Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

PENATALAKSANAAN PADA OTITIS MEDIA KRONIK


TIPE BAHAYA

DISUSUN OLEH :
Soraya Olyfia
030.10.258

PEMBIMBING :
dr. Donald Marpaung, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROKAN

RSAL Dr.Mintohardjo
PERIODE 20 JULI 2016 29 JULI 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

........................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

............................................................................4

II.1 Anatomi ....................................................................................................4


II.2 Klasifikasi
........................................................................................11
II.3 Etiologi

....................................................................................................12

II.4 Patofisiologi

........................................................................................13

II.5 Penegakkan Diagnosa


II.6 Terapi

............................................................................14

....................................................................................................14

II.7 Komplikasi

........................................................................................17

BAB III PENUTUP ....................................................................................................18


DAFTAR PUSTAKA

........................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN
Otitis media supuratif kronis (0MSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus
menerus dan hilang timbul. Sekret mungkin encer, atau kental, bening atau berupa nanah.
Dimaksud dengan kronis ialah infeksi pada telinga tengah sudah lebih dari 2 bulan bila
kurang dari 2 bulan disebut otitis media supuratif subakut.
OMSK mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya yang dapat
mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Biasanya komplikasi didapatkan
pada pasien OMSK tipe bahaya, namun demikian OMSK tipe aman pun dapat
menyebabkan suatu komplikasi apabila terinfeksi kuman yang virulen. Komplikasi ke
intrakranial merupakan penyebab utama kematian pada OMSK, sebagian besar kasus
terjadi karena penderita mengabaikan keluhan telinga berair. Berdasarkan data WHO pada
tahun 2004, meningitis atau radang selaput otak adalah komplikasi intrakranial OMSK
yang paling sering ditemukan diseluruh dunia, biasanya mempunyai gejala demam, sakit
kepala serta adanya tanda-tanda perangsangan meningen seperti kejang. Kematian terjadi
pada 18,6% kasus OMSK dengan komplikasi intrakranial.
Beberapa hal tersebut di atas menyebabkan pentingnya mengenal pola penyakit
yang berhubungan dengan komplikasi ini. Perburukan penyakit dan komplikasi akibat
OMSK harus dihindari, dengan demikian perlu ditegakkan diagnosis yang tepat dan dini
pada penderita OMSK sehingga penatalaksanaan yang tepat pun dapat segera dilakukan.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 ANATOMI
Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah atau kavum timpani dan telinga
dalam atau labirin. Telinga luar terdiri atas aurikula dan meatus akustikus eksternus
(MAE)/ liang telinga. Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam os temporal pars
petrosa yang dilapisi membran mukosa, berisi tulang-tulang pendengaran. Telinga dalam
berisi labirin tulang (vestibulum, kanalis semisirkularis, dan koklea) dan labirin
membranasea (utrikulus dan sakulus di dalam vestibulum, tiga duktus semisirkularis di
dalam kanalis semisirkularis, dan duktus koklearis didalam koklea), sesuai dengan yang
ditampilkan pada Gambar 1.1

Gambar.1 Anatomi telinga luar, tengah, dan dalam

Tabel 1. Telinga tengah berbentuk kubus dengan :


Batas luar

Membran timpani

Batas depan

Tuba eustachius

Batas bawah

Vena jugularis (bulbus jugularis)

Batas belakang

Aditus et antrum, kanalis fasialis pars vertikalis

Batas atas

Tegmen timpani

Batas dalam

Kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap


lonjong, tingkap bundar dan promontorium.2

Gambar.2 Potongan koronal telinga tengah bagian kanan


Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila diliat dari arah liang telinga
dan terlihat obliq terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida,
sedangkan bagian bawah disebut pars tensa. Pada pars flaksida ada daerah yang disebut
atik. Ditempat ini terdapat aditus ad antrum, lubang yang menghubungkan telinga tengah
dengan antrum mastoid. Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran
timpani disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light)
kearah bawah yaitu pada pukul 7 pada membrane timpani kiri dan pada pukul 5 pada
membrane timpani kanan. Reflek cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang
dipantulkan oleh membrane timpani.2
Di membrane timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah
yang menimbulkan cahaya berupa kerucut. Secara klinis reflek cahaya ini dinilai, misalnya
5

bila letak reflek cahaya mendatar berarti terdapat gangguan pada tuba eustachius.
Membrane timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dari prosesus
longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan
bagian atas depan, atas belakang, bawah depan serta bawah belakang, untuk menyatakan
letak perforasi membrane timpani.2

Gambar.3 Membrane timpani


Kavum timpani terdiri dari :
Tulang-tulang pendengaran (malleus, inkus, stapes), dua otot, saraf korda timpani,
saraf pleksus timpanikus.3,4
Tulang-tulang pendengaran terdiri dari :
Malleus (hammer / martil), Inkus (anvil / landasan), Stapes (stirrup / pelana).3,4
a.) Malleus
Malleus adalah tulang yang paling besar diantara semua tulang-tulang pendengaran
dan terletak paling lateral, leher, prosesus brevis (lateral), prosesus anterior, lengan
(manubrium), panjangnya kira-kira 7,5 sampai 9,0 mm. Kepala terletak pada epitimpanum
atau didalam rongga atik, sedangkan leher terletak dibelakang pars flaksida membrane
timpani. Manubrium terdapat didalam membrane timpani, bertindak sebagai tempat
perlekatan serabut-serabut tunika propria. Ruang antara kepala dari malleus dan membrane
Shrapnell dinamakan Ruang Prussak. Maleus ditahan oleh ligamentum maleus anterior
yang melekat ke tegmen dan juga oleh ligamentum lateral yang terdapat diantara basis
prosesus brevis dan pinggir lekuk Rivinus.4
6

b.) Incus
Incus terdiri dari badan inkus (corpus) dan 2 kaki yaitu : prosesus brevis dan
prosesus longus. Sudut antara prosesus brevis dan longus membentuk sudut lebih kurang
100 derajat. Inkus berukuran 4,8 mm-5,5 mm. Inkus terletak pada epitimpanum, dimana
prosesus brevis menuju antrum, prosesus longus jalannya sejajar dengan manubrium dan
menuju ke bawah. Ujung prosesus longus membengkok ke medial merupakan suatu
prosesus yaitu prosesus lentikularis. Prosesus ini berhubungan dengan kepala dari stapes.
Maleus dan inkus bekerja sebagai satu unit, memberikan respon rotasi terhadap gerakan
membran timpani melalui suatu aksis yang merupakan suatu garis antara ligamentum
maleus anterior dan ligamentum inkus pada ujung prosesus brevis. Gerakan-gerakan
tersebut tetap dipelihara berkesinambungan oleh inkudomaleus. Gerakan rotasi tersebut
diubah menjadi gerakan seperti piston pada stapes melalui sendi inkudostapedius.4
c.) Stapes
Merupakan tulang pendengaran yang teringan, beratnya hanya 2,5 mg, tingginya 4
mm-4,5 mm. Stapes terdiri dari kepala, leher, krura anterior dan posterior dan telapak kaki
(foot plate), yang melekat pada foramen ovale dengan perantara ligamentum anulare.
Tendon stapedius berinsersi pada suatu penonjolan kecil pada permukaan posterior dari
leher stapes. Kedua krura terdapat pada bagian leher bawah yang lebar dan krura anterior
lebih tipis dan kurang melengkung dari pada posterior. Kedua berhubungan dengan foot
plate yang biasanya mempunyai tepi superior yang melengkung, hampir lurus pada tepi
posterior dan melengkung di anterior dan ujung posterior. Panjang foot plate 3 mm dan
lebarnya 1,4 mm, dan terletak pada fenestra vestibuli dimana ini melekat pada tepi tulang
dari kapsul labirin oleh ligamentum anulare tinggi stapes kira-kira 3,25 mm.4
d.) Otot-otot pada kavum timpani
Terdiri dari : otot tensor ti pani (muskulus tensor timpani) dan otot stapedius
(muskulus stapedius) otot tensor timpani adalah otot kecil panjang yang berada 12 mm
diatas tuba eustachius. Otot ini melekat pada dinidng semikanal tensor timpani. Kanal ini
terletak diatas liang telinga bagian tulang dan terbuka kearah liang telinga sehingga disebut
semikanal. Serabut-serabut otot bergabung dan menjadi tendon pada ujung timpani
semikanal yang ditandai oleh prosesus kohleoform. Prosesus ini membuat tendon tersebut
7

membelok ke arah lateral ke dalam telinga tengah. Tendon berinsersi pada bagian atas
leher maleus. Muskulus tensor timpani disarafi oleh cabang saraf kranial ke 5. Kerja otot
ini menyebabkan membran timpani tertarik ke arah dalam sehingga menjadi lebih tegang
dan meningkatkan frekuensi resonansi system penghantar suara serta melemahkan suara
dengan frekuensi rendah.4
Otot stapedius adalah otot yang relatif pendek. Bermula dari dalam kanalnya
didalam eminensia piramid, serabut ototnya melekat ke perios kanal tersebut. Serabutserabut bergabung membentuk tendon stapedius yang berinsersi pada apek posterior leher
stapes. M.Stapedius disarafi oleh salah satu cabang saraf kranial ke 7 yang timbul ketika
saraf tersebut melewati m.stapedius tersebut pada perputarannya yang kedua. Kerja
m.stapedius menarik stapes ke posterior mengelilingi suatu pasak pada tepi posterior basis
stapes. Keadaan ini stapes kaku, memperlemah transmisi suara dan meningkatkan
frekuensi resonansi tulang-tulang pendengaran.4
e.) Saraf Korda timpani
Merupakan cabang dari nervus fasialis masuk ke kavum timpani dari kanalikulus
posterior yang menghubungkan dinding lateral dan posterior. Korda timpani memasuki
telinga tengah bawah pinggir posterosuperior sulkus timpani dan berjalan ke atas depan
lateral ke prosesus longus dari inkus dan kemudian ke bagian bawah leher maleus tepatnya
diperlekatkan tendon tensor timpani. Setelah berjalan ke arah medial menuju ligamentum
maleus anterior, saraf ini keluar melalui fisura petrotimpani. Korda timpani juga
mengandung jaringan sekresi parasimpatetik yang berhubungan dengan kelenjar ludah
sublingual dan submandibula melalui ganglion submandibular. Korda timpani memberikan
serabut perasa pada 2/3 depan lidah bagian anterior.4

f.) Saraf fasial


Saraf fasial terutama terdiri dari dua komponen yang berbeda, yaitu :
1.)Saraf motorik untuk otot-otot yang berasal dari lengkung brankial kedua (faringeal)
yaitu otot ekspresi wajah, stilohioid, posterior belly m. Digastrik dan m. Stapedius,
8

2.)Saraf intermedius yang terdiri dari saraf sensori dan sekretomotor parasimpatetis
preganglionik yang menuju ke semua glandula wajah kecuali parotis.4
g.) Vaskularisasi kavum timpani
Pembuluh-pembuluh darah yang memberikan vaskularisasi kavum timpani adalah
arteri-arteri kecil yang melewati tulang yang tebal. Sebagian besar pembuluh darah yang
menuju kavum timpani berasal dari cabang arteri karotis eksterna. Pada daerah anterior
mendapat vaskularisasi dari a. Timpanika anterior, yang merupakan cabang dari a.
Maksilaris interna yang masuk ke telinga tengah melalui fisura petrotimpanika. Pada
daerah superior, a. Timpanika superior dan ramus inkudomalei. Pembuluh vena kavum
timpani berjalan bersama-sama dengan pembuluh arteri menuju pleksus venosus pterigoid
atau sinus petrosus superior. Pembuluh getah bening kavum timpani masuk ke dalam
pembuluh getah bening retrofaring atau ke nodulus limfatikus parotis.4
h.) Tuba eustachius
Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani. Bentuknya
seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan
nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan
medial dari telinga tengah 13 dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5mm.2,4
Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :
1.)

Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian), 2.) Bagian
tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).4
Bagian tulang sebelah lateral berasal dari dinding depan kavum timpani, dan

bagian tulang rawan medial masuk ke nasofaring. Bagian tulang rawan ini berjalan kearah
posterior, superior, dan medial sepanjang 2/3 bagian keseluruhan panjang tuba (4 cm),
kemudian bersatu dengan bagian tulang atau timpani. Tempat pertemuan itu merupakan
bagian yang sempit yang disebut ismus. Bagian tulang tetap terbuka, sedangkan bagian
tulang rawan selalu tertutup dan berakhir pada dinding lateral nasofaring. Pada orang
dewasa muara tuba pada bagian timpani terletak kira-kira 2-2,5 cm, lebih tinggi dibanding
dengan ujungnya nasofaring. Pada anak-anak, tuba pendek, lebar dan letaknya mendatar
maka infeksi mudah menjalar dari nasofaring ke telinga tengah. Tuba dilapisi oleh mukosa
9

saluran nafas yang berisi sel-sel goblet dan kelenjar mucus dan memiliki lapisan epitel
bersilia didasarnya. Epitel tuba terdiri dari epitel silindir berlapis dengan selinder. Disini
terdapat silia dengan pergerakannya ke arah faring. Sekitar ostium tuba terdapat jaringan
limfosit yang dinamakan tonsil tuba. Otot-otot yang berhubungan dengan tuba eustachius
yaitu : M. Tensor vili palatini, M. Elevator vili palatini, M. Tensor timpani,

M.

Salpingofaringeus.2-4
Fungsi tuba eustachius sebagai ventilasi telinga yaitu mempertahankan
keseimbangan tekanan udara didalam kavum timpani dengan tekanan udara luar, drainase
sekret dari kavum timpani ke nasofaring dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring
ke kavum timpani.2,4
i.) Prosesus Mastoideus
Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal.
Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa karnii
posterior. Sinus sigmoid terletak dibawah duramater pada daerah ini. Pada dinding anterior
mastoid terdapat aditus ad antrum. Aditus antrum mastoid adalah suatau pintu yang besar
iregular berasal dari epitis timpanum posterior menuju rongga antrum yang berisi udara,
sering disebut sebagai aditus ad antrum. Dinding medial merupakan penonjolan dari
kanalis semisirkularis lateral. Dibawah dan sedikit ke medial dari promontorium terdapat
kanalis bagian tulang dari n. Fasialis. Antrum mastoid adalah sinus yang berisi udara
didalam pars petrosa tulang temporal. Berhubungan dengan telinga tengah melalui aditus
dan mempunyai sel-sel udara mastoid yang berasal dari dinding-dindingnya. 4
Antrum sudah berkembang baik pada saat lahir dan pada dewasa mempunyai
volume 1 ml, panjang dari depan kebelakang sekitar 14 mm, dari atas ke bawah 9 mm dan
dari sisi lateral ke medial 7 mm. Dinding medial dari antrum berhubungan dengan kanalis
semisirkularis posterior dan lebih ke dalam dan inferiornya terletak sakus endolimfatikus
dan dura dari fosa karnii posterior. Atapnya membentuk bagian dari lantai fosa kranii
media dan memisahkan antrum dengan otak lobus temporalis. Dinding posterior terutama
dibentuk oleh tulang yang menutupi sinus. Dinding lateral merupakan bagian dari pars
skuamosa tulang temporal dan meningkat ketebalannya selama hidup dari sekitar 2 mm
pada saat lahir hingga 12-15 mm pada dewasa. Prosesus mastoid sangat penting untuk
sistem

pneumatisasi

telinga.

Pneumatisasi
10

didefinisikan

sebagai

suatu

proses

pembentukkan atau perkembangan rongga-rongga udara didalam tulang temporal, dan selsel udara yang terdapat didalam mastoid adalah sebagian dari sistem pneumatisasi yang
meliputi banyak bagian dari tulang temporal. Sel-sel prosesus mastoid yang mengandung
udara berhubungan dengan udara didalam telinga tengah. Bila prosesus mastoid tetap
berisi tulang-tulang kompakta dikatakan sebagai pneumatisasi jelek dan sel-sel yang
berpneumatisasi terbatas pada daerah sekitar antrum.4
II.2 KLASIFIKASI
OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :
1. Tipe tubotimpani (tipe jinak, Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral
tipe aman, tipe rhinogen)

atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan
keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi
keadaan ini teritama patensi tuba eustachius, infeksi saluran
nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal
pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping
itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat
perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel
skuamosa. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan
hiperplasia sel goblet, metaplasia dari mukosa telinga tengah
pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek.2,4

a.) aktif

Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga. Biasanya didahului


oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba
eustachius, atau setelah berenang dimana kuman masuk
melalui liang telinga luar. 4

b.) tidak aktif

Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering


dengan mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang
dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain yang
dijumpai seperti vertigo, tinnitus, atau suatu rasa penuh dalam
telinga.4

2. Tipe atikoantral (tipe ganas, Tipe ini ditemukan adanya kolesteatoma. Penyakit atikoantral
tipe tidak aman, tipe tulang)

lebih sering mengenai pars flaksida dan khasnya dengan


terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya
11

keratin sampai menghasilkan kolesteatoma.2,4

Tabel. 2 Perbedaan Antara Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)


Benigna & Maligna

II.3 ETIOLOGI
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,
jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis,
tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba
Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan
cleft palate dan Downs syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi
nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor
Host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi immun
sistemik. Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell- mediated (seperti
infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis.
Penyebab OMSK antara lain: Lingkungan, Genetik, Otitis media sebelumnya, Infeksi
saluran nafas atas, autoimun, alergi, gangguan fungsi tuba eustachius.3,4
II.4 PATOFISIOLOGI
Kolesteatoma dapat dibagi atas dua jenis :

12

1. Kolesteatoma

Terbentuk pada masa embrionik dan ditemukan pada

kongenital

telinga dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda


infeksi. Lokasi kolesteatoma biasanya terletak di kavum
timpani, daerah petrosus mastoid atau di cerebellopontin
angle.

2. Kolesteatoma akuisital

Terbentuk setelah anak lahir atau didapat, terbagi menjadi


dua, yaitu :

a. Akuisital

Terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membrane

primer

timpani kolestetoma timbul akibat terjadi proses invaginasi


dari membrane timpani pars flasida karena adanya tekanan
negative di telinga tengah akibat gangguan tuba.

b. Akuisital

Terbentuk setelah adanya perforasi membrane timpani.

sekunder

Kolesteatoma terbentuk sebagai akibat dari masuknya


epitel kulit dari liang telinga atau terjadi akibat metaplasi
mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang
berlangsung lama.

Massa kolesteatoma ini akan menekan dan mendesak organ disekitarnya serta
menimbulkan nekrosis terhadap tulang. Terjadinya proses nekrosis terhadap tulang
diperhebat oleh karena pembentukan reaksi asam oleh pembusukkan bakteri. Proses
nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitis, meningitis dan
abses otak.2 Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tempat pertumbuhan kuman
(infeksi), yang paling sering adalah proteus dan pseudomonas aeruginosa. Sebaliknya,
infeksi dapat memicu respon imun local yang mengakibatkan produksi berbagai mediator
inflamasi dari berbagai sitokin. Sitokin yang diidentifikasi terdapat pada matrik
kolesteatoma adalah interleukin-1 (IL-1), interleukin-6, tumor necrosis factor-a (TNF-a)
dan transforming growth factor (TGF). Zat-zat ini dapat menstimulasi sel-sel keratinosit
matriks kolesteatoma bersifat hiperproliferatif, destruktif dan mampu berangiogenesis.2
Jenis perforasi membrane timpani :
Ada 3 tipe perforasi membran timpani berdasarkan letaknya, yaitu :
1.)Perforasi sentral (sub total), 2.) Perforasi marginal, 3.)Perforasi atik.
13

II.5 PENEGAKKAN DIAGNOSA


a.) Anamnesa, seperti : 1.) Telinga berair (otorrhoe), 2.) Gangguan pendengaran, 3.)
Otalgia ( nyeri telinga), 4.) Vertigo, 5.) Waktu > 2 bulan
b.) Pemeriksaan otoscopy : Didapatkan adanya perforasi pada membran timpani,
c.) Pemeriksaan Audiometri, d.) Pemeriksaan Radiologi, antara lain : 1.) Proyeksi
Schuller, 2.) Proyeksi Mayer atau Owen, 3.) Proyeksi Stenver, 4.) Proyeksi Chause III
e.) Kultur
II.6 TERAPI
Prinsip dari OMSK tibe maligna adalah pembedahan yaitu mastoidektomi. Terapi
konservatif medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan
pembedahan. Bila terdapat abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi.
a.) Terapi Pembedahan
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain:7
1. Mastoidektomi

Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman atau

sederhana

benigna yang dengan pengobatan konservatif tidak


sembuh.

Dengan

tindakan

operasi

ini

dilakukan

pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik.


tujuannya adalah supaya infeksi tenang dan telinga tidak
berair lagi. pada Operasi ini fungsi pendengaran tidak
2. Mastoidektomi radikal

diperbaiki.7
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe maligna dengan
infeksi atau kolesteatoma yang sudah menyebar luas.
Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani
dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas
antara liang telinga luar dan tengah dengan rongga
mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah tersebut
menjadi satu ruangan. Tujuannya operasi ini adalah
membuang jaringan patologik dan mencegah komplikasi
ke intracranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki,

kerugiannya adalah pasien tidak diperbolehkan berenang.7


3. Mastoidektomi radikal Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma didaerah
dengan modifikasi

atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh


rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang
14

telinga direndahkan. Tujuan operasi ini membuang


jaringan
4. Miringoplasti

patologik

dari

rongga

mastoid,

dan

mempertahankan pendengaran yang masih ada.6


Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling
ringan, dikenal dengan timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi
hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi
ini ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga
tengah pada OMSK tipe aman dengan perforasi menetap.
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman atau
benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang

5. timpanoplasti

hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani.6


Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan
kerusakan

yang

lebih

berat

atau

OMSK

tipe

aman/benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan


pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ini adalah
menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran.
Pada operasi ini selain rekonstruksi tulang pendengaran
berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang
dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II,
III,IV, dan V. Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dulu
dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa
6. pendekatan
timpanoplasti

mastoidektomi, untukmembersihkan jaringan patologis.7


ganda Operasi ini merupakan teknik timpanoplasti yang
dikerjakan pada kasus OMSK tipe bahaya atau OMSK
tipe aman dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan
operasi

untuk

menyembuhkan

penyakit

serta

memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik


mastoidektomi radikal. Membersihkan kolesteatoma dan
jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan melalui
dua jalan yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid
dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi
ini pada OMSK tipe bahaya belum disepakati para ahli
karena sering terjadi kekambuhan kolesteatoma.7
15

b.) Terapi konservatif


Ada 3 cara terapi konservatif (medikamentosa) otitis media supuratif kronik (OMSK)
benigna, yaitu :
1.)

Obat pencuci telinga. Bahannya H2O2 3%, 2.) Obat tetes telinga. Lanjutkan
memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik & kortikosteroid
setelah sekret yang keluar telah berkurang. Jangan berikan selama lebih 1-2
minggu secara berturut-turut. Juga hindari pemberiannya pada otitis media
supuratif kronik OMSK) tenang. Hal ini disebabkan semua antibiotik tetes telinga
bersifat ototoksik, 3.) Obat antibiotik. Berikan antibiotik oral golongan ampisilin
atau eritromisin sebelum hasil tes resistensi obat kita terima. Berikan eritromisin
jika pasien alergi terhadap golongan penisilin. Berikan ampisilin asam klavulanat
bila terjadi resistensi ampisilin.6

II.7 KOMPLIKASI
Tabel 4. Adams dkk (1989) mengemukakan klasifikasi sebagai berikut :
A. Komplikasi telinga tengah

B. Komplikasi telinga dalam

C. Komplikasi ekstradural

D. Komplikasi susunan saraf


pusat

Perforasi persisten

Erosi tulang pendengaran

Paralisis nervus fasial


Fistel labirin

Labirinitis supuratif

Tuli saraf (sensorineural)


Abses ekstradural

Trombosis sinus lateralis

petrositis
Meningitis

Abses otak

Hidrosefalus otitis

Tabel 5. Shambough (2003) membagi komplikasi otitis media menjadi :


A. Komplikasi intratemporal

16

Perforasi membran timpani

Mastoiditis akut

Paresis n.fasialis

Labirinitis

Petrositis

B. Komplikasi ekstratemporal
C. Komplikasi intracranial

Abses ekstratemporal
Abses otak

Tromboplebitis

Hidrosefalus otikus

Empiema subdura

Abses subdural/ ekstradural

BAB III
KESIMPULAN
OMSK dapat dibagi atas dua jenis, yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa atau
benigna) dan OMSK tipe bahaya (tipe tulang atau maligna). Pada OMSK tipe aman jarang
menimbulkan komplikasi yang berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. Sedangkan pada
OMSK tipe bahaya selalu terdapat kolesteatom dan dapat menimbulkan komplikasi yang
berbahaya.
OMSK mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya yang dapat
mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Meskipun menyebabkan
kematian penanganan cepat & tepat baik secara konservatif maupun operatif dapat
meminimalisir terjadinya komplikasi berat bahkan kematian.
Penanganan OMSK dapat dibagi atas konservatif dan operatif. Penanganan
konservatif bertujuan untuk mengontrol proses infeksi yang berupa pembersihan telinga
dan pemberian antibiotik topikal atau sistemik. Penanganan operatif dilakukan untuk
eradikasi jaringan patologi yang terdapat di dalam rongga mastoid dan kavum timpani,
dapat berupa mastoidektomi sederhana, mastoidektomi radikal, dan mastoidektomi radikal
modifikasi.

17

DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. 2004. Chronic Suppurative Otitis Media Burden of Illness
and Management Options. Child and Adolescent Health and Development Prevention
of Blindness and Deafness. Geneva, Switzerland
2. Djaafar. Z.A; Helmi; Restuti D.R. 2007. Kelainan Telinga Tengah pada Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Ed. 6, Pg: 64-86. Jakarta.
FKUI
3. David Parry, MD et al. 2011. Chronic Suppurative Otitis Media. Diakses pada tanggal
29 september 2012 dari http://emedicine.medscape.com/article/859501overview#showall
4. Muchtar, M. 2010. Otitis Media Supuratif Kronik. Diakses pada tanggal 30 september
2012 pada http://magneticmadihah.blogspot.com/2010/09/otitis-media-supuatifkronik-referat.html
5. Risky & Roni. 2012. Otitis Media Supuratif Kronik.
6. Nursiah S. Pola kuman aerob penyebab OMSK dan kepekaan terhadap beberapa
antibiotika di bagian THT. Bagian Penerbit Library USU. 2003.
7. Braunwald E, et al. Harrisons principles of internal medicine. Edisi ke-17. Amerika
Serikat: McGraw-Hill; 2009.
18

19

Anda mungkin juga menyukai