Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

(Tentang Hukum Kedua dan Ketiga Termodinamika)

OLEH:

KELOMPOK V

FINA NURSABILA
SALEHA
INDRA

SMK NEGERI 1 BALAESANG

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal
mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak akan luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan kami, semoga bisa
menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik dari sebelumnya. Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada teman-teman
sehingga dapat menyusun dan insya Allah sesuai dengan yang diharapkan. Pada dasarnya makalah ini kami sajikan untuk
membahas tentang “Hukum Kedua dan Ketiga Termodinamika”. Untuk lebih jelas simak pembahasan dalam makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan pengetahuan yang mendalam tentang hukum kedua dan ketiga termodinamika
kepada kita semua.

Makalah ini masih banyak meliliki kekurangan. Tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, saya mengharapkan
kritik dan saran dari teman-teman untuk memperbaiki makalah saya selanjutnya. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima
kasih.

Tambu, 26 Junari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang ........................................................................................................................................................
B. Tujuan Penulisan .....................................................................................................................................................
C. Batasan Masalah .....................................................................................................................................................
D. Manfaat Tulisan ......................................................................................................................................................
E. Rumusan Masalah ..................................................................................................................................................
F. Metode ...................................................................................................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Kedua Termodinamika ..............................................................................................................
B. Perumusan Hukum Kedua Termodinamika ..............................................................................................................
C. Pengertian Hukum Ketiga Termodinamika ............................................................................................................
D. Perhitungan Entropi menurut Perbedaan Temperatur ............................................................................................
E. Entropi sebagai Kriteria Kespontanan Proses ........................................................................................................

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................................................................................
B. Saran ...................................................................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hukum pertama termodinamika secara esensial adalah hukum kekekalan energi yang memasukkan kalor sebagai model
perpindahan energi. Menurut hukum pertama, energi dalam suatu zat dapat ditingkatkan dengan menambahkan kalor ke zat
atau dengan melakukan usaha pada zat. Hukum pertama termodinamika tidak membatasi tentang arah perpindahan kalor yang
dapat terjadi. Pada hukum pertama termodinamika ini mengarah ke pengenalan tentang energy dalam, U, yang merupakan
fungsi keadaan yang memungkinkan kita untuk mengkaji apakah suatu perubahan diperbolehkan. Perubahan yang bias terjadi
hanya yang energi-dalam sistem- terisolasinya tetap sama.

Hukum yang member petunjuk tentang perubahan spontan, yaitu hukum kedua termodinamika, yang dinyatakan dalam
fungsi keadaan lain, yaitu “entropi” S. Pada hukum kedua ini entropi digunakan mengenali perubahan spontan di antara
perubahan – perubahan yang diperbolehkan ini:
Hukum kedua: Entropi suatu sistem yang terisolasi bertambah selama ada perubahan spontan.

Dengan menyatakan entropi total semua bagian sistem terisolasi.

Hukum kedua termodinamika mengatakan bahwa aliran kalor memiliki arah. Dengan kata lain, tidak semua proses di
alam ini adalah reversible (arahnya dapat dibalik). Satu aplikasi penting dari hukum kedua adalah studi tentang mesin kalor,
seperti mesin bensin pada mobil dan prinsip-prinsip yang membatasi efisiensinya.
Pada T=0 semua energi gerakan termal sudah diredam. Pada kristal sempurna, pada T=0, semua partikel ada dalam
susunan biasa seragam. Tidak adanya ketakteraturan dan gerakan termal menunjukkan bahwa material itu juga mempunyai
entropi nol. Kesimpulan ini dinyatakan dalam Hukum Tiga Termodinamika.
Hukum Ketiga: jika entropi semua unsur dalam keadaan stabilnya pada T=0 diambil sama dengan nol, semua zat
mempunyai entropi positif yang pada T=0 dapat menjadi nol, dan untuk semua zat kristal sempurna termasuk senyawa-senyawa
entropinya menjadi nol.
Oleh karena itu, dengan adanya makalah yang berjudul “ Hukum Kedua dan Ketiga Termodinamika“semoga dapat
menambah kasanah pengetahuan kita tentang termodinamika, khususnya tentang hukum kedua dan ketiga termodinamika.
B. Tujuan Penulisan
 Untuk menambah pengetahuan tentang hukum kedua termodinamika.
 Untuk menambah pengetahuan tentang hukum ketiga termodinamika.
 Untuk menambah pengetahuan tentang perubahan entropi berdasarkan temperatur yang berbeda.
 Untuk menambah penegtahuan tentang entropi sebagai kespontanan proses.
C. Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas tentang hukum kedua dan ketiga termodinamika.
D. Manfaat Tulisan
 Sebagai bahan acuan tentang hukum kedua dan ketiga termodinamika.
 Sebagai literatur tambahan pengetahuan tentang hukum kedua dan ketiga termodinamika.
E. Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud hukum kedua termodinamika?
 Bagaimana perumusan hukum kedua termodinamika?
 Apa yang dimaksud dengan hukum ketiga termodinamika?
 Bagaiaman perhitungan entropi menurut perubahan temperatur?
 Bagaimana akibat entropi sebagai kriteria kespontanan proses?
F. Metode
Makalah ini di susun dengan menggunakan metode studi pustaka dan juga pencarian data menggunakan intern
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Kedua Termodinamika


Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, Formulasi Kelvin-Planck atau hukum termodinamika kedua menyebutkan bahwa
adalah tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata mengubah energi
panas yang diperoleh dari suatu reservoir pada suhu tertentu seluruhnya menjadi usaha mekanik. Hukum kedua termodinamika
mengatakan bahwa aliran kalor memiliki arah; dengan kata lain, tidak semua proses di alam semesta adalah reversible (dapat
dibalikkan arahnya). Sebagai contoh jika seekor beruang kutub tertidur di atas salju, maka salju dibawah tubuhnya akan
mencair karena kalor dari tubuh beruang tersebut. Akan tetapi, beruang terebut tidak dapat mengambil kalor dari salju tersebut
untuk menghangatkan tubuhnya. Dengan demikian, aliran energy kalor memiliki arh, yaitu dari panas ke dingin.

B. Perumusan Hukum Kedua Termodinamika


Hukum kedua termodinamika berkaitan dengan apakah proses-proses yang dianggap taat azas dengan hukum pertama,
terjadi atau tidak terjadi di alam. Hukum kedua termodinamika seperti yang diungkapkan oleh Clausius mengatakan, “Untuk
suatu mesin siklis maka tidak mungkin untuk menghasilkan efek lain, selain dari menyampaikan kalor secara kontinu dari
sebuah benda ke benda lain pada temperatur yang lebih tinggi".
Bila ditinjau siklus Carnot, yakni siklus hipotesis yang terdiri dari empat proses terbalikkan: pemuaian isotermal dengan
penambahan kalor, pemuaian adiabatik, pemampatan isotermal dengan pelepasan kalor dan pemampatan adiabatik; jika integral
sebuah kuantitas mengitari setiap lintasan tertutup adalah nol, maka kuantitas tersebut yakni variabel keadaan, mempunyai
sebuah nilai yang hanya merupakan ciri dari keadaan sistem tersebut, tak peduli bagaimana keadaan tersebut dicapai. Variabel
keadaan dalam hal ini adalah entropi. Perubahan entropi hanya gayut keadaan awal dan keadaan akhir dan tak gayut proses
yang menghubungkan keadaan awal dan keadaan akhir sistem tersebut.
Hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi mengatakan, "Sebuah proses alami yang bermula di dalam satu
keadaan kesetimbangan dan berakhir di dalam satu keadaan kesetimbangan lain akan bergerak di dalam arah yang
menyebabkan entropi dari sistem dan lingkungannya semakin besar"
1. Dilihat dari arah proses termodinamik maka proses hukum kedua termodinamik terbagi menjadi 2 proses yaitu sebagai berikut :
a. Proses termodinamik yang berlanggsung secara alami seluruhnya disebut proses ireversibel (irreversibel process). Proses
tersebut berlanggsung secara spontan pada satu arah tetapi tidak pada arah sebaliknya. Contohnya kalor berpindah dari benda
yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah.
b. Proses reversibel adalah proses termodinamik yang dapat berlanggsung secara bolak-balik. Sebuah sistem yang mengalami
idealisasi proses reversibel selalu mendekati keadaan kesetimbangan termodinamika antara sistem itu sendiri dan
lingkungannya. Proses reversibel merupakan proses seperti-kesetimbangan (quasi equilibrium process).

Telah dibahas terdahulu bahwa pada proses reversibel selalu menghasilkan kerja maksimal, sehingga menghasilkan efisiensi
maksimal. Berbeda dengan proses sebaliknya, efesiensi untuk proses irrevesibel adalah lebih kecil dari pada proses reversibel,
ϵirr < ϵrev
Dengan ϵirr dan ϵrev adalah efesiensi pada proses irreversibel dan efesiensi pada proses reversibel. Jika kalor yang diserap pada
suhu T dan T’ masing-masing adalah Q dan Q,maka berdasarkan persamaan dibawah ini.

Pada proses reversibel selalu menghasilkan kerja maksimal. Sehingga, menghasilkan efisiensi maksimal. Pada proses
reversibel, kalor diserap pada suhu T dan T’, sehingga,
Penjelasan,

Maka,

Atau secara umum, dapat ditulis dalam bentuk

perhatikan sekarang untuk proses lingkar irrevisibel ABA, yang terdiri atas satu langkah irreversibel AB, dan satu langkah
reversibel BA, untuk proses lingkar tersebut berlaku’

)<0

( >

∆S >

Dengan ∆S adalah perubahan entropi untuk proses irreversibel AB, Q adalah kalor yang diserap sisitem, dan T adalah suhu.
Apabila proses tersebut berlangsung dalam sisitem tersekat, maka Dq = 0 sehingga ∆S >0.

Proses-proses spontan yang terjadi dialam semesta bersifat irreversibel. Sementara itu, ditinjau daripertukaran kalornya,
alam semesta merupakan sistem tersekat. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa : “semua proses yang terjadi di alam
semesta selalu brlangsung ke arah peningkatan entropi”. Pernyataan ini merupakan rumusan Hukum Kedua Termodinamika.

 Efesiensi Mesin Bakar


Efesiensi mesin bakar didefinisikan sebagai perbandingan jumlah total kerja yang dilakukan terhadap jumlah total panas
yang diabsorbsi,yaitu

ϵ= (4.5)

Soal dan pembahasan

1. siklus carnot reversibel melakukan kerja ekuivalen dengan 150 kj per siklus. Jika panas yang dipasok oleh siklus adalah 225 kj
pada 227oC per siklus, hitung (a) temperatur dimana panas dilepaskan, (b) efesiensi termal mesin.
Dengan menggunakan persamaan (4.5)

= = = 0,667

Sekarang =

T1=273 + 227 = 500 K


0,667
Sehingga 0,667 =

Atau T2 = 166,5 K

2. Suhu didalam lemari es adalah -3oC. Fluida kerja yang dimampatkan di dalamnya mengembun pada suhu 27oC. Tentukanlah
koefisien daya guna lemari es tersebut?
Penyelesaian :
Besaran yang diketahui :
T 2 = -3 + 273 = 270 K
T1 = 27 + 273 = 300 K
Koefisien daya guna lemari es dihitung dengan rumus :

= =9

3. Sebuah mesin kalor yang bekerja antara reservoir kalor bersuhu rendah 27oC dan reservoir kalor bersuhu tinggi
T1,ditingkatkan efisiensi maksimumnya dari 25% hingga manjadi 50% dengan menaikan suhu T1 Menjadi T’1. Tentukanlah
nilai T1 dan T’1.
Penyelesaian :
Besaran yang diketahui :
T2 : 27 + 273 = 300K
η : 25% =0,25
η’ : 50% =0,5
Dari rumus efisiensi mesin diperoleh :
η

T1

T1 = 400K

T1 = 400 - 273 =127oC


Peningkatan efisiensi dilakukan dengan menaikan T1 Menjadi T’1, maka :
η

T’1

T’1 = 600K

T’1 = 600 - 273 =327oC

C. Pengertian Hukum Ketiga Termodinamika

Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini menyatakan bahwa pada saat suatu
sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum
ini juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol. Molekul hanya
memiliki energi vibrasi (di samping energy electron dan energy inti) yang sama besar, sehingga berada dalam keadaan kuantum
tunggal. Jika di tijau dari kedudukan dan distribusi energinya , penyusun-penyusun molekul dalam suatu Kristal yang sempurna
pada 0 K hanya dapat terlaksana dengan satu cara. Dalam ini W=1. Jadi entropi suatu Kristal murni yang sempurna ialah 0
pada 0 K. Pernyataan ini terkenal sebagai HUKUM KETIGA TERMODINAMIKA

S0 = 0
Dalil kalor Nernst
Pengamatan termodinamika yang sesuai dengan kesimpulan ini dikenal sebagai dalil kalor Nernst.
Perubahan entropi dalam suatu transformasi, mendekati nol, ketika temperature mendekati nol:
∆S 0 ketika T 0
Contohnya, entropi transisi antara sulfur ortorombik , S( ) dan sulfur monoklinik, S( ) dapat diukur dengan
menentukan entalpinya (-402 J mol-1) pada temperatur transisi (369 K):

= -1,09 JK-1mol-1

Kedua entropi itu juga dapat ditentukan dengan mengukur kapasitas kalor dari T = 0 sampai T = 369 K (pada
temperatur rendah laju transformasi sangat rendah, sehingga kestabilan relatif termodinamika dari bentuk monoklinik tidak
penting lagi; bentuk-bentuk itu stabil secara termodinamika internal). Kita dapatkan:

Menunjukkan bahwa pada temperatur transisi

Dengan membandingkan nilai ini dengan nilai di atas, kita menyimpulkan bahwa

Sesuai dengan dalilnya.


Dengan demikian, dari dalil Nernst ini jika kita menganggap entropi unsur-unsur dalam bentuk kristal sempurnanya
bernilai nol pada T = 0, semua kristal sempurna senyawa-senyawa juga mempunyai entropi sebesar nol pada T=0 (karena
perubahan entropi yang menyertai pembentukan senyawa-senyawa, seperti halnya semua transformasi, bernilai nol). Karena
itu, semua kristal sempurna dianggap memiliki entropi nol pada T=0.

Hukum Ketiga: jika entropi semua unsur dalam keadaan stabilnya pada T=0 diambil sama dengan nol, semua zat
mempunyai entropi positif yang pada T=0 dapat menjadi nol, dan untuk semua zat kristal sempurna termasuk senyawa-senyawa
entropinya menjadi nol.

Entropi Hukum Ketiga


Untuk selanjutnya, dibuat pilihan S(0)=0 untuk kristal sempurna. Entropi yang tercatat berdasarkan hal itu disebut
entropi Hukum Ketiga (dan sering juga hanya disebut ebagai entropi). Jika zat dalam keadaan standarnya pada temperatur T,
entropi standar (Hukum Ketiga) nya diberi notasi S0(T).
Entropi reaksi standar didefinisikan, seperti entalpi reaksi standar, sebagai selisih antara entropi produk murni
terpisah dengan reaktan murni terpisah, semua zat itu dalam keadaan standar pada temperatur tertentu. Jadi secara umum:

Kita tinjau transformasi suatu padatan dari suhu 0 absolut ke suhu T di bawah titk lelehnya,yang terjadi pada tekanan
tetap.
Padatan (0 K.P) padatan (T,P)
Perubahan entropinya,pada P tetap sesuai dengan yang dinyatakan oleh persamaan(4.43)yakni
ΔS = ST –s0 =
Atau
ST = S0 +
Oleh karena Cp Positif,integral persamaan (4.58)akan bernilai positif ,sehingga entropi hanya dapat meningkat karena
suhu.pada nol kelvin entropi memiliki nilai S0 Yang paling kecil.pada tahun 1913,M.Planck mengusulkan bahwa nilai S 0
adalah nol untuk setiap kristal murni dan kristal sempurna.pernyataan ini kemudian dikenal sebagai hukum ketiga
Termodinamika: Entropi kristal murni yang sempurna adalah pada suhu nol absolut
Jika hukum ketiga Termodinamika diterapkan terhadap persamaan (4.58),di peroleh persamaan
ST =
Turunan,
=

= (pada T’)

= (pada T’)

Sehingga,
ST = (pada T’)
ST disebut entropi(mutlak)padatan pada suhu T dan tekanan P.Jika tekanannya 1 atm,maka entropi itu di sebut entropi standar,
,
sehingga dapat di tulis menjadi

Turunan,
=

= (pada T’)

= (pada T’)

Sehingga,
(pada T’)

Soal
1. Kapasitas kalor molar emas pada temperatur 10 K adalah 0,43 J K-1 mol-1 berapa entropi molarnya pada temperatur itu.
Jawaban
Kita dapat mengasumsikan pada temperatur rendah kapasitas kalor sama dengan aT3, yaitu
S(T) – S(0) = =
Namun demikian, karena adalah kapasitas kalor pada temperatur T, maka , sehingga
S(T) = S(0) +
= S(0) + 0,43 J K-1 mol-1
= S(0) + 0,14 J K-1 mol-1
Karena S(0) adalah 0 maka,
S(T) = 0,14 J K-1 mol-1
2. Jika entropi molar perak pada temperatur 15 K adalah 28,35 43 J K-1 mol-1. Berapa kapasitas kalor molar perak pada temperatur
itu.
Penyelesaian:
- Diketahui: S(T) = 28,35 43 J K-1 mol-1 dan T = 15 K
- Ditanya: (kapasitas kalor)

- Jawab : nilai S(0) = 0 untuk kristal murni dan kristal sempurna,


S(T) = S(0) +
28,35 43 J K-1 mol-1 =0 +

28,35 43 J K-1 mol-1 =


=28,35 43 J K-1 mol-1 X 3
=85,05 J K-1 mol-1
D. Perhitungan Entropi menurut Perbedaan Temperatur
1.) Entropi Standar Zat Cair di Atas Titik Lelehnya
Entropi sistem pada temperature T dapat dihubungkan dengan entropi pada T=0 dengan mengukur kapasitas kalor Cp
pada temperatur berbeda-beda dan mengevaluasi integral. Pada setiap transisi fase, entropi transisi harus ditambahkan ( trs

/Tt).
Jika suatu perubahan yang terjadi pada proses pelelehan menyangkut peningkatan entropi, konstribusi perubahannya
harus disertakan dalam perhitungan entropi cairan. Misalnya, suatu padatan meleleh pada keadaan standar (tekanan 1 atm),
kemudian setelah semua meleleh (mencair) suhunya meningkat terus. Entropi pada proses ini dinyatakan dengan persamaan :

Untuk mengevaluasi , maka diperlukan data mengenai, , Tm, , dan pada rentang suhu yang diinginkan.

Data-data ini diperoleh dari hasil percobaan. Akan tetapi pada suhu yang sangat rendah, pengukuran sangat sulit dilakukan.
Selain itu, masalah lain adalah sukarnya mengukur kapasitas kalor didekat T=0. Pengukuran kapasitas panas seringkali hanya
dapat dilakukan sampai suhu sekitar 10-15 K.
Ada dasar-dasar teori yang baik untuk menganggap bahwa kapasitas kalor sebanding dengan T3 jika T rendah, dan ini
merupakan dasar dari ekstrapolasi Debye. Dalam metode ini, Cp diukur sampai temperatur serendah mungkin. Pada keadaan ini
kapasitas panas padatan memenuhi hukum Debye “T pangkat tiga” secara akurat adalah sebagai berikut:
Cv = aT3
Dengan a suatu tetapan yang khas untuk setiap zat. Pada suhu ini Cv Cp. oleh karena itu, hukum Debye tersebut dapat
digunakan untuk mengevaluasi integral Cp/T pada rentang suhu 0 K sampai suhu pengukuran terendah T’. Sehingga,
Dari hukum Debye, a = (Cp)T/T3.
Pada rentang temperatur diatas T’, integral

dievaluasi secara grafis dengan memplot Cp/T versus T, atau Cp versus log T. Daerah dibawah kurva merupakan nilai dari
integral. Plot versus log T untuk padatan dari 12 K hinga 298 K. Keseluruhan daerah dibawah kurva ketika dikalikan

dengan 2,303 menghasilkan nilai = 32,6 J/Kmol.

Integral suku pertama ruas kanan pada persamaan di atas dapat dievaluasi dengan cara

(pada T’)

Pada,

Penjelasan:
Karena =

Maka,

=
= (pada T’)

= (pada T’)

= (pada T’)

= (pada T’)

Sehingga,

= +

Untuk mengevaluasi integral suku kedua ruas kanan pada persamaan ini, dapat dilakukan dengan memasukkan data

hasil pengukuran dan menegintegralkan pada rentang suhu T’ sampai Tm. Cara lain yang dapat dilakukan adalah grafik.

Pada cara ini hasil pengukuran dialurkan terhadap T atau terhadap T. Luas dibawah kurva adalah nilai integralnya.

meleleh
Cp=aT3
padat cair
diekstrapolasikan Tf
Contoh:
1. Suatu logam memiliki sebesar 142,7 KJ/mol,suhu 15K,kapasitas kalor logam sebesar 2,8 J/K.mol dan kapasitas kalor

liquid sebesar 7 J/K.mol. Hitung (entropi standar)!


2. Suatu logam Zn pada temperatur 20 K memiliki sebesar 130,42 KJ/mol, dengan kapasitas kalor liquid sebesar 14,43

J/K.mol dan memiliki entropi standar sebesar 6526,8 J/K.mol. tentukan kapasitas kalor logam tersebut!

Jawab:

1. Diketahui:
 142,7 KJ/mol = 142.700 J/mol

 = 15 K

 = 2,8 J/K.mol

 = 7 J/K.mol

Ditanya: entropi standar


Jawab:

=
= +

= 2,8 J/K.mol + + 7 J/K.mol

=0,93 J/K.mol + 9513,33 J/mol. K + 2,33 J/K.mol


=9516,59 J/K.mol

2. Diketahui:
 = 130,42 KJ/mol= 130420 J/mol

 = 6526,8 J/K.mol

 = 14,43 J/K.mol

 = 20 K
Ditanya:
Kapasitas kalor logam

Jawab:

6526,8 J/K.mol = + + 14,43 J/K.mol

6526,8 J/K.mol = + 6521 J/K.mol + 4,81 J/K.mol

6526,8 J/K.mol = + 6525,81 J/K.mol

= 6526,8 J/K.mol - 6525,81 J/K.mol

=0,99 J/K.mol

=0,99 J/K.mol x 3

=2,97 J/K.mol

2.) Entropi standar Gas di atas Titik Didihnya


Sebelumnya kita ketahui :
ΔS =

ΔS =

ΔS =

Jika tekanan konstant, maka Qp = ΔS, oleh karena itu menjadi uap akan menjadi cair yang disebut dengan titik didih.
ΔS = ΔS = ΔS =

Beberapa argument pada entropi campuran pada titik leleh adalah dengan berikut:

ΔSfus =

Entropi standar zat cair di atas Titik lelehnya dengan rumus dibawah ini:

S = dT + + dT

Dari penjelasan yang di atas dapat di simpulkan bhwa entropi standar gas di atas titik didihnya adalah sebagai berikut:
S = dT + + dT + + dT

Penjelasan
Karena =

Maka,

= (pada T’)

= (pada T’)

= (pada T’)

= (pada T’)

= (pada T’)

= (pada T’)

Sehingga,
S

Contoh soal:
1. Suatu unsur mendidih pada suhu 35ᵒC dan memiliki 25.1 KJ/mol. Hitung ΔSᵒvap ?

Dik: Tb = 35ᵒC = 308 K


= 25.1 KJ/mol
Dit : ΔSᵒvap = ?
Jawab :
ΔSᵒvap =

ΔSᵒvap = 0.0815 KJ/ Mol K

2. Jika kapasitas kalor (s) air adalah 69,950J/K.mol pada suhu 15 K. Hitung entropi uap air pada 200ᵒC dan 0.5 atm .
Diketahui
p (l) = 75, 291 JK-1mol-1

p (g) = 33, 577 JK-1mol-1


Δ uap = 40, 6563 KJK-1mol-1
Δ fus = 142,7 KJK-1mol-1

Penyelesaian :
Dik:
Tb = 200ᵒC = 473 K
p (s) = 69,950J/K.mol

p (l) = 75, 291 JK-1mol-1

p (g) = 33, 577 JK-1mol-1


Δ uap = 40, 6563 KJ.mol-1 = 40.656,3 J mol-1
Δ fus = 142,7 KJ.mol-1 = 142.700 J mol-1
Tm = 15 K

Dit:
Entropi uap air ??

Jawab:

S = dT + + dT + + dT

S = dT + + dT + + dT

S 69,950J/K.mol + 75,291 JK-1mol-1 + 33, 577 JK-1mol-1

S JK-1mol-1 + 9513,33 JK-1mol-1 + 25,09 JK-1mol-1 + 85,95 JK-1mol-1 + 11,19 JK-1mol-1


S JK-1mol-1
E. Entropi sebagai Kriteria Kespontanan Proses
Hukum kedua termodinamika dapat digunakan untuk meramalkan arah suatu proses,apakah pada kondisi tertentu proses
tersebut dapat terjadi atau tidak. Menurut hukum kedua termodinamika ,proses yang berlangsung pada sistem tersekat (di alam
semesta)dapat terjadi apabila disertai dengan peningkatan entropi.

Menurut hukum kekekalan energi,energi alam semesta adalah tetap,maka pertukaran kalor sistem dan lingkungannya bersama-
sama berada dalam satu sistem tersekat, sehingga,entropi sistem dan lingkungannya bersama-sama berada dalam sistem
tersekat.oleh karena itu,dapat juga dikatakan bahwa kedua nilai entropi ini berperan sebagai kriteria kespontanan
proses.berdasarkan pada pernyataan tersebut maka arah proses dapat diramalkan sebagai berikut.
1. Jika ΔSsistem + ΔSlingkungan > 0 proses akan berlangsung
2. Jika ΔSsistem + ΔSlingkungan < 0 proses tidak akan berlangsung
3. Jika ΔSsistem + ΔSlingkungan =0 proses berlangsung setimbang

Contoh soal
1. Diketahui perubahan entalpi pembentukan molar standar H2O(g) dan H2O( l ) masing-masing adalah 241,82 dan 285,83 Kj/mol
dan entropi molar standarnya masing-masing adalah 189 dan 70 JK/mol.Ramalkan apakah uap air dapat mengembun pada suhu
kamar( 298 K dan 1 atm ).
Jawaban
Analisi soal
Diketahui : ΔH0∫ H2O (l) =-285,83 kJ mol -1
ΔH0∫ H2O(g)=-241,82 Kj mol -1
S, ∫ H2O (l)=70 JK-1
S, ∫ H2O(g) = 189 JK-1 mol -1
Ditanya: ramalkan apakah H2O(g) H2O(l) dapat terjadi, pada suhu kamar ?
Cara penyelesaian
ΔS > 0 Reaki berlangsung
ΔS = ΔSsistem + ΔSlingkungan
ΔSsistm = SH2O( l ) + SH2O(g)

ΔSlingkungan=

ΔHlingkungan =-ΔHsistem
ΔHsistem = ΔH0∫. H2O(l)- ΔH0∫. H2O(g)

Penyelesaian
ΔSsistem =SH2O(l)- SH20(g)
=(70-189) JK-1mol -1
=
-119 JK -1mol -1
ΔSlingungan =-ΔH0∫.H2O( l ) + H2O ( g )
T
=(285,83-241,82) Kj mol-1
298 K

=148 JK-1mol-1
ΔS = ΔSsistem + ΔSlingkungan
=(-119 + 148 ) JK -1mol -1
=29 JK-1mol -1
2. Diketahui perubahan entalpi pembentukan molar standar Br2(g) dan Br2 ( l ) masing-masing adalah 30,91dan 0 Kj/mol dan
entropi molar standarnya masing-masing adalah 245 dan 152 JK/mol.Ramalkan apakah uap air dapat mengembun pada suhu
kamar( 298 K dan 1 atm ).
Jawaban
Analisi soal
Diketahui : ΔH0∫ Br2 (l) = 0 kJ mol -1
ΔH0∫ Br2 (g)= 30,91Kj mol -1
S, ∫ Br2 (l)=152 JK-1
S, ∫ Br2 (g) =245 JK-1 mol -1
Ditanya: ramalkan apakah Br2 (g) Br2 (l) dapat terjadi, pada suhu kamar ?
Cara penyelesaian
ΔS > 0 Reaki berlangsung
ΔS = ΔSsistem + ΔSlingkungan
ΔSsistm = S Br2 ( l ) + S Br2 (g)

ΔSlingkungan=

ΔHlingkungan =-ΔHsistem
ΔHsistem = ΔH0∫. Br2 (l)- ΔH0∫. Br2 (g)

Penyelesaian
ΔSsistem =S Br2 (l)- S Br2 (g)
=(152-245) JK-1mol -1
=
-93 JK -1mol -1
ΔSlingungan =-ΔH0∫. Br2 ( l ) + ΔH0∫. Br2 ( g )
T
=(0- 30,91) KJ mol-1
298 K

=103 JK-1mol-1
ΔS = ΔSsistem + ΔSlingkungan
=(-93 + 103) JK -1mol -1
=10 JK-1mol -1
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Hukum kedua: Entropi suatu sistem yang terisolasi bertambah selama ada perubahan spontan.

Dengan menyatakan entropi total semua bagian sistem terisolasi.


2. Hukum Ketiga: jika entropi semua unsur dalam keadaan stabilnya pada T=0 diambil sama dengan nol, semua zat mempunyai
entropi positif yang pada T=0 dapat menjadi nol, dan untuk semua zat kristal sempurna termasuk senyawa-senyawa entropinya
menjadi nol.
Persamaan,
ST =
3. Entropi Standar Zat Cair di Atas Titik Lelehnya
Persamaan,

4. Entropi standar Gas di atas Titik Didihnya


Persamaan,

S = dT + + dT + + dT

5. Entropi sebagai Kriteria Kespontanan Proses


Jika ΔSsistem + ΔSlingkungan > 0 proses akan berlangsung
Jika ΔSsistem + ΔSlingkungan < 0 proses tidak akan berlangsung
Jika ΔSsistem + ΔSlingkungan =0 proses berlangsung setimbang

B. SARAN
Kepada para pembaca diharapkan teliti dalam membaca dan memahami makalah ini, karena banyak terdapat rumus beserta
turunnya. Untuk latihan soal, dapat di coba berulang-ulang agar lebih memahami materi yang ada dalam makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai