Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Air merupakan zat yang mutlak diperlukan bagi setiap makhluk hidup, dan
kebersihan air merupakan suatu syarat mutlak bagi terjaminnya kesehatan. Manusia
menggunakan air untuk berbagai kebutuhan kehidupan seperti minum, mandi dan
sebagainya yang dapat diperoleh dari air hujan, air yang sengaja ditampung seperti air
waduk. Umumnya air tersebut mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme yang sangat
merugikan manusia ditandai dengan timbulnya berbagai penyakit.
Jumlah mikroorganisme yang ada didalam suatu bahan sangat bervariasi,
tergantung dari jenis bahan itu sendiri dan kondisi lingkungannya, dimana jumlah dari
mikroorganisme yang terdapat dalam suatu senyawa dapat diidentifikasi dan diketahui
juimlahnya.
Oleh karena itu diperlukan suatu teknik tertentu untuk mengetahui adanya
mikroba dalam suatu bahan makanan dan minuman antara lain dengan metode MPN,
SPC ataupun dengan metode turbidimetri.

I.2 Maksud dan Tujuan


I.1.1

Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara-cara perhitungan dari mikroorganisme
dengan metode tertentu.

I.1.2

Tujuan Percobaan
1. Menghitung kuantitas bakteri dalam minuman jamu gendong dengan metode
cawan (ALT Bakteri).
2. Menghitung kuantitas kapang/khamir dalam minuman jamu gendong dengan
metode cawan (ALT Kapang)
3. Menghitung nilai Optical Density (OD) dari suspensi bakteri Bacillus subtilis
dengan metode turbidimetri.
4. Menentukan kuantitas bakteri coliform dalam minuman jamu gendong dengan
menggunakan metode MPN (Most Probable Number).

I.3 Prinsip percobaan


1. Menentukan kuantitas bakteri dengan metide ALT (Angka Lempeng Total) setelah
cuplikan sampel jamu gendong untuk 3 pengenceran terakhir yaitu 10 -2, 10-3 dan 10-4,
diinokulasikan dalam medium NA (Nutrien Agar) dengan metode tuang kemudian
diinkubasikan pada suhu 37 0C selama 1 x 24 jam.
2. Menentukan kuantitas kapang/khamir dengan metide ALT (Angka Lempeng Total)
setelah cuplikan sampel jamu gendong untuk 3 pengenceran awal yaitu 10 -1, 10-2 dan
10-3, diinokulasikan dalam medium PDA (Potato Dekstrosa Agar) dengan metode tuang
kemudian diinkubasikan pada suhu 37 0C selama 3 x 24 jam.
3. Menentukan kuantitas bakteri dengan menggunakan metode MPN (Most Probable
Number) dari jamu gendong (Kencur) dengan cara menginokulasikan cuplikan pada
medium LB yang berisi tabung durham, kemudian diinkubasikan pada suhu 37 0C
dimana pertumbuhan relative dari bakteri E. coli ditandai dengan perubahan warna
medium dari hijau menjadi kuning dan terbentuknya gas yang merupakan hasil
fermentasi bakteri.
4. Menentukan kuantitas Bacillus subtilis dengan metode turbidimetri. Penentuan
kuantitas dari bakteri Bacillus subtilis yang dibuat dengan perbandingan pengenceran
berdasarkan nilai transmitan dari sampel yang diukur pada spektrofotometer.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum


Pengukuran kuantitatif populasi mikroba sering kali amat diperlukan di dalam
berbagai macam penelaahan mikrobiologis. Pada hakikatnya terdapat 2 macam
pengukuran dasar, yaitu penentuan jumlah sel dan penentuan massa sel. Pengukuran
jumlah sel biasanya dilakukan bagi organisme bersel tunggal (misalnya bakteri),
sedangkan penentuan massa sel dapat dilakukan tidak hanya bagi mikroorganisme
bersel tunggal tetapi juga bagi organisme berfilamen (misalnya kapang) (1 : 72).
Metode yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam bahan
pangan terdiri dari metode hitungan cawan, Most Propable Number (MPN), dan metode
hitungan mikroskopik langsung. Dari metode-metode tersebut, metode hitungan cawan
paling banyak digunakan. Metode lainnya yang dapat digunakan untuk menghitung
jumlah mikroba di dalam suatu larutan adalah metode turbidimetri (kekeruhan)
menggunakan spektrofotometer. Tetapi metode ini sukar diterapkan pada bahan pangan
karena medium diukur harus bening, sedangakn ekstrak bahan pangan, misalnay sari
buah, biasanya mengandung komponen-komponen yang menyebabkan kekeruhan,
sehingga kekeruhan larutan tidak sebanding dengan jumlah mikroba yang terdapat di
dalamnya (2 : 35).

Untuk membuat kurva pertumbuhan, sebelumnya diperlukan perhitungan. Cara


perhitungan yang paling umum adalah dengan (3 : 91) :
1.

Pengenceran

2.

Penggunaan ruang hitung

3.

Metode turbidometri/nefelometer.
Dengan pengenceran, disiapkan beberapa buah tabung yang berisi aquadest

steril sebanyak 9 mL. Kepada masing-masing tabung kemudian ditambahkan 1 mL


sampel yang mau diperiksa secara bertahap, yaitu :
1.

1 mL sampel ke dalam tabung pertama, hingga konsentrasi larutan di dalam


tabung pertama menjadi 10-1.

2.

1 mL dari tabung pertama ke tabung kedua, hingga konsentrasi larutan di


dalam tabung kedua menjadi 10-2.
Dan seterusnya sampai mencapai larutan dengan konsentrasi terendah.
Perhitungan massa sel secara langsung atau tidak langsung, banyak dilakukan

untuk mengukur pertumbuhan selama proses fermentasi. Dalam perhitungan massa sel
secara

langsung,

jumlah

sel

mikroorganisme

dapat

dihitung

jika

medium

pertumbuhannya tidak mengganggu pengukuran. Oleh karena jika substrat tempat


tumbuh banyak mengandung padatan, maka sel-sel mikroorganisme tidak dapat diukur
dengan metode volumetrik, gravimetrik maupun turbidimetrik. Perhitungan massa sel
secara tidak langsung sering digunakan dalam mengamati pertumbuhan sel selama
proses fermentasi, dimana komposisi substratnya atau bahan yang difermentasi dapat
diamati dan diukur dengan teliti (4 : 199).

Sistem analisis mikroorganisme secara baku terhadap (3 : 93) :


1. Total counter, yaitu perhitungan terhadap jumlah dari mikroba baik bakteri, jamur
maupun kelompok lain tanpa harus menentukan jenisnya.
2. Deteksi, yaitu penentuan kehadiran suatu kelompok atau jenis tanpa harus
memperhitungkan jumlah per mL atau gram bahan.
3. Enumerase, yaitu menghitung jumlah jenis atau kelompok mikroba per gram atau per
mL.
4. Identifikasi, yaitu penentuan kelompok atau jenis mikroba yang berada dalam bahan,
baik secara lengkap atau tidak.
Untuk menentukan jumlah bakteri dapat digunakan beberapa cara (7 : 122) :
1. Jumlah bakteri secara keseluruhan (Total cell count)
Pada cara ini dihitung semua bakteri baik yang hidup maupun yang mati.
2. Jumlah bakteri yang hidup (Viable count)
Pada cara ini hanya menggambarkan jumlah sel yang hidup, sehingga lebih tepat bila
dibandingkan teknik pada cara I.
Prinsip metode hitungan cawan adalah sebagai berikut : Jika sel mikroba yang
masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba tersebut akan
berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa
menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan merupakan cara yang paling efektif
untuk menghitung jumlah mikroba karena alasan-alasan sebagai berikut (2 : 37-38) :

1. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung.


2. Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus.
3. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk
mungkin berasal dari satu sel mikroba dengan penampakan pertumbuhan spesifik.
Bila kita harus memeriksa konsentrasi sel sejumlah besar biakan, maka metode
hitungan cawan bukanlah pilihan yang baik karena tidak hanya memakan waktu tetapi
juga memerlukan media dan pecah belah dalam jumlah besar. Untuk kasus demikian
tersedia metode yang lebih cepat dan praktis, yaitu pengukuran kekeruhan biakan dengan
fotokolorimetri. Namun agar data yang diperoleh dari pengukuran ini dapat dinyatakan
sebagai konsentrasi organisme, diperlukan suatu kurva standar yang menyatakan korelasi
antara kekeruhan biakan dengan jumlah organisme per mL biakan. Kurva semacam ini
dapat diperoleh dengan cara menggunakan metode hitungan cawan utnuk menentukan
hitungan organisme di dalam biakan yang kekeruhannya diketahui. Sekali kurva ini
diperoleh, maka sejumlah besar biakan organisme sejenis dapat dengan cepat diukur
kekeruahnnya dan konsentrasinya segera diketahui dengan cara membaca kurva tersebut
(1 : 82).

II.2 Uraian Mikroba (8 : 121 150, 9 : 134 200)


1. Escherichia coli
Dunia

: Protista

Divisio

: Schizophyta

Kelas

: Bacteria

Ordo

: Eubacteriales

Suku

: Enterobacteriaceae

Genus

: Escherichia

Spesies

: Escherichia coli

Morfologi

: Batang lurus; 1,1 1,5 sampai 2,0 6,0 m, motil dengan flagella
peritrikum atau non motil. Gram negative dan tumbuh pada medium
nutrien yang sederhana. Laktosa dapat difermentasi oleh asam.

2. Bacillus cereus
Dunia

: Protista

Divisio

: Schizophyta

Kelas

: Bacteria

Ordo

: Eubacteriales

Suku

: Bacillaceae

Genus

: Bacillus

Spesies

: Bacillus cereus

Morfologi

: Berbentuk basil, membentuk endospora,flagel peritrik atau tanpa


flagel, bersifat parasit atau pathogen terutama pada insekta.

3. Bacillus subtilis
Dunia

: Protista

Divisio

: Schizophyta

Kelas

: Bacteria

Ordo

: Eubacteriales

Suku

: Bacillaceae

Genus

: Bacillus

Spesies

: Bacillus subtilis

Morfologi

: Sel berbentuk batangdengan sebagian motil, flagel khas lateral.


Membentuk endospora, tidak lebih dari satu sel dalam sel
sporangiumnya, gram positif, kemoorganotrof dengan metabolisme
respirasi sejati, fermentasi sejati atau keduanya. Aerobik sejati atau
anaerobic fakultatif. Umumnya terdapat dalam tanah.

4. Mycobacterium tuberculosa
Dunia

: Protista

Divisio

: Schizophyta

Kelas

: Bacteria

Ordo

: Actinomycetales

Suku

: Mycobacteriaceae

Genus

: Mycobacterium

Spesies

: Mycobacterium tuberculosa

Morfologi

: Sel berupa batang-batang halus, lurus atau bengkok, tahan asam,


tidak bergerak, tidak mempunyai konidia, bersifat patogen.

5. Proteus vulgaris
Dunia

: Protista

Divisio

: Schizophyta

Kelas

: Bacteria

Ordo

: Eubacteriales

Suku

: Enterobacteriaceae

Genus

: Proteus

Spesies

: Proteus vulgaris

Morfologi

: Berbentuk basil, bergerak dengan flagel peritrik, gram negative,


menguraikan karbohidrat dan menghasilkan gas.

6. Staphylococcus Aureus
Dunia

: Protista

Divisio

: Schizophyta

Class

: Bacteria

Ordo

: Eubacteriales

Famili

: Micrococcaceae

Genus

: Staphylococcus

Species

: Staphylococcus aureus

Morfologi

: Sel berbentuk bola, terdapat tunggal dan berpasangan dan secara


khas membelah diri pada lebih dari satu bidang sehingga
bergerombol tidak beraturan dan bersifat non motil. Kemoorganotrof
dengan pertumbuhan secara vegetatif dan fermentasi serta
respirasi. Aerobik sejati atau fakultatif anaerobic dengan suhu
optimum pertumbuhan 40 0C.

7. Azetobacter aceti
Dunia

: Protista

Divisio

: Schizophyta

Class

: Bacteria

Ordo

: Azetobacteriales

Famili

: Azetobacteriaceae

Genus

: Azetobacter

Species

: Azetobacter aceti

Morfologi

: Sel berupa bola. Tidak mempunyai endospora. Gram negative,


aerob. Dapat mengikat N2 bebas. Habitatnya ditanah.

II.3 Uraian Bahan


1. Agar (FI III : 74)
Nama resmi

: Agar

Nama lain

: Agar-agar

Pemerian

: Berkas potongan memanjang, tipis seperti selaput dan


berlekatan, atau berbentuk keeping, serpih atau butiran; jingga
lemah kekuningan, abu-abu kekuningan sampai kuning pucat
atau tidak berwarna; tidak berbau atau berbau lemah; rasa
berlendir; jika lembab liat; jika kering rapuh.

Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air; larut dalam air mendidih.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan

: Sebagai komposisi medium.

2. Alkohol (FI III : 65)


Nama resmi

: Aethanolum.

Nama lain

: Etanol/Alkohol.

Pemerian

: Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah


bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat


sejuk, jauh dari nyala api.

3. Aquadest (FI III : 96)


Nama resmi

: Aqua Destillata.

Nama lain

: Air suling/aquades.

RM/BM

: H2O/18,02.

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai


rasa.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan

: Sebagai pelarut.

4. Dekstrosa (FI IV : 300)


Nama resmi

: Dextrosum

Nama lain

: Dekstrosa, Glukosa

RM/BM

: C6H12O6 / 180,16

Pemerian

: Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih;


tidak berbau; rasa manis.

5. Ekstrak Beef (FI IV : 1152)


Kaldu daging sapi konsentrat diperoleh dengan mengekstraksi daging sapi segar
tanpa lemak, dengan cara merebus dalam air dan menguapkan kaldu pada suhu
rendah dalam hampa udara sampai terbentuk residu kental berbentuk pasta.
Pemerian

: Massa berbentuk pasta, berwarna coklat kekuningan sampai


coklat tua, bau dan rasa seperti daging, sedikit asam.

Penyimpanan

: Wadah tidak tembus cahaya, tertutup rapat.

6. Laktosa (FI IV : 338)


Nama resmi

: Lactosum

Nama lain

: Laktosa, Saccharum Lactis

RM/BM

: C12H22O11 / 36,30

Pemerian

: Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih;


tidak berbau; rasa manis.

Kelarutan

: Mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air mendidih;
larut dalam etanol mendidih; sukar larut dalam etanol.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan

: Sebagai komposisi medium.

BAB III
METODE KERJA

III.1

Alat dan Bahan


III.1.1 Alat
1. Botol pengencer
2. Cawan Petri
3. Erlenmeyer
4. Handsprayer
5. Inkubator
6. Lampu spritus
7. Ose bulat dan Ose lurus
8. Otoklaf
9. Rak tabung
10.Spektrofotometer
11. Spoit 1 ml, 5 ml dan 10 ml
12.Tabung durham
13.Tabung reaksi

III.1.2 Bahan
1. Air steril
2. Alkohol
3. Aluminium foil
4. Benang godam
5. Biakan bakteri Bacillus subtilis
6. Kapas
7. Karet gelang
8. Kertas label
9. Kertas pembungkus
10.Medium Laktosa Broth (LB)
11. Medium Nutrien Agar (NA)
12.Medium Potato Dekstrosa Agar (PDA)
13.Sampel (Jamu kencur, , air bakso, air tahu, jalangkote, roti buana dan roti
maros)

III.2 Cara Kerja


1. Penyiapan sampel
Disiapkan alat dan bahan
Diambil sebanyak 1 ml sampel jamu gendong dan dimasukkan dalam botol
pengenceran I yang berisi 9 ml air steril lalu dihomogenkan (Pengenceran 10 -1).
Diambil sebanyak 1 ml dari botol pengenceran I dan dimasukkan dalam botol
pengenceran II yang berisi 9 ml air steril lalu dihomogenkan (Konsentrasi 10 -2).
Dipipet sebanyak 1 ml dari botol pengenceran II dan dimasukkan dalam botol
pengenceran III yang berisi 9 ml air steril lalu dihomogenkan (Konsentrasi 10 -3).
Dipipet sebanyak 1 ml dari botol pengenceran III dan dimasukkan dalam botol
pengenceran IV yang berisi 9 ml air steril lalu dihomogenkan (Konsentrasi 10 -4)
2. Metode SPC Bakteri
Disiapkan alat dan bahan.
Dimasukkan masing-masing 1 ml pengenceran 10 -2, 10-3 dan 10-4 ke dalam 4 buah
cawan Petri yang berbeda.
Dimasukkan medium Nutrien Agar (NA) secukupnya secara aseptis, lalu
dihomogenkan dengan menggerakkannya perlahan-lahan membentuk angka 8.
Dibiarkan memadat, lalu diinkubasi dalan inkubator selama 1 x 24 jam pada suhu
37 0C.
Diamati dan dihitung jumlah koloni bakteri.

3. Metode SPC Kapang


Disiapkan alat dan bahan.
Dimasukkan masing-masing 1 ml pengenceran 10 -1, 10-2 dan 10-3 ke dalam 4 buah
cawan Petri yang berbeda.
Dimasukkan medium Potato Dekstrosa Agar (PDA) secukupnya secara aseptis,
lalu dihomogenkan dengan cara menggerakkannya perlahan-lahan membentuk
angka 8.
Dibiarkan memadat, lalu diinkubasi dalan inkubator selama 3 x 24 jam pada suhu
37 0C.
Diamati dan dihitung jumlah koloni bakteri.
4. Metode MPN
Disiapkan alat dan bahan.
Disiapkan 3 seri tabung reaksi yang masing-masing terdiri dari 3 tabung reaksi
yang berisi 9 ml medium Laktosa Broth (LB) dan tabung durham.
Diambil 1 ml dari pengenceran 10-2 dan dimasukkan dalam 3 tabung reaksi seri I.
Diambil 1 ml dari pengenceran 10-3 dan dimasukkan dalam 3 tabung reaksi seri II.
Diambil 1 ml dari pengenceran 10-4 dan dimasukkan dalam 3 tabung reaksi seri III.
Diinkubasikan dalam inkubator selama 1 x 24 jam pada suhu 37 0C.
Diamati perubahan warna dari hijau menjadi kuning dan terbentuknya gas pada
tabung durham.

Dilakukan perhitungan MPN.

5. Metode Turbidimetri
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibuat suspensi dari bakteri Bacillus subtilis.
3. Diambil 1 ml dari suspensi bakteri lalu dimasukkan dalam tabung reaksi yang
berisi 9 ml air steril (pengenceran 1 : 10), lalu dihomogenkan.
4. Dilakukan hal yang sama untuk pengenceran 1 : 20, 1 : 40, 1 : 80, 1 : 160 dan
1 : 320.
5. Dibuat larutan blanko.
6. Diukur % T semua larutan tersebut pada spektrofotometer.
7. Diamati perubahan yang terjadi.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

IV.1 Tabel Pengamatan


1. SPC Bakteri
No.
Sampel
1. Jamu kencur

10-2
27

10-3
11

10-4
10

2.

Air bakso

TBUD

17

10

3.

Air tahu

TBUD

17

10

4.

Jalangkote Lephas

10

5.

Jalangkote 189

6.

Roti buana

TBUD

17

12

7.

Roti maros

10-1
10

10-2
9

10-3
11

2. SPC Kapang
No.
Sampel
1. Jamu kencur
2.

Air bakso

TBUD

17

10

3.

Air tahu

TBUD

17

19

4.

Jalangkote Lephas

33

17

5.

Jalangkote 189

6.

Roti buana

TBUD

33

7.

Roti maros

3. MPN

No.
Sampel
1. Jamu kencur

10-2
---

10-3
---

10-4
---

2.

Air bakso

+++

++-

++-

3.

Air tahu

---

---

---

4.

Jalangkote Lephas

---

---

---

5.

Jalangkote 189

---

---

---

6.

Roti buana

---

---

---

7.

Roti maros

---

+--

---

4. Turbidimetri
Pengenceran
1 : 10

%T
14,2

1 : 20

31,4

1 : 40

56,5

1 : 80

78,4

1 : 160

91,1

1 : 320

94,5

IV.2 Gambar Pengamatan


1. SPC Bakteri
LABORATORIUM
MOKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Keterangan :

Medium

: Nutrien Agar (NA)

Pengenceran : 10-2

1.

Cawan Petri

2.

Medium NA

3.

Koloni bakteri

LABORATORIUM
MOKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Keterangan :

Medium

1.

Cawan Petri

2.

Medium NA

3.

Koloni bakteri

: Nutrien Agar (NA)

Pengenceran : 10-3

LABORATORIUM
MOKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Keterangan :
1.

Cawan Petri

2.

Medium NA

3.

Koloni bakteri

Medium

: Nutrien Agar (NA)

Pengenceran : 10-4

2. SPC Kapang
LABORATORIUM
MOKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Keterangan :

Medium

1.

Cawan Petri

2.

Medium PDA

3.

Koloni

: Potato Dekstrosa Agar (PDA)

Pengenceran : 10-1
LABORATORIUM
MOKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Keterangan :
1.

Cawan Petri

2.

Medium PDA

3.

Koloni

Medium

: Potato Dekstrosa Agar (PDA)

Pengenceran : 10-2

LABORATORIUM
MOKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Keterangan :

Medium

1.

Cawan Petri

2.

Medium PDA

3.

Koloni

: Potato Dekstrosa Agar (PDA)

Pengenceran : 10-3

2.

MPN
LABORATORIUM
MOKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Keterangan :

Medium

: Laktosa Broth (LB)

Pengenceran : 10-2

1.

Sumbat kapas

2.

Tabung reaksi

3.

Medium LB

4.

Koloni

LABORATORIUM
MOKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Keterangan :

Medium

1.

Sumbat kapas

2.

Tabung reaksi

3.

Medium LB

4.

Koloni

: Laktosa Broth (LB)

Pengenceran : 10-3

LABORATORIUM
MOKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Keterangan :
5.

Sumbat kapas

6.

Tabung reaksi

7.

Medium LB

8.

Koloni

Medium

: Laktosa Broth (LB)

Pengenceran : 10-4

4. Turbidimetri
LABORATORIUM
MOKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Keterangan :
1.

Sumbat kapas

2.

Tabung reaksi
a. Perbandingan 1 : 10
b. Perbandingan 1 : 20
c. Perbandingan 1 : 40

3.

Bakteri

Koloni

: E.Coli

LABORATORIUM
MOKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Keterangan :
1.

Sumbat kapas

2.

Tabung reaksi
a. Perbandingan 1 : 80
b. Perbandingan 1 : 160
c. Perbandingan 1 : 320

3.

Koloni

Bakteri

: Bacillus subtilis

IV.3 Perhitungan
1. SPC Bakteri
Sampel
Jamu gendong (kencur)

10-2
27

10-3
11

10-4
10

Diambil nilai konsentrasi tertinggi karena data pengenceran dibawan 30


Nilai SPC

= 27 x 1/10-2
= 27 x 102
= 2,7 x 103 koloni/ml

Hasil pelaporan = 2,7 x 103 koloni/ml

( < 3,0 x 104 koloni/ml )

2. SPC Kapang
Sampel
Jamu gendong (kencur)

10-1
10

10-2
9

10-3
11

Data yang diperoleh hanya satu yang memenuhi syarat, maka nilai yang dilaporkan
adalah nilai yang masuk.
Nilai SPC

= 11 x 1/10-3
= 11 x 103
= 1,1 x 104 koloni/ml

Hasil pelaporan = 1,1 x 104 koloni/ml

3. M P N

( < 3,0 x 104 koloni/ml )

Sampel
Jamu gendong (kencur)

10-2
---

10-3
---

10-4
---

Data yang diperoleh pada sumua tabung adalah negatif, maka nilai untuk semua seri
tabung adalah 0, sehingga diperoleh nilai MPN dalam tabel adalah 0,03
Nilai MPN

= 0,03 x 10
= 0,3
= 3,0 x 10-1 koloni/ml

Hasil pelaporan = 3,0 x 10-1 koloni/ml

( < 3,0 x 104 koloni/ml )

4. Turbidimetri
OD

= 2 - log % T

OD1

= 2 - log % T1

OD2

OD3

OD4

= 2 - log % T4

= 2 - log 14,2

= 2 - log 78,4

= 0,848

= 0,106

= 2 - log % T2

OD5

= 2 - log % T5

= 2 - log 31,4

= 2 - log 91,1

= 0,503

= 0,041

= 2 - log % T3

OD6

= 2 - log % T6

= 2 - log 56,5

= 2 - log 94,5

= 0,248

= 0,025
BAB V
PEMBAHASAN

Semakin banyak mikroba yang terdapat dalam air, maka semakin tinggi
pengenceran yang dilakukan, sehingga semakin rendah pula jumlah mikroba yang diperoleh.
Metode untuk menghitung mikroba dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu
metode cawan, hitungan mikroskopik langsung dan hitungan jumlah mikroba terdekat. Untuk
melaporkan suatu analisa mikrobiologi, digunakan suatu nilai standar yang disebut SPC
(Standar Plate Count) dan metode MPN (Most Probable Number) yang menjelaskan cara
menghitung mikroba.
Metode SPC digunakan untuk menghitung jumlah koloni bakteri dan kapang pada
cawan secara langsung tanpa alat pembesar. Pada metode ini, terlebih dahulu sampel
diencerkan pada konsentrasi yaitu 10 -1 10-4. Pengenceran dilakukan dengan melarutkan
sampel yang telah digerus ke dalam 9 mL air suling, lalu dari tabung itu diambil 1 mL kemudian
dimasukkan ke dalam tabung lain yang berisi 9 mL air suling. Perlakuan ini dilakukan sampai
memperoleh konsentrasi 10-4. Untuk SPC kapang digunakan konsentrasi 10 -1, 10-2, dan 10-3,
sedangkan untuk bakteri 10-2, 10-3, dan 10-4. Bakteri digunakan konsentrasi mulai 10 -2 sebab
pada konsentrasi 10-1 konsentrasinya terlalu pekat sehingga nantinya sulit untuk diamati.
Setelah itu, 1 mL larutan sampel pada tiap-tiap konsentrasi yang digunakan dimasukkan ke
dalam cawan Petri, lalu ke dalam cawan dimasukkan medium PDA untuk kapang dan medium
NA untuk bakteri. Setelah itu kapang diinkubasikan pada suhu kamar selama 3 x 24 jam dan
bakteri diinkubasikan pada inkubator selama 1 x2 4 jam. Metode ini merupakan cara yang
paling efektif untuk menghitung jumlah mikroba dengan syarat : yang dapat dihitung hanya sel
hidup saja. Keuntungan dari penggunaan metode ini adalah : DApat digunakan untuk isolasi

dan identifikasi mikroba dan beberapa mikroba dapat dihitung sekaligus. Sedangkan
kelemahan yang dimiliki oleh metode ini diantaranya : medium dan kondisi yang berbeda
kemungkinana dapat menghasilkan nilai yang berbeda, mikroba yang ditumbuhkan harus
dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang selaras dan jelas serta tidak
menyebar, memerlukan persiapan beberapa hari serta inkubasi, dan hasil perhitungan tidak
menunjukkan jumlah sel mikroba sebenarnya karena bentuk sel yang berdekatan dapat
membentuk koloni.
Dari hasil percobaan, diperoleh jumlah koloni bakteri pada sampel adalah 2,7 x 10 3
koloni/ml dan ditemukan koloni kapang yang berjumlah 1,1x10 4 koloni/ml.
Metode MPN digunakan untuk menghitung jumlah koloni bakteri coliform yang
terdapat pada sampel. Pada metode ini digunakan medium yang berbentuk cair, dalam hal ini
medium yang digunakan yaitu LB (Lactosa Broth), yang diisi dengan tabung Durham. Juga
digunakan indicator Bromtimol Biru sebagai indicator perubahan warna. Pada percobaan ini
digunakan 3 seri tabung. Cara perhitungannya didasarkan pada terjadinya perubahan warna
larutan dari hijau menjadi kuning dan terbentuknya gas. Jika pada tabung menghasilkan
perubahan tersebut maka tabung itu memberikan nilai positif. Jika hanya terjadi satu syarat
saja, misalnya hanya gas saja atau hanya berubah warna saja, maka hasilnya dikatakan
negatif. Perubahan warna dan gas yang dihasilkan tersebut berasal dari proses fermentasi
laktosa yang dilakukan oleh bakteri coliform tersebut.
Metode MPN dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroorganisme tertentu
yang terdapat diantara campuran mikroorganisme lainnya. Sebagai contoh jika digunakan
laktosa broth, maka adanya bakteri dapat memfermentasikan laktosa, yang ditunjukkan

dengan adanya gas dalam tabung durham. Cara ini digunakan untuk menentukan MPN
coliform terhadap air atau minuman karena bakteri coliform termasuk bakteri yang dapat
memfermentasi laktosa.
Dari pengamatan yang dilakukan terhadap sampel Roti Maros, dengan metode
MPN, ternyata tidak ditemukan miroba didalamnya dan diperoleh nilai MPN 30 koloni/g sampel
. Hal ini terlihat karena pada tabung reaksi hasil pengenceran tidak terjadi perubahan warna
dan juga gas CO2 tidak terbentuk.. Metode MPN dilakukan dengan pengenceran terlebih
dahulu, yang digunakan untuk menghitung bakteri coliform. Pengamatan akhir dapat dilihat
pada tabung reaksi dengan terjadinya perubahan warna dan dihasilkan gas CO 2 pada tabung
durham.
Metode Turbidimetri pada prinsipnya adalah menghitung jumlah mikroorganisme
yang ditumbuhkan, dimana semakin keruh suatu medium, maka mikroba yang terdapat
didalamnya akan semakin banyak pula. Metode ini untuk mengukur kekeruhan dan dapat
digunakan spektrofotometer untuk membantu, dimana alat ini mengukur persentase cahaya
yang melewati larutan yang akan diperiksa. Persentase yang lewat merupakan perbandingan
langsung dan konsentrasi sel yang dinyatakan dengan Optical Density (OD) atau tingklat
kekeruhan. Persentase cahaya diukur pada panjang gelombang 580 nm yang merupakan
panjang gelombang maksimum agar diperoleh serapan yang maksimum, sehingga data yang
diperoleh lebih akurat.
Alat spektrofotometer bekerja berdasarkan prinsip pembacaan transmisi cahaya
yang dilewatkan melalui larutan sampel. Cahaya polikromatis dari sumber cahaya pada
spektrofotometer akan diubah menjadi cahaya monokromatis oleh monokromator, selanjutnya

cahaya tersebut akan dilewatkan pada larutan sampel yang terdapat dalam kuvet. Cahaya
yang lewat ini sebagian akan diserap oleh sampel dan sebagian lagi akan diteruiskan. Cahaya
yang diteruskan ini akan masuk ke detector dan akan diperkuat oleh amplifier. Selanjutnya
cahaya tersebut akan ditangkap oleh display sebagai nilai transmitan.
Metode turbidimetri digunakan untuk menghitung jumlah mikroba berdasarkan
tingkat kekeruhan menggunakan spktrofotometer. Pada metode ini terlebih dahulu dibuat
suspensi bakteri dengan 9 mL air suling yang merupakan perbandingan 1 : 10. Lalu dari
tabung diambil 5 mL suspensi dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi lain yang berisi 5 mL
air suling, demikian seterusnya hingga diperoleh perbandingan sampai 1 : 320. Semakin kecil
konsentrasi pengenceran maka semakin sedikit jumlah bakteri yang terdapat dalam larutan
dan nilai OD (Optimal Density) semakin kecil. Bakteri cenderung untuk menyerap radiasi sinar,
jadi semakin besar nilai T maka semakin sedikit bakteri yang terdapat pada larutan yang
diperiksa.Dari hasil percobaan metode Turbidimetri diperoleh data untuk konsentrasi 1:10 nilai
OD yaitu 0,74; 1:20 niilai ODnya 0,62; 1:40 Nilai ODnya 0,41; 1:180 nilai ODnya 0,09; 1:360
nilai ODnya 0,05.
Dari sumber literature yang ada, metode turbidimetri diketahu isemakin encer suatu
medium yang berisi Bakteri maka jumlah selnya akan semakin sedikit dan makin besar
intensitas yang lolos serta makin tinggi pula persentase dari transmitannya yang tercatat
sehingga nilai absorban makin kecil dan ternyata data hasil yang diperoleh dari pecobaan ini
sesuai dengan literature tersebut.

BAB VI
PENUTUP

VI.1 Kesimpulan
Dari hasil percoban dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada metode SPC jumlah koloni bakteri pada sampel jamu gendong adalah 2,7 x 10 3
koloni/ml. Jumlah ini memenuhi syarat dari badan POM, yaitu tidak lebih dari
3,0 x 103 koloni/ml.
2. Pada metode SPC jumlah koloni kapang pada sampel jamu gendong adalah 1,1 x 10 4
koloni/ml. Jumlah ini memenuhi syarat dari badan POM, yaitu tidak lebih dari
1,0 x 103 koloni/ml.
3. Pada metode MPN tidak diperoleh adanya bakteri coliform pada sampel jamu
gendong.
4. Pada metode turbidimetri diperoleh nilai OD pada masing-masing konsentrasi sebagai
berikut :
1 : 10, OD

= 0,848

1 : 80,

OD = 0,106

1 : 20, OD

= 0,503

1 : 160, OD = 0,041

1 : 40, OD

= 0,248

1 : 320, OD = 0,025

IV.2 Saran
Sebaiknya waktu praktikum dimanfaatkan dan diefektifkan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hadioetomo, Ratna S., (1990), Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek, PT Gramedia : Jakarta,
72, 82, 83.
2. Fardiaz Srikandi, (1993), Analisis Mikrobiologi Pangan, PT Raja Grafinda Persada :
Jakarta, 35, 37, 38, 120
3. Suriawiria, Unus, (1986), Pengantar Mikrobiologi Umum, Angkasa: Bandung, 91, 93.
4. Djide, Natsir, (2005), Mikrobiologi Farmasi Dasar, Jurusan Farmasi Unhas: Makassar, 199
5. Dirjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI: Jakarta, 65, 74, 96.
6. Dirjen POM, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI: Jakarta, 300, 338, 1152.
7. Lay W. Bibiana, (1994), Analisis Mikroba di Laboratorium, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 122.
8. Pekzar, M. Z., (1986), Dasar-dasar Mikrobiologi, UI Press, Jakarta, 121 - 150
9. Dwidjoseputro D., (1998), Dasar-dasar Mikrobiologi, Djambatan, Bandung, 1340 - 200

LAMPIRAN
Komposisi Medium
1. Nutrien Agar (NA)
Ekstrak daging

3 gram

Pepton

5 gram

Agar

20 gram

Aquadest

ad 1 L

2. Potato Dekstrosa Agar (PDA)


Kentang

200 gram

Dekstrosa

10 gram

Agar

20 gram

Aquadest

ad 1 L

3. Laktosa Broth (LB)


Ekstrak daging

3 gram

Pepton

5 gram

Laktosa

5 gram

Aquadest

ad 1 L

Skema Kerja
1. Penyiapan sampel

Homogenkan

Jamu gendong

1 ml

Botol pengenceran [10-1]

9 ml air

Diambil 1 ml, dan dimasukkan dalam


Homogenkan

botol pengenceran II [10-2]

9 ml air

Diambil 1 ml, dan dimasukkan dalam


Homogenkan

botol pengenceran III [10-3]

9 ml air

Diambil 1 ml, dan dimasukkan dalam


Homogenkan

botol pengenceran IV [10-4]

9 ml air

2. Metode SPC
a. Bakteri
Sampel Pengenceran 10-2, 10-3 dan 10-4

Homogenkan

4 Buah cawan petri

Medium NA

Inkubasi 1 x 24 jam, 37 0C

Amati dan hitung jumlah koloni

b. Kapang

Sampel Pengenceran 10-1, 10-2 dan 10-3

Homogenkan

4 Buah cawan petri

Inkubasi 3 x 24 jam, 37 0C

Amati dan hitung jumlah koloni

Medium PDA

3. Metode MPN

3 seri tabung reaksi

Medium LB

Seri I

Seri II

Seri III

3 buah

3 buah

3 buah

Pengenceran 10-2

Pengenceran 10-3

Pengenceran 10-4

Inkubasi 3 x 24 jam, 37 0C

Amati dan dilakukan perhitungan


jumlah koloni

4. Turbidimetri

Suspensu Bakteri
1 ml

1 ml

1 ml

1 : 40

1 : 10

1 : 20

1 ml

1 ml

1 ml

1 : 80

1 : 320

1 : 160

Diamati di Spektrofotometer

Anda mungkin juga menyukai