Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat
yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi. Pangan dan gizi berperan penting dalam Memberikan
kontribusi dalam mewujudkan :
1. sumberdaya manusia yang g berkualitas
2. Sebagai kebutuhan dan modal dasar pembangunan
3. Sebagai indicator keberhasilan pembangunan
Keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan
penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam
seluler tubuh.
Status gizi adalah Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu,
atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu, contoh gondok endemik
merupakan keadaaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
Status gizi masyarakat dapat diketahui melamui penilaina komsumsi pangannya
berdasarkan data kuantitatif ataupun kulitatif. Cara lain yang sering digunakan untuk
mengetahui status gizi yaitu dengan cara biokimia,antropometri ataupun secra klinis, namun ada
1

beberapa cara yang dilakukan untuk mengetahui atau menilai status gizi masyrakat yaitu dengan
cara penilaian secra tidak langsung seperti survey komsumsi makanan statistic vital faktor
ekologi.
Ekologi pangan adalah ilmu yang mempelajari berbagai aspek lingkungan yang terkait
dengan pangan dan gizi untuk kesehatan masyarakat.Tujuan dari ekologi pangan dan gizi adalah
agar dapat mengetahui berbagai hubungan dan masalah antar variabel yang berkaitan dengan
penyediaan pangan, sosio ekonomi dan budaya pangan, konsumsi gizi, penggunaan zat gizi
dalam tubuh, status gizi dan status kesehatan masyarakat, serta upaya peningkatan gizi
masyarakat.

Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat gizi, dan
pentingnya pengukuran gizi yang perlu dikomsumsi karena itu di Indonesia masih sangat besar
prevalensi penyakit yang disebabkan karena kurangnya zat gizi yang di komsusmsi misalnya
anemia, maka perlunya pengukuran gizi seimbang dilakukan di masyrakat baik pengukuran gisi
seimbang secara langsung maupun pengukuran gizi seimbang secara tidak langsung untuk
mengurangi prevalensi penyakit yang disebabkan oleh kurangnya komsumsi gizi yang
seimbang.
B.RUMUSAN MASALAH
1.bagaimana penegrtian gizi secara umum ?
2.bagaimana cara dan metode pengukuran gizi seimbang?
3.bagaimana pengukuran gizi secara ekologi
4.apa factor yang mempengaruhi pengukuran gizi seimbang secara ekologi?
5.apa yang perlu di perhatikan dalam memilih metode pengukuran gizi seimbang?
6.apa permasalahan gizi masyarakat?
2

7.bagaimna solusi permasalahan gizi masyarakat?


C.TUJUAN
1.menegtahui pengertian gizi.
2.mengetahui cara dan metode pengukuran gizi seimbang.
3.mengetahui pengukuran gizi secara ekologi.
4.mengetahui factor yang mempengaruhi pengukuran gizi seimbang secara ekologi.
5.mengetahui metode pengukuran gizi seimbang.
6.mengetahui permasalahan gizi masyarakat.
7.mengetahui solusi permasalahan gizi masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN GIZI
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat
yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi.
Tak satu pun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang
untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu
mengkonsumsi anekaragam makanan; kecuali bayi umur 0-4 bulan yang cukup mengkonsumsi Air
3

Susu Ibu (ASI) saja. Bagi bayi 0-4 bulan, ASI adalah satu-satunya makanan tunggal yang penting
dalam proses tumbuh kembang dirinya secara wajar dan sehat.
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang
beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik
kualitas maupun kuantintasnya. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi
tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi
makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga,
zat pembangun dan zat pengatur. Beberapa fungsi makanan :
1. Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,
kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga
dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas seharihari.
2. Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah
kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan,
ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.
3. Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan
ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan
bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.
B.PENILAIAN STATUS GIZI
Status gizi adalah Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau
perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu, contoh gondok endemik merupakan keadaaan
tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
1.Macam-Macam Penilaian Status Gizi
a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
1. Antropometri
2. Klinis
3. Biokimia
4

4. Biofisik
b. penilaian status gizi secara tidak langsung
1. survey komsumsi makanan
2. statistic vital
3. faktor ekologi
4.
c. pengertian penilainan status gizi berdasarkan factor ekologi
1) Pengertian
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil
interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang
tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dll.
2) Penggunaan
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab
malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
Ekologi pangan adalah ilmu yang mempelajari berbagai aspek lingkungan yang terkait
dengan pangan dan gizi untuk kesehatan masyarakat.Tujuan dari ekologi pangan dan gizi adalah
agar dapat mengetahui berbagai hubungan dan masalah antar variabel yang berkaitan dengan
penyediaan pangan, sosio ekonomi dan budaya pangan, konsumsi gizi, penggunaan zat gizi
dalam tubuh, status gizi dan status kesehatan masyarakat, serta upaya peningkatan gizi
masyarakat.
a.

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi secara ekologi adalah:


1. Faktor External: perndapatan, pendidikan, pekerjaan, budaya.
2. Faktor Internal: usia, kondisi fisik, infeksi.

b. Dampak ketersediaan pangan secara ekologi terhadap gizi:


1.

Ketersediaan pangan merupakan kondisi penyediaan pangan yang mencakup makanan dan
minuman yang berasal dari tanaman, tanah, ikan, serta turunannya bagi penduduk suatu wilayah
dalam suatu kurun waktu tertentu. Ketersediaan pangan merupakan suatu sistem yang
berjenjang mulai dari Nasional, provinsi, kabupaten/kota, rumah tangga.
5

2.

Komponen ketersediaan pangan meliputi kemampuan produksi, cadangan, maupun impor


pangan setelah dikoreksi dengan ekspor dan berbagai penggunaan seperti untuk bibit, pakan
industri makanan/non pangan yang tercecer. Komponen produksi pangan dapat dipenuhi dari
produksi pertanian dan atau industri pangan.

c. Secara Ekologi Ketersediaan pangan bergantung pada:


a.
b.
c.
d.

Cukupnya lahan untuk menanam tanaman pangan.


Penduduk untuk menyediakan tenaga.
Uang untuk menyediakan modal pertanian yang dibutuhkan.
Tenaga ahli yang trampil untuk membantu meningkatkan hasil produksi maupun
pertanian, distribusi merata..

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan secara umum:


a. Jenis dan banyaknya pangan yang diperlukan dan tersedia.
b. Tingkat pendapatan masyarakat.
c. Pengetahuan gizi.
f.kelemahan dan kelebihan pengukuran status gizi secara Ekologi
1.kelebihan

dasar untuk melakukan program intervensi gizi.


Dasar untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat.

2.kelemahan

Kuranganya pengetahun masyarakat mengenai gizi seimbang


Jenis dan banyaknya pangan yang diperlukan masyarakat tidak tersedia
Kurangnya tenaga ahli dalam pengukuran metode tersebut

C. FAKTOR YANG PERLU

DIPERTIMBANGKAN

DALAM

MEMILIH

METODE

PENILAIAN STATUS GIZI


Hal mendasar yang perlu diingat bahwa setiap metode penilaian status gizi mempunyai
kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dengan menyadari kelebihan dan kelemahan tiap-tiap
metode, maka dalam menentukan diagnosis suatu penyakit perlu digunakan beberapa jenis metode.
Penggunaan satu metode akan memberikan gambaran yang kurang komprehensif tentang suatu
keadaan.
6

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan menggunakan metode adalah sebagai
berikut :
1. Tujuan
Tujuan pengukuran sangat perlu diperhatikan dalam memilih metode, seperti tujuan
ingin melihat fisik seseorang, maka metode yang digunakan antropometri. Apabila ingin
melihat status vitamin dan mineral dalam tubuh sebaiknya menggunakan metode biokimia.
2. Unit Sampel yang Akan Diukur
Berbagai jenis unit sampel yang akan diukur sangat mempengaruhi penggunaan metode
penilaian status gizi. Jenis unit sampel yang akan diukur meliputi individual, rumah
tangga/keluarga dan kelompok rawan gizi. Apabila unit sampel yang akan diukur adalah
kelompok atau masyarakat yang rawan gizi secara keseluruhan maka sebaiknya menggunakan
metode antropometri, karena metode ini murah dan dari segi ilmiah bisa dipertanggung
jawabkan.

3. Jenis Informasi yang Dibutuhkan


Pemilihan metode penilaian status gizi sangat tergantung pula dari jenis informasi yang
diberikan. Jenis informasi itu antara lain : asupan makanan, berat dan tinggi badan, tingkat
hemoglobin dan situasi sosial ekonomi. Apabila menginginkan informasi tentang asupan
makanan, maka metode yang digunakan adalah survey konsumsi. Dilain pihak apabila ingin
mengetahui tingkat hemoglobin maka metode yang digunakan adalah biokimia. Membutuhkan
informasi seperti berat badan dan tinggi badan, sebaiknya menggunakan antropometri. Begitu
pula jika membutuhkan informasi tentang situasi sosial ekonomi sebaiknya menggunakan faktor
ekologi.
4. Tingkat Reliabilitas dan Akurasi yang Dibutuhkan
7

Masing-masing metode penilaian status gizi memiliki tingkat reliabilitas dan akurasi
yang berbeda-beda. Contoh penggunaan metode klinis dalam menilai tingkatan pembesaran
kelenjar gondok adalah sangat subjektif sekali. Penilaian ini membutuhkan tenaga medis dan
paramedis yang sangat terlatih dan mempunyai pengalaman yang cukup dalam bidang ini.
Berbeda dengan penilaian secara biokimia yang mempunyai reliabilitas dan akurasi yang sangat
tinggi. Oleh karena itu apabila ada biaya, tenaga dan sarana-sarana lain yang mendukung, maka
penilaian status gizi dengan biokimia sangat dianjurkan.

5. Tersedianya Fasilitas dan Peralatan


Dalam penilaian status gizi ada berbagai jenis fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan.
Fasilitas tersebut ada yang mudah didapat dan ada pula yang sangat sulit diperoleh. Pada
umumnya fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian status gizi secara
antropometri relatif lebih mudah didapat dibanding dengan peralatan penentuan status gizi
dengan biokimia.
6. Tenaga
Ketersediaan tenaga, baik jumlah maupun mutunya sangat mempengaruhi penggunaan
metode penilaian status gizi. Jenis tenaga yang digunakan dalam pengumpulan data status gizi
antara lain : ahli gizi, dokter, ahli kimia, dan tenaga lain.
7. Waktu
Ketersediaan waktu dalam pengukuran status gizi sangat mempengaruhi metode yang
akan digunakan. Waktu yang ada bisa dalam mingguan, bulanan dan tahunan. Apabila kita ingin
menilai status gizi di suatu masyarakat dan waktu yang tersedia relatif singkat, sebaiknya
dengan menggunakan metode antropometri. Sangat mustahil kita menggunakan metode

biokimia apabila waktu yang tersedia sangat singkat, apabila tidak ditunjang dengan tenaga,
biaya, peralatan yang memadai.
8. Dana
Masalah dana sangat mempengaruhi jenis metode yang digunakan untuk menilai status
gizi. Umumnya penggunaan metode biokimia relatif mahal dibanding dengan metode lainnya.
Penggunaan metode disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penilaian status
gizi.Jadi, pemilihan metode penelitian status gizi harus selalu mempertimbangkan faktor
tersebut diatas. Faktor-faktor itu tidak bisa berdiri sendiri, tetapi selalu saling mengait. Oleh
karena itu, untuk menentukan metode penilaian status gizi, harus memperhatikan secara
keseluruhan dan mencermati kelebihan dan kekurangan tiap-tiap metode itu.
D. Permasalahan Gizi Masyarakat
Permasalahan Gizi Masyarakat dapat dilihat pada bagan berikut :
UNICEF (1988) telah mengembangkan kerangka konsep makro (lihat skema.) sebagai salah
satu strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi. Dalam kerangka tersebut ditunjukkan
bahwa masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh:
1. Penyebab langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi
kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak
yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita
gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya
tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.
2. Penyebab tidak langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :

1. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu
untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang
cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
2. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan
dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh
kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
3. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan kesehatan yang
ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan
dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan
ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan,
makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan
makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan.
3. Pokok masalah di masyarakat
Kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat
berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung.
4. Akar masalah
Kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumber daya
masyarakat terkait dengan meningkatnya pengangguran, inflasi dan kemiskinan yang
disebabkan oleh krisis ekonomi, politik dan keresahan sosial yang menimpa Indonesia sejak
tahun 1997. Keadaan tersebut teleh memicu munculnya kasus-kasus gizi buruk akibat
kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai.

Masalah gizi terbagi menjadi masalah gizi makro dan mikro. Masalah gizi makro adalah
masalah yang utamanya disebabkan kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein.
Manifestasi dari masalah gizi makro bila terjadi pada wanita usia subur dan ibu hamil yang Kurang
Energi Kronis (KEK) adalah berat badan bayi baru lahir yang rendah (BBLR). Bila terjadi pada
10

anak balita akan mengakibatkan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor dan


selanjutnya akan terjadi gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah. Anak balita yang sehat
atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan
menurut umur atau berat badan menurut tinggi, apabila sesuai dengan standar anak disebut Gizi
Baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut Gizi Kurang, sedangkan jika jauh di bawah standar
disebut Gizi Buruk. Bila gizi buruk disertai dengan tandatanda klinis seperti ; wajah sangat kurus,
muka seperti orang tua, perut cekung, kulit keriput disebut Marasmus, dan bila ada bengkak
terutama pada kaki, wajah membulat dan sembab disebut Kwashiorkor. Marasmus dan
Kwashiorkor atau Marasmus Kwashiorkor dikenal di masyarakat sebagai busung lapar. Gizi
mikro (khususnya Kurang Vitamin A, Anemia Gizi Besi, dan Gangguan Akibat Kurang Yodium).
Menurut Hadi (2005), Indonesia mengalami beban ganda masalah gizi yaitu masih banyak
masyarakat yang kekurangan gizi, tapi di sisi lain terjadi gizi lebih.
E. Solusi Permasalahan Gizi Masyarakat
Menurut Hadi (2005), solusi yang bisa kita lakukan adalah berperan bersama-sama.
1.Peran Pemerintah dan Wakil Rakyat (DPRD/DPR). Kabupaten Kota daerah membuat kebijakan
yang berpihak pada rakyat, misalnya kebijakan yang mempunyai filosofi yang baik menolong bayi
dan keluarga miskin agar tidak kekurangan gizi dengan memberikan Makanan Pendamping (MP)
ASI.
2. Peran Perguruan Tinggi. Peran perguruan tinggi juga sangat penting dalam memberikan kritik
maupun saran bagi pemerintah agar supaya pembangunan kesehatan tidak menyimpang dan
tuntutan masalah yang riil berada di tengah-tengah masyarakat, mengambil peranan dalam
mendefinisikan ulang kompetensi ahli gizi Indonesia dan memformulasikannya dalam bentuk
kurikulum pendidikan tinggi yang dapat memenuhi tuntutan zaman.
Menurut Azwar (2004). Solusi yang bisa dilakukan adalah :
1. Upaya perbaikan gizi akan lebih efektif jika merupakan bagian dari kebijakan penangulangan
kemiskinan dan pembangunan SDM. Membiarkan penduduk menderita masalah kurang gizi
akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan dalam hal pengurangan kemiskinan.
11

Berbagai pihak terkait perlu memahami problem masalah gizi dan dampak yang ditimbulkan
begitu juga sebaliknya, bagaimana pembangunan berbagai sektor memberi dampak kepada
perbaikan status gizi. Oleh karena itu tujuan pembangunan beserta target yang ditetapkan di
bidang perbaikan gizi memerlukan keterlibatan seluruh sektor terkait.
2. Dibutuhkan adanya kebijakan khusus untuk mempercepat laju percepatan peningkatan status
gizi. Dengan peningkatan status gizi masyarakat diharapkan kecerdasan, ketahanan fisik dan
produktivitas kerja meningkat, sehingga hambatan peningkatan ekonomi dapat diminimalkan.
3. Pelaksanaan program gizi hendaknya berdasarkan kajian best practice (efektif dan efisien) dan
lokal spesifik. Intervensi yang dipilih dengan mempertimbangkan beberapa aspek penting
seperti: target yang spesifik tetapi membawa manfaat yang besar, waktu yang tepat misalnya
pemberian Yodium pada wanita hamil di daerah endemis berat GAKY dapat mencegah cacat
permanen baik pada fisik maupun intelektual bagi bayi yang dilahirkan. Pada keluarga miskin
upaya pemenuhan gizi diupayakan melalui pembiayaan publik.
4. Pengambil keputusan di setiap tingkat menggunakan informasi yang akurat dan evidence base
dalam menentukan kebijakannya. Diperlukan sistem informasi yang baik, tepat waktu dan
akurat. Disamping pelaksanaan monitoring dan evaluasi yang baik dan kajian-kajian intervensi
melalui kaidah-kaidah yang dapat dipertanggung jawabkan.
5. Mengembangkan kemampuan (capacity building) dalam upaya penanggulangan masalah gizi,
baik kemampuan teknis maupun kemampuan manajemen. Gizi bukan satu-satunya faktor yang
berperan untuk pembangunan sumber daya manusia, oleh karena itu diperlukan beberapa aspek
yang saling mendukung sehingga terjadi integrasi yang saling sinergi, misalnya kesehatan,
pertanian, pendidikan diintegrasikan dalam suatu kelompok masyarakat yang paling
membutuhkan.
6. Meningkatkan upaya penggalian dan mobilisasi sumber daya untuk melaksanakan upaya
perbaikan gizi yang lebih efektif melalui kemitraan dengan swasta, LSM dan masyarakat.

12

BAB III
PENUTUP
A.SIMPULAN
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zatzat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal
dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Ekologi pangan adalah ilmu yang mempelajari berbagai aspek lingkungan yang terkait
dengan pangan dan gizi untuk kesehatan masyarakat.Tujuan dari ekologi pangan dan gizi adalah
agar dapat mengetahui berbagai hubungan dan masalah antar variabel yang berkaitan dengan
penyediaan pangan, sosio ekonomi dan budaya pangan, konsumsi gizi, penggunaan zat gizi
dalam tubuh, status gizi dan status kesehatan masyarakat, serta upaya peningkatan gizi
masyarakat.

13

Anda mungkin juga menyukai