Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Lingkungan

di

sekeliling

kita

mengandung

beraneka

ragam

mikroorganisme dalam jumlah yang berbeda-beda. Oleh karena itu, agar lebih
mudah dalam mempelajari jenis dan sifat mikroorganisme diperlukan suatu cara
untuk memisahkan mikroorganisme tersebut dari lingkungannnya ke dalam suatu
medium yang sesuai untuk pertumbuhan masing-masing mikroorganisme.
Kehidupan suatu makhluk bergantung pada lingkungannya, apalagi jika
mikroorganisme tidak mampu menguasai faktor-faktor luar sepenuhnya. Dengan
demikian hidupnya sama sekali tergantung pada lingkungannya. Dimana faktor
biotik merupakan faktor yang berasal dari mikroorganisme itu sendiri sedangkan
faktor abiotik merupakan faktor yang berasal dari suhu, tekanan osmosis dan
tingkat keasaman.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dianggap sangat perlu untuk
melakukan

percobaan

pengaruh

lingkungan

terhadap

pertumbuhan

mikroorganisme agar kita lebih memahami hal-hal yang berkaitan dengan


mikroorganisme.

I.2. Maksud dan Tujuan Percobaan


I.2.1.

Maksud Percobaan
Untuk

mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap

pertumbuhan mikroorganisme.
I.2.2.

Tujuan Percobaan
1. Menentukan suhu optimum pertumbuhan mikroba.
2. Menentukan pH optimum pertumbuhan mikroba
3. Melihat pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan mikroba
4. Melihat pengaruh zat-zat kimia terhadap pertumbuhan mikroba.

I.3. Prinsip Percobaan


1. Penentuan suhu optimum dari Staphylococcus aureus dan Streptococcus
epidermidis dalam medium GB berdasarkan perbnendingan kekeruhannya
terhadap kontrol yang diinkubasikan selama 1x24 jam.
2. Penentuan pH optimum dari

Staphylococcus aureus dan Streptococcus

epidermidis dalam medium GB berdasarkan perbandingan kekeruhannya


terhadap kontrol pada pH 3, pH7, dan pH 9 yang diinkubasikan selama
1x24 jam, suhu 37o C
3. Pengamatan pengaruh cahaya terhadap Staphylococcus aureus dan
Streptococcus epidermidis berdasarkan pertumbuhan koloni dalam medium
NA dengan perlakuan pemaparan sinar matahari kemudian dibungkus
dengan kertas karbon, pemaparan sinar matahari tanpa dibungkus kertas
karbon, kemudian diinkubasi selama 1x24 jam, suhu 37oC.

4. Pengamatan

pengaruh

bahan-bahan

kimia

terhadap

pertumbuhan

Staphylococcus aureus berdasarkan besarnya diameter zona hambatan pada


medium NA yang diinkubasikan dalam inkubator selama 1x24 jam, suhu
37o C.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pelczaer Jr. Michael, dan ECS Chan, (1986),Dasar-dasar Mikrobiologi,


Universitas Indonesia, Jakarta
2. Djide MS, Drs. M. Natsir., (2006),Peununtun Praktikum Instrumen Mikrobiologi
Farmasi Dasar, Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Farmasi,
Universitas Hasanuddin, Makassar
3. Suriawiria, Unus, Drs., (1985),Pengantar Mikrobiologi Umum, Angkasa,
Bandung
4. Djide MS, Drs. M. Natsir., (2006),Mikrobiologi Farmasi Dasar, Laboratorium
Mikrobiologi dan Bioteknologi Farmasi, UNHAS, Makassar
5. Staf

Pengajar

Mikrobiologi

FK

UI,

(1994),Buku

Ajar

Mikrobiologi

Kedokteran, Binarupa Aksara, Jakarta


6. Ditjen POM, (1979),Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta
7. Ditjen POM, (1995),Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta
8. Buchanan, R.E., (1974),Bergeyss Manual of Determinative Bacteriology, Eight
Edition, The Williams and Wilkins Company, Baltimore, United States of
America

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum


Mikroorganisme sebagai makhluk hidup sama dengan mikroorganisme
hidup lainnya sangat memerlukan energi dan bahan-bahn untuk membangun
tubuhnya,m sepserti dalam sintesa protoplasma dan bagian-bagian lainnya.
Bahan-bahan tersebut disebut sebagai nutrien (133).
Kehidupan mikroorganisme pada umumnya sangat bergantung pada
faktor lingkungan. Faktor itu meliputi faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor
abiotik adalah faktor luar seperti suhu, pH, tekanan osmosis dan lain-lain.
Sedangkan faktor biotik adalah dari mikroorganisme itu sendiri. Faktor-faktor
tersebut meliputi : (2;56)
1. Faktor fisik, misalnya : suhu, tekanan osmisis, kandungan oksign, pH dan
lain-lain
2. Faktor kimia, misalnya : senyawa racun dan lain-lain
3. Faktor biologi, misalnya : interaksi dengan mikroorganisme lain
Daya tahan mikrorganisme terhadap suhu tidaklah sam tiap-tiap
spesies. Ada yang mati setelah mengalami pemanasan dan ada juga yang
membentuk spora sehingga ia dapat kembali memperbanyak diri jika
lingkungan sudah dapat mendukung bagi kehidupannya (3;75).

Temperatur minimum suatu jenis mikroba ialah nila paling rendah


dimana kegiatan mikro masih berlangsung. Temperatur optimum adalah nilai
yang paling sesuai/baik untuk kehidupan mikroba. Temperatur maksimum
adalah nilai tertinggi yang masih dapat digunakan untuk aktivitas mikroba tetapi
pada tingkatan fisiologi yang paling minimal (3;96).
Berdasarkan daerah aktivitas temperatur, mikroba dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu : (3;96)
1. Mikroba psikrofilik (kryofilik) adalah golongan mikroba yang dapat tumbuh
pada daerah temperatur antara 0oC sampai 30oC, dengan temperatur
optimum 156oC. Kebanyakan dari golongan ini tumbuh di tempat-tempat
dingin, baik di daratan ataupun lautan.
2. Mikroba mesofilik adalah golongan mikroba yang mempunyai temperatur
optimum pertumbuhan antara 25oC 37oC, minimum 15oC dan maksimum
di sekitar 55oC. Umumnya hidup di dalam alat pencernaan, kadang-kadang
ada juga yang dapat hisup dengan baik pada temperatur 40oC atau lebih.
3. Mikroba termofilik adalah golongan mikroba u\yang dapat tumbuh pada
daerah temperatur tinggi, optimum antara 55oC 60oC, minimum 40oC,
sedangkan maksimum 75oC. Golongan ini terutama terdapat di daalm
sumber-sumber air panas dan tempat-tempat lain yang bertemperatur lebih
tinggi dari 55oC.
Disinfeksi adalah suatu proses untuk membunuh mikroorganisme yang
bersifat patogen yang sering digunakan adalah dengan cara kimia atau fisik,

cara ini ditujukan untuk pemakaian pada benda mati. Semua disinfektansia
efektif terhadap sel vegetataif, tetapi tidak selalu efektif terhadap sporanya
(4;230).
Bagaimana sifat kerusakan yang diderita bakteri sebagai akibat dari
pekerjan suatu desinfektan, hal ini belum dapat diketahui seluruhnya. Ada
desinfektan yang membunuh bakteri dengan tidak merusaknya sama sekali,
tetapi zat-zat kimia seperti basa dan asam organik menyebabkan hancurnya
bakteri, mungkin sekali kehancuran ini akibat dari suatu hidrolisis. Pengaruhpengaruh zat kimia yang lain lagi belumlah diketahui. Pada umumnya,
kerusakan bakteri itu terbagi atas tiga golongan, yaitu oksidasi, koagulasi,
depresi, dan ketegangan permukaan (5;98).
Antiseptik adalah suatu proses untuk membunuh atau memusnahkan
mikrorganisme atau jasad renik yang pada umumnya menggunakan cara kimia
dan penggunaannya ditujukan kepada benda hidup. Bahan antiseptik dapat
bersifat bakterisid atau fungisid yaitu yang dapat membunuh bakteri atau fungi
dan dapat pula bersifat bakteriostatik atau fungistatitik yaitu hanya dapat
menghambat pertumbuhan bakteri atau fungi (4;230).
Antimikroba (AM) adalah bahan-bahan atau obat-obat yang digunakan
untuk memberantas infeksi mikroba pada manusia, termsuk golongan ini yang
akan dibicarakan yang berhubungan dengan bidang farmasi antara lain
antibiotik, antiseptik, desinfektansia, preservatis (4;242).

II.2 Uraian Bahan


1. Agar (6;69)
Nama resmi

: Agar

Nama lain

: Agar-agar

Pemerian

: berkas potongan memanjang, tipis seperti selaput


dan berlekatan atau berbentuk keping, serpih atau
butiran Jingga kuning lemah

Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air, larut dalam air


mendidih

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

2. Aqua destillata (6;96)


Nama resmi

: Aqua destillata

Nama lain

: Air suling

RM / BM

: H2O / 18,02

Pemerian

: Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;tidak

berasa
Penyimpanan

: dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: sebagai pelarut

3. Ekstrak beef (6;9)


Nama resmi

: Ekstrak beef

Nama lain

: Ekstrak daging

Pemerian

: berbentuk pasta berwarna cokelat kekuningan


sampai cokelat tua, bau dan rasa seperti daging dan
sedikit asam

Kelarutan

: praktis tidak larut dalam air dingin

Penyimpanan

: dalam wadah tidak tembus cahaya tertutup rapat

4. Pepton (7;721)
Nama resmi

: Pepton

Nama lain

: Pepton kering

Pemerian

: Serbuk, kuning kemerahan hingga cokelat, bau khas


tetapi tidak busuk

Kegunaan

: Sebagai sumber energi bagi pertumbuhan jamur

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

5. Asam tartrat (6:53)


Nama resmi

: Acidum tartaricum

Nama lain

: Asam tartrat

Pemerian

: Hablur, tidak berwarna atau bening, serbuk hablur


halus sampai granul, warna putih, tidak berbau, rasa
asam, dan stabil di udara.

Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam


etanol

Kegunaan

: Pemberi suasana asam

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

6. Dekstrosa (6:300)
Nama resmi

: Dekstrosum

Nama lain

: Dekstrosa, glukosa

RM/BM

: C6H12O6. H2O / 198,17

Pemerian

: Hablur tidak berwarna, serbuk halus atau serbuk


granul putih, rasa manis

Kelarutan

: Mudah larut dalam air sampai mudah larut dalam


airmendidih, sukar larut dalam etanol.

Kegunaan

: Sebagai sumber energi dan karbon

Penyimpanan

: Dalam wadah tidak tembus cahaya

7. Natrium Hidroksida (6:412)


Nama resmi

: Natrii hydroxydum

Nama lain

: Natrium Hidroksida

RM/BM

: NaOH / 40,0

Pemerian

: Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping,


keras, rapuh dan menunjukkan suasana hablur,
putih, mudah meleleh basah, sangat alkalis dan
korosif, segera menyerap karbondioksida

Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol.

Kegunaan

: Sebagai pemberi suasana basa

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat.

8. Alkohol (6:63)
Nama resmi

: Aethanolum

Nama lain

: Etanol, alkohol, etil alkohol

RM/BM

: C2H60 / 46,07

Pemerian

: Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap, dan


mudah bergerak, bau khas

Kelarutan

: Larut dalam air, dalam kloroform P, dalam eter P

Kegunaan

: Sebagai antiseptik

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat.

9. Pati Kentang (6:108)


Nama resmi

: Amylum Solani

Nama lain

: Pati kentang

Pemerian

: Serbuk sangat halus, putih

Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air dingin, dan dalam


etanol

Kegunaan

: Sumber karbohidrat

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

10. Dettol (Netto : 100 ml)


Bahan aktif

: Chloroxylenol 4,8 % w/v

No. Reg PKD 20501300054


No. Bets 2452703

Diproduksi oleh :
PT. Reckitt Benckiser Indonesia,
Jakarta Indonesia
Depkes RI
II.3. Uraian Mikroba
II.3.1. Klasifikasi Mikroba
a. Candida albicans (8;142)
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Eumycophyta

Class

: Ascomycetes

Ordo

: Saccharomycetales

Familia

: Cryptococcaceae

Genus

: Candida

Species

: Candida albicans

b. Proteus vulgaris (8;327)


Kingdom

: Procaryotae

Divisio

: Scotobacteria

Class

: Bacteria

Ordo

: Eubacteriales

Familia

: Enterobacteriaceae

Genus

: Proteus

Species

: Proteus vulgaris

c. Clostridium tetani (8;551)


Kingdom

: Procaryotae

Divisio

: Scotobacteria

Class

: Bacteria

Ordo

: Eubacteriales

Familia

: Bacillaceae

Genus

: Clostridium

Species

: Clostridium tetani

d. Streptococcus aureus (8;490)


Kingdom

: Procaryotae

Divisio

: Scotobacteria

Class

: Bacteria

Ordo

: Eubacteriales

Familia

: Streptococcaceae

Genus

: Streptococcus

Species

: Streptococcus aureus

e. Staphylococcus epididimis (8;483)


Kingdom

: Procaryotae

Divisio

: Scotobacteria

Class

: Bacteria

Ordo

: Eubacteriales

Familia

: Micrococcaceae

Genus

: Staphylococcus

Species

: Staphylococcus epididimis

III.3.2. Morfologi
a. Candida albicans (8;142)
Jamur yang terdiri dari sel-sel oval, seperti ragi. Sel-sel yang
memanjang sambung-menyambung.
b. Proteus vulgaris (8;327)
Terdapat dalam dua bentuk koloni, satu serupa koloni yang tipis
dengan sel-sel yang bergerak, sedang yang lain agak padat dengan
sel-sel yang tidak bergeerak.
c. Clostridium tetani (8;551)
Sel-sel berbentuk batang terdapat tunggal atau berpasangan, dalam
rantai, paket atau bergerombol, menghasilkan endospora, bersifat
anaerobic.
d. Streptocopccus aureus (8;490)
Sel-sel berbentuk bulat atau batang yang lurus, yang terpisahsspisah, kadang-kadang membentuk koloni berupa rantai, bergerak
dengan flagel yang berintrik atau tidak bergerak.
e. Staphylococcus epididimis (8;483)
Sel berbentuk bola sampai lonjong, terdapat berpasangan atau
dalam rantai bila ditumbuhkan dalam medium cair. Gram posituif
metrabolisme fermentatif anaerobik fakultatif.

BAB III
METODE KERJA

III.1. Alat dan Bahan


III.I.1. Alat
1. Botol pengencer
2. Cawan Petri
3. Inkubator
4. Kotak pH
5. Lemari pendingin
6. Lampu spritus
7. Ose bulat
8. Pipet steril
9. Rak tabung
10. Spoit
11. Tabung reaksi
III.2.2. Bahan
1. Air steril
2. Asam tartrat
3. Kapas
4. Kertas karbon
5. Kerats lakmus

6. Kertas label
7. Larutan Alkohol 70 %
8. Larutan Bayclin
9. Larutan Listerine
10. Larutan Asepso
11. Larutan Wipol
12. Larutan Super Pel
13. Larutan Dettol
14. Medium GB
15. Medium NA
16. Paper disk
17. Suspensi biakan Staphyilococcus aureus
18. Suspensi biakan Streptococcus epidermidis
19. Tissue Roll
III.3. Metode Kerja
A. Pengaruh suhu
1) Diinokulasi

suspensi

bakteri

Streptococcus

epidermidis

dan

Staphylococcus aureus dengan menggunakan spoit steril ke dalam 3


tabung reaksi yang telah berisi 9 ml medium GB masing-masing
sebanyak 0,05 ml.
2) Tabung keempat hanya diisi 9 ml GB sebagai kontrol

3) Diinkubasi selama 1x24 jam masing-masing pada suhu 5oC, 25oC,


37oC dan 50oC
4) Diamati perubahan yang terjadi
B. Pengaruh pH
1) Disediakan 6 buah tabung reaksi berisi medium masing-masing 10 ml,
dimana 3 buah tabung untuk pH 3, pH 7, pH 9 dan 3 buah tabung
lainnya masing-masing sebagai kontrol.
2) Diukur pH dimana tabung pH 3 duberi asam tartrat beberapa tetes
sehingga menjadi pH 3, begitupula dengan tabung pH 9 ditanbahkan
dengan NaOH sebagai basa sehingga manjadi pH 9 dan ke dalam 3
buah tabung reaksi ditambahkan 10 ml biakan bakteri Streptococcus
epidermidis dan Staphylococcus aureus yang telah disuspensikan
sebanyak 0,05 ml.
3) Untuk kontrol tidak ditambahkan dengan biakan.
4) Diberi label untuk masing-masing tabung reaksi pH 3, pH 7, dan pH 9
serta masing-masing kontrolnya.
5) Diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37o C selama 1x24 jam.
6) Diamati perubahan yang terjadi.
C. Pengaruh bahan kimia
1) Diambil satu buah cawan petri lalu ditetesi suspensi biakan
Streptococcus epidermidis dan Staphylococcus
menggunakan spoit steril.

aureus dengan

2) Dituangkan medium NA ke dalam cawan petri tersebut secara aseptis


dan dihomogenkan, dibiarkan sampai memadat.
3) Diletakkan 8 papaerdisk pada medium NA dalam cawan petri tersebut
dimana paperdisk tersebut terdiri dari asepso, byclean, dettol, listerin,
super pell, wipol, antibiotik (kloramfenikol), dan air suling.
4) Diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37o C selama 1x24 jam.
5) Diamati perubahan yang terjadi.
D. Pengaruh cahaya
1) Dimasukkan medium NA ke dalam 3 buah cawan petri steril secara
aseptis, biarkan sampai memadat.
2) Setelah medium NA mmemadat, setiap cawan petri ditambahkan
suspensi biakan Streptococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus
diratakan dengan menggunakan ose bulat steril
3) Diberi label pada masing-masing cawan petri
4) Cawan petri I disinari cahaya matahari selama 15-20 menit tetapi tidak
dibungkus dengan kertas karbon.
5) Cawan petri II disinari cahaya matahari lalu dibungkus dengan kertas
karbon.
6) Cawan petri III tidak disinari cahaya matahari dan dibungkus dengan
kertas karbon.
7) Diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37o C selama 1x24 jam.
8) Diamati dan dibandingkan pertumbuhan ketiga cawan petri tersebut.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

IV.1 Data Pengamatan


1. Pengaruh suhu
Suhu Pertumbuhan
Bakteri
Salmonella thyposa

5oC
-

25oC
+

37oC
+

50oC
-

Staphylococcus aureus

++

Streptococcus epidermidis

++

+++

Bacillus subtilis

Escherchia coli

++

Escherichia coli

++

++

2. Pengaruh pH
Bakteri

pH Pertumbuhan

Salmonella thyposa

3
+

5
++

7
++

9
+

Staphylococcus aureus

++

Streptococcus epidermidis

++

++

Bacillus subtilis

++

+++

Escherchia coli

++

++

Escherichia coli

++

3. Pengaruh cahaya

Bakteri

Salmonella thyposa

Staphylococcus aureus

Streptococcus epidermidis

Bacillus subtilis

Escherchia coli

Escherichia coli

Keterangan
A = Sinar, Bungkus Karbon
B = Tanpa bungkus Karbon + Cahaya 15
C = Tanpa sinar, bungkus
4. Pengaruh Bahan Kimia
Pengamatan
Bakteri

Air

alkohol

asepso

dettol

bayclin

listerin

wipol

super

Salmonella thyposa

steril
3,5

6,4

13,05

7,6

5,3

0,6

3,0

pel
7,0

Staphylococcus aureus

11,4

7,3

2,67

12,9

7,0

1,97

6,68

10,8

Streptococcus epidermidis

0,2

1,3

0,21

0,22

Bacillus subtilis

1,22

1,7

1,9

1,15

0,9

Escherchia coli

2,1

5,13

2,9

9,3

7,3

Escherichia coli

0,3

0,7

0,8

1,3

0,3

0,2

0,6

1,1

Diameter paper disk = 5,7 mm

IV.2 Gambar Hasil Pengamatan


LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Medium : GB
Biakan

: Bakteri Staphylococcus aureus

Keterangan :
1. Kapas
2. Tabung reaksi
a. pH 3
b. Kontrol pH 3
c. pH 7
d. Kontrol pH 7
e. Ph 9
f. Kontrol pH 9

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Medium :
Biakan

GB

: Bakteri Strepthococcus epididimis

Keterangan:
1. Kapas
2. Tabung reaksi
a. pH 3
b. Kontrol pH 3
c. pH 7
d. Kontrol pH 7
e. Ph 9
f. Kontrol pH 9

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Medium :
Biakan

NA

: Bakteri Staphylococcus aureus

Keterangan :
1. Cawan Petri
A.

Dipanasi sinar matahari, tidak dibungkus kertas karbon

B.

Dipanasi sinar matahari, dibungkus kertas karbon

C.

Tidak disinari, dibungkus kertas karbon

D.

Kontrol

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Medium :
Biakan

NA

: Bakteri Staphylococcus aureus

Keterangan :
1. Cawan Petri
2. Medium NA
3. Paperdisk
a. Dettol
b. Listerin
c. Wipol
d. Asepso

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Medium :
Biakan

GB

: Bakteri Staphylococcus aureus

Keterangan :
1. Kapas
2. Tabung reaksi
a. Suhu 5oC
b. Suhu 25oC
c. Suhu 37oC
d. Suhu 50oC
3. Medium GB

LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Medium :
Biakan

GB

: Bakteri Strepthococcus epididimis

Keterangan :
1. Kapas
2.

Tabung reaksi
a. Suhu 5oC
b. Suhu 25oC
c. Suhu 37oC
d. Suhu 50oC

3. Medium GB

BAB V
PEMBAHASAN

Tiap-tiap makhluk hidup keselamatannya sangat tergantung kepada


keadaan sekitarnya, terlebih-lebih mikroorganisme. Makhluk-makluk halus ini tidak
dapat menguasai factor-faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sangat tergantung
pada keadaan sekelilingnya.
Pertumbuhan mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh suhu, pH, cahaya,
serta bahan kimia. Mikroorganisme terbagi ke dalam beberapa golongan berdasarkan
ketahanannya terhadap suhu. Ada mikroba yang tahan terhadap suhu tinggi dan ada
pula yang tidak, begitu pula sebaliknya ada yang tahan tetrhadap suhu rendah dan ada
pula yang tidak. Hal yang sama juga terjadi pada pengatuh pH, cahaya, dan bahan
kimia. Mikroorganisme cenderung tidak menyukai bahan kimia, mereka tidak senang
tumbuh di daerah yang mengandung bahan kimia tertentu, yang mana dalam
percobaan dapat kita lihat dalam cawan petri mikroba tersebut tumbuh jauh dari paper
disk yang diberikan bahan kimia tertentu. Mereka membentuk suatu zona
oligodinamik.
Pada percobaan kali ini, akan dilihat sejauh mana suatu bakteri akan hidup
dari beberapa factor abiotik yaitu cahaya, pH, suhu dan bahan kimia.
1. Pengaruh cahaya
Pada percobaan ini, bakteri dibiakkan dalam medium NA pada cawan petri.
Disini, dubuat 3 perlakukan yaitu cawan petri yang disinari dan dibungkus kertas

karbon, cawan petri yang disinari tetapi tidak dibungkus dan cawan petri yang
tidak disinari dan tidak dibungkus kertas karbon. Disni, akan dilihat sejauh mana
bakteri dapat tumbuh dengan adanya pengaruh sinar matahari. Ternyata, dari
ketiga perlakuan ini pada capet yang disinari cahaya selama 15 menit dan tidak
dibungkus karbon serta pada capet yang dibungkus karbon dan tanpa disinari
terjadi pertumbuhan bakteri.
2. Pengaruh suhu
Pada percobaan ini, bakteri dibiakkan dalam medium GB dan diperlakukan
pada suhu yang berbeda-beda yaitu 5 o,25o,37o,dan 50oC. Pada tiap pertumbuhan
bakteri ditandai dengan kekeruhan pada tabung. Ternyata, temperature optimum
atau temperature inkubasi yang memungkinkan pertumbuhan tercepat selama
periode waktu singkat yaitu 1 x 24 jam untuk bakteri Streptococcus epidermidis
adalah 37oC. Hal ini sesuai dengan pustaka yang menyatakan bahwa termeratur
optimumnya lebih mendekati temperature maksimum dan minimum yaitu 37 oC.
Dari sini dapat diketahui bahwa bakteri Streptococcus epidermidis adalah bakteri
mesofil yaitu bakteri yang tumbuh pada 25-40oC.
3. Pengaruh pH
Pada percobaan ini, akan dilihat berapa pH optimum pertumbuhan suatu
bakteri yang ditandai dengan kekeruhan tabung. Disini, digunakan 4 jenis pH
yang berbeda-beda yaitu dapar pH 3, 5, 7, dan 9. Dalam pustaka dinyatakan
bahwa pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri terletak antara 6,5
7,5. Namun, beberapa species dapat tumbuh dalam keadaan sangat asam atau

sangat alkalis. Bagi kebanyakan species nilai pH minimum dan maksimum adalah
4 dan 9. Dari hasil percobaan ini, pH optimum untuk bakteri Streptococcus
epidermidis adalah pada pH 7 dan 9, ini berarti bahwa bakteri Streptococcus
epidermidis hidup baik dalam suasana netral atau sedikit bersifat basa. Sedangkan
pH optimum untuk bakteri Staphylacoccus aureus adalah pH 7.
4. Pengaruh bahan-bahan kimia
Pada percobaan ini, digunakan beberapa bahan-bahan kimia yang memiliki
cara kerja yang berbeda. Diantaranya adalah air steril, alkohol, asepso, dettol,
bayclin, listerin, wipol, dan super pell. Cara kerja desinfektan dan antiseptic
adalah sama, tetapi tujuan pemberiannya berbeda. Desinfektan ditujukan untuk
benda mati sedangkan antiseptic untuk benda hidup. Sedangkan antibiotic ada
yang yang bekerja secara bakterisid dan ada juga yang bersifat bakteriostatik.
Adapun mekanisme kerja dari antimikroba yaitu :
1. Antimikroba yang menghambat metabolisme sel mikroba
Yang termasuk dalam kelompok ini ialah sulfonilamid, trimetoprim, asm paminosalisilat (PAS) dan sulfon. Dimana apabila sulfonilamid atau sulfon menang
bersaing dengan PABA untuk diikutsertakan dalam pembentukan asam folat,
maka terbentuk analog asm folat yang nonfungsional. Akibatnya kehidupan
mikroba akan terganggu.
2. Antimikroba yang mengahmbat sintesis dinding sel mikroba
Obat yang termasuk dalaam kelompok ini ialah penisilin, sefalosporin,
basitrasin, vankomisin dan sikloserin. Dinding sel bakteri, terdiri dari

polipeptidoglikan yaitu suatu kompleks polimer mukopeptida (glikopeptida).


Sikloserin menghambat reaksi yang paling dini dalam proses sintesis dinding sel;
diikuti berturut-turut oleh basitrasin, vankomisin dan diakhiri oleh penisilin dan
sefalosporin, yang menghambat reaksi terakhir (transpeptidasi) dalam rangkaian
reaksi tersebut.
3. Antimikroba yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba
Obat yang termasuk golongan ini ialah polimiksin, golongan polien serta
berbagai antimkroba kemoterapeutik, misalnya antiseptik surface active agents.
Polimiksin sebagai senyawa amonium kuaterner dapat merusak membran sel
setelah bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid membran sel mikroba. Antibiotik
polien bereaksi dengan struktur sterol yang terdapat pada membran sel fungus
sehingga mempengaruhi permeabilitas selektif membran tersebut. Antiseptik yang
mengubah

tegangan

permukaan

(surface-active

agents)

dapat

merusak

permeabilitas selektif dari membran sel mikroba.


4. Antimikroba yang menghambat sintesis protein sel mikroba
Obat yang termasuk dalam kelompok ini ialah golongan aminoglikosid,
makrolid, linkomisin, tetrasiklin, dan kloramfenikol.
Linkomisin berikatan dengan ribosom 5OS dan menghambat sintesis protein.
Tetrasiklin berikatan dengan ribosom 3OS dan menghalangi masuknya
kompleks tRNA-asam amino pada lokasi asam amino.
Kloramfenikol berikatan dengan ribosom 5OS dan menghambat pengikatan
asam amino baru pada rantai polipeptida oleh enzim peptidil transferase.

5. Antimikroba yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba


Yang termasuk dalam golongan ini ialah rifampisin dan golongan kuinolon.
Rifampisin salah satu derivat rifamisin, berikatan dengan enzim polimerase-RNA
(pada sub-unit) sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA oleh enzim
tersebut. Golongan kuinolon menghambat enzim DNA girase pada kuman yang
fungsinya menat kromosom yang sangat panjang menjadi bentuk spiral hingga
bisa muat dalam sel kuman yang kecil.
Adapun mekanisme kerja dari senyawa fenol yaitu:
Senyawa ini berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi yang
melibatkan ikatan protein. Pada kadar rendah terbentuk kompleks protein fenol
dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami peruraian, diikuti penetrasi fenol ke
dalam sel dan menyebabkan presifitasi serta denaturasi protein. Pada kadar tinggi
fenol menyebabkan koagulasi protein sel dan membran sitoplasma mengalami lisis.
Adapun pengaruh pertumbuhan mikroorganisme dengan ada atau tidak
adanya

cahaya

ialah

bahwa

dengan

adanya

cahaya

maka

pertumbuhan

mikroorganisme akan terganggu. Hal ni disebabkan karena sinar matahari yang


dipancarkan langsung pada sel vegetative bakteri dapat menyebabkan kematian pada
sel tersebut, sedangkan sporanya biasanya lebih tahan. Efek bakterisidal dari sinar
matahari disebabkan oleh bagian ultra violet dari spectrum sinarnya.

LAMPIRAN
SKEMA KERJA
1. Pengaruh suhu

Suspensi bakteri
10 ml
Tabung I

tabung II

tabung III

tabung IV

Ditambahkan pada suhu 5o C, 25oC, 37oC dan 50oC selama 1x24 jam

Diamati

2. pengaruh pH

Medium GB

pH 3 dan kontrol

pH 7 dan kontrol

pH 9 dan kontrol

diukur pH, untuk asam ditambahkan


asam tartrat, untuk basa ditambahkan
NaOH
Ditambahkan biakan bakteri, kecuali control
(Staphylococcus aureus dan Strepthococcus epidermidis)

Diinkubasi dalam inkubator


Pada suhu 37oC selama 1x24 jam
Diamati

3. Pengaruh cahaya

Medium NA

Cawan Petri I

Cawan Petri II

Cawan Petri III

Ditambahkan biakan

Ditambahkan biakan

Ditambahkan

bakteri

bakteri

biakan bakteri

Disinari matahari

Disinari matahari dan

tidak disinari tapi

tanpa dibungkus

dibungkus kertas karbon

dibungkus kertas

kertas karbon

karbon

Diinkubasi dalam incubator


Pada suhu 37oC selama 1x24 jam
Diamati

4. Pengaruh Bahan-Bahan Kimia


Biakan Bakteri

Cawan Petri I

Cawan Petri III

Ditambahkan medium NA

Cawan Petri I

Cawan Petri II

(Dettol, listerin, wipol, asepso)

(Superpell, kloramfenikol, byclean,


air suling)

Diinkubasi dalam inkubator


Pada suhu 37oC selama 1x24 jam
Diamati

BAB VI
PENUTUP

VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dapat diketahui bahwa :

Suhu optimum bakteri Streptococcus epidermidis dan Staphylococcus


aureus adalah 37o C

pH optimum pertumbuhan bakteri Streptococcus epidermidis dan


Staphylococcus aureus adalah pH 7.

Cahaya dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dimana


pertumbuhan optimum terdapat pada perlakuan yang disinari matahari dan
dibungkus kertas karbon.

Pada pengaruh zat-zat kimia, air steril dan alkohol memberikan daya
hambat yang paling baik terhadap bakteri Streptococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis.

VI.2. Saran
Sebaiknya sampel yang digunakan lebih variatif.

Lampiran :
Pengaruh zat kimia terhadap pertumbuhan bakteri
1. Pada Bakteri Streptococcus epidermidis
Rata-rata zona hambatan pada paper disk KI

X1 X 2 X 3
3

30 39 29
3

X = 32 mm

Rata-rata zona hambatan pada paper disk HgCl2

X1 X 2 X 3
3

25 32 30
3

X = 30,3 mm

Rata-rata zona hambatan pada paper disk Aquadest

X1 X 2 X 3
3

34 29 34
3

X = 21,3 mm

Rata-rata zona hambatan pada paper disk alkohol 70 %

X1 X 2 X 3
3

000
3

X = 0 mm

Rata-rata zona hambatan pada paper disk asepso

X1 X 2 X 3
3

000
3

X = 0 mm

2. Pada bakteri Streptococcus aureus


Rata-rata zona hambatan pada paper disk KI

X1 X 2 X 3
3

1 2 3
3

X = 2 mm

Rata-rata zona hambatan pada paper disk HgCl2

X1 X 2 X 3
3

53 4
3

X = 4 mm

Rata-rata zona hambatan pada paper disk Aquadest

X1 X 2 X 3
3

7 10 6
3

X = 20 mm

Rata-rata zona hambatan pada paper disk alkohol 70 %

X1 X 2 X 3
3

000
3

X = 0 mm

Rata-rata zona hambatan pada paper disk asepso

X1 X 2 X 3
3

675
3

X = 6 mm

Pengaruh Logam terhadap pertumbuhan bakteri


1. Pada bakteri Streptococcus epidermidis
Rata-rata zona hambatan pada koin besar

X1 X 2 X 3
3

1 8 7
3

2. Pada bakteri Streptococcus aureus

X =5,3 mm

Rata-rata zona hambatan

X1 X 2 X 3
3

7 12 12
3

X =11,6 mm

Komposisi Medium :
1. GB (Glukosa Broth)
Pepton

0,65 g

Glukosa

0.65 g

Ekstra beef

0,39 g

2. NA (Nutrient Agar)
Pepton

5g

Extract beef

3g

Agar

15 g

Aquadest

ad

1000 mL

Anda mungkin juga menyukai