Anda di halaman 1dari 5

Manifestasi Klinis

Terdapat sejumlah manifestasi neurologis sindrom preeklamsia. Masing-masing manifestasi menunjukkan keterlibatan
berat suatu organ dan memerlukan perhatian segera:
1. Nyeri kepala dan skotomata diduga timbul akibat hiper- peritisi serebrovaskular
yang memiliki predileksi pada lobus oksipitalis. Menurut Sibai (2005) dan Zwart
dkk., (2008), 50 hingga 75 persen perempuan mengalami nyeri kepala dan 20
hingga 30 persen di antaranya mengalami gangguan penglihatan yang mendahului
kejang eklamtik. Nyeri kepala dapat ringan hingga berat, dari dapat intermiten
atau konstan. Menurut pengalaman kami, tanda ini unik karena biasanya membaik
setelah dimulainya infus magnesium sulfat.
2. Kejang bersifat diagnostik untuk eklamsia.
3. Kebutaan jarang terjadi pada preeklamsia saja, tetapi sering menjadi komplikasi
pada kejang eklamtik, yaitu pada hingga 15 persen perempuan (Cunningham dkk.,
1995). Kebutaan telah dilaporkan timbul hingga seminggu atau lebih setelah
pelahiran (Chambers dan Chain, 2004). Setidaknya terdapat dua jenis kebutaan
yang akan dibahas selanjutnya.
4. Edema otak menyeluruh dapat timbul pada sindrom pre- eklamsia dan biasanya
bermanifestasi sebagai perubahan status mental yang bervariasi dari kebingungan
hingga koma. Kondisi ini khususnya berbahaya karena dapat menyebabkan
herniasi supratentorial yang membahayakan jiwa.

TATA LAKSANA
Kehamilan yang disertai komplikasi hipertensi gestasional diterapi
berdasarkan keparahan, usia gestasi, dan adanya preeklamsia. Prinsip tata laksana,
seperti yang ditekankan sebelumnya, juga mempertimbangkan cedera sel endotel
dan disfungsi multi-organ yang disebabkan oleh sindrom pre- eklamsia.
Preeklamsia tidak selalu dapat didiagnosis pasti. Jadi, berdasarkan sifat
alami penyakit ini, baik American College of Obstetricians and Gynecologists
(2002a) maupun Ke- lompok Kerja National High Blood Pressurc Education
Program (NHBPEP) (2000) menganjurkan kunjungan ante- natal yang lebih
sering, bahkan jika preeklamsia hanya dicurigai. Meningkatnya tekanan darah
sistolik dan diastolik dapat merupakan perubahan fisiologis normal atau tanda
penyakit yang sedang berkembang. Pemantauan yang lebih ketat memungkinkan
lebih cepatnya diidentifikasi pembahan tekanan darah yang berbahaya, temuan
laboratorium yang penting, dan perkembangan tanda dan gejala penting.
Tujuan dasar tata laksana untuk setiap kehamilan yang disertai komplikasi
preeklamsia adalah:
1. Terminasi kehamilan dengan trauma seminimal mungkin bagi ibu dan janin
2. Kelahiran bayi yang dapat bertahan hidup
3. Pulihnya kesehatan ibu secara sempurna
Pada banyak perempuan dengan preeklamsia, khususnya mereka dengan
kehamilan aterm atau hampir aterm, ketiga tujuan tersebut dapat dipenuhi dengan
induksi persalinan. Salah satu pertanyaan klinis terpenting untuk tata laksana yang
berheisil adalah diketahuinya usia janin secara pasti.
Diagnosis Dini Preeklamsia
Secara tradisional, frekuensi kunjungan antenatnl bertambah sering pada
trimester ketiga, dan hal ini membantu deteksi dini preeklamsia. Perempuan tanpa
hipertensi yang nyata, tetapi diduga mengalami preeklamsia yang berkembang
dini saat kunjungan antenatal rutin, diminta melakukan kunjungan antenatal yang
lebih sering. Protokol yang berhasil digunakan selama bertahun-tahun di Parkland
Hospital untuk perempuan dengan awitan baru tekanan darah diastolik >80 mm
Hg tetapi <90 mm Hg atau dengan penambahan abnormal berat badan secara
mendadak yang melebihi 1 kg/minggu menganjurkan kunjungan kembali minimal
dengan interval 7 hari, dan lebih baik dengan interval 3 hingga 4 hari. Pemantauan
pasien secara rawat jalan diteruskan kecuali timbul hipertensi nyata, proteinuria,
nyeri kepala, gangguan penglihatan, atau rasa tidak nyaman di epigaserium.

Perempuan yang mengalami hipertensi nyata awitan-dini tekanan diastolik >90


mm Hg atau tekanan sistolik 140 mm Hgdirawat inap selama 2 hingga 3 hari
untuk menentukan apakah peningkatan tekanan darah ini disebabkan oleh
preeklamsia, dan jika memang demikian, untuk menentukan tingkat
keparahannya. Perempuan dengan penyakit berat yang persisten dipantau lebih
ketat, dan banyak yang diterminasi kehamilannya. Sebaliknya, perempuan yang
memiliki penyakit yang tampak ringan sering dapat ditata laksana sebagai pasien
rawat jalan, meskipun kami memiliki ambang yang rendah untuk rawat inap
berkelanjutan pada nulipara.
Evaluasi
Rawat inap dipertimbangkan setidaknya pada perempuan dengan
hipertensi awitan dini, khususnya jika terdapat hipertensi yang menetap atau
memburuk atau timbul pro-teinuria. Dilakukan evaluasi sistematis yang mencakup
hal- hal berikut:
Pemeriksaan rinci dilanjutkan dengan pencarian harian untuk menemukan gejala
klinis, seperti nyeri kepala, gang-guan penglihatan, nyeri epigastriuin, dan
penambahan berat badan yang cepat
Berat badan ditimbang setiap hari.
Analisis untuk proteinuria saat pasien masuk dan setidaknya tiap 2 hari
setelahnya
Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk dengan manset berukuran tepat
setiap 4 jam, kecuali antara pukul 24.00 dan pukul 06.00; pengecualian ini tidak
berlaku jika hasil pengukuran sebelumnya tinggi
Pengukuran kadar kreatinin dan transaminase dalam serum atau plasma, dan
hemogram yang mencakup hitung trombosit. Beberapa ahli menganjurkan
pengukuran kadar asam urat dan dehidrogenase asam laktat dalatn serum serta
pemeriksaan faktor koagulasi, tetapi hasil-hasil penelitian lelah membuat manfaat
pemeriksaan tadi diragukan (Conde-Agudelo, 2009; Cnossen, 2006:
Thangaratinam, 2006, dkk.).
Evaluasi ukuran dan kesejahteraan janin serta volume cairan amnion, baik secara
klinis maupun menggunakan sonografi.
Tujuan tata laksana seperti tadi adalah identifikasi dini perburukan preeklamsia
dan pembuatan skema tata laksana yang mencakup rencana terminasi kehamilan.
Jika salah satu hasil pengamatan tadi mengarah pada diagnosis preeklamsia berat,

seperti yang telah didefiniskan oleh kriteria dalam Tabel 34-2, tata laksana
selanjutnya diuraikan di bawah.
Pengurangan aktivitas fisik hampir sepanjang hari ke-mungkinan bermanfaat.
Tirah baring total tidak diperlukan. Asupan protein dan kalori yang cukup hams
dipenuhi dalam diet, serta asupan cairan dan natrium tidak perlu dibatasi atau
dipaksakan. Tata laksana lanjutan bergantung pada: (1) keparahan preeklamsia,
(2) usia kehamilan, dan (3) kondisi serviks.
Untungnya, banyak kasus tergolong ringan dan cukup mendekati aterm sehingga
dapat ditata laksana secara kon-servatif hingga terjadinya persalinan spontan atau
hingga serviks cukup matang untuk dilakukan induksi persalinan. Namun,
hilangnya semua tanda dan gejala secara sempurna tidak lazim terjadi hingga
setelah pelahiran. Penyakit dasar hampir pasti menetap hingga setelah kehamilan
Pertimbangan untuk Pelahiran
Terminasi kehamilan merupakan satu-satunya tata laksana preeklamsia. Nyeri
kepala, gangguan penglihatan, atau nyeri epigastrium merupakan petunjuk bahwa
kejang mungkin akan terjadi, dan oliguria mempakan tanda bahaya lainnya.
Preeklamsia berat memerlukan terapi antikonvulsan dan antihipertensi,
dilanjutkan dengan pelahiran. Terapi identik dengan yang selanjutnya akan
dijabarkan untuk eklamsia. Tujuan utama adalah untuk mencegah kejang,
mencegah perdarahan intrakranial dan kerusakan berat pada organ vital lainnya,
serta untuk melahirkan bayi yang sehat.
Apabila janin masih kurang bulan, cenderung dilakukan penundaan terminasi
kehamilan dengan harapan bahwa be-berapa minggu tambahan di dalam rahim
akan mengurangi risiko kematian neonatal atau penyakit berat akibat kurang
bulanitas. Seperti yang telah dibahas, kebijakan seperti itu tentunya dibenarkan
pada kasus yang lebih ringan. Dilakukan penilaian kesejahteraan janin dan fungsi
plasenta, khususnya jika janin imatur. Sebagian besar ahli menganjurkan
dilakukannya berbagai uji untuk menilai kesejahteraan janin, seperti yang
diuraikan oleh American College of Obstetricians and Gynecologists (1999).
Pemeriksaan- pemeriksaan ini mencakup uji non-stres atau profil biofisik
(lihat Bab 15, hal. 354 dan 357). Pengukuran rasio lesitinsfingomielin
(L/S) dalam cairan amnion dapat memberikan informasi mengenai kematangan
paru-paru (lihat Bab 29, hal. 606).
Pada preeklamsia moderat atau berat yang tidak membaik setelah
perawatan inap, biasanya dianjurkan terminasi kehamilan untuk kesejahteraan
baik ibu maupun janin. Induksi persalinan dilakukan, biasanya dengan

pematangan serviks prainduksi menggunakan prostaglandin atau dilator osmotik


lihat Bab 22, hal. 523). Bila induksi tampaknya hampir pasti tidak akan berhasil,
atau usaha induksi telah gagal, pelahiran dengan bedah caesar diindikasikan untuk
kasus-kasus yang lebih berat.
Untuk perempuan dengan kehamilan mendekati aterm, yang memiliki
serviks lunak dan sudah mendatar sebagian, bahkan preeklamsia yang lebih ringan
sekalipun mungkin lebih berisiko membahayakan ibu dan janin-bayi-nya
dibandingkan induksi persalinan. Namun, Barton dkk., (2009) baru-baru ini
melaporkan tingginya morbiditas neonates pada ibu yang melahirkan sebelum
usia kehamilan 38 minggu meskipun hanya memiliki hipertensi gestasional ringan
nonproteinuria.
Pelahiran Caesar Elektif
Setelah ditegakkannya diagnosis preeklamsia berat, induksi persalinan dan
pelahiran per vaginam sudah sejak dulu dianggap merupakan tata laksana ideal.
Penundaan bila janin belum matur merupakan pertimbangan berikutnya. Beberapa
kekhawatiran, termasuk serviks yang belum matang, persepsi adanya kedaruratan
karena keparahan preeklamsia, dan perlunya dilakukan koordinasi dengan unit
intensif neonatus, telah menyebabkan beberapa ahli menganjutkan pelahiran
caesar. Alexander dkk., (1999) mengamati 278 bayi tunggal yang lahir hidup
dengan berat badan 750 hingga 1.500 yang dilahirkan oleh perempuan dengan
preeklamsia berat di Parkland Hospital. Pada separuh perempuan tadi, persalinan
diinduksi, dan sisanya menjalani pelahiran caesar tanpa menjalani proses bersalin.
Induksi berhasil membantu pelahiran per vaginam pada sepertiga kasus, dan tidak
memiliki efek buruk bagi bayi berberat lahir sangat rendah. Alanis dkk, (2008)
melaporkan hasil pengamatan yang serupa. Dalam ulasan sistematis terbaru
mereka, Le Ray dkk., (2009) memastikan kesimpulan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai