Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KALOR DAN HUKUM KE-1 TERMODINAMIKA

Kelompok 3

1. Christy Sinaga (4182121022)


2. Diana Ramadhani (4181121005)
3. Sara Hasugian (4183121046)
4. Ira Ningsih (4183321008)
5. Jemi Sihombing (4133321065)

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dimana atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah untuk mata kuliah
“Termodinamika” ini dengan baik dan tepat waktu. Dimana Makalah ini berjudul tentang
Kalor dan Hukum Ke-1 Termodinamika.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, kritik dan saran yang bersifat
membangun sehingga ke depannya dalam hal pembuatan makalah dapat lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 15 Oktober 2019

PENULIS

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2


BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 4
BAB II..................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5
2.1 Kalor ............................................................................................................................................. 5
2.2 Perpindahan Kalor Secara Kuasistatik .......................................................................................... 6
1.3 Perumusan Hukum Ke-1 Secara Umum ................................................................................. 7
1.4 Kapasitor Kalor ..................................................................................................................... 10
2.5 Persamaan Sistem Hidrostatik .................................................................................................... 11
SOAL ................................................................................................................................................ 13
BAB III ................................................................................................................................................. 14
PENUTUP ............................................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 15

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Termodinamika berasal dari bahasa Yunani : thermos= panas and dynamic =
perubahan dengan kata lain termodinamika adalah fisika energy,panas,kerja,entropi,dan
kespontanan proses.Termodinamika berhubungna dekat dengan mekanika statistic dimana
dimana banyak hubungan termodinamika berasal.Jadi,secara kompleks termodinamika
adalah ilmu tentang energy,yang secara spesifik membahas tentang hubungan antara
energy panas dan kerja.

Energi dapat berubah dari stau bnetuk kebentuk lainnya,baik secara alami maupun
hasil rekayasa teknologi.Selain itu energy dialam semesta bersifat kekal,tidak dapat
dimusnahkan atau dihilangkan,yang terjadi adalah perubahan energy dari stau bentuk
menjadi bentuk lain tanpa ada pengurangan atau penambahan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kalor?
2. Bagaimana proses perpindahan kalor secara kuasitatik?
3. Bagaimana perumusan pada Hukum ke-1 Termodinamika
4. Apa yang dimaksud dengaan kapsitas kalor ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi kalor
2. Mengetahui proses perpindahan kalor secara kuasistatik
3. Dapat menuliskan perumusan pada Hukum ke-1 termodinamika
4. Mengetahui definisi dari kapasitas kalor

4
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Kalor
Pengalaman Count Rumford dan Sir James Prescott Joule dalam pengeboran laras
meriam dan percobaan-percobaannya dapat disimpulkan, bahwa energi mekanik terus
menerus berubah wujudnya menjadi kalor. Ini berarti ada kesetaraan antara energi mekanik
dengan kalor. Proses perubahan energi mekanik menjadi kalor merupakan salah satu contoh
adanya azas ketetapan energi. Sebaliknya, kalor dapat diubah menjadi energi mekanik.Jadi,
kalor merupakan salah satu bentuk energi.

Q
70°C 20°C

sebelum sesudah

Diketahui dua sistem pada suhu berbeda. Apabila dikontakkan satu dengan yang lain
melalui dinding diatermik (diketahui bahwa suhu kedua sistem akan berubah sedemikian rupa
sehingga akhirnya menjadi sama). Ada sesuatu yang berpindah dari sistem yang lebih panas
ke sistem yang lebih dingin yang menyebabkan pemerataan suhu.

“Besaran yang berpindah pada kontak termal antara dua sistem berlainan suhu, disebut
kalor (lambang Q).”

Ada suatu perbedaan antara kalor dan energi dalam dari suatu bahan. Kalor hanya
digunakan bila menjelaskan perpindahan energi dari satu tempat ke yang lain akibat adanya
perbedaan temperatur. Sedangkan energi dalam (termis) adalah energi karena temperaturnya.

Dalam percobaannya Joule menemukan, bahwa 4,186 joule setara dengan 1 kalori.
Jadi 1,000 kal = 4,186 J. 1 kalori adalah kalor yang diperlukan untuk menaikkan temperatur 1

5
gr air dari 14,5 C menjadi 15,5 C. Dalam sistem British, 1 Btu (British Thermal Unit) adalah
kalor untuk menaikkan temperatur 1 lb air dari 63 F menjadi 64 F.

1 kal = 4,186 J = 3,968 x 10-3 Btu

1 J = 0,2389 kal = 9,478 x 10-4 Btu

1 Btu = 1055 J = 252,0 kal

Dari konsep energi mekanik diperoleh bahwa bila gesekan terjadi pada sistem mekanis, ada
energi mekanis yang hilang dan dari eksperimen diperoleh bahwa energi yang hilang tersebut
berubah menjadi energi termal.

2.2 Perpindahan Kalor Secara Kuasistatik


Bila dua benda atau lebih terjadi kontak termal maka akan terjadi aliran kalor dari
benda yang bertemperatur lebih tinggi ke benda yang bertemperatur lebih rendah, hingga
tercapainya kesetimbangan termal.Sebelum mempelajari lebih dalam mengenai perpindahan
kalor secara kuasistatik, kita perlu mengetahui proses perpindahan kalor. Proses perpindahan
panas ini berlangsung dalam 3 mekanisme, yaitu: konduksi, konveksi dan radiasi.

Dalam bab sebelumnya telah diterangkan bahwa sistem dapat berinteraksi dengan
lingkungannya melalui usaha dan/atau pertukaran kalor. Telah diterangkan pula bagaimana
proses “mengadakan usaha luar” dapat berjalan secara kuasistatik.Sekarang: bagaimanakah
membayangkan pertukaran kalor secara kuasistatik?

Sebelum pertanyaan ini dijawab perlu ditekankan bahwa interaksi termal dapat
disertai kenaikan suhu, namun dapat juga berlangsung pada suhu tetap (isotermal). Agar
pertukaran kalor dapat berlangsung secara kuasistatik diperlukan pengertian reservoir kalor
(RK).

“Reservoir kalor adalah sistem yang sedemikian (besarnya) sehingga suhunya maupun
koordinat lainnya tidak berubah meskipun sistem menerima atau melepaskan sejumlah
kalor.” Contoh: samudera, atmosfer,lingkungan dan benda-benda lain berukuran besar
dibanding ukuran sistem.

a. Penyerapan kalor secara kuasistatik oleh sistem tanpa disertai kenaikan suhu dapat
berlangsung antara sistem dan 1 RK saja, asal tidak menyebabkan gejolak-gejolak di
dalam sistem.

6
b. Sebaliknya: interaksi kalor antara sistem dan lingkungan yang harus berlangsung
kuasistatik dan disertai kenaikan suhu, memerlukan tersedianya tak berhingga
banyaknya RK yang masing-masing berbeda suhu sedikit.

Sistem harus dikontakkan secara termal dengan ke-N RK secara berturut-turut. Hal ini
dilakukan supaya kita dapat merubah suhu sistem dengan perubahan yang besar, tetapi secara
kuasistatik. Proses yang kuasistatik akan membuat persamaan keadaan tetap berlaku. Oleh
sebab itu, sistem dikontakkan sedikit demi sedikit dan terus menerus dengan sejumlah
reservoir sampai suhu akhir yang diinginkan.

1.3 Perumusan Hukum Ke-1 Secara Umum


Proses adiabatik berarti proses yang berlangsung tanpa adanya pertukaran kalor antara sistem
dengan lingkungannya. Ini tercapai dengan mengisolasikan sistem dari lingkungan
(diselubungi dengan dinding adiabatik). Di bawah ini ditunjukkan 3 cara di mana kita dapat
melakukan usaha pada sistem secara adiabatik (dan kuasistatik).

7
Cara-cara mengadakan usaha adiabatik tidak terbatas pada ketiga contoh di atas: ada banyak
cara lagi. Namun semua eksperimen yang pernah dilakukan hingga kini menunjukkan:

‘Jika keadaan sistem diubah dari keadaan i menjadi keadaan f dengan melakukan usaha
padanya, maka usaha yang diperlukan ternyata tidak bergantung pada cara yang digunakan,
selama cara tersebut adalahcara adiabatik kuasistatik’

Usaha demikian hanya ditentukan oleh keadaan akhir dan keadaan awal. Dengan kata lain:

f
Wad = − ∫ p dV
i

Tidak bergantung pada jalan integrasi yang ditempuh, jadi selalu memberi hasil yang sama.
Secara matematik ini berarti: adanya suatu besaran fisis yang merupakan fungsi dari
koordinat sistem. Fungsi ini disebut fungsi keadaan, dan Wad adalah sama dengan perubahan
besaran fisis tersebut.

Fungsi keadaan ini diberi nama: energi-dalam sistem berlambang U. Dapat kita tulis:

𝑓
Wad = − ∫ p dV = +(Uf − Ui )
𝑖

Atau ∆U − Wad = 0

Pada gambar di bawah ini dicantumkan dua contoh dari proses yang menyangkut
perubahan keadaan yang berlangsung secara nonadiabatik

Proses nonadiabatik

8
(a) suatu gas yang bersentuhan dengan api pembakar bunsen yang temperaturnya lebih tinggi
daripada temperatur gas dan dalam saat yang bersaaman gas itu dibiarkan memuai.

(b) dalam magnetisasi suatu padatan paramagnetik dinaikkan ketika zat itu bersentuhan
dengan helium cair yang temperaturnya lebih rendah daripadanya. kenyataannya, sebagian
dari helium menguap ketika magnetisasi berlangsung.

Pada proses di atas kita membuat sistem mengalami perubahaan keadaan secara
kuasistatik, tetapi berlangsung nonadiabatik, dan kita ukur kerja yang dilakukan. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa kerja nonadiabatik tidak sama dengan Uf – Ui. Supaya hasil
ini sesuai dengan prinsip kekekalan energi, kita dipaksa menyimpulkan bahwa energi telah
dipindahkan dengan cara yang lain dari pelaksanaan kerja. Energi ini diperlukan oleh prinsip
kekekalan energi dan yang telah terjadi hanya karena perbedaan temperatur antara sistem dan
lingkungannya, sama dengan apa yang kita sebut kalor. Jadi, kita bisa memberikan definisi
termodinamik dari kalor sebagai berikut: Bila suatu sistem, yang lingkungannya
bertemperatur berbeda dan kerja bisa dilakukan padanya, mengalami suatu proses, maka
usaha dengan cara nonmekanis yang sama dengan perbedaan antara perubahan energi-
dalam dan kerja yang dilakukan, disebut kalor. Jika perbedaan dilambangkan dengan Q,
maka:

Karena Wnonadiabatik ≠ Wadiabatik (untuk ∆U yang sama)

𝑄 = 𝑈𝑓 − 𝑈𝑖 − 𝑊

𝑈𝑓 − 𝑈𝑖 = 𝑄 + 𝑊

∆U – Wnad = Q

(Hukum I Termodinamika yang lebih umum)

Dengan kesepakatan bahwa Q positif bila masuk ke dalam sistem (sistem menyerap kalor)
dan negatif bila keluar dari sistem. Persamaan ini dikenal sebagai persamaan matematis
hukum pertama termodinamika secara umum.

Perlu diterapkan bahwa perumusan hukum pertama mengandung tiga unsur yang berkaitan:
1. Keberadaan fungsi energi dalam

2. Prinsip kekekalan energi

9
3. Definisi kalor sebagai energi dalam perpindahan yang ditimbulkan oleh perbedaan
temperature.Karena berlaku hukum kekekalan energi, maka berlaku baik untuk proses
kuasistatik maupun non-kuasistatik, isotermal, isobarik dan sebagainya.Untuk proses
infinitesimal, maka hukum pertama menjadi

dU  dQ + dW

Untuk proses kuasistatik infinitesimal dari suatu sitem hidrostatik, hukum pertama menjadi

dU  dQ - PdV

Untuk Kristal paramagnetic hukum ke-1 adalah

𝐵 . ⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑑𝑄 = 𝑑𝑢 − ⃗⃗⃗ 𝑑𝑀

1.4 Kapasitas Kalor


Apabila suatu sistem menyerap kalor dan karenanya mengalami kenaikan suhu, dikatakan
bahwa sistem tersebut memiliki kapasitas kalor (lambang C).

kalor yang diserap Q


C (sistem) = = (JK −1 )
kenaikan suhu yang timbul ∆T

Q dQ
C (sistem) = lim =
∆T → 0 ∆T dT

C C
c (spesifik) = (JK −1 kg −1 ) c (molar) = ((JK −1 mol−1 )
𝑚 m

Untuk suatu system hidrostatik seperti gas dikenal 2 macam kapasitas kalor, yakni Cv
(kapasitas kalor pada V tetap) dan Cp (kapasitas kalor pada P tetap)

∂Q ∂Q
CV ≡ ( ∂T) dan CP ≡ ( ∂T)
V P

10
2.5 Persamaan Sistem Hidrostatik
Kedua kapasitas kalor merupakan fungsi dari koordinat, namun dalam soal sering dianggap
tetapan.

dQ = dU + pdV

Apabila ruas kanan dan kiri dibagi dT maka diperoleh:

dQ dU pdV
= +
dT dT dT

Apabila perubahan suhu ini berlangsung pada V tetap, maka diperoleh ungkapan bahwa Cv
adalah fungsi dari T dan V.

dQ dU
( ) =( ) +0
dT V dT V

dQ dU
CV = ( ) = ( ) = f(T, V)
dT V dT V

Ungkapan untuk Cp diperoleh sebagai berikut:

dU dU
Anggaplah U=U(T,V) dU = (dT) dT + (dV) dV
V T

Apabila kita subtitusikan ke dalam Hukum I Termodinamika, maka diperoleh:

dU dU
dQ = ( ) dT + [( ) + P] dV
dT V dV T

Bagi ruas kiri dan ruas kanan dengan dT,maka

dQ dU dT dU dV
=( ) + [( ) + P]
dT dT V dT dV T dT

Apabila pemanasan berlangsung dalam tekanan tetap, maka

dQ dU dV
( ) = CV + [( ) + P] ( )
dT P dV T dT P

11
dU dT dU dV
CP = ( ) + [( ) + P] ( )
dT V dT dV T dT P

1 dV dV
Pada bab sebelumnya kita tau bahwa β = ( ) maka (dT) = βV
V dT P P

dU CP − CV
( ) = − P
dV T dV
( )
dT

12
SOAL

13
BAB III

PENUTUP

Kalor didefinisikan sebagai energy panas yang dimiliki oleh suatu zat.Secara umum untuk
mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu beda yaitu dengan mengukur suhu benda
tersebut.Jika suhunya tinggi naka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar,begitu juga
sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit.Setiap proses
termodinamika ditandai oleh perubahan variable termodinamika makroskopik yang terkait
dengannya.Sebuah proses isothermal adalah saat dimana perkembangan terjadi pada suhu
konstan.Bila dalam suatu perubahan system menyerap sejumlah (kecil) kalor.

Secara matematis,kapasitas kalor (C) dinyatakan dengan persamaan C = Q/∆𝑇.Sistem


Hidrostatis disebut zat tak murni apabila terdiri atas campuran zat murni yang berada dalam
keadaan setimbang termodinamis.Misalnya udara yang terdiri dari campuran
oksigen,nitrogen,uap air,dan karbondioksida.Dalam udara masih ada beberapa jenis gas
lagi,namun jumlah nya sedikit sekali,misalnya gas argon,helium,neon,dan gas
krypton.Persamaan keadaan system hidrostatis dalam fungsi f(p,V,T) = 0.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abu, Ahmad Hamid. (2007). Kalor dan Termodinamika. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.

Jurusan Pendidikan Fisika. (1990). Diktat Termodinamika. Bandung: Universitas Pendidikan


Indonesia.

Halliday, David., dkk. (2010). Fisika Dasar Edisi 7 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

15

Anda mungkin juga menyukai