Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan
hidayahnya kepada kita semua sehingga kita dapat menyelesaikan laporan ini walaupun banyak
kekurangan.
Salawat serta salam kita panjatkan dan curahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW, sebagai pemimpin sejati, Nabi yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah
menuju zaman yang terang benderang yaitu Islam.
Betapa besar hidayah, taufik, dan inayah Allah SWT , yang memberikan kepada kami
serta curahan nikmatnya yang tak terhingga sehingga kami dapat membuat laporan ini dengan
baik.
Besar harapan saya semoga makalah ini akan memberikan manfaat dan bimbingan kami
sehingga generasi penerus yang berjiwa islami dan berakhlak Mulia.
Demikian makalah ini saya buat semoga bapak/ibu dosen dapat menerima dan
memakluminya
Karena kekurangan hanya milik saya sendiri dan kelebihan hanya milik Allah SWT
Semoga Allah SWT akan senantiasa memberikan kemudahan dan meridhoi semua kegiatan kita
semua
Amin,,,,,,,,
Penulis,...............2013

(.......................................)

DAFTAR ISI
Kata Pengantar .. 1
Daftar Isi . 2
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang . 3
1.2 Rumusan Masalah 4
Bab II Kerangka Teori
2.1 Teori Menurut Para Ahli .. 5
Bab III Pembahasan
3.1 Globalisasi mempengaruhi lingkuhan hidup di negara berkembeng ...7
3.2 Faktor penyebab mudahnya terjadi eksploitasi lingkungan di Negara berkembang ..10
3.3 Solusi yang ditawarkan oleh MNC dan aktor non-pemerintahan dalam menanggulangi

kerusakan lingkungan di negara berkembang


10
Bab IV Penutup
4.1 Kesimpulan
..12
4.2 Saran .12
Daftar Pustaka ... 13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fenomena globalisasi selalu dikatakan memberikan dampak terhadap pembangunan
ekonomi negara-negara di dunia. Negara-negara semakin dapat bebas dalam melakukan kerja
sama dalam membangunan ekonomi kearah yang lebih baik dan juga semakin mudahnya negaranegara memperoleh aliran modal dari negara-negara lain, sehingga membantu negara tersebut
dalam mengembangkan pilar ekonominya. Membumingnya globalisasi tidak lepas dari peran
institusi di dalamnya dalam mempromosikan keuntungan dari globalisasi itu sendiri bagi negaranegara yang menerima keberadaan globalisasi.Institusi itu tidak lain adalah IMF (International
Monetary Fund), WB (World Bank) dan WTO (World Trade Organization), atau biasa dikenal
dengan Washington Consesus, dengan membawa program mengenai perdagangan internasional,
investasi asing langsung dan aliran pasar modal.
Dengan adanya fenomena globalisasi yang dapat memberikan manfaat terhadap
negara-negara untuk membuka diri dalam melakukan kerja sama serta meminta bantuan terhadap
negara-negara lain, dan tidak hanya itu negara dapat memperoleh pendapatan neraca pembayaran
melalui perdagangan internasional dengan negara lain. Dampak itu pun dirasakan oleh negaranegara berkembang. Dibalik cerita yang baik tersebut, sebetulnya tersimpan cerita buruk
mengenai akibat dari pembangunan ekonomi yang tanpa batas tersebut. Terjadinya degradasi
lingkungan merupakan cerita buruk yang harus diperhatikan sebagai akibat dari perilaku aktivitas
ekonomi. Hal ini karena setiap melakukan aktivitas ekonomi baik itu produksi maupun konsumsi
tidak terlepas dalam memberikan pengaruh kepada lingkungan sekitar.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang terdapat di sekitar organisme. Lingkungan
terdiri atas semua benda mati dan makhluk hidup lain yang terdapat di sekitar organisme tersebut.
Lingkungan yang sesuai akan mampu menunjang kehidupan organisme yang ada pada ekosistem.
Proses ekosistem akan terus berjalan dengan teratur. Daur materi, aliran energi, dan produktivitas
lingkungan terjamin. Kondisi ini akan terus bertahan manakala komponen-komponen ekosistem
berada dalam keadaan seimbang. Lingkungan tidak dapat mendukung jumlah kehidupan yang
tanpa batas, Kehidupan senantiasa berubah, begitu juga dengan lingkungan. Perubahan
lingkungan dapat terjadi oleh aktivitas manusia atau kejadian alam seperti letusan gunung berapi,
tanah longsor, dan kebakaran hutan. Perubahan lingkungan yang terjadi, baik yang dilakukan oleh
manusia atau kejadian alam dapat bersifat positif, artinya bermanfaat bagi kesejahteraan manusia
3

dan bersifat negatif yang merugikan bagi kehidupan manusia. Perubahan lingkungan terjadi
apabila ada perubahan dalam daur biologi atau daur biogeokimia.

1.2 Perumusan Masalah


Adapun rumusan masalah penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimana globalisasi mempengaruhi lingkungan hidup di negara berkembang?
2. Apa faktor-faktor yang menyebabkan mudahnya terjadi eksploitasi lingkungan di negara
berkembang?
3. Apa solusi yang ditawarkan oleh MNC dan aktor non-pemerintahan dalam menanggulangi
kerusakan lingkungan di negara berkembang?

BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Teori Menurut Para Ahli
a) pendapat Sarwono (2009) Kesadaran dari diri manusia mulai meningkat setiap tahunnya
karena efek buruk yang telah di alami oleh diri kita sendiri sehingga kita mulai membangun
lingkungan agar semakin nyaman bagi diri kita sendiri
b) Pendapat morgan 1995 semakin berkembangnya zaman semakin berkembang pula rasa
egoisme dan sifat iba ke sesama manusia
c) Pendapat sarwono 2001 lingkungan sangat mempengaruhi kehidupan kita, lingkungan dapat
menyebabkan penyakit penyakit bagi tubuh kita karena lingkunganlah yang baik dapat
membuat kita sehat begitu juga sebaliknya bila lingkungan kita buruk maka kesahatan kita
juga buruk "
d) Pendapat pike " penyakit-penyakit kulit sering di akibatkan oleh kerusakan lingkungan ia
tinggal karena kondisi alam di lingkungan kita mempengaruhi kesehatan kita "
e) Pendapat Leonardo dari WHO(world health organization) " Semakin hari alam semakin rusak
karena ulah kita sendiri, hal ini menambah parah daftar penyakit penyakit yang berbahaya.
penyakit penyakit baru timbul dengan sendirinya karena adanya pencampuran zat-zat
berbahaya yang bercampur secara alami yang membuat kita harus sangat menjaga lingkungan
kita "
f) Pendapat esteban dari WHO(world health organization) " kondisi alam yang semakin tua dan
tidak adanya rasa untuk saling menjaga lingkungan mengakibatkan alam tempat tinggal kita
semakin rusak "
g) Pendapat morgan 1995 " pengucilan sangat berdampak buruk bagi mental seseorang karena
hal ini sangat mempengaruhi kehidupannya di masa depan "

h) St. Munajat Danusaputra : Lingkungan adalah semua benda dan kondisi termasuk di
dalamnya manusia dan aktivitasnya, yang terdapat dalam ruang di mana manusia
berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad
hidup lainnya. (Darsono, 1995)
i) Emil Salim : Lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh
yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup
termasuk kehidupan manusia
j) Salah seorang ahli ilmu lingkungan, yaitu Otto Soemarwoto mengemukakan bahwa
dalam bahasa Inggris istilah lingkungan adalah environment. Selanjutnya dikatakan,
lingkungan atau lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang ada pada setiap
makhluk hidup atau organisme dan berpengaruh pada kehidupannya. Contoh, pada
hewan seperti kucing, segala sesuatu di sekeliling kucing dan berpengaruh pada
keberlangsungan hidup kucing tersebut maka itulah lingkungan hidupnya. Demikian
pula pada suatu jenis tumbuhan tertentu, misalnya pohon mangga atau padi di sawah,
segala sesuatu yang mempengaruhi pertumbuhan atau kehidupan tanaman tersebut
itulah ling kungan hidupnya.
5

Menurut Undang-Undang Rl Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan


Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera,
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
menyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lainnya.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Globalisasi dan dampaknya terhadap kerusakan lingkungan di negara
berkembang
Globalisasi, mungkin kata itu sering kita dengarkan di televisi, radio, surat kabar
ataupun percakapan sehari-hari. Kata globalisasi sendiri muncul pada dekade akhir abad
ke-20. Globalisasi telah menjadikan pertukaran barang dan jasa dengan mudah terjadi
melewati batas-batas territorial Negara. Globalisasi menjadikan dunia seperti Global
Village. Dengan adanya Globalisasi, negara-negara dapat dengan mudah melakukan suatu
interaksi, bahkan individu dalam suatu negara dengan individu di negara lain dapat
dengan mudah melakukan suatu interaksi, baik dalam hal komunikasi, pertukaran
komoditi, pertukaran informasi, dll. Hal tersebut menjadikan globalisasi sebagai arah baru
bagi perkembangan negara-negara selanjutnya. Tapi apakah globalisasi benar-benar
sesuai dengan yang selalu digembar-gemborkannya?
Globalisasi layaknya seperti keping uang logam, yang memiliki 2 sisi yang sangat
bertolak belakang satu sama lain. Globalisasi disatu sisi memberikan dampak positif dan
disisi lain memberikan dampak negatif. Dan salah satu dampak negatif dari globalisasi
adalah berimbas pada masalah lingkungan. Ada serangkaian proses yang harus dilewati
untuk menuju pada tahap perusakkan lingkungan akibat globalisasi, yang pada umumnya
terjadi di negara-negara berkembang.
Dengan semakin menipisnya batas-batas negara karena doktrin dari pahaman
globalisasi yang menuntut setiap negara jika hendak menjadi negara yang maju maka
harus membuka diri selebar-lebarnya terhadap bantuan-bantuan dan kerjasama dengan
pihak asing maka hal ini lah yang kemudian menjadi pintu masuk bagi para investorinvestor asing untuk berlomba masuk dan menanamkan sahamnya di negara-negara
berkembang. Sehingga kemudian menginisiasi maraknya industrialisasi, privatisasi serta
deregulasi di negara-negara berkembang.
Yang menjadi pertanyaan kita kemudian adalah mengapa industrialisasi,
privatisasi serta regulasi menjadi sebuah masalah yang berimbas pada masalah kerusakan
lingkungan? Dalam dunia industri, bahan mentah adalah satu hal penting untuk
menjalankan suatu roda perindustrian. Dan bahan-bahan mentah ini, banyak ditemukan di
negara-negara berkembang yang memang dalam segi geografinya berada pada jalur
lintang dan bujur yang subur. Namun, negara berkembang terkendala dalam melakukan
pengelolaan akan sumber daya alam yang melimpah tersebut akibat keterbatasan modal
dan teknologi yang dimilikinya. Sehingga negara-negara berkembang membutuhkan
suntikkan dana dan jasa dari negara-negara maju. Adapun bentuknya bisa berupa hutang/
pinjaman, dan hibah.
Namun sangat disayangkan bahwa berbagai bantuan dana dalam bentuk pinjaman
maupun hibah oleh negara maju tersebut sebagian besar digunakan untuk membeli
teknologi-teknologi dari negara maju. Dengan kata lain pinjaman dari negara maju,
kembali masuk ke saku negara maju lagi dalam bentuk pembelian teknologi oleh negara
berkembang, di lain waktu, negara berkembang masih harus melunasi hutang-hutang
kepada negara maju beserta dengan bunganya. Ini adalah satu dari sekian banyak bentuk

kerjasama di era globalisasi antara negara maju dan negara berkembang yang mana secara
tidak langsung merugikan negara-negara berkembang.
Teknologi yang telah dibeli oleh Negara berkembang (negara tropis) tersebut
memungkinkan mereka untuk memanfaatkan kekayaan hutan alamnya dalam rangka
meningkatkan sumber devisa negara dan berbagai pembiayaan pembangunan, tetapi
akibat yang ditimbulkannya kemudian adalah terjadinya perusakan hutan tropis. Terlepas
dari berbagai keberhasilan pembangunan yang disumbangkan oleh teknologi dan sektor
industri, sesungguhnya telah terjadi kemerosotan sumber daya alam dan peningkatan
pencemaran lingkungan, bahkan seringkali wilayah-wilayah yang tidak menjadi pusat
industri mendapat imbasnya seperti peningkatan suhu udara.
Untuk persoalan industri, pada umumnya industri didirikan di negara-negara
berkembang dengan tujuan untuk efisiensi biaya produksi dan transportasi serta
mengingat letak negara berkembang sebagai pasar dari komoditi industri negara maju.
Dalam prosesnya kemudian, industri-industri yang didirikan oleh negara maju melakukan
eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan ditambah lagi proses kerja industri-industri
tersebut tidak berwawasan lingkungan. Hal ini bisa dilihat melalui berbagai bentuk
kerusakkan akibat aktifitas pertambangan, selain itu juga limbah yang dihasilkan tidak
ditaktisi oleh negara maju. Dengan masuknya perusahaan tambang asing, maka
pencemaran lingkungan pasti tidak akan bisa dihindarkan. Kebijakan pemerintah
mengizinkan operasi pertambangan pada kawasan hutan lindung dan konservasi, sudah
pasti akan mempercepat lenyapnya berbagai sumber daya alam yang tadinya melimpah di
negara-negara berkembang seperti Filipina, Indonesia, Vietnam, Sri lanka dan lain-lain.
Perusahaan
Negara
Dampak
Ecuador
oil
development
(Petroequador, Maxus oil Co.) Ecuador Waorani dan masyarakat adat lainnya tergusur
dari tanahnya,keanekaragaman hayati hilang, air terkena racun, dan kerusakan lingkungan
secara masif karena tumpahan minyak Total, Unocal (Union Oil Company of California)
Burma Terlibat dalam hak-hak buruh dan menggunakan budak Royal dutch shell Nigeria
Perusakan lingkungan, penindasan, perampasan milik rakyat ogoni, penangkapan dan
penahanan dengan sewenangwenang, dan menghukum mati aktivis lingkungan Tanzania
Wheat Project Tanzania Pemindahan secara paksa, pelecehan dan penahan, serta
mengurangi
akses
Uranium Mining (Kerr-McGee) New Mexico Penambangan-penambangan Navajo
menderita kanker dan penyakit lainnya, tetapi mendapat kompensasi dan bantuan sangat
minimal
Agricultural Project (Swft Armour, King Ranch) Brazilia Pembersihan hutan dan
timbulnya konflik-konflik social
Tabel 1. Daftar Perusahaan dan dampak yang ditimbulkan di negara-negara berkembang
Selain bentuk-bentuk kerusakkan yang diakibatkan oleh perusahaan-perusahaan
pertambangan di negara-negara berkembang, menurut penelitian yang dilakukan oleh
Amsyari (1996:104), mencatat kerusakan lingkungan akibat industrialisasi di negara
berkembang
sebagai
contoh
di
negara
indoensia,
yaitu:
- Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industri.
- Konsentrasi bahan pencemar yang berbahaya bagi kesehatan penduduk seperti merkuri,
kadmium, timah hitam, pestisida, pcb, meningkat tajam dalam kandungan air permukaan
dan
biota
airnya.
- Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di
8

musim penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang berakibat
merugikan
akibat
kondisi
ekosistemnya
yang
telah
rusak.
- Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah, bahkan temperatur
tertinggi di beberapa kola seperti Jakarta sudah mencapai 37 derajat celcius.
- Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r SO2, dan debu.
- Sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia terasa semakin menipis, seperti
minyak bumi dan batu bara yang diperkirakan akan habis pada tahun 2020.
- Luas hutan Indonesia semakin sempit akibat tidak terkendalinya perambahan yang
disengaja atau oleh bencana kebakaran. Kondisi hara tanah semakin tidak subur, dan
lahan pertanian semakin menyempit dan mengalami pencemaran.
Contoh lainnya adalah kasus penolakkan rakyat filipina terhadap pertambangan
nikel berskala besar di pulau Mindoro oleh perusahaan pertambangan Norwegian Intex
sebab sifatnya yang merusak karena bisa menyebabkan banjir dan erosi selain itu pula
akan mengganggu sumber air irigasi terbesar disana. Irigasi itu mengaliri sawah seluas 40
ribu hektar. Selama ini, Mindoro memang dikenal sebagai limbung padi bagi manila.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi sebab UU pertambangan Filipina yang ada memihak
terhadap perusahaan tambang asing dan memberi mereka 100 persen keuntungan dan
pembebasan pajak. Dengan pemerintahan yang lemah, kita tidak bisa tergantung pada
mekanisme monitoring karena pemerintahnya korup.
Melalui contoh-contoh tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa yang menjadi
sumber utama dari perusakkan dan segala bentuk eksploitasi lingkungan yang terjadi di
pelopori oleh industri yang notabene dikuasai sepenuhnya oleh negara-negara maju.
MNCpun menjadi senjata paling ampuh untuk memulai kerjasama yang tadinya dikatakan
saling menguntungkan dengan pembagian yang adil versi negara maju: 80% untuk
negara maju dan 20% untuk negara berkembang). Sesungguhnya, negara berkembang
lebih banyak dirugikan atas upaya kerjasama tersebut mengingat selain telah dikuras
kekayaan alamnya oleh negara maju, pembagian hasil yang tidak merata, serta dampak
dari eksploitasi aktifitas industri ditambah lagi dengan permasalah limbah yang dihasilkan
Karena limbah industri dibuang ke lingkungan, maka masalah yang
ditimbulkannya merata dan menyebar di lingkungan yang luas. Limbah industri baik
berupa gas, cair maupun padat umumnya termasuk kategori atau dengan sifat limbah B3.
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang sangat ditakuti adalah limbah dari
industri kimia. Limbah dari industri kimia pada umumnya mengandung berbagai macam
unsur logam berat yang mempunyai sifat akumulatif dan beracun (toxic) sehingga
berbahaya bagi kesehatan manusia. Limbah padat akan mencemari tanah dan sumber air
tanah. Limbah gas yang dibuang ke udara pada umumnya mengandung senyawa kimia
berupa SOx, NOx, CO, dan gas-gas lain yang tidak diinginkan. Adanya SO2 dan NOx di
udara dapat menyebabkan terjadinya hujan asam yang dapat menimbulkan kerugian
karena merusak bangunan, ekosistem perairan, lahan pertanian dan hutan. Limbah cair,
yang dibuang ke perairan akan mengotori air yang dipergunakan untuk berbagai
keperluan dan mengganggu kehidupan biota air. Untuk itu, limbah dari hasil industri
benar-benar menjadi ancaman kerusakan lingkungan di negara-negara berkembang yang
menjadi pusat industri negara maju.
Keseluruhan permsalahan yang terjadi di negara-negara berkembang menjadi
layaknya sebuah penyakit yang menggerogoti tubuh negara-negara berkembang dari hari
ke hari. Namun, nampaknya negara-negara berkembang belum menyadari sepenuhnya
9

dengan kondisi mereka yang sedang tidak baik-baik saja akibat terlena dengan buaian
globalisasi yang dikatakan mampu meningkatkan perkeonomian dan mampu
mensejahterakan masyarakat.

3.2 Faktor-faktor yang menyebabkan over-exploitation


Selanjutnya, faktor-faktor yang kemudian melatar belakangi mengapa negaranegara berkembang sangat mudah untuk di eksploitasi antara lain:
1. keterbatasan modal yang dimiliki oleh negara-negara berkembang menjadikan negara
berkembang merasa butuh untuk mendapatkan suntikkan dana/bantuan asing tanpa
memperhitungkan
untung
dan
rugi
yang
akan
dihadapi
kemudian.
2. lemahnya hukum domestik yang diterapkan pemerintah dalam membatasi jumlah
eksploitasi sumber daya alam oleh perusahaan asing di negara berkembang. ragulasi yang
diberlakukan oleh pemerintahan seringkali hanya memihak kepada perusahaan asing
dibanding memihak kepada masyarakat.
3. Perkembangan budaya konsumtif akibat dari globalisasi. Media massa, baik elektronik
maupun cetak, merupakan sarana utama dalam penyebaran epidemi global budaya konsumtif internasional tersebut. Contohnya, gaya memakan fast food seperti Hambur-ger
McDonald, Wendys, Arbys, ayam goreng internasional seperti Kentucky, Texas,
California, dan lain-lain. Dengan pola hidup konsumtif yang semakin banyak dianut oleh
masyarakat dunia, hal inilah yangs sesungguhnya menjadi pupuk yang menyuburkan
indstrialisasi dimana-mana khususnya di negara-negara berkembang guna memenuhi
permintaan konsumen tersebut.
Dan untuk memenuhi permintaan konsumen yang kian banyak akibat budaya
konsumtif tadi maka industri merasa wajib untuk meningkatkan jumlah produksinya
dengan melakukan eksploitasi secara besar-besaran sehingga terjadilah perusakan
lingkungan seperti abrasi, penggundulan hutan, dan lain sebagainya
3.3 Solusi-solusi terhadap permasalahan lingkungan di negara berkembang
Adapun solusi yang kemudian ditawarkan oleh negara maju ke negara
berkembang untuk menangai permasalahan lingkungan yang ada yaitu terjadi saat
pertemuan negara-negara yang mempunyai wilayah 5% jatah hutan dunia (seperti Brazil,
Indonesia, Venezuela, dan negara-negara Afrika), Amerika Serikat dan sekutunya datang
menawarkan hibah tanpa bunga dan tanpa pengembalian dengan kompensasi negaranegara tersebut harus memperhijau hutannya kembali. Logikanya, negara-negara pemodal
tidak mau disalahkan atas dampak kerja dan pemberlakuan politik ekonomi mereka.
Kesalahan dibebankan kepada negara dunia ketiga dan berkembang.
Mereka juga tidak mau mengakui regulasi internasional yang ditetapkan di Kyoto
untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Protokol Kyoto (1997) mengharuskan negaranegara industri mengurangi kerja pabrik-pabriknya. Akibatnya bagi negara maju, hal
tersebut akan mengurangi pemasukan mereka dan dapat ditebak: mereka melakukan
penolakan. Amerika Serikat sebagai panglima penolakan tersebut. Lingkungan semakin
jauh dari harapan untuk diselamatkan.Global warming menambah wajah suram
lingkungan. Bencana lokal dan tahunan juga semakin membuat wajah lingkungan

10

bopeng. Butuh waktu lama untuk membuat asri kembali, apabila penghijauan masih harus
berhadapan dengan impian pemodal.
Adapun solusi yang ditawarkan oleh MNC untuk menanggulangi persoalanpersoalan lingkungan yang ditimbulkannya adalah dengan perdagangan karbon atau
carbon trade. MNC yang menghasilkan banyak sekali emisi karbon di udara sesuai
dengan protokol kyoto harus mengurangi emisinya hingga batas-batas tertentu. Hal ini
berarti MNC harus mengungari aktivitas industrinya, dan berdampak pada laba
perusahaan tentunya. Bermula dari hal inilah kemudian marak dilakukan perjanjian
perdagangan karbon dengan negara-negara berkembang yang wilayah hutannya masih
luas. Perdagangan karbon yaitu perjanjian antara MNC dengan pihak pemilik wilayah
hijau dengan perhitungan tingkat emisi yang dihasilkan pertahun dibandingkan dengan
luas hutan serta kerapatan pohon di dalamnya yang akan dikalkulasikan kemampuannya
mereduksi emisi setiap tahunnya. MNC akan memberikan biaya kepada pihak pemilik
hutan untuk menjaga hutannya sehingga MNC bisa tetap melanjutkan kegiatan
industrinya sesuai dengan protokol kyoto.
Sebagian besar faktor yang menyebabkan kerusakkan lingkungan oleh NGO
kemudian berusaha untuk diselesaikan dengan mempengaruhi tindakan-tindakan aktor
lain seperti negara dan organisasi internasional pemerintah (IGO) dalam memajukan
kepentingan dan cita-cita mereka dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat
internasional.
NGO dapat mempengaruhi tindakan atau kebijakan yang akan dikeluarkan oleh
negara terkait permasalahan yang diperjuangkan tersebut. Sebagai contoh masukan dan
aksi protes serta tindakan dari NGO seperti Greenpeace agar negara-negara didunia
berusaha untuk menjaga lingkungan dan mendesak negara-negara industri penghasil
emisi dan polusi terbesar turut serta dalam menjaga dan melestarikan kawasan hutan
dengan mengucurkan dana dalam perlindungan dan pemeliharaan hutan diseluruh dunia.
Walaupun tidak memiliki kedaulatan, tidak bisa membuat hukum, tidak
mempunyai kekuatan militer dan sumber dana yang tetap tetapi NGO bisa mempunyai
pengaruh dalam pembuatan keputusan dan membantu penyusunan suatu agenda dalam
memecahkan suatu permasalahan apabila memiliki jaringan yang luas hingga dari
kalangan bawah, regional dan global. Isu yang diusung NGO yakni masalah
kemanusiaan, perdamaian dan linguntukungan menjadi sangat penting jika dibandingkan
dengan kedaulatan negara.Oleh karena itu negara-negara didunia tidak mampu melawan
pengaruh dari NGO terkait permasalahan yang menjadi isu sensitif dalam dunia
internasional dewasa ini.

11

BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada dasarnya segala hal yang diciptakan manusia mempunyai efek baik dan
buruk bagi manusia itu sendiri. Globalisasi juga mempunyai sifat seperti itu. Globalisasi
disatu sisi menawarkan kebaikan tapi disisi lain juga kita akan terjebak pada keterpurukan
jika tidak mewaspadainya. Pengaruh globalisasi juga harus dilihat dari siapa yang
memprakarsainya yaitu negara-negara Barat. Hal ini patut diwaspadai karena sumber
daya alam kita yang melimpah dan bukan tidak mungkin negara-negara tersebut juga
mengincarnya dengan mempengaruhi masyarakat kita tentang betapa baiknya
globalisasi. Rakyat (elit penguasa dan rakyat biasa) harus meng-counter efek buruk dari
globalisasi. Jika hanya rakyat biasa saja yang mencoba meng-counter-nya maka hal itu
hanya akan sia-sia mengingat kekuatan dan legitimasi yang dimiliki oleh negara-negara
maju cukup kuat untuk menjadikan mereka betah untuk melakukan eksploitasi terhadap
lingkungan di negara berkembang.
4.2 Saran
Untuk menangani persoalan lingkungan di negara berkembang sebagai akibat dari
globalisasi adalah diperlukannya regulasi serta aturan hukum yang jelas,adil dan mampu
mengikat pihak-pihak asing ketika melakukan pengolaan sumber daya alam di lingkungan
negara berkembang. Sebab permasalah-permasalahan yang timbul sebelumnya adalah
dimana pemerintah sudah tidak mampu untuk ikut campur ke dalam lingkup kerjasama
yang tadinya telah dibangun bersama dengan negara maju sebab aturan dan hukum yang
tadinya telah dibuat oleh pemerintah benar-benar pro dan memihak kepada pemilik
modal. Untuk itu, diperlukannya good governance yang dapat meregulasi kembali
manejemen pengelolaan lingkungan hidup agar terhindar dari berbagai macam
kerusakkan alam akibta eksploitasi yang berlebihan.
Kita telah masuk dan terjebak dalam lingkaran globalisasi, dan akan sulit ketika
kita mencoba untuk sepenuhnya keluar dari lingkaran globalisasi tersebut untuk itu,
cara yang mampu kita usahakan adalah dengan meng counter pihak-pihak negara maju.
Sebab sesungguhnya apa yang telah di ambil oleh negara maju terhadap negara
berkembang benar-benar sangat menampakkan ketidak adilan.

12

When the last tree is cut, when the last river has been poisoned, when the last fish has
been caught, then we will find out that we cant eat money.

DAFTAR PUSTAKA
http://amalia-a--fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-44515-Globalisasi%20dan
%20strategi-Prospek%20Lingkungan%20Hidup%20Dalam%20Globalisasi.html
http://www.slideshare.net/adraufaa/pencemaran-lingkungan-11149211#
http://ilmuituharusberbagi.blogspot.com/2013/04/pendapat-para-ahli-tentanglingkungan.html
http://sukasukau.wordpress.com/2011/02/12/globalisasi-dan-lingkungan-hidup/

13

Anda mungkin juga menyukai