada suhu air umpan masuk (kJ/kg K) didapat dari tabel 1.1
dT2
m4
: Laju massa distilat (kg/h) didapat dari pengambilan data dengan cara
pengukuran berat air pada waktu tertentu
Cp3
: Kapasitas panas pada suhu air distilat (kJ/kg K) didapat dari tabel 1.1
dT3
Tabel 4.3 Kalor yang dilepas air panas dan kalor yang diterima umpan
Laju
Alir
Umpan
(L/h)
Cp
Umpan
masuk
(kJ/Kg.
C)
Cp
Produk
pekat
(kJ/Kg.
C)
Cp Air
Panas
(kJ/Kg.
C)
(kj/kg)
dT1
(TI 04TI06)
(C)
dT2
(TI 11TI 07)
(C)
dT3
(TI 10TI 07)
(C)
30.940
60.77
31.073
2282
96.9
63.2
44.6
30.987
59.354
31.121
2290.5
101
60.1
60.2
31.034
56.522
31.169
2305.5
103.8
54
56.8
31.034
55.578
31.169
2310.5
109.8
52
71.7
30.94
46.61
30.94
2356
115
33.2
47.7
30.94
58.41
30.94
2295.5
117.7
58.2
0.6
30.94
60.77
30.94
2282
117
63.2
68.5
30.94
61.714
30.94
2277
119.8
65.2
71.6
Qumpan
(kJ/h)
534992.
7
509527.
1
458508.
7
441526.
9
340206.
9
596386.
8
647622.
8
668117.1
50
70
Qairpana
s
(kJ/h)
Efisiensi
Kalor
150551.6
3.553551
157162.6
3.242039
161767.1
2.834375
171117.8
2.580251
249063.8
1.365943
254911.4
2.339585
253395.3
2.55578
259459.5
2.575035
Tabel 4.4 Kalor yang dilepas steam dan kalor yang diterima umpan
Laju
Alir
Umpan
(L/h)
Cp
P
Steam
(Bar)
F
steam
(kg/h)
H steam
(kJ/Kg)
Produk
pekat
(kJ/Kg.
C)
50
70
Cp
dT2 (TI
dT3 (TI
Umpan
11-TI
10-TI
(kJ/Kg.
(kj/kg)
07)
07)
(C)
(C)
C)
Q
umpan
(kJ/h)
Qsteam
(kJ/h)
Efisiensi kalor
0,25
10,80
2698,68
63,60
31,364
2267
68,3
30,8
586103
29146
20,10937786
0,5
10,91
2688,207
64,55
31,317
2262
70,4
29
647860
29326
22,09173108
0,75
9,60
2778,65
64,78
31,176
2260,7
71,2
25,8
701682
26675
26,30480324
16,89
2658,47
65,02
31,128
2259,5
71,8
22,6
932187
44899
20,76205324
0,25
15
2670,097
64,07
34,149
2269,5
63,4
13,7
748226
40051
18,68161944
0,5
71,52
2688,79
56,99
34,196
2303
48,3
16,2
547038
192302
2,844677074
0,75
25,6
2700,89
63,60
31,553
2267
67,9
29,3
754193
69143
10,90776622
35,76
2700
64,55
31,506
2262
70
31,8
797742
96552
8,262307189
4
3.5
3
Efisiensi 2.5
0.25 BAR
0.75 BAR
0.5 BAR
1 BAR
1.5
1
45
50
55
60
65
70
75
Gambar 4.1 Grafik laju alir terhadap efisiensi dengan media pemanas air panas
30
25
20
Efisiensi 15
0.25 bar
10
0.75 bar
0.5 bar
1 bar
5
0
45
50
55
60
65
70
75
Gambar 4.2 Grafik laju alir terhadap efisiensi dengan media pemanas steam
50
70
Qse(kJ/s)
t1 (C)
T1(C)
t2(C)
T2(C)
a/b
ln (a/b)
Tm
U
(kW/m2C)
1/h
30.9396
30.9868
31.034
31.034
25.3175
3
94.8542
8
109.507
6
113.516
60.77
59.354
56.522
55.578
31.0736
31.1213
31.169
31.169
2282
2290.5
2305.5
2310.5
96.9
101
103.8
109.8
63.2
60.1
54
52
44.6
60.2
56.8
71.7
534992.7
509527.1
458508.7
441526.9
150551.6
157162.6
161767.1
171117.8
3.553551
3.242039
2.834375
2.580251
139.8
24.8
26.8
60
39.9
3.686376
10.82364
11.13855
10.92855
143
25.3
26.8
85
38.66667
3.654978
10.57918
42.69585
42.48585
142
25
26.8
90
28.88889
3.363457
8.589046
60.71278
60.50278
144
24.2
26.8
92
20
2.995732
6.676164
80.96752
80.75752
P Steam
Umpan
(Bar)
Qse (kJ/s)
t1
T1
t2
T2
(C)
(C)
(C)
(C)
a/b
ln (a/b)
Tm
U
(kW/m2C)
1/h
(L/jam)
50
70
0,25
154,710
106,4
23,9
27,7
96
1,092
0,088
75,352
9,777
9,657
0,5
171,815
102,7
24,2
27,6
98
1,018
0,017
74,448
10,990
10,870
0,75
187,502
96,8
24,1
27,3
98,5
0,934
-0,068
71,922
12,414
12,294
246,469
91,3
23,8
27,2
99
0,852
-0,160
69,502
16,887
16,767
0,25
196,715
91,5
23,5
33,6
97
0,788
-0,239
65,390
14,325
14,205
0,5
98,5378
103
23,7
33,7
82
1,189
0,173
63,642
7,373
7,253
0,75
190,292
110,8
23,1
28,1
96
1,134
0,126
77,697
11,663
11,543
194,775
111,9
23,4
28
98
1,125
0,117
79,159
11,717
11,597
100
90
80
70
60
Axis Title
50
0.25 bar
40
0.5 bar
0.75 bar
30
1 bar
20
10
0
45
50
55
60
65
70
75
Gambar 4.3 Grafik laju alir terhadap perpindahan panas dengan media pemanas air
panas
20
18
16
14
U (kW/m2.O C)
0.25 bar
12
0.5 bar
0.75 bar
10
1 bar
8
6
45
50
55
60
65
70
75
Gambar 4.4 Grafik laju alir terhadap perpindahan panas dengan media pemanas air
steam
4.2. Pembahasan
Oleh Ghina Haifa (141411012)
Pada paktikum kali ini dilakukan proses evaporasi
menggunakan
alat
Falling Film Evaporator. Evaporasi adalah suatu proses penguapan sebagian dari
pelarut sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi.
Proses evaporasi bertujuan untuk memekatkan konsetrasi dari suatu larutan yang
terdiri dari komponen pelarut yang mudah menguap dan zat terlarut yang tidak
mudah menguap. Pemanasan yang digunakan yaitu pemanasan secara langsung
(menggunakan steam) dan pemanasan secara tidak lngsung (menggunakan air
panas).
Prinsip kerja dari FFE yaitu umpan dimasukkan melaui bagian atas kolom
dan secara gravitasional. Umpan akan turun dan membasahi dinding bagian dalam
kolom dan dinding-dinding bagian luar tabung-tabung penukar panas dan dalam
kolom sebagian lapisan tipis sehingga disebut film. Maka panas yang diberikan oleh
medium pemanas di dalam penukar panas akan dipakai untuk memanaskan larutan
mencapai titik didihnya, penguapan pelarut dan membawa temperatur uap dari titik
temperatur di atasnya. Sehinggga di dalam kolom evaporator akan terdapat campuran
antara larutan pada temperatur penguapan pelarut. Karena temperatur pada tangki
pemisah dan pendingin (kondensor) lebih rendah dari pada temperatur pada bagian
bawah kolom maka sistem pada bagian kolom tersebut akan mengalami penurunan
tekanan, sehingga kondisi seperti vakum terjadi oleh karena campuran tersebut akan
terhisap menuju tangki pemisah dimana bagian campuran yang berupa larutan
produk yang lebih berat dan pekat turun menuju tangki pengumpul produk, sehingga
uap pelarut menuju kondensor dikondensasikan dan turun menuju tangki destilat.
Umpan yang digunakan berupa air baku yang dievaporasi dengan pemanas
berupa steam dan air panas, sehingga akan didapatkan air yang lebih pekat sebagai
produk, dan air yang tidak teruapkan sebagai distilat. Percobaan pertama (Run 1)
dilakukan dengan menggunakan pemanas steam dengan laju alir umpan sebesar 50
L/jam dan 70 L/jam dan memvariasikan tekanan yaitu 0,25 bar, 0,5 bar, 0,75 bar, 1
bar, dan 1,25 bar. Pada percobaan pertama menggunakan pemanas steam, kontak
antara larutan umpan dan steam terjadi secara Co-Current karena steam dan aliran
umpan memiliki arah aliran yang searah. Sedangkan pada percobaan kedua (Run 2)
dilakukan dengan menggunakan pemanas air panas dengan laju alir umpan dan
variasikan tekanan yang sama pada Run 1. Kontak antara larutan umpan dan air
panas terjadi secara Counter-Current. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel
dari larutan umpan, produk, dan distilat untuk dilakukan pengukuran nilai DHL.
Daya hantar listrik (DHL) adalah kemampuan air untuk menghantarkan listrik yang
diakibatkan adanya ion-ion yang terkandung di dalam air. Semakin banyak ion-ion
yang terkandung di dalam air maka semakin besar nilai daya hantar listriknya,
sehingga dapat dikatakan air tersebut memiliki kualitas yang buruk. Selain itu,
dilakukan pula pengamatan pada tempeatur masukan dan keluaran.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil yaitu nilai DHL poduk baik pada
pemanas steam maupun pemanas air panas memiliki nilai yang lebih besar dari nilai
DHL umpan. Hal tersebut menunjukan bahwa kepekatan larutan produk meningkat
karena ketika dilakukan pemanasan komponen pelarut (air) dari larutan umpan telah
teruapkan. Selanjutnya diperoleh Pengaruh laju alir umpan terhadap effisiensi
penggunaan steam dan air panas yang ditunjukan pada grafik 4.1 dan 4.2. Dari grafik
tersebut terlihat bahwa pada laju alir (70 L/jam) dengan umpan pemanas steam
maupun pemanas air panas, efisiensi cenderung menurun. Seharusnya semakin tinggi
laju alir, maka efisiensi steam maupun air panas semakin meningkat. Hal tersebut
dapat terjadi akibat kontak perpindahan panas yang berlangsung lebih singkat karena
laju alir umpan yang dinaikkan, sedangkan besarnya aliran steam/ air panas yang
dibuat tetap.
Diperoleh pula hasil Pengaruh laju alir umpan terhadap koefisien perpindahan
panas (U). Koefisien perpindahan panas (U) dapat menunjukan bahwa besarnya
panas yang digunakan untuk menguapkan pelarutnya. Berdasarkan grafik 4.3 dan
4.4, Semakin tinggi nilai koefisien perpindahan panas maka semakin baik proses
evaporasi yang terjadi, karena menunjukan perpindahan panas yang terjadi
berlangsung secara baik. Selain itu, diperoleh nilai efisiensi yang paling baik. Untuk
pemanas steam yaitu sebesar 26,3% pada kondisi tekanan 0,75 bar dan laju alir
umpan 50Liter/jam. Sedangkan pemanas air panas yaitu sebesar 3,55% pada kondisi
tekanan 0,25 bar dan laju alir umpan 50Liter/Jam. Efisiensi yang diproleh pada poses
menggunakan air panas memiliki nili sangat kecil. Hal tersebut dapat dikarenakan
media pemanas dan larutan umpan merupakan larutan yang sama dengan komposisi
air yang dominan serta komposisi zat pekat yang terlarut berjumlah sedikit. Selain itu
pada proses juga tidak ada destilat yang diperoleh.
Oleh Harindiarto Rahmaana (141411013)
Pada praktikum ini dilakukan percobaan proses evaporasi menggunakan
evaporator berjenis falling film evaporator. Evaporasi sendiri merupakan proses
peningkatan konsentrasi suatu larutan yang berada pada satu campuran larutan
melalui proses penguapan. Evaporasi dilakukan dengan maksud untuk memekatkan
konsetrasi dari suatu larutan yang terdiri dari komponen pelarut dan zat terlarut
dengan perbedaan tingkat volatilitas atau dapat dikatakan perbedaan titik didih
(biasanya zat terlarut memiliki titik didih lebih tinggi dibandingkan pelarutnya).
Pada praktikum ini dilakukan proses evaporasi melalui 2 sumber pemanas,
yakni pemanas steam dan pemanas air panas. Pada proses evaporasi menggunakan
steam, proses yang dilakukan adalah menutup seluruh aliran yang berasal dari air
dingin yang digunakan sebagai bahan baku air panas, yang dapat diketahui alirannya
melalui skema alat. Pada rangkaian instrument evaporator, terdapat calandria yang
merupakan jenis evaporator, pompa piston, pompa sentrifugal, heat exchanger
berjenis double pipe, sebuah panel control, sebuah control valve, condenser, dan
penampung produk baik produk pekat maupun produk hasil kondensasi. Pada
pemanasan menggunakan steam, steam tidak dilewatkan pada DPHE dan langsung
dialirkan menuju calandria melalui bagian atas calandria. Sedangkan feed yang
merupakan air baku dialirkan menggunakan pompa piston dan memasuki calandria
melalui bagian atas calandria, sehingga sistem perpindahan panas yang terjadi
adalah secara co-current. Pada pemanasan menggunakan air panas, pertama-tama
aliran steam yang menuju calandria harus terlebih dahulu ditutup dan membuka
aliran steam menuju DPHE. (sistem aliran dapat dilihat melalui skema alat)
Kemudian air yang digunakan sebagai bahan baku air panas dialirkan menuju DPHE
dengan bantuan pompa sentrifugal. Peran pompa sentrifugal selain untuk
mengalirkan air dingin yang merupakan bahan baku air panas, juga berfungsi untuk
mengalirkan air panas yang keluar dari DPHE menuju calandria (karena posisi
DPHE berada dibawah calandria), menyebabkan air panas memasuki calandria
melalui bagian bawah calandria, sehingga sistem perpindahan panas yang terjadi
adalah secara counter current. Proses evaporasi tersebut dilakukan didalam kolom
calandria berbentuk shell and tube, dengan aliran umpan memasuki calandria
melalui tube sedangkan aliran pemanas memasuki calandria melalui shell.
Pada proses evaporasi yang terjadi, dilakukan pengambilan sampel dari
larutan umpan, produk, dan distilat untuk pengukuran nilai DHL. Nilai DHL dapat
diketahui sebagai nilai konsentrasi dari suatu larutan. Berdasarkan pengukuran yang
dilakukan, terjadi peningkatan nilai DHL pada larutan produk dari nilai DHL
umpannya , serta terjadi penurunan nilai DHL pada larutan distilat dari nilai DHL
umpannya. Dengan hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa proses evaporasi
berjalan sesuai dengan teori ketika konsentrasi / kepekatan larutan produk akan
meningkat karena sejumlah komponen pelarut (air) dari larutan umpan telah
teruapkan karena telah melalui proses pemanasan. Setelah pengukuran nilai DHL
pada setiap keadaan, kemudian dilakukan pengukuran suhu pada beberapa titik di
instrument evaporator. Dengan memperoleh nilai suhu, dapat diperoleh nilai kalor
panas dan nilai koeffisien transfer panas secara keseluruhan melalui metoda
persamaan neraca energi. Jika dibandingkan nilai U antara pemanasan dengan steam
dan pemanasan dengan air panas, maka U air panas cenderung bernilai lebih besar
dari U steam. Hal tersebut dapat dikarenakan jumlah panas yang dibutuhkan untuk
menguapkan pelarutnya lebih banyak, juga dikarenakan terdapatnya pengukuran nilai
kalor pemanasan air menggunakan steam. Berdasarkan grafik antara laju alir umpan
terhadap nilai U dengan pemanas steam maupun air panas, nilainya cenderung tidak
tetap. Hal tersebut dapat dikarenakan temperatur steam yang tidak tetap dan umpan
yang mengalir tidak konsisten dikarenakan tangki umpan yang harus diisi ulang pada
keadaan tertentu.
Berdasarkan grafik antara laju alir umpan terhadap efisiensi perpindahan
kalor, baik dengan pemanasan menggunakan steam ataupun dengan air panas, terlihat
bahwa terjadinya penurunan efisiensi ketika laju alir dinaikkan. Hal tersebut dapat
terjadi karena kontak perpindahan panas yang berlangsung lebih singkat karena laju
alir umpan yang dinaikkan ketika besarnya aliran steam / air panas yang dibuat tetap.
Efisiensi terbaik yang didapatkan pada penggunaan pemanas steam berlangsung pada
kondisi tekanan 0,75 bar dan laju alir umpan 50Liter/Jam, yaitu sebesar 26,3%.
Sedangkan efisiensi terbaik yang didapatkan pada penggunaan pemanas berupa air
panas berlangsung pada kondisi tekanan 0,25 bar dan laju alir umpan 50Liter/Jam,
yaitu sebesar 3,55%.
Oleh Intan Larasati Dewi (141411014)
Falling film evaporator merupakan salah satu alat yang digunakan untuk
melangsungkan proses evaporasi dengan metode falling film. Penggunaan falling
film evaporator akan menghasilkan proses penguapan yang lebih efektif karena
umpan yang berbentuk lapisan (film) akan lebih mudah menguapkan pelarutnya yang
artinya produk berupa larutan yang lebih pekat akan lebih mudah terbentuk.
Penggunaan falling film evaporator juga sebagai pengganti evaporator dengan
tekanan vakum, dimana lapisan umpan yang tipis akan menaikkan tekanan parsial
larutan dan pada akhirnya proses evaporasi dapat dilakukan dengan suhu yang lebih
rendah. Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga
didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Evaporasi
dilakukan dengan maksud untuk memekatkan konsetrasi dari suatu larutan yang
terdiri dari komponen pelarut yang mudah menguap dan zat terlarut yang tidak
mudah menguap, karena adanya proses pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih
dari komponen yang mudah dan tak mudah diuapkan. Proses evaporasi berbeda
dengan distilasi, karena dalam proses evaporasi tidak ada usaha untuk memisahkan
menjadi fraksi-fraksi komponen (Frayekti, no date).
Prinsip kerja dari falling film evaporator yaitu umpan dimasukkan melaui
bagian atas kolom dan secara gravitasional. Umpan akan turun dan membasahi
dinding bagian dalam kolom dan dinding-dinding bagian luar tabung-tabung penukar
panas dan dalam kolom sebagian lapisan tipis sehingga disebut film. Maka panas
yang diberikan oleh medium pemanas di dalam penukar panas akan dipakai untuk
memanaskan larutan mencapai titik didihnya, penguapan pelarut dan membawa
temperatur uap dari titik temperatur di atasnya. Sehinggga di dalam kolom
evaporator akan terdapat campuran antara larutan pada temperatur penguapan
pelarut. Karena temperatur pada tangki pemisah dan pendingin (kondensor) lebih
rendah dari pada temperatur pada bagian bawah kolom maka sistem pada bagian
kolom tersebut akan mengalami penurunan tekanan, sehingga kondisi seperti vakum
terjadi oleh karena campuran tersebut akan terhisap menuju tangki pemisah dimana
bagian campuran yang berupa larutan produk yang lebih berat dan pekat turun
menuju tangki pengumpul produk, sehingga uap pelarut menuju kondensor
dikondensasikan dan turun menuju tangki destilat.
Pada praktikum ini dilakukan percobaan falling film evaporator menggunakan
steam dan air panas. Praktikum ini bertujuan untuk mengoperasikan peralatan
Falling Film Evaporator dengan pemanasan langsung, memilih temperature dan
tekanan yang optimum untuk umpan yang digunakan, menghitung koefisien
perpindahan panas pada FFE, menerapkan efisiensi penggunaan kukus (steam)
sebagai catu kalor, dan menjelaskan piranti pengendalian tekanan secara elektronis
pada sistem control.
Praktikum Falling Film Evaporator (FFE) ini, umpan yang digunakan berupa
air yang dievaporasi dengan pemanas berupa steam dan air panas sehingga akan
didapatkan air yang lebih pekat sebagai produk dan air yang tidak teruapkan sebagai
distilat. Proses evaporasi terjadi pada kalandria yang berbentuk shell and tube
sehingga pada saat proses dilakukan, aliran umpan akan masuk melalui bagian tube
dari bagian atas kalandria menuju bagian bawahnya karena pengaruh gravitasi,
sedangkan pada bagian shell akan dimasukkan steam melalui bagian atas kalandria
pada run 1 dan air panas melalui bagian bawah kalandria pada run 2. Berdasarkan
praktikum, ketika pemanas berupa steam digunakan, kontak yang terjadi antara
larutan umpan dengan steam terjadi secara co-current karena uap yang telah
berkontak dengan umpan akan berubah menjadi fasa cair dan akan turun searah
dengan turunnya umpan, sehingga apabila steam dialirkan dari bawah kalandria,
maka uap yang telah berubah fasa akan menahan aliran steam yang masuk sehingga
kontak perpindahan panas menjadi tidak optimal. Sedangkan kontak antara larutan
umpan dan air panas terjadi secara counter current. Aliran umpan yang telah
dievaporasi tersebut terdiri dari cairan produk pekat beserta uap hasil pemanasan.
Produk yang lebih pekat akan berbentuk cairan, sedangkan uap akan masuk kedalam
kondensor dan berubah menjadi kondensat (air) sebagai distilat.
Sampel diambil dari larutan umpan, produk, dan distilat dan dilakukan
pengukuran nilai DHL. DHL merupakan parameter yang menunjukkan nilai
kepekatan atau konsentrasi dari larutan. Berdasarkan praktikum, peningkatan DHL
terjadi pada larutan produk dari nilai DHL umpan, dan terjadi pula penurunan nilai
DHL pada larutan distilat dari nilai DHL umpan. Dapat dikatakan bahwa proses
evaporasi berjalan sesuai dengan teori dimana konsentrasi atau kepekatan larutan
produk akan meningkat karena sejumlah komponen pelarut dari larutan umpan telah
teruapkan pada saat proses pemanasan.
Berdasarkan perhitungan dan terlihat pula pada gambar 4.1 dan gambar 4.2,
nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan (U) air panas cenderung lebih besar
daripada nilai U steam. Hal tersebut dapat disebabkan oleh jumlah panas yang
dibutuhkan untuk menguapkan pelarut lebih banyak dan perlunya pemanasan air
menggunakan steam terlebih dahulu.
Berdasarkan grafik antara laju alir umpan terhadap efisiensi perpindahan kalor,
baik dengan pemanasan menggunakan steam ataupun dengan air panas, cenderung
terjadi penurunan efisiensi ketika laju alir dinaikkan. Hal tersebut dapat dikarenakan
kontak perpindahan panas yang berlangsung lebih singkat karena laju alir umpan
yang dinaikkan, sedangkan besarnya aliran steam atau air panas dibuat tetap.
Efisiensi terbaik yang didapatkan pada saat pemanas steam digunakan yaitu pada
kondisi tekanan 0,75 bar dan laju alir umpan 50 L/jam, yaitu sebesar 26,3%,
sedangkan pada penggunaan pemanas berupa air panas, efisiensi terbaik didapatkan
ketika kondisi tekanan 0,25 bar dan laju alir umpan 50 L/jam, yaitu sebesar 3,55%.
Pada saat penggunaan pemanas berupa air panas, efisiensi yang didapatkan sangat
rendah dibandingkan dengan ketika penggunaan pemanas steam. Hal tersebut dapat
terjadi karena media pemanas dan larutan umpan merupakan larutan yang sama
dengan komposisi air yang dominan serta komposisi zat pekat yang terlarut
berjumlah sedikit, sehingga jumlah panas yang digunakan menjadi kurang efisien
karena suhu terjadinya penguapan pada larutan umpan terjadi pada nilai yang hampir
berdekatan dengan suhu air panas yang dapat dicapai.
Pada gambar 4.3 dan 4.4, dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai koefisien
perpindahan panas maka semakin baik proses evaporasi karena menunjukkan
perpindahan panas yang baik. Pada pemanasan menggunakan steam, nilai koefisien
perpindahan panas tertinggi terjadi pada kondisi tekanan steam 1 bar dan laju alir
umpan 50 L/jam dengan nilai koefisien perpindahan panas sebesar 16,887 kW/m 2 oC.
Pada pemanasan menggunakan air panas, nilai koefisien perpindahan panas tertinggi
terjadi pada kondisi tekanan steam 1 bar dan laju alir umpan 70 L/jam dengan nilai
koefisien perpindahan panas sebesar 95,52 kW/m2 oC.
Pada pemanasan dengan steam dan air pemanas diperoleh grafik yang
cenderung menunjukkan bahwa semakin tinggi laju alir umpan, maka semakin
rendah koefisien perpindahan panasnya. Hal ini menunjukkan bahwa apabila laju alir
umpan terlalu tinggi, maka pelarut yang di evaporasi akan semakin berkurang. Hal
ini terjadi karena perpindahan panas hanya berlangsung sebentar sehingga tidak
maksimal.
Oleh Khoirin Najiyyah Sably (141411015)
Pada praktikum ini dilakukan operasi penguapan pada falling film evaporator
menggunakan steam (pemanasan langsung) dan air panas (pemanasan tidak
langsung). Praktikum ini bertujuan untuk menghitung koefisien perpindahan panas
pada falling film evaporator, menerapkan koefisien penggunaan kukus (steam)
sebagai sumber panas, dan menjelaskan piranti pengendalian tekanan secara
elektronis pada sistem kontrol.
Falling film evaporator merupakan salah satu alat yang digunakan untuk
melangsungkan proses evaporasi dengan metode falling film. Penggunaan falling
film evaporator akan menghasilkan proses penguapan yang lebih efektif karena
umpan yang berbentuk lapisan (film) akan lebih mudah menguapkan pelarutnya yang
artinya produk berupa larutan yang lebih pekat akan lebih mudah terbentuk.
Penggunaan falling film evaporator juga sebagai pengganti evaporator dengan
tekanan vakum, dimana lapisan umpan yang tipis akan menaikkan tekanan parsial
larutan dan pada akhirnya proses evaporasi dapat dilakukan dengan suhu yang lebih
rendah. Hal ini akan membuat kalor yang dibutuhkan untuk peroses penguapan lebih
sedikit sehingga akan lebih menghemat steam yang dibutuhkan. Proses evaporasi
kali ini beraliran co-current dimana umpan dan steam masuk pada aliran yang sama,
dan aliran counter current pada pemanasan tidak langsung
Prinsip kerja dari Falling Film Evaporator yaitu umpan dimasukkan melalui
bagian atas kolom secara gravitasional. Jika vakum tidak dioperasikan turun dan
membasahi dinding bagian dalam kolom dan dinding-dinding bagian luar tabungtabung penukar panas dan dalam kolom sebagian lapisan tipis (film), maka panas
yang diberikan oleh medium pemanas di dalam penukar panas akan dipakai untuk
memanaskan larutan mencapai titik didihnya. Penguapan pelarut membawa
temperatur uap dari titik temperatur di atasnya, sehinggga di dalam kolom evaporator
akan terdapat campuran antara larutan pada temperatur penguapan pelarut atau
sedikit lebih tinggi atau rendah dari uap pelarut. Karena temperatur pada tangki
pemisah dan pendingin (kondensor) lebih rendah daripada temperatur pada bagian
bawah kolom maka sistem pada bagian kolom tersebut akan mengalami evakuasi
yang dalam arti sebenarnya terjadi penurunan tekanan sehingga kondisi seperti
vakum terjadi karena campuran tersebut akan terhisap menuju tangki pemisah
dimana bagian campuran yang berupa larutan produk yang lebih berat dan pekat
turun menuju tangki pengumpul produk, sehingga uap pelarut menuju kondensor
dikondensasikan dan turun menuju tangki destilat.
Pada praktikum ini bahan yang akan dipekatkan adalah air kran. Pada dasarnya
air memiliki parameter yang dapat dijadikan nilai untuk menentukan kualitas air
tersebut, salah satunya adalah daya hantar listrik (DHL). Daya hantar listrik adalah
kemampuan air untuk menghantarkan listrik yang diakibatkan adanya ion-ion yang
terkandung di dalam air. Semakin banyak ion-ion yang terkandung di dalam air maka
semakin besar nilai daya hantar listriknya, sehingga dapat dikatakan air tersebut
memiliki kualitas yang buruk. Pemekatan air ini menggunakan falling film
evaporator type Shell and Tube Evaporator dengan pemanasan langsung dan tidak
langsung dimana umpan dialirkan pada dinding tube dan pemanas pada shell.
Pemanasan secara langsung akan terjadi perpindahan panas antara steam dan umpan
secara langsung. Sedangkan pada pemanasan secara tidak langsung, perpindahan
panas yang terjadi secara dua tahap, yaitu pertama steam akan akan memanaskan
fluida pemanas, dan selanjutnya fluida pemanas akan memanaskan umpan. Umpan
dipompa menggunakan pompa jenis piston yang akan memompakan umpan dengan
kecepatan yang lambat sehingga proses pembentukan film pada dinding FFE akan
lebih optimal
Percobaan dilakukan dengan menggunakan pemanas steam dan air pemanas
dengan memvariasikan tekanan yaitu 0,25 bar, 0,5 bar, 0,75 bar, 1 bar, dan 1,25 bar
dengan laju alir umpan sebesar 50 L/jam dan 70 L/jam.
Pengaruh laju alir umpan terhadap efisiensi penggunaan steam dan air panas
Pada gambar 4.1 dan gambar 4.2 dapat dilihat pengaruh laju alir umpan terhadap
efisiensi penggunaan steam dan air panas. Pada laju alir 70 L/jam dengan umpan
pemanas steam maupun pemanas air panas, efisiensi penggunaan steam cenderung
menurun. Menurut literatur mengatakan bahwa semakin tinggi laju alir, maka
efisiensi steam maupun air panas semakin meningkat. Tetapi pada praktikum ini
didapatkan semakin tinggi laju alir, efisiensi yang didapatkan cenderung menurun.
Hal ini disebabkan pada laju alir 50 L/jam kontak antara umpan dan pemanas
cenderung lebih lama dibandingkan dengan laju alir umpan 70 L/jam sehingga terjadi
perpindahan panas yang optimal pada laju alir 50 L/jam. Pada pengamatan pada saat
praktikum efisiensi terbaik didapatkan pada media pemanas steam pada laju alir
umpan 50 L/jam sebesar 26,3%, pada media pemanas air panas didapatkan efisiensi
terbaik pada laju alir 50 L/jam sebesar 3,55%.
Pengaruh laju alir umpan terhadap koefisien perpindahan panas (U)
Pada gambar 4.3 dan 4.4 dapat dilihat pengaruh laju alir umpan terhadap
koefisien perpindahan panas (U). Semakin tinggi nilai koefisien perpindahan panas
maka semakin baik proses evaporasi yang terjadi, karena menunjukan perpindahan
panas yang terjadi berlangsung secara baik. Pada pemanasan menggunakan steam,
nilai koefisien perpindahan panas tertinggi terjadi pada kondisi tekanan steam 1 bar
dan laju alir umpan 50 L/jam dengan nilai koefisien perpindahan panas sebesar
16,887 kW/m2 oC. Pada pemanasan menggunakan air panas, nilai koefisien
perpindahan panas tertinggi terjadi pada kondisi tekanan steam 1 bar dan laju alir
umpan 70 L/jam dengan nilai koefisien perpindahan panas sebesar 95,52 kW/m2 oC.
Pada pemanasan dengan steam dan air pemanas diperoleh grafik yang cenderung
menunjukkan bahwa semakin tinggi laju alir umpan, maka semakin rendah koefisien
perpindahan panasnya. Hal ini menunjukkan bahwa apabila laju alir umpan terlalu
tinggi, maka pelarut yang di evaporasi akan semakin berkurang. Hal ini terjadi
karena perpindahan panas hanya berlangsung sebentar sehingga tidak maksimal.
terjadi penurunan nilai DHL pada larutan distilat dari nilai DHL umpannya. Sehingga
dapat dikatakan, proses evaporasi berjalan sesuai dengan teori dimana konsentrasi /
kepekatan larutan produk akan meningkat karena sejumlah komponen pelarut (air)
dari larutan umpan telah teruapkan ketika dilakukan pemanasan.
Berdasarkan data yang didapatkan, didapatkan nilai dari koefisien perpindahan
panas keseluruhan (U) melalui perhitungan. Jika dibandingkan nilai U antara
pemanasan dengan steam dan pemanasan dengan air panas, maka U air panas
cenderung bernilai lebih besar dari U steam. Hal tersebut dapat dikarenakan jumlah
panas yang dibutuhkan untuk menguapkan pelarutnya lebih banyak, juga
dikarenakan perlunya pemanasan air menggunakan steam terlebih dahulu.
Berdasarkan grafik antara laju alir umpan terhadap nilai U dengan pemanas steam
maupun air panas, nilainya cenderung tidak tetap. Hal tersebut dapat dikarenakan
temperatur steam yang tidak tetap.
Berdasarkan grafik antara laju alir umpan terhadap efisiensi perpindahan kalor,
baik dengan pemanasan menggunakan steam ataupun dengan air panas.
Kecenderungan yang terlihat adalah terjadinya penurunan efisiensi ketika laju alir
dinaikkan. Hal tersebut dapat terjadi akibat kontak perpindahan panas yang
berlangsung lebih singkat karena laju alir umpan yang dinaikkan, sedangkan
besarnya aliran steam/ air panas yang dibuat tetap. Menurut pengamatan praktikan,
efisiensi terbaik yang didapatkan pada penggunaan pemanas steam berlangsung pada
kondisi tekanan 0,75 bar dan laju alir umpan 50Liter/Jam, yaitu sebesar 26,3%.
Sedangkan efisiensi terbaik yang didapatkan pada penggunaan pemanas berupa air
panas berlangsung pada kondisi tekanan 0,25 bar dan laju alir umpan 50Liter/Jam,
yaitu sebesar 3,55%. Besarnya efisiensi perpindahan panas yang didapatkan oleh
praktikan terbilang sangat rendah saat menggunakan pemanas berupa air panas. Hal
tersebut dapat dikarenakan media pemanas dan larutan umpan merupakan larutan
yang sama dengan komposisi air yang dominan serta komposisi zat pekat yang
terlarut berjumlah sedikit. Sehingga jumlah panas yang digunakan menjadi kurang
efisien karena suhu terjadinya penguapan pada larutan umpan terjadi pada nilai yang
hampir berdekatan dengan suhu air panas yang dapat dicapai.
4.3. Kesimpulan
Laju alir umpan yang mempengaruhi waktu tinggal umpan dalam kalindria
(evaporator).
c) Effisiensi optimum didapatkan pada media pemanas steam pada laju alir umpan
50 L/jam sebesar 26,3%, pada media pemanas air panas didapatkan efisiensi
terbaik pada laju alir 50 L/jam sebesar 3,55%.
d) Koefisien perpindahan panas optimum menggunakan media pemanas steam nilai
koefisien perpindahan panas tertinggi terjadi pada kondisi tekanan steam 1 bar
dan laju alir umpan 50 L/jam dengan nilai koefisien perpindahan panas sebesar
16,887 kW/m2 oC. Pada media pemanasan menggunakan air panas, nilai
koefisien perpindahan panas tertinggi terjadi pada kondisi tekanan steam 1 bar
dan laju alir umpan 70 L/jam dengan nilai koefisien perpindahan panas sebesar
95,52 kW/m2 oC.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman,
Ganjar
dkk.
2001.
Penguapan
Lapis
Tipis.
Online
dalam
http://www.angelfire.com/ak5/process_control/evaporator.html .[ 10 Oktober
2016 ].
Edahwati,
Luluk.
2009.
Alat
Industri
Kimia.
Online
dalam