DISUSUN OLEH :
NAMA
STAMBUK
: A 241 13 048
A. Pengertian Belajar
Belajar umumnya didefinisikan sebagai perubahan di dalam diri seseorang yang disebabkan
oleh pengalaman.
B. Evolusi Teori Belajar Perilaku
1. Menurut Ivan Pavlov
Percobaan yang dilakukan oleh Pavlov menunjukan jika stimulus yang yang pada awal
mulanya netral dipasangkan pada stimulus yang tidak terkondisi,stimulus netral itu
menjadi stimulus terkondisi dan memiliki kekuatan untuk membangkitkan respon semula
dengan yang dihasilkan oleh stimulus tak terkondisi.
2. E.L. Thorndike : Hukum Pengaruh
Dari eksperimen tersebut Thorndike membangun teori yang dikenal dengan hukum
pengaruh ( the law of effect) yang berbunyi : jika suatu tindakan diikuti oleh hal yang
memuaskan dalam lingkungan maka kemungkinan tindakan itu akan diulangi dalam
suasana serupa akan meningkat. Sebaliknya, jika suatu perilaku diikuti oleh hal yang
tidak menyenangkan dalam lingkungan maka kemungkinan tidak akan di ulangi.
3. B.F. Skinner : Pengkondisian Operan
Studi Skinner berfokus pada penempatan subjek di dalam situasi kontrol dan mengamati
perubahan perilaku yang diakibatkan oleh perubahan konsekuensi yang secara sistematis
dari perilaku sebelumnya. Skinner terkenal karena alat yang ia pakai yang disebut dengan
kotak skinner (skinner box).
C. Prinsip Belajar Perilaku
Beberapa prinsip belajar perilaku, yaitu :
1. Peranan konsekuensi
2. Hukuman
3. Kesegeraan konsekuen
4. Penjadwalan penguatan
5. Penguatan
6. Pembentukan
7. Pemunahan
D. Pengertian Belajar Perilaku
Teori belajar behavioristik merupakan teori belajar yang menekankan pada tingkah laku
manusia sebagai akibat interaksi antara stimulus dan respon. Aliran ini menekankan pada
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori perilaku ini jika dengan menggunakan
model hubungan stimulus responnya, mendudukan orang yang belajar sebagai individu yang
pasif.
BAB II
TEORI BELAJAR SOSIAL
A. Teori Pembelajaran Sosial
Dalam teori kognitif sosial, yang penting yaitu faktor internal dan eksternal. Segala sesuatu
yang terjadi di lingkungan sekitar, faktor-faktor pribadi (seperti berpikir dan motivasi), dan
BAB III
TEORI BELAJAR KOGNITIF
A. Model Pemrosesan Informasi
Informasi secara terus menerus masuk ke dalam otak kita melalui indera. Urutan pemrosesan
informasi yaitu informasi yang akan diingat pertama-tama harus sampai pada indera
seseorang, kemudian diterima dan ditransfer dari register penginderaan ke memori jangka
pendek, selanjutnya diproses lagi untuk ditransfer kememori jangka panjang.
Pengorganisasian secara hirarki, dimana hal-hal khusus dikelompokan dibawah topiktopik yang lebih umum, agaknya dapat membantu pemahaman siswa (Van Patten et
al.,1986).
BAB IV
PENDEKATAN KONTRUKTIVISTIK DALAM PEMBELAJARAN
A. Pandangan Belajar Menurut Teori Kontruktivisme
Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus secara individu menemukan dan
mentransfer informasi-informasu kompleks apabila mereka harus menjadikan informasi itu
miliknya sendiri. Teori kontruktivis memandang siswa secara terus menerus memeriksa
informasi-informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama yang merevisi aturanaturan tersebut jika tidak sesuai lagi.
B. Sejarah Kontruktivisme
Revolusi konstruktivis yang kuat di dalam sejarah pendidikan. Konstruktivisme lahir dari
gagasan Piaget dan Vigotsky, di mana keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif
hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya melalui suatu proses
ketidakseimbangan dalam upaya dalam memahami informasi-informasi baru.
BAB V
PENDEKATAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian Belajar
Gage (1984) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme berubah
perilakunya diakibatkan pengalaman. Demikian juga Harold Spear mendefinisikan bahwa
belajar terdiri dari pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru.
B. Belajar dan Proses Penerimaan Informasi
Menurut Ausubel (1968), dalam teori bermaknanya menjelaskan bahwa belajar merupakan
proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevn yang terdapat dalam struktur
kognitif seseorang. Yang mana kita tak tahu bagaimana mekanisme memori menyimpan
pengetahuan, yang jelas informasi yang dapat tersimpan dalam otak, menurut ahli dalam
penyimpanan informasi melibatkan banyak sel. Dengan berlangsungnya belajar, dihasilakan
perubahan-perubahan dalam sel otak, terutama sel yang menyimpan informasi.
C. Mengapa Manusia harus Belajar?
Kemampuan belajar dan mengolah informasi pada manusia merupakan ciri penting yang
membedakan manusia dari makhluk lain, kemampuan belajar memberi manfaat bagi individu
dan juga bagi masyarakat untuk menempatkan diri dalam makhluk yang berbudaya, dengan
belajar seseorang mampu mengubah perilaku, dan membawa pada perubahan individu belajar,
yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan.
D. Macam Macam Pendekatan dalam Belajar
Belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang diakibatnkan pengalaman, dan
dianggap sebagai faktor penyebab dasar belajar. Gage (1984) mengelompokkan belajar ke
dalam lima macam belajar:
1. Belajar responden
2. Belajar operant
3. Belajar observational
4. Belajar kontiguitas
5. Belajar kognitif
E. Memanfaatkan Peta Konsep
Peta konsep adalah adaalah menyatakann hubungan-hubungan yang bermakkna antara
konsep-konsep dalam bentuk proposisi. Proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep
yyang di hubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik. Jadi belajar bermakna menurut
ausubel akan memberi makna apabila di hubungkan dengan dengan konsep-konsep yang
memiliki arti yang lebih luas dan berkembang.
F. Strategi Pembelajaran Contectual Teaching Learning (CTL)
Landasan filosifis CTL adalah konstruktivistik, yaitu filosofi yang menekan bahwa belajar
tidak hanya sekedar menghapal. Peserta didik harus mampu membangunkan pengetahuan di
benak mereka sendiri. Pengetahuan tidak dapat di pisahkan menjadi fakta. Strategi
pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama efektif yaitu kontruktivistik,
menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian yang
sebenarnya.
BAB VI
KECERDASAN GANDA
A. Jenis Kecerdasan Ganda
1. Kecerdasan matematis-logis, kemampuan menggunakan angka dengan baik (misalnya,
ahli matematika, akuntan pajak, ahli statistik) dan melakukan penalaran yang benar
misalnya, sebagai ilmuwan, pemrogaraman komputer, atau ahli logika).
2. Kecerdasan spasial, kemampuan mempersepsikan dunia spasial visual secara akurat
(misalnya, sebagai pemburu, pramuka, pemandu) dan mentransformasikan persepsi dunia
spasial visual tersebut (misalnya dekorator interior, arsitek, seniman, atau penemu).
3. Kecerdasan kinetis-jasmani, keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk
mengekspresikan ide dan perasaan (misalnya, sebagai aktor, pemain pantomim, atlet, atau
penari) dan keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah
sesuatu (misalnya, sebagai pengrajin, pematung, ahli mekanik, dokter bedah)
4. Kecerdasan musikal, kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal, dengan cara
mempersepsi (misalnya, sebagai pemikat musik), membedakan (misalnya, sebagai
kritikus musik), mengubah (misalnya, sebagai kompesor), dan mengekspresikan
(misalnya, sebagai peyanyi).
5. Kecerdasan interpersonal, kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati,
maksud, motivasi, serta perasaan orang lain.
6. Kecerdasan intrapersonal kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan
pemahaman tersebut.
7. Kecerdasan naturalis, keahlian mengenali dan mengategorikan spesies flora dan fauna di
lingkungan sekitar.
8. Kecerdasan eksistensial, kecerdasan yang berhubungan dengan kapasitas dan
kemampuan. (Gardner, 2003)
B. Pengembangan Kecerdasan Majemuk
Kecerdasan dapat berkembang atau tidak bergantung pada tiga faktor penting sebagai berikut:
1. Faktor biologis
2. Sejarah hidup pribadi
3. Latar belakang kulturan dan historis
C. Metode dan Materi Kunci Pengajaran Kecerdasan Majemuk
Ada sejumlah metode pengajaran yang melampaui model pengajaran tradisional. Metode
tersebut dapat diringkas dala tabel sebagaimana dikutip dari Thomas Amstrong(2002).
1. Cara menyusun rencana pelajaran kecerdasan majemuk
2. Kecerdasan majemuk dan pengajaran tematis
BAB VII
PEMOTIVASIAN SISWA UNTUK BELAJAR
A. Kecemasan dan Prestasi Belajar
Kecemasan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan. Untuk siswa tersebut
kecemasan menghambat belajar atau kinerja mereka secara serius khususnya pada saat tes.
Sumber utama kecemasan di sekolah adalah kekuatan akan gagal,disamping itu kehilangan
harga diri.siswa yang prestasi belajarnya rendah cenderung cemas di sekolah, namun mereka
tidak sendirian.
B. Bagaimana Guru dapat Meningkatkan Motivasi Siswa untuk Belajar?
Pertama-tama isi tentang motivasi instrinsik nilai motivasional dari isi itu sendiri dipaparakan,
kemudian dibahas motivasi ekstrinsik penggunaan pujian, balikan, dan insentif untuk
memotivasi siswa melakukan yang terbaik. Untuk memperkuat motivasi siswa dan saransaran untuk memecahkan masalah-masalah motivasi yang biasa terjadi di kelas, termasuk
hadiah untuk peningkatan sistem insentif.
C. Bagaimana Guru dapat Meningkatkan Motivasi Instrinsik?
Untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa tentang pelajaran yang akan diterima, dengan
demikian meningkatkan motivasi intrinsik untuk mempelajari materi itu.cara lain untuk
meningkatkan minat intinsik siswa adalah memberikan mereka beberapa pilihan tentang apa
yang akan mereka pelajari dan bagaimana mereka akan mempelajari materi itu.
BAB VIII
KONSEP DASAR EVALUASI PEMBELAJARAN
A. Pengertian Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan
menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan dan penerapan kualitas (nilai dan dan
arti) pembelajaran terhadap berbagai komponen pembelajaran, berdasarkan pertimbangan dan
keriteria tertentu sebagai bentuk pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan
pembelajaran.
B. Prinsip Prinsip Umum Evaluasi
Adapun prinsip prinsip evaluasi umum evaluasi mencakup kontinuitas, komprehensif, adil
dan objektif, kooperatif serta praktis.
C. Jenis Jenis Evaluasi Pembelajaran
Adapun jenis jenis evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi perencanaan dan pengembangan
2. Evaluasi monitoring
3. Evaluasi dampak
4. Evaluasi efisiensi-ekonomis
5. Evaluasi program komprehensif
D. Karakteristik Instrumen Evaluasi
Karakteristik instrumen evaluasi terdiri dari valid, reliable, relevan, representatif, praktis,
deskriminatif, dan spesifik, serta proporsional.
E. Model Model Evaluasi
Ada beberapa model evaluasi yaitu sebagai berikut:
1. Model tyler
2. Model yang berorientasi pada tujuan
3. Model pengukuran
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Model kesesuain
Education system evaluation model
Model alkin
Model brinkerhoff
Iiiuminative model
Model respontif
Tokoh
Behavioristik
Kognitif
Pavlov
(1849-1936),
Watson
(1878-1958),
Thorndike (1874-1949),
Konstruktivis
Schuman (1996), Merril (1991),
Skinner (1904-1990)
Dasar
Pemikiran
Proses
berpikir
dibalik Pengetahuan
tingkah laku.
dibangun
secara
aktif.
Siswa difokuskan pada Penerapan teori kognitif Siswa diajak untuk memahami
tujuan
yang
sehingga
dapat siswa
menanggapi
mampu pengalaman
yang
berbeda,
agar
yang
sama
siswa
berbeda- siswa
dapat
menyelesaikan
diharapkan siswa mampu beda, mereka perlu secara masalah dengan berbagai cara,
menjawab
tentang
pertanyaan rutin
sifat-sifat
cair.
Kelemahan Siswa
dilatih
dapat
dalam
situasi
keadaan
dimana
menimbulkan
masalah.
Contoh:
tidak tersedia. Contoh:
Siswa harus membuang
sampah pada tempatnya,
tetapi di tempat tersebut
tidak
tersedia
sampah.
tempat
sama,
diperhatikan
perlu
perbedaan
Mengikuti
aturan
gagasan
tetapi
akan
yang
sulit
dilaksanakan.
Aspek
Pengetahuan
Belajar
Strategi belajar
Peran guru
Kontruktivistik Kognitif
Dibangun secara individual dan
internal. Sistem pengetahuan
secara aktif dibangun oleh
pebelajar berdasarkan struktur
yang sudah ada.
Menimbulkan disequilibration
yang
mendorong
individu
mengadaptasi
skema-skema
yang ada.
Proses asimilasi dan akomodasi
aktif pengetahuan-pengetahuan
baru ke dalam struktur kognitif
yang sudah ada.
Experience based & discovery
oriented
Minimal & lebih membiarkan
siswa menemukan sendiri ide
sehingga posisi guru sebagai
pengajar menjadi kabur.
Kontruktivistik Sosial
Dibangun dalam konteks
sosial
sebelum
menjadi
bagian pribadi individu.
Meningkatkan pemahaman
yang telah ada sebelumnya
dari hasil interaksi.
Integrasi siswa ke dalam
komunitas
pengetahuan.
Kolaborasi informasi baru
untuk
meningkatkan
pemahaman.
Sharing
&
Cooperative
learning
Penting dalam membantu
(scaffolding) siswa mencapai
kemandirian melalui interaksi
sosial.