Anda di halaman 1dari 38

6

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Pengetahuan


2.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, yaitu dengan indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2013).
Pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau di sadari oleh
seseorang. Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk mengingat
fakta, symbol, teori prosedur dan teknik (Nursalam, 2011). Pengetahuan
merupakan segala sesuatu yang diketahui ibu bersalin tentang proses persalinan
(Suyati, 2012).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal,
pengetahuan sangat erat hubungannya denga pendidikan yang tinggi maka
orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu
ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak
berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingatkan bahwa peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh nonformal. Pengetahuan seseorang tentang
suatu obyek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan aspek negatif.
Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang. (Notoatmodjo, 2013).

7
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan Menurut Notoadmodjo (2013), Pengetahuan
yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1. Tahu ( know )
Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau
ranngsanganya yang di terima.
2. Memahami ( chomprehension )
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan sesorang untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, juga dapat menginterprestsikan
materi yang sudah di pahami serta yang telah dipelajari tersebut secara baik
dan benar.
3. Aplikasi ( application )
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi ini dapat
diartikan sebagai rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lainnya.
4. Analisis ( analysis )
Analisis adalah suatu kemampun untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen tetapi masih ada dalam stuktur organisasi, kemampuan
analisis ini juga dapat dilihat dari pengetahuan - pengetahuan kata kerja,
seperti menggambarkan, membedakan, memisahkan, dan sebagainya.

8
5. Sistesis ( synthesis )
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian - bagian
yang ada di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru misalnya dapat
menyusun, merencakan, meringkas, dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi ( evaluation )
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian di dasarkan pada suatu
kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan kriteri yang sudah ada.
2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2013), terdapat dua cara untuk memperoleh
pengetahuan yaitu :
1. Cara tradisional
Cara tradisional itu dipakai oleh seseorang untuk memperoleh suatu
kebenaran pengetahuan sebelum ditemukannya metode-metode ilmiah, cara
penemuan pengetahuan pada periode ini diantaranya adalah :
a. Cara coba-salah ( Trial and error )
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, cara coba-salah
ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan di dalam memecahkan
masalah, dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba
kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
b. Kekuasaan ( Otoritas )

9
Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerntah, tokoh agama,
maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme
sama di dalam pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima
pendapat orang yang mempunyai otoritas, tanpa lebih dulu menguji atau
membuktikan kebenarannya.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Upaya untuk memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
tentang pengalaman-pengalaman yang pernah di peroleh dalam
memecahkan masalah-masalah yang pernah di hadapi di masa lalu.
d. Melalui jalan pemikiran
Merupakan cara untuk melahirkan pemikiran secara tidak langsung
melalui pernyataan-pernyataan yang di kemukakan kemudian yang
pernah terjadi di cari hubungannya sehingga dapat di buat kesimpulan.
2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan yang lebih sistematis logis
dan alamiah. Cara ini disebut Metode Penelitian Ilmiah atau lebih
populernya disebut metodologi penelitian yaitu dengan mengembangkan
metode berfikir induktif. Prinsip umum dikembangkan sebagai dasar untuk
mengembangkan metode-metode penelitian yang lebih praktis.

10
2.1.4 Faktor Faktor Yang mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2013), Faktor - faktor yang mempengaruhi
pengetahuan ada dua yaitu :
1. Faktor internal
a. Pendidikan
Pendidikan berati bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita - cita tertentu, yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kabahagian.
b. Pekerjan
Pekerjaan bukanlah sumber dari kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan
banyak tantangan.
c. Umur
Tingkat kematangan, kedewasaan, dan ketuaan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja. Apabila umur seseorang semakin tua
maka seseorang itu akan menjadi lebih dewasa lagi. Akan tetapi umur
seseorang itu tidak menentukan kedewasaan seseorang.
2. Faktor eksternal
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu dari seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya sangat banyak dan sangat kuat. Yang dimana
dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku seseorang atau
kelompok.
b. Sosial Budaya
Sistem sosial buadaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi
sikap dalam menerima informasi.
2.1.5 Kriteria Penilaian pengetahuan

11
Menurut Arikunto (2010), bahwa pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan isi materi yang
ingin diukur dari responden. Sedangkan kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.
Pemberian skor tingkat pengetahuan dengan menggunakan rumus :
f
P
N

X100%

Keterangan :
P : Prosentase hasil
F : Jumlah jawaban yang benar
N : Jumlah seluruh pertanyaan
Sedangkan

kualitas

pengetahuan

pada

masing-masing

tingkat

pengetahuan dapat dilakukan dengan skoring, yaitu :


1. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100 %
2. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75 %
3. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai 40-55 %
4. Tingkat pengetahuan tidak baik bila skor atau nilai < 40 %
2.1 Konsep Dasar Pendamping Persalinan
2.2.1 Definisi Pendamping
Pendampingan berasal dari kata damping yang berarti dekat, karib,
persaudaraan.

Sedangkan

arti

dari

pendamping

adalah

orang

yang

mendampingi, dan arti dari pendampingan adalah suatu cara atau proses
mendampingi. (Departemen Pendidikan Nasional : 2013)
Pendamping merupakan keberadaan seseorang yang mendampingi atau
terlibat langsung sebagai pemandu persalinan, dimana yang terpenting adalah
dukungan yang diberikan pendamping persalinan selama kehamilan, persalinan,

12
dan nifas, agar proses persalinan yang dilaluinya berjalan dengan lancar dan
memberi kenyamanan bagi ibu bersalin.
Pendampingan suami merupakan perilaku kehadiran seseorang suami,
yang senantiasa memberikan dukungan fisik maupun psikis dalam mengikuti
proses persalinan
2.2.2 Tujuan Pendamping
Dalam proses persalinan sangat dibutuhkan pendamping persalinan,
yang mana pendamping persalinan dibutuhkan ibu memberikan dukungan dan
bantuan kepada ibu saat persalinan serta dapat memberikan perhatian, rasa
aman, nyaman, semangat, menentramkan hati ibu, mengurangi ketegangan ibu
atau status emosional menjadi lebih baik sehingga dapat mempersingkat proses
persalinan (Danuatmaja, 2012).

13
2.2.3 Peran Pendamping Persalinan
Menurut Hamilton (2012), menyatakan peran pendamping selama proses
persalinan yaitu :
1. Mengatur posisi ibu, dengan membantu ibu tidur miring atau sesuai dengan
keinginan ibu disela-sela kontraksi dan mendukung posisi ini agar dapat
mengedan secara efektif saat relaksasi.
2. Mengatur nafas ibu, dengan cara membimbing ibu mengatur nafas saat
kontraksi dan beristirahat saat relaksasi.
3. Memberikan asuhan tubuh dengan menghapuskan keringat ibu, memegang
4.
5.
6.
7.
8.
9.

tangan, memberikan pijatan, mengelus perut ibu dengan lembut


Memberi informasi kepada ibu tentang kemajuan persalinan.
Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman
Membantu ibu ke kamar mandi
Memberikan cairan dan nutrisi sesuai keinginan ibu
Memberikan dorongan spiritual dengan ikut berdoa
Memberi dorongan semangat mengedan saat kontraksi serta memberikan

pujian atas kemampuan ibu saat mengedan.


2.2.4 Keuntungan Pendampingan Persalinan
Ada beberapa keuntungan dari pendampingan persalinan yaitu
memperlihatkan efektifnya dukungan fisik seperti memijat-mijat punggung ibu
yang sakit, menghapuskan keringat ibu, emosional dan psikologi (memberikan
dukungan dan semangat) selama persalinan. Hal tersebut memperlihatkan
bahwa kehadiran seorang pendamping secara terus menerus selama persalinan
dan menghasilkan:
1. Berkurangnya kelahiran dengan tindakan (forsep, vakum maupun seksio
sesaria).
2. APGAR Score < 7 atau lebih.
3. Lama persalinan menjadi semakin pendek.
4. Kepuasan ibu yang semakin besar dalam pengalaman melahirkan mereka
(Yanti, 2010).
2.2.5 Orang Yang Dapat Melakukan Pendampingan Persalinan

14
Orang yang dapat melakukan pendampingan persalinan antara lain
adalah suami, keluarga, teman, dan seorang wanita yang pernah melahirkan dan
membesarkan anak yang bekerjanya adalah membantu wanita lain yang sedang
melahirkan dan mengajarkan cara mengasuh bayi. Dahulu calon ibu yang akan
melahirkan selalu ditemani oleh wanita lain yang mendukungnya (ibunya,
saudarinya, teman dan lain-lain).
Wanita bersalin sebaiknya didukung oleh pemberi pelayanan formal
seperti bidan, serta pemberi perawatan informal, seperti keluarganya. Persalinan
adalah suatu peristiwa dimana ibu masih bisa memilih untuk ditemani oleh
seorang yang sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari ibu, yang ibu
kenal dengan baik dan sepenuhnya mendukung ibu. Pendamping kelahiran akan
membantu ibu untuk rileks dan menikmati kelahiran bayi. Seorang pendukung
kelahiran dapat mempengaruhi peristiwa persalinan itu sendiri dan perasaan
seorang ibu terhadap persalinannya. Para wanita yang mendapatkan dukungan
selama persalinan akan lebih sedikit campur tangan medis dan melahirkan bayi
yang lebih kuat. Setelah kelahiran bayinya wanita juga akan merasa lebih baik.
2.2.6 Persiapan Sebagai Seorang Pendamping Persalinan
Pendamping persalinan perlu menjaga dirinya sendiri mengenakan
pakaian yang nyaman agar tidak kepanasan, merasa pusing dan tidak
merepotkan calon ibu serta bidan jika pingsan. Makan dan minum yang cukup
agar tidak lelah karena lapar. Sama seperti calon ibu, perlu tahu dan mengerti
apa yang sedang terjadi selama persalinan juga mengalami pengalaman
emosional seperti pasangannya.
Pendamping mempersiapkan persalinan yang bersih dan aman serta
suasana yang menyenangkan, akan merencanakan dengan baik disamping

15
persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan
gawat darurat.
2.2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi pendampingan persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendampingan persalinan menurut
Hamilton (2012) yaitu;
1. Sosial
Manusia adalah mahluk sosial, dimana dalam kehidupan saling berinteraksi
antara satu dengan yang lain, individu yang dapat berinteraksi kontinyu akan
lebih besar terpapar informasi, sementara faktor hubungan sosial juga
mempengaruhi hubungan individu sebagai komunikasi untuk menerima
pesan menurut komunikasi media. Dengan demikian hubungan sosial dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang suatu hal.
2. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder, keluarga dengan
status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibandingkan dengan keluarga
status ekonomi lemah.Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi
yang termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi
dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.
3. Budaya
Diberbagai wilayah di Indonesia terutama di dalam masyarakat yang masih
tradisional menganggap istri adalah konco wingking, yang artinya bahwa
kaum wanita tidak sederajat dengan kaum pria, dan wanita hanyalah
bertugas untuk melayani kebutuhan dan keinginan suami saja. Anggapan
seperti ini mempengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan reproduksi
istri, misal: kualitas dan kuantitas makanan yang lebih baik dibanding istri
maupun anak karena menganggap suamilah yang mencari nafkah dan
sebagai kepala rumah tangga.

16
4. Lingkungan
Adanya kesadaran, sikap, peraktik pelastiran lingkungan intern keluarga,
lingkungan ekstern keluarga, pola hidup keluarga menuju keluarga kecil
bahagia sejahtera.

5. Pengetahuan
Bila seorang suami mempunyai pengetahuan baik maka akan dapat
mengindra suatu keadaan dimana kehadirannya sangat diperlukan dalam
pendampingan proses persalinan.
6. Sikap
Bila seorang suami mempunyai sikap yang positif maka akan dapat
melakukan pendampingan persalinan dengan baik.
7. Umur
Umur merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Semakin
tinggi umur seseorang maka semakin bertambah pula ilmu atau pengetahuan
seseorang.
8. Pendidikan
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan suami
sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah pengetahuan suami maka
akses terhadap informasi kesehatan istrinya akan berkurang sehingga suami
akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif.
2.3 Konsep Dasar Persalinan
2.3.1 Definisi
Persalinan adalah proses pegeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari uterus melalui vagina ke dunia luar. Proses persalinan dibagi menjadi
empat kala, yaitu kala I, kala pembukaan servik atau jalan lahir, dimana
servik membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Kala II disebut kala

17
pengeluaran janin. Kala III disebut kala pelepasan dan pengeluaran plasenta.
Kala IV observasi dini terhadap perdarahan postpartum (Wiknjosastro, 2012).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18-24 jam tanpa komplikasi baik
ibu maupun janin (Sumarah, 2010).
Persalinan

adalah

serangkaian

kejadian

yang

berakhir

dengan

pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Yanti, 2010).
2.3.2 Klasifikasi Persalinan
Adapun jenis-jenis persalinan sebagai berikut :
1. Persalinan spontan
Bila persalinan berlangsung dengan his dan tenaga ibu sendiri.
2. Persalinan buatan
Bila persalinan berlangsung setelah dilakukan tindakan. misalnya vakum,
forsep, dan seksio caesaria.
3. Persalinan anjuran
Bila persalinan berlangsung setelah pemberian rangsangan sehingga terdapat
kekuatan untuk persalinan.

18
2.3.3 Tanda-tanda Permulaan Persalinan
Sejumlah tanda dan gejala memperingatkan yang akan meningkatkan
kesiagaan bahwa seorang ibu sedang mendekati waktu persalinan. Ibu tersebut
akan mengalami beberapa kondisi sebagai berikut (Farrer, 2013):
1. Lightening
Lightening yang mulai dirasa kira-kira dua minggu sebelum
persalinan. Lightening adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam
pelvis minor. Pada presentasi

sevalik, kepala bayi biasanya menancap

setelah lightening. Sesak nafas yang dirasakan sebelumnya selama trimester


ketiga kehamilan akan berkurang karena kondisi ini akan menciptakan ruang
yang besar di dalam abdomen atau untuk ekspansi paru. Namun, tetap saja
lightening menimbulkan masa tidak nyaman yang lain akibat tekanan bagian
presentasi tidak nyaman yang lain akibat tekanan bagian presentasi pada
struktur di area pelvis minor.
Hal-hal spesifik berikut akan dialami ibu:
a. Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih ditekan sehingga ruang
yang tersisa untuk ekspansi berkurang.
b. Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh yang
membuat ibu merasa tidak enak dan timbul sensasi terus-menerus bahwa
sesuatu perlu dikeluarkan atau perlu defekasi.
c. Kram pada tungkai, yang disebabkan oleh tekanan bagian presentasi pada
syaraf yang menjalar melalui foramen isiadikum mayor dan menuju ke
tungkai.
d. Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema dependen akibat
tekanan bagian presentasi pada pelvis minor menghambat aliran balik
daerah dari eksremitas bawah.

19
Ligthtening menyebabkan tinggi fundus menurun ke posisi yang
sama dengan posisi fundus pada usia kehamilan 8 bulan. Pada kondisi ini,
tidak dapat lagi melakukan pemeriksaan ballottement terhadap kepala janin
yang sebelumnya dapat digerakkan di atas simpisis pubis pada palpasi
abdomen. Pada langkah keempat pemeriksaan leopold ini, jari-jari yang
sebelumnya merapat sekarang akan memisah lebar.
2. Perubahan serviks
Mendekati persalinan serviks menjadi matang, selama masa hamil
serviks dalam keadaan menutup, panjang dan lunak. Selama proses
persalinan serviks masih lunak dan mengalami sedikit penipisan serviks
(effacement) dan kemungkinan sedikit dilatasi. Evaluasi kematangan serviks
akan tergantung pada individu ibu dan paritasnya.
Perubahan serviks terjadi akibat peningkatan intensitas kontraksi
Braxton Hiks. Serviks menjadi matang selama periode yang berbeda-beda
sebelum persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan kesiapan untuk
persalinan.
3. Persalinan palsu
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang
memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan
palsu timbul akibat kontraksi Braxton Hicks yang tidak nyeri, yang telah
terjadi sejak enam minggu kehamilan.
Persalinan palsu dapat timbul berhari-hari atau secara intermiten
bahkan tiga atau empat minggu sebelum proses persalinan sejati. Persalinan
palsu sangat nyeri dan ibu dapat mengalami kurang tidur dan kekurangan
energi dalam menghadapinya.
4. Lonjakan energi

20
Sebelum terjadi proses persalinan, ibu bersalin dalam waktu 24 jam
atau 48 jam mengalami lonjakan energi selama alamiah. Hal ini dapat
dimanfaatkan dalam proses persalinan.
5. Gangguan saluran cerna
Saat menjelang persalinan beberapa ibu hamil mengalami gejala
seperti kesulitan mencerna, mual, dan muntah diduga hal-hal tersebut
merupakan gejala menjelang persalinan.
2.3.4 Tahap Persalinan
Tahap persalinan menurut Prawirohardjo (2011) adalah:

21
1. Kala 1 (kala pembukaan)
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap yaitu kala I (serviks membuka dari 0
sampai 10 cm), kala II (kala pengeluaran), kala III (kala urie), dan kala IV
(2 jam postpartum).
Kala satu persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan sejati,
yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif yang diakhiri dengan
pembukaan lengkap (10 cm) pada primigravida kala I berlangsung kira-kira
13 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam. Terdapat 2 fase pada
kala satu, yaitu (Prawirohardjo, 2011):
a. Fase laten
Merupakan periode waktu dari awal persalinan pembukaan mulai
berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai sejak kontraksi mulai
muncul hingga pembukaan 3-4 cm atau permulaan fase aktif berlangsung
dalam 7-8 jam. Selama fase ini presentasi mengalami penurunan sedikit
hingga tidak sama sekali.
b. Fase Aktif
Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan menjadi
komplit dan mencakup fase transisi, pembukaan pada umumnya dimulai
dari 3-4 cm hingga 10 cm dan berlangsung selama 6 jam. Penurunan
bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan
selama kala dua persalinan.
Fase aktif dibagi dalam 3 fase, antara lain:
1) Fase Akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4
cm.
2) Fase Dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat, dari 4
cm menjadi 9 cm.
3) Fase Deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali dalam
waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap

22
2. Kala II (kala pengeluaran janin)
Menurut Prawirohardjo (2008), beberapa tanda dan gejala persalinan
kala II adalah:
a. Ibu merasakan ingin mengejan bersamaan terjadinya kontraksi;
b. Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya,
c. Perineum terlihat menonjol;
d. Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka;
e. Peningkatan pengeluaran lendir darah
Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira-kira 2-3 menit
sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan
pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek timbul rasa mengedan. Karena
tekanan pada rectum, ibu seperti ingin buang air besar dengan tanda anus
terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan
perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir kepala
dengan diikuti seluruh badan janin. Kala II pada primi: 1 - 2 jam, pada
multi - 1 jam (Mochtar, 2003).
3. Kala III (kala pengeluaran plasenta)
Menurut Prawirohardjo (2011),

tanda-tanda

lepasnya

plasenta

mencakup beberapa atau semua hal dibawah ini:


a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Sebelum bayi lahir dan miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk
bulat penuh (discoit) dan tinggi fundus biasanya turun sampai di bawah
pusat. Setelah uterus berkontraksi dan uterus terdorong ke bawah, uterus
menjadi bulat dan fundus berada di atas pusat (sering kali mengarah ke
sisi kanan).
b. Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva dan
vagina (tanda Ahfeld).
c. Semburan darah tiba-tiba

23
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong
plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Semburan darah yang
secara tiba-tiba menandakan darah yang terkumpul diantara melekatnya
plasenta dan permukaan maternal plasenta (maternal portion) keluar dari
tepi plasenta yang terlepas.
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba
keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi
tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan
pengeluaran plasenta.
Dalam waktu 5-10 menit plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina
akan lahir spontan atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri.
Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200
cc (Mochtar, 2013).
4. Kala IV
Kala pengawasan selama 2 jam

setelah plasenta lahir untuk

mengamati keadaan ibu terutama bahaya perdarahan postpartum.


2.3.5 Perubahan Fisiologis Pada Kala 1 Persalinan Normal
Menurut Hamilton (2012), perubahan fisiologis pada kala satu persalinan
normal adalah:
1. Tekanan darah
a. Meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik rerata 15(10-20)
mmHg dan sistolik rerata 5-10 mmHg.
b. Dengan mengubah posisi tubuh dari terlentang ke posisi miring,
perubahan tekanan dan selama kontraksi dapat dihindari.
c. Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan
darah.
2. Metabolisme

24
a. Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob maupun anaerob
meningkat dengan kecepatan tetap.
b. Peningkatan aktifitas metabolic terlihat dan peningkatan suhu tubuh,
denyut nadi, pernafasan, curah jantung dan cairan hilang.
3. Suhu
a. Sedikit meningkat selama persalinan, suhu tertinggi selama dan segera
setelah melahirkan.
b. Suhu yang dianggap normal adalah peningkatan suhu yang tidak lebih
dari 0,5 atau 1 derajat celcius, yang mencerminkan penigkatan
metabolisme selama persalinan.
4. Denyut nadi (frekuensi jantung)
a. Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama
fase peningkatan, penurunan selama titik puncak sebagai frekuensi lebih
rendah dari pada frekuensi diantara kontraksi, dan peningkatan selama
fase penurunan hingga mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi.
b. Penurunan yang mencolok selama puncak kontraksi sedikit lebih tinggi
dibandingkan

selama

periode

menjelang

persalinan.

Hal

ini

mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama persalinan.


5. Pernapasan
Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih normal selama
persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi.

25
2.3.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
1. Faktor Power (Kekuatan mengejan)
Power adalah kekuatan dari ibu untuk mendorong janin keluar dari
jalan lahir. Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah :
his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament,
dengan kerjasama yang baik dan sempurna.
Berdasarkan hasil penelitian Fajar (2011), didapatkan hasil bahwa
rata rata 90% responden memiliki faktor power yang baik. Hal ini didasari
bahwa didapatkan tanda persalinan pada responden his yang kuat sehingga
persalinan atau lama kala II berlangsung cepat dimana untuk responden
primipara mampu mengeluarkan janin kurang dari 2 jam dan pada multipara
kurang dari 1 jam. Demikian pula dari 10% responden yang memiliki power
buruk ditandai dengan kekuatan kontraksi yang kurang mengakibatkan
persalinan lama atau kala II berlangsung lama.
2. Faktor Passage (Jalan Lahir)
Faktor jalan lahir dibagi atas : bagian keras : tulang- tulang panggul,
bagian lunak : otot-otot, jaringan-jaringan, dan ligament-ligamen.
Berdasarkan hasil penelitian Fajar (2011) didapatkan hasil 95%
memiliki kriteria faktor passage yang baik dan 5% responden memiliki
faktor passage buruk. Jadi bila ada kesempitan ukuran panggul maupun
kelainan bentuk panggul, maka bayi tidak dapat lahir secara normal melalui
jalan lahir dan harus dilakukan oprasi Caesar.

26
3. Faktor Passanger (Janin)
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin,
yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi, bagian bawah, dan posisi
janin.
Berdasarkan hasil penelitian Fajar (2011) didapatkan mayoritas
responden memiliki faktor passanger baik 90% dan 10% responden yang
memiliki passanger buruk. Hal ini disebabkan adanya responden yang
mempunyai ukuran panggul yang tidak genekoid dan responden yang
memiliki power yang lemah.
4. Faktor Psikis Ibu
Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan biasanya diliputi
perasaan takut, khawatir, ataupun cemas, terutama pada ibu primipara.
Perasaan takut bisa meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi tegang, dan ibu
menjadi cepat lelah, sehingga keadaan ibu mempengaruhi proses persalinan
(Asrinah, 2010).
5. Faktor Pendampingan
Pendamping atau kehadiran orang kedua dalam proses persalinan,
yaitu menemukan bahwa para ibu yang didampingi seorang sahabat atau
keluarga dekat (khususnya suami) selama proses persalinan berlangsung,
memiliki resiko lebih kecil mengalami komplikasi yang memerlukan
tindakan medis daripada mereka yang tanpa pendampingan. Ibu-ibu dengan
pendamping dalam menjalani persalinan, berlangsung lebih cepat dan lebih
mudah.

27
Dalam penelitian tersebut, ditemukan pula bahwa kehadiran suami
atau kerabat dekat akan membawa ketenangan dan menjauhkan sang ibu dari
stress dan kecemasan yang dapat mempersulit proses kelahiran dan
persalinan, kehadiran suami akan membawa pengaruh positif secara
psikologis, dan berdampak positif pula pada kesiapan ibu secara fisik
(Musbikin, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian Susilowati (2010) menyatakan bahwa ada
pengaruh yang signifikan dari pendampingan suami terhadap tingkat
kecemasan ibu selama proses persalinan normal. Partisipasi suami yang
cukup tinggi dalam pendampingan istri menunjukkan bahwa suami
menyadari akan peran yang bisa dilakukannya dalam memberikan dukungan
fisik dan dorongan moral kepada istri yang sedang melahirkan. Sehingga
diperlukan dukungan suami selama proses persalinan istrinya.
6. Faktor Penolong
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu
adalah kemampuan dan ketrampilan penolong persalinan. Pada tahun 2006,
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia masih sekitar 76%,
yang artinya masih banyak pertolongan persalinan yang dilakukan oleh
dukun bayi dengan cara tradisional yang dapat membahayakan keselamatan
ibu. Disini bidan dapat memberikan asuhan yang mendukung yang bersifat
aktif dan turut serta dalam kegitan yang berlangsung, bidan harus tetap
memastikan ada seorang pendukung yang hadir dan membantu perempuan
selama persalinan.

28
Memberikan dukungan selama persalinan juga merupakan bentuk
asuhan sayang ibu, yaitu dengan memberikan dukungan emosional,
membantu pengaturan posisi, memberikan cairan dan nutrisi, keleluasaan
untuk kebutuhan eliminasi dan pencegahan infeksi. (Yanti, 2010, & Asrinah,
2010).
2.3.7 Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin
Kebutuhan dasar ibu hamil adalah mengenai asuhan sayang Ibu yaitu
asuhan yang menghargai budaya kepercayaan dan keinginan sang ibu. Beberapa
prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah mengikut sertakan suami dan keluarga
selama proses persalinan dan kelahiran bayi (APN, 2008).
1. Panggil sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya.
2. Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai asuhan
tersebut.
3. Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya
4. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan ketakutan ataupun
kekhawatirannya.
5. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
6. Beri dukungan, besarkan hatinya dan tentramkan hati ibu beserta anggotaanggota keluarganya.
7. Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan atau anggota keluarga yang lain
selama kelahiran dan persalinan bayi

29
8. Ajarkan suami dan anggota-anggota keluarga mengenai cara-cara bagaimana
mereka dapat memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan
kelahiran bayinya.
9. Secara konsisten lakukan praktek-praktek pencegahan infeksi yang baik.
10. Hargai privacy ibu.
11. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan
kelahiran bayi.
12. Anjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia mau.
13. Hargai dan perbolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak berbahaya.
14. Hindari praktek-praktek yang tidak perlu dan mungkin membahayakan
seperti episiotomy, pencukuran dan klisma.
15. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
16. Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah
kelahiran bayi.
17. Siapkan rencana rujukan.
18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dengan bahanbahan, perlengkapan dan obat-obatan yang sesuai yang sudah siap sedia.
Siap untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi
(APN, 2008).

30
2.3.8 Definsi Nyeri Pengertian
Rasa nyeri persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi
(pemendekan) otot rahim. Kontraksi ini menimbulkan rasa sakit pada pinggang,
daerah perut dan menjalar kearah paha.
Menurut Cuningham (20013), nyeri persalinan sebagai kontraksi
miometrium, merupakan proses fisiologis dengan intensitas yang berbeda pada
masing-masing individu.
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik
yang terkait dengan kontraksi uterus dan dilatasi serviks serta penurunan janin
selama persalinan. Respon fisiologi terhadap nyeri meliputi peningkatan
tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, keringat, diameter pupil, dan
ketegangan otot (Arifin, 2012).
2.3.9 Fisiologi Nyeri Persalinan
Menurut Judha (2012), beberapa teori yang menjelaskan mekanisme
nyeri diantaranya:
1. Nyeri berdasarkan tingkat kedalaman dan letaknya
a. Nyeri Viseral yaitu rasa nyeri yang dialami ibu karena perubahan serviks
dan iskemia uterus pada persalinan kala I. Pada kala I fase laten lebih
banyak penipisan di serviks sedangkan pembukaan serviks dan penurunan
daerah terendah janin terjadi pada fase aktif dan transisi. Ibu merasakan
nyeri yang berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah
lumbal punggung dan menurun ke paha. Ibu biasanya mengalami nyeri
hanya selama kontraksi dan bebas rasa nyeri pada interval antar kontraksi

31
b. Nyeri Somatik yaitu nyeri yang dialami ibu pada akhir kala I dan kala II
persalinan. Nyeri disebabkan oleh peregangan perineum dan vulva,
tekanan servikal saat kontraksi, penekanan bagian terendah janin secara
progesif pada fleksus lumboskral, kandung kemih, usus dan struktur
sensitif panggul yang lain.
2. Teori Kontrol Gerbang ( Gate Control Theory)
Teori Gate Control menyatakan bahwa selama proses persalinan implus
nyeri berjalan dari uterus sepanjang serat-serat syaraf besar kearah uterus ke
subtansia

gelatinosa

di

dalam

spina

kolumna,

sel-sel

transmisi

memproyeksikan pesan nyeri ke otak, adanya stimulasi ( seperti vibrasi atau


massage) mengakibatkan pesan yang berlawanan yang lebih kuat, cepat dan
berjalan sepanjang serat syaraf kecil. Pesan yang berlawanan ini menutup
gate di substansi gelatinosa lalu memblokir pesan nyeri sehingga otak tidak
mencatat pesan nyeri tersebut.
2.3.10 Tingkat Nyeri Dalam Persalinan
Menurut Judha (2012), tingkat nyeri persalinan digambarkan dengan
intensitas nyeri yang dipersepsikan oleh ibu saat proses persalinan. Intensitas
rasa nyeri persalinan bisa ditentukan dengan cara menanyakan tingkatan
intensitas atau merajuk pada skala nyeri. Contohnya, skala 0-10 (skala
numeric), skala diskriptif yang menggambarkan intensitas tidak nyeri sampai
nyeri yang tidak tertahankan, skala dengan gambar kartun profil wajah dan
sebagainya.
0
Tidak
Nyeri

Nyeri Ringan

Nyeri Sedang

Nyeri Berat

10
Nyeri berat
Tidak terkontrol

32

Gambar 2.1 skala nyeri menurut Bourbanis


Keterangan:
0

: Tidak nyeri.

1-3 : Nyeri ringan (Secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik).
4-6 : Nyeri sedang (Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik).
7-9 : Nyeri berat (Secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi).
10 : Nyeri sangat berat (Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,
memukul, berteriak histeris, menarik-narik, memukul, tidak respon
terhadap tindakan, idak dapat menunjukkan lokasi nyeri).
Yanti (2010) mengatakan primigravida lebih merasakan nyeri pada awal
persalinan (kala I) daripada multigravida. Primigravida cenderung lebih banyak
mengalami kecemasan hingga menimbulkan ketegangan dan ketakutan.
Judha (2012) bahwa emosi dapat meningkatkan stress atau rasa takut
ibu, yang secara fisiologis dapat meningkatkan kontraksi uterus sehingga
meningkatkan nyeri yang dirasakan. Saat wanita dalam kondisi inpartu tersebut

33
mengalami stress, maka secara otomatis tubuh akan melakukan reaksi defensif
sehingga secara otomatis dari stress tersebut merangsang tubuh mengeluarkan
hormone stressor yaitu hormon katekolamin dan hormone adrenalin,
katekolamin ini akan dilepaskan dalam konsentrasi tinggi saat persalinan jika
calon ibu tidak bisa menghilangkan rasa takutnya sebelum melahirkan, berbagai
respon tubuh yang muncul antara lain uterus menjadi semakin tegang sehingga
aliran darah dan oksigen ke dalam otot-otot terus berkurang karena arteri
mengecil dan menyempit akibatnya adalah rasa nyeri yang tak terelakan.
Yanti (2010) yang mengatakan kecemasan, kelelahan, kehabisan tenaga
dan kekhawatiran ibu, seluruhnya menyatu sehingga dapat memperberat nyeri
fisik yang sudah ada. Begitu nyeri persepsi semakin intens, kecemasan ibu
meningkat semakin berat, sehingga terjadi siklus nyeri-stress-nyeri dan
seterusnya

sehingga akhirnya

ibu yang

bersalin tidak mampu

lagi

bertahan. Nisman (2011) mengatakan tingkat nyeri selama persalinan


meningkat jika wanita tersebut gelisah dan takut serta pengetahuan tentang
proses persalinan sedikit. Salah satu alasan pelatihan melahirkan adalah untuk
mengurangi rasa takut dan memperbaiki pemahaman ibu tentang melahirkan.
Price & Wilson (2013) mengatakan ambang nyeri dalam persalinan dapat
diturunkan oleh rasa takut, kurangnya pengertian dan berbagai permasalahan
jasmani seperti demam, kelelahan, dehidrasi, ketegangan. Ambang nyeri dapat
dianaikan oleh penggunaan obat-obatan, kesehatan fisik serta psilogik, relaksasi
dan pengalihan perhatian.
2.3.11 Penyebab Rasa Nyeri

34
Menurut Judha (2012), Nyeri persalinan muncul karena:
1. Kontraksi otot rahim
Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks serta
iskemia rahim akibat kontraksi arteri miometrium. Biasanya ibu hanya
mengalami rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri
pada interval antar kontraksi.
2. Regangan otot dasar panggul
Nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II. Nyeri ini terlokalisir di
daerah vagina, rectum dan perineum, sekitar anus dan disebabkan
peregangan struktur jalan lahir bagian bawah akibat penurunan bagian
terbawah janin.
3. Episiotomy
Nyeri dirasakan apabila ada tindakan episiotomy, tindakan ini dilakukan
sebelum jalan lahir mengalami laserasi maupun rupture pada jalan lahir.

35
4. Kondisi psikologi
Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas.
Takut, cemas dan tegang memicu produksi hormone prostaglandine
sehingga timbul stress. Kondisi stress dapat mempengaruhi kemampuan
tubuh menahan rasa nyeri.
5. Letak atau daerah nyeri persalinan
Dalam Judha (2012) dikatakan rasa nyeri persalinan adalah manifestasi
dari adanya kontraksi (pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang
menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan menjalar kearah
paha.
Hal

ini

dijelaskan Judha

(2012)

bahwa

kontraksi

rahim

menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks dan iskemia (kekurangan


oksigen) rahim akibat kontraksi arteri miometrium. Karena rahim
merupakan organ internal maka nyeri yang timbul disebut nyeri visceral.
Nyeri visceral juga dapat dirasakan pada organ lain yang bukan
merupakan asalnya yang disebut nyeri alih. Pada persalinan nyeri alih
dapat dirasakan pada punggung bagian bawah (pinggang) dan sacrum.
Biasanya ibu hanya mengalami rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan
bebas dari rasa nyeri pada interval antar kontraksi.
Nyeri daerah perut bagian bawah sampai vagina merupakan
regangan otot dasar panggul timbul saat mendekati kala II. Tidak seperti
nyeri visceral, nyeri ini terlokalisir daerah perut bagian bawah, vagina,
rectum dan perineum sekitar anus. Nyeri ini disebut nyeri somatik dan

36
disebabkan peregangan struktur jalan lahir bagian bawah akibat
penurunan bagian bawah janin.
Penyebab nyeri pada paha dalam Yanti (2010) menjelaskan
tekanan dan perlukaan pada facia, jaringan subkutan dan otot-otot skeletal
merangsang reseptor-reseptor dan menggantikan nyeri bagian luar.
Tekanan pada akar-akar dari fleksus-lumbal-sakral menimbulkan nyeri
pada paha, lutut, vagina dan rektum.
6. Frekuensi nyeri
Frekuensi nyeri merupakan jumlah nyeri yang ditimbul dalam periode
atau rentan waktu tertentu. Dalam hal ini, nyeri yang ditimbulkan berasal
dari kontraksi, sehingga perhitungan frekuensi nyeri didasarkan pada
frekuensi kontraksi atau his yang timbul dalam tiap 10 menit. Kontraksi
atau his dijabarkan lebih lengkap oleh Prawirohardjo (2011) dimana his
dimulai sebagai gelombang dari salah satu sudut dimana tuba masuk ke
dalam dinding uterus yang disebut sebagai pace maker tempat gelombang
his berasal. Gelombang bergerak ke dalam dan ke bawah dengan
kecepatan 2 cm tiap detik sampai seluruh uterus.
Dalam Sumarah (2010) dikatakan kontraksi uterus bervariasi pada
setiap bagian karena mempunyai pola gradien. Kontraksi yang kuat mulai
dari fundus hingga berangsur-angsur berkurang dan tidak ada sama sekali
kontraksi pada serviks ( fase istirahat ). Hal ini memberikan efek pada
uterus sehingga uterus terbagi menjadi dua zona, yaitu zona atas dan zona
bawah uterus. Zona atas merupakan zona yang berfungsi mengeluarkan

37
janin karena merupakan zona yang berkontraksi dan menebal dan bersifat
aktif. Zona ini terbentuk akibat mekanisme kontraksi otot. Pada saat
relaksasi, panjang otot tidak bisa kembali ke ukuran semula, ukuran
panjang otot selama masa relaksasi semakin memendek, dan setiap terjadi
relaksasi ukuran panjang otot semakin memendek dan demikian
seterusnya setiap kali terjadi relaksasi sehingga zona atas semakin
menebal dan mencapai batas tertentu pada saat zona bawah semakin tipis
dan luas. Sedangkan zona bawah terdiri dari istmus dan serviks uteri.
Pada saat persalinan istmus uteri disebut sebagai segmen bawah rahim.
Zona ini sifatnya pasif tidak kontraksi seperti zona atas. Zona bawah
menjadi tipis dan membuka akibat dari sifat pasif dan pengaruh dari
kontraksi zona atas sehingga janin dapat melewatinya.
Akivitas rahim dimulai saat kehamilan. Dalam Prawirohardjo
(2011), bahwa his sesudah kehamilan 30 minggu terasa lebih kuat dan
sering. Sesudah 36 minggu aktivitas uterus lebih meningkat lagi sampai
persalinan mulai. Sumarah (2008) mengatakan pada awal persalinan
kontraksi uterus terjadi selama 15-20 detik. Pada saat memasuki fase
aktif, kontraksi terjadi selama 45-90 detik rata-rata 60 detik.
Pemeriksaan kontraksi dalam Sumarah (2008), mengatakan bahwa
pemeriksaan kontraksi uterus meliputi frekuensi, durasi/lama, intensitas /
kuat lemahnya. Frekuensi dihitung dari awal timbulnya kontraksi sampai
muncul kontraksi berikutnya. Pada saat memeriksa durasi / lama
kontraksi, perlu diperhatikan bahwa cara pemeriksaan kontraksi uterus

38
dilakukan dengan palpasi uterus, karena bila berpedoman pada rasa sakit
yang ibu bersalin rasakan kurang akurat. Pada saat awal kontraksi
biasanya ibu bersalin belum merasakan sakit, begitu juga saat kontraksi
sudah berakhir, ibu bersalin masih merasakan sakit. Begitu juga dalam
menentukan intensitas kontraksi uterus / kekuatan kontraksi uterus, hasil
pemeriksaan yang disimpulkan tidak dapat diambil dari seberapa reaksi
nyeri ibu bersalin pada saat kontraksi.
2.3.12 Tahapan Nyeri Persalinan
Menurut Aprilia (2011), Nyeri persalinan terbagi atas 4 tahap, yaitu:
1. Tahap I (Pembukaan) nyeri diakibatkan oleh kontraksi rahim dan
peregangan mulut rahim.
2. Tahap II (Pengeluaran Bayi) nyeri diakibatkan peregangan dasar panggul
dan tidak jarang sebagai akibat pengguntingan (episiotomy) jika
diperlukan.
3. Tahap III (Pelepasan Plasenta) memberikan sensasi nyeri yang sangat
minimal.
4. Tahap IV nyeri timbul lebih merupakan akibat penjahitan luka perineum
akibat robekan dengan atau tanpa episiotomi.

39
2.3.13 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan
1.

Faktor fisiologi nyeri


a. Pembukaan dan penipisan serviks
b. Segmen bawah rahim tegang
c. Ligamen uterus meregang
d. Kandung kemih tertekan
e. Hipoksia
f. Vagina tertekan
g. Multi/primpara

2.

Faktor Psikologis
a. Ketakutan
b. Panik
c. Harga diri rendah
d. Marah pada bayi
e. Takut hamil ganguan aktifitas seksual

3.

Faktor persepsi dan toleransi terhadap nyeri


a. Intensitas persalinan
b. Kematangan serviks
c. Posisi janin
d. Karakteristik panggul
e. Kelelahan (Regina, 2011)

40
2.3.14 Faktor-faktor yang mempengaruhi respon terhadap nyeri persalinan
1. Budaya
Menurut Judha (2012), menjelaskan bahwa budaya mempengaruhi
ekspresi nyeri intranatal pada ibu primipara. Budaya mempengaruhi sikap
ibu pada saat bersalin.
2. Emosi (cemas dan takut)
Stress atau rasa takut ternyata secara fisiologis dapat menyebabkan
kontraksi uterus menjadi terasa semakin nyeri dan sakit dirasakan. Saat
wanita dalam kondisi inpartu tersebut mengalami stress maka secara
otomatis tubuh akan melakukan reaksi defensif sehingga secara otomatis
dari stress tersebut merangsang tubuh mengeluarkan hormon stressor
yaitu hormon katekolamin dan hormon adrenalin, katekolamin ini akan
dilepaskan dalam konsentrasi tinggi saat persalinan jika calon ibu tidak
bisa menghilangkan rasa takutnya sebelum melahirkan, berbagai respon
tubuh yang muncul antara lain dengan bertempur atau lari. Dan akibat
respon tubuh tersebut maka uterus menjadi semakin tegang sehingga
aliran darah dan oksigen ke dalam otot-otot terus berkurang karena arteri
mengecil dan menyempit akibatnya adalah rasa nyeri yang tak terelakkan.
3. Pengetahuan
Pengetahuan dampak berdampak pada pemahaman ibu tentang persalinan
termasuk tentang nyeri persalinan dan bagaimana mengelola nyeri.
Penelitian oleh Ye (2009) menyatakan bahwa ibu yang memiliki
pemahaman yang baik tentang proses persalinan maka tingkat nyeri yang

41
dirasakan lebih ringan daripada ibu yang memiliki pemahaman yang
buruk.
4. Pengalaman Persalinan
Menurut Bobak (2010), pengalaman melahirkan sebelumnya juga dapat
mempengaruhi respon bu terhadap nyeri. Bagi ibu yang mempunyai
pengalaman menyakitkan dan sulit pada persalinan sebelumnya, perasaan
cemas dan takut pada pengalaman lalu akan mempengaruhi sensifitas rasa
nyeri.
5. Pendampingan
Pendampingan persalinan baik dari pasangan maupun keluarga dapat
membantu memenuhi kebutuhan ibu bersalin, juga membantu mengatasi
rasa nyeri (Judha, 2012).
6. Persiapan Persalinan
Persiapan persalinan tidak menjamin persalinan akan berlangsung tanpa
nyeri. Namun, persiapan persalinan diperlukan untuk mengurangi
perasaan cemas dan takut akan nyeri persalinan sehingga ibu dapat
memilih berbagai tehnik atau metode latihan agar ibu dapat mengatasi
ketakutannya.

42

Gambar 2.2: Area lokasi menjalarnya nyeri persalinan selama kala 1. Nyeri
paling hebat diperlihatkan pada area yang berwarna gelap .
Potter & Perry (2010).

Gambar 2.3 : Area atau lokasi menjalarnya nyeri persalinan pada kala II. Area
yang berwarna gelap menunjukkan lokasi paling nyeri
Sumber: Bobak, Lowdermilk, Jensen & Perry (2010).

Gambar 2.4: Distribusi nyeri persalinan selama fase akhir pada kala II dan
pembukaan lengkap. Petter & Perry (2010).
2.4 Keaslian Penelitian
Saat ini, belum pernah ditemukannya penelitian yang sama, namun ada
beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan.
1.

Puspita, Anisyah Dwi dengan judul pengetahuan ibu bersalin dengan


nyri persalinan menggunakan uji Chi Square nilai p< (p=0.006)

43
2.

Adam, Jusri dengan judul pendampingan suami dengan intensitas nyeri


menggunakan uji Chi Square nilai p< (p=0.000)

Anda mungkin juga menyukai