Anda di halaman 1dari 6

Proceeding

PESA
T (Psikologi,
Ekonomi,
Sastra,Arsitektur& Sipil)
Universitas
Gunadarma
- Depok18- 19Oktober2011

Vol.4 Oktober2011
ISSN:1858-2559

METODE KONSTRUKSI JALAN SEDERHANA


BERBAHAN DASAR ALAMI
UNTUKPENGEMBANGANINFRASTRUKTURKEMASYARAKATAN
Bakti Pramadhan;1
Chairunnisa2
Giovano Mart/ami
Nurina Anggrain;4
J.2.3.4Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanan, Universitas Gunadarma
JI. Margonda Raya No. 100, Depok, Jawa Barat, Indonesia
3 awesomeleon@gmail.com

Abstrak
Bambu adalah material untuk struktur bangunan yang paling tua dan paling ramah lingkungan
yang pemah dikenal oleh umat manusia. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia bambu
memegang peranan yang sangat penting. Bahan bambu .dikenal oleh masyarakat memiliki sifatsifat yang baik untuk dimanfaatkan antara lain batangnya kuat, lurus, rata, keras, mudah dibelah,
mudah dibentuk, dan mudah dikerjakan serta mudah diangkut. Bambu merupakan salah satu
tanaman yang tumbuh paling cepat hanya dalam kurun waktu 3-5 tahun sudah siap tebang
dengan serat paling panjang, memiliki tensile enam kali lebih kuat dari besi. Penelitian ini
menjelaskan tentang inovasi penggunaan bambu dalam bidang infrastruktur jalan. Bambu
digunakan sebagai lapisan yang membantu dalam menambah j/eksibilitas jalan. Tujuan
penggunaan bambu tersebut agarjalan lebih awet dan lebih kuat dalam menahan beban. Material
bambu ini akan dipadukan dengan bahan-bahan konstruksi jalan yang dapat ditemui pada jalanjalan konvensional, yaitu batu kali, serta batu kapur (limestone). Inovasi ini layak dikenalkan
karena melalui metode konstruksi jalan biaya yang digunakan dalam inovasi ini tergolong murah
dan menggunakan bahan-bahan alami yang dapat ditemui dengan mudah disekitar lingkungan.
Metode tersebut merupakan metode yang aplikatif dan dapat dapat menerapkan di masing-masing
daerah secara swadaya dengan waktu pelaksanaan yang relatif singkat.
Kata Kunci: bambu, inovasi, jalan, konstruksi, material.

PENDAHULUAN
Akses jalan merupakan salah satu
infrastruktur yang mutlak dimiliki oleh suatu
daerah untuk menunjang segala aktivitas
masyarakat yang ada didalamnya, baik itu
aktivitas ekonomi, sosial, maupun akitvitas
kemasyarakatan lainya. Akses jalan juga
menjadi tolak ukur suatu daerah dalam
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dan membawa segala bentuk perkembangan zaman ke dalam ruang lingkup
masyarakat itu sendiri. Sangat disayangkan
masih banyak daerah di Indonesia yang
memiliki akses jalan sangat minim. Minimnya akses jalan tersebut sampai saat ini
masih menjadi sorotan utama pemerintah dalam upaya mengembangkan daerah-daerah
tersebut.

Pramadhani
dkk,MetodeKonstruksi
Ja/an...

Banyak daerah yang mengupayakan


pengadaan jalan secara swadaya yang kemudian terbentur secara teknis dan biaya. Dari
segi biaya, tidak dapat dipungkiri bahwa untuk mendapatkan kualitas jalan yang baik memang perlu biaya yang tergolong tinggi. Dari
segi teknis juga memerlukan alat-alat berat,
ditambah lagi pengadaan bahan-bahan konstruksi yang harus didatangkan dari luar daerah yang mengakibatkan waktu pelaksanaan
pembangunan pun semakin panjang. Banyak
pihak yang mencoba untuk menghilangkan
kendala-kendala tersebut, dengan mereduksi
bahan-bahan konstruksi dan menyederhanakan sistem pelaksanaan.
Penelitian ini bertujuan memanfaatkan
bambu. Bambu di Indonesia terdapat 125 spesies, 39 spesies diantaranya sudah teridentifikasi dan 11 spesies tergolong komersial
(Supriadi, 2001). Kuat tarik bambu dapat

AT- 121

Vol.4 Oktober2011
ISSN:1858-2559

Proceeding
PESA
T (Psikologi,
Ekonomi,Sastra,Arsitektur& Sipil)
Universitas
Gunadarma
- Depok18- 19Oktober2011

dipersaingkandengan kuat tarik baja yang


karenanya bambu cukup baik jika digunakan
sebagai bahan konstruksi bangunan. Bambu
memiliki beberapa keistimewaan, diantaranya
adalah bambu dikenal sebagai bahan bangunan tahan gempa, mudah didapat di manamana, memiliki nilai seni yang cukup tinggi,
memiliki harga yang relatif murah, serta
pengerjaan teknis yang lebih mudah dan
ringkas. Beberapa data teknis untuk bambu
adalah kekuatan tarik (tegangan patah untuk
tarik) = 1000-4000 kg/cm2, kekuatan tekan
(tegangan patah untuk tekan) = 250-1000
kg/cm2, modulus kenyal untuk tarikannya =
100.000-300.000 kg/cm2, tegangan izin tarik
= 300 kg/cm2, tegangan izin tekan = 80
kg/cm2, tegangan izin lentur = 100 kg/cm2,
modulus kenyal untuk tarik dan tekan =
200.000 kg/cm2.
Bambu memiliki sifat-sifat yang khas
seperti titik jenuh serat bambu berkisar 20%30%, bagian dalam bambu lebih banyak
mengandung lengas (air bebas) dari pada bagian luar. Bagian buku-buku (knots) mengandung 10% kadar air lebih sedikit dari pada
bagian ruasnya. Daya serap air bambu sangat
besar, mencapai 300% jika digunakan sebagai tulangan beton.
Batu kapur dan batu kali juga dapat
diberdayakan untuk aplikasi konstruksi jalan.
Batu kapur digunakan sebagai bahan pengikat
yang berfungsi untuk lapisan perkerasan
jalan. Batu kapur terdiri dari karbonat (C03)
97%, kapur tohor (CaO) 29,77-55,5%, Magnesium(MgO) 21-31%, Silika(Si02) 0,142,41%, Alumina (AI203) dan Oxid Besi
(Fe203) 0,5%. Berbeda dengan batu kapur,
sifat utama batu kali berkaitan dengan bentuk
butiran, flakiness, grading, ketahanan terhadap pemadatan, pengikisan, penggosokkan
(polishing), kebersihan dan ikatan terhadap
bahan pengikat.
Dalam teknologi konstruksi jalan batu
kali kerap digunakan sebagai bahan pelapis
antara lapis pondasi atas dengan tanah dasar
yang berfungsi sebagai penyebaran beban
lalu lintas ke tanah dasar, lapisan peresapan
agar air tanahtidakberkumpuldi pondasidan

AT- 122

lapisan partikel-partikel halus dari tanah


dasar naik ke lapisan pondasi atas. Perbaikan
jalan dapat dilakukan dengan perkerasan
jalan, yaitu mencampurkan antara agreegat
dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Biasanya agregat yang
dipakai berupa batu pecah, batu kali belah.
Sedangkan untuk bahan ikatnya adalah aspal,
semen, tanah liat. Berdasarkan bahan ikat lapisan perkerasan dibagi menjadi dua kategori
yaitu lapisan perkerasan lentur (flexible pavement) dan lapisan perkerasan kaku (rigid
pavement) .
Lapisan perkerasan dibagi dalam 4
lapisan yaitu lapis pondasi bawah, berfungsi
untuk a) penyebaran beban, b) drainase bawah permukaan tanah (jika digunakan material drainase bebas), dan c) permukaan jalan
selama konstruksi, lapis pondasi jalan, merupakan lapisan utama yang mendistribusikan
beban, lapis permukaan dasar, memberikan
daya dukung pada lapis aus dan juga berperan
sebagai pelindung jalan dan lapis aus, yang
berfungsi sebagai penahan beban roda kendaraan, menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapis aus) dan lapisan dapat mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak
meresap ke lapisan bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut. Penelitian bertujuan
menjabarkan tentang metode baru dalam
konstruksi jalan dengan menggunakan material alami, yaitu kombinasi dari penggunaan
bambu, batu kali, dan batu kapur.
METODE PENELITIAN

Pemilihan pelapisan dapat dilihat pada


diagram alir (Gambar 1). Setelah pemilihan
lapisan dilakukan, maka tahap berikutnya
adalah menentukan bentuk dan ukuran agregat dan tingkat penyemprotan. Ukuran agregat berbeda-beda sesuai dengan tipe pelapisan yang dipilih dan kekerasan permukaan
jalan. Gambar 2 menunjukkan ukuran yang di
rekomendasikan untuk pelapisan permukaan
tunggal, dan Gambar 3 menunjukkan ukuran
untuk racked in dan pelapisan permukaan
ganda.

Pramadhani
dkk,MetodeKonstruksi
}alan...

Vol.4 Oktober2011
ISSN:1858-2559

Proceeding
PESAT(Psikologi,
Ekonomi,
Sastra,Arsitektur& Sipil)
Universitas
Gunadarma
- Depok18- 19Oktober2011

KATEGORllAlU

UNTAS
A & 1'1
alau
LEBtH DARI 10.000 Mf\dll,h
atau
LALU LINTAS KATEGORI
C 48"
KE PERSIMPANGAN
ATAU PERSILANQAN

LAL,U L1NTAS
JALAN

TOTAL

--y:

Tidal<

'"

untuk ..mu.
mlllsa'."
KONOISIPERMUKAANv b.han
p*ftQlketnen
i' TICS."

V.

V. untuk ..tan Mtu


P.nanye.n
sa.ah
RADIUS TtKUNaAN 01 BAWAH 100 M

T_"

PELAPISAN
PERMUKAAN
OIPADATKAN
RACKED.IN
DENGAN
BAHAN PENGIKAT
OIMOOIFIKASI

Tid.k

RADIUS TIKUNaAN 01 BAWAH 2150 M

PElAPlBAN
PERMUKAAN
GANDA OENGAN
BAHAN
PENGlKAT
DIMOOIFlKASI

.....
LALULINT
AS TOTALlEBIHOARI5.000_
KEC:EPATAN

htu

PElAPlSAN
OESEKAN.TINGGI (HIGHFRICT/OM

-..
LALU LlNTAS
..-

LESIH OARI 100kmh

KEMIRINGAN LESIH BESAR OARIPADA 10%


pELAPISAN
PERMUKAAN
OANOA OI!lNOAN DN-1AN
PENGlKAT
TANPA
MOOIFIKASI

T}dak UftNk e.emua "'...I8ft

RACI<I!D-IN
SURFAce
DPI.SSINQ
DENaAN
BAHAN
PENOIKAT
TANPA
IMOOI..IKASI

k.."'"
5.""
M...'8'"

v.
Ttd....

K*nd/U'h K.nd

" total per "jut

he'"

Gambar I.
Diagram Alur

kondh~1 IIdak

4[]!) 14 mm

CO<:Ok

ukuran batu belah

.0 10 mm yang dlanjurkan
.6mm
~
penlngkatan
vOlume lalu IIntas
menlngkatkan
embedment
kategori lajur
lalu IInta.

(a)

ukuran batu belah yang dlanjurkan untuk


pe'apl_"
permukaa"
tungg..

Gambar 2.
Gradasi Agregat untuk Pelapisan Permukaan Tunggal

Pramadhani
dkk,MetodeKonstruksi
Jalan...

AT- 123

Vol.4 Oktober2011
ISSN:1858-2559

Proceeding
PESAT(Psikologi,
Ekonomi,Sastra,Arsitektur& Sipil)
Universitas
Gunadarma
- Depok18- 19Oktober2011

kondlal tldak cocok

<1!8. 14 mm
ukura... balu belan
dan 6 mm
yang dlanJurkan
cZ'O 10 mm
dan 6 mm
~
alstem rackad-ln tldak
~
erektlf dalsm blaya

laplaan bawah
lebin lunak
menlngkatkan
emoedment

yang

penlngkaten
volume lalu IIntea
menlngkatkan
embedment

.....

(b)

ukuran

batu belah yang dlanjurkan

,.pl..n

untuk pelaplsan

_rmuk..n

g.nda

rached-ln

den

Gambar 3.
Gradasi Agregat untuk Pelapisan Permukaan Ganda
Jalan desa adalah jalan yang dapat
dikategorikan sebagai jalan dengan fungsi 10kal di daerah pedesaan. Pembuatan jalan bam
dapat dilakukan dengan pertimbangan trase
jalan mudah untuk dibuat, pekerjaan tanahnya relatif eepat dan murah, tidak banyak bangunan tambahan Uembatan, gorong-gorong,
dll), pembebasan tanah tidak sulit, tidak akan
merusak lingkungan. Peningkatan jalan lama
dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
lokasi memungkinkan untuk pelebaran jalan,
geometri jalan hams disesuaikan dengan syarat teknis, tanjakan yang melewati batas hams
diubah sesuai syarat teknis dan sistem drainase dan pekerjaan tanah tidak akan merusak
lingkungan.
Pelaksanaan pembangunan prasarana
pedesaan mempertimbangkan asas pemilihan
teknologi seperti menggunakan tenaga kerja
setempat dengan jumlah yang banyak, mengutamakan penggunaan bahan setempat, membangun prasarana yang sederhana agar dapat
dikerjakan oleh masyarakat setempat tanpa
mendatangkan tenaga ahli atau peralatan dari
luar. Hal lainnya adalah membangun prasarana yang bermutu, sesuai dengan spesif1kasi
dan penjelasan pada petunjuk teknis dan
meneari harga yang relatif murah. Tujuannya
adalah agar dapat membangun prasarana
yang lebih banyak mengingat kebutuhan prasarana jauh di atas biaya yang tersedia.
Desain Utama
Peraneangan konstruksi jalan dilakukan
dengan penggunaan kombinasi anyaman

AT- 124

bambu dan batu kali sebagai lapis pondasi


(base coarse), batu kapur sebagai lapis
permukaan (surface coarse), serta tanah yang
dipadatkan sebagai lapis tanah dasar (subgrade). Ditinjau dari segi dimensi jalan akan
memiliki lebar sebesar 3 meter dan panjang
disesuaikan dengan kebutuhan. Jalan akan
memiliki ketebalan sebesar 20 em yang tersusun dari 10 em sebagai lapisan pondasi
(kombinasi anyaman bambu dan batu kali)
dan 10 em sebagai lapis permukaan batu kapur. Detail peraneangan dilakukan dalam
konstruksi jalan berupa (1) raneangan tanah
dasar (subgrade). Dalam meraneang tanah
dasar, tanah yang digunakan adalah tanah asli
yang ada di lokasi konstruksi, kemudian tanah tersebut dipadatkan dengan eara sederhana, supaya didapatkan elevasi tanah yang
relatif rata dan datar. (2) Raneangan lapis
pondasi (base coarse). Setelah tanah dasar
siap maka selanjutnya dapat dilakukan tahap
konstruksi lapis pondasi, yaitu menyiapkan
batang bambu yang digunakan sebagai anyaman, belah bambu tersebut menjadi empat bagian dan ratakan sehingga dihasilkan
bilahan-bilahan yang sarna panjang.
Untuk proses menganyam bambu langkah-langkahnya berupa (1) menyusun bilah
bambu seeara memanjang, dengan jarak 20
em dan untuk lebar jalan 3 meter dibutuhkan
15 bilah bambu; (2) bilah lain disusun di atas
bilah sebelurnnya seeara melintang dengan
jarak antar bilah juga 20 em, panjang jalannya 1 meter maka dibutuhkan bilah bambu
melintang sebanyak 5 batang dengan masing-

Pramadhani
dkk,MetodeKonstruksi
Jalan...

Vol.4 Oktober2011
ISSN:1858-2559

Proceeding
PESA
T (Psikologi,
Ekonomi,
Sastra,Arsitektur& Sipil)
Universitas
Gunadarma
- Depok18- 19Oktober2011

masing memiliki panjang 3 meter; (3) bilahbilah melintang disatukan dengan bilah-bilah
memanjang menggunakan paku ukuran 10
em sebanyak 75 buah sehingga membentuk
anyaman bambu dengan bentuk segi empat
berukuran :i:20x20 em; (4) anyaman bambu
diletakkan di atas tanah dasar pada lokasi
konstruksi jalan, pasak dipasang pada ujungujungnya, sehingga anyaman kokoh meneengkeram tanah; (5) untuk dinding penahan
jalan, disusun dengan menyatukan pasakpasak yang digunakan untuk menahan anyaman bambu dengan menggunakan bilahbilah bambu hingga ketebalan 20 em; (6)
sebar batu kali keseluruh konstruksi jalan,
dan padatkan sehingga batu kali mengisi
rongga anyaman hingga ketebalan anyaman
bambu ditambah batu kali meneapai 10 em.
Raneangan lapis (surface coarse) permukaan dimulai dengan lapis tanah dasar dan
lapis pondasi dilanjutkan dengan menyusun
lapis permukaan. Untuk menyusun lapis permukaan diperlukan bahan batu kapur, jika dinilai gradasi batu kapur kurang baik atau
berbulir terlalu besar maka perlu diperkeeil
dengan eara menghaneurkannya menggunakan palu dan batu kapur disusun hingga meneapai ketebalan 10 em.
Perencanaan Konstruksi jalan
Untuk membangun konstruksi jalan
dengan metode inovasi ini dibutuhkan material sebagai berikut:
Batu kapur = lebar jalan x panjang jalan x
teballapisan kapur
= 3 meter x 1 meter x 0,1 meter = 0,3 m3
Batu kali = lebar jalan x panjang jalan x
teballapisan batu kali
= 3 meter x 1 meter x 0,1 meter = 0,3 m3
Bambu = lebar jalan/20 em x panjang jalan
= 15 satuan x 1 meter = 15 meter
(memanjang)
= panjang jalan/20 em x lebar jalan
= 5 satuan x 3 meter = 15 meter
(melintang)
= 2 x panjangjalan x 5 bilah bambu
= 2 x 1 meter x 5 = 10 meter
(dinding penahan)
*) pasak bambu = 1 meter
5 bilah bambu = 20 em
Sehingga dapat diurutkan bahwa total
material yang dibutuhkan untuk asumsi panjang jalan per meter adalah:
Bambu = 41 meter/meter jalan

Pramadhani
dkk,MetodeKonstruksi
Ja/an...

Batu kali = 0,3 mete~/meter jalan


Batu kapur = 0,3 mete~/meterjalan
Paku = 75 buahlmeter jalan
Dengan menggunakan data biaya
material yang diperlukan, maka dapat dihitung jumlah biaya konstruksi jalan per meter
dengan rincian sebagai berikut:
Bambu = 41 meter x Rp 3.000,-/m
= RpI23.000,Batu kali = 0,3 metd x Rp 170.000,-/m
= Rp 51.000,Batu kapur = 0,3 mete~ x Rp 170.000,-/m
= Rp 51.000,Paku = 0,5 kg x Rp 12.000,-/m
= Rp 6.000,Jumlah total = Rp231.000,-/meter ja1an
Peraneangan konstruksi ini menggunakan kombinasi anyaman bambu dan batu
kali sebagai lapis pondasi pada jalan. Lapis
pondasi memberikan bantuan tegangan tarik
yang juga mempertinggi daya dukung jalan
terhadap beban lalu lintas. Dalam hal ini
bambu memiliki besar kekuatan tarik (tegangan

patah

untuk

tarik)

1000-4000

kg/em2 yang eukup untuk menambah daya


dukung. Selain itu anyaman bambu juga
membantu dalam meningkatkan fleksibilitas
tanah yang membuat konstruksi jalan lebih
awet. Penggunaan batu kali yang mengisi
rongga-rongga anyaman bambu, adalah sebagai material penahan gerak anyaman bambu
akibat beban lalu lintas. Dengan prinsip key
and lock, anyaman bambu dan batu kali
menambah stabilitas konstruksi jalan. Pada
konstruksi jalan yang tidak menggunakan
anyaman bambu, stabilisasi tanah akan berjalan dengan mengandalkan batu kali atau
agregat, jika agregat ini telah mengalami keausan maka jalan pun menjadi tidak stabil
dan akhirnya rusak.
Penggunaan batu kapur sebagai lapisan
permukaan diambil karena batu kapur relatif
stabil dan memiliki daya serap air eukup
besar, selain itu batu kapur apabila bereaksi
dengan mineral halus atau dengan komponen
pozzolan seperti silika hidrat (hydrous silica)
bereaksi, maka akan membentuk suatu gel
yang kuat dan keras yaitu kalsium silikat
yang mengikat butirbutir atau partikel tanah
(Diamond & Kinter,1965 dalam Ingles dan
Metcalf, 1972). Gel silika bereaksi dengan
segera melapisi dan mengikat, serta menutup
pori-pori tanah. Mekanisme reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

AT- 125

Vol.4 Oktober2011
ISSN:1858-2559

Proceeding
PESA
T (Psikologi,
Ekonomi,Sastra,Arsitektur& Sipil)
Universitas
Gunadarma
- Depok18- 19Oktober2011

Na20.Alz03.(Si02)4H20 + CaO.H20
-7 Na20.H20 + CaO.Alz03(Si02)4H20
Na20.H20 + CaO.Alz03(Si02)4H20
-7 Na20(Si02) + 2Si02H20 + CaO.Alz03
Reaksi pozzolanisasi menghasilkan
kristal Ca(Si03) yang bersifat mengikat.
Untuk mencapai kekuatan penuh, proses
pozzolanisasi dapat terjadi dalam beberapa
tahun. Reaksi pozzolanisasi tersebut sebagai
berikut (Wijaya, 1994 dalam Sujatmaka
1998):
Si02 + Ca(OH)2 + H20

-7 Ca(Si03)

+ 2H20.

Reaksi kapur inilah yang akan semakin memperkuat konstruksi jalan yang dibangun.
Perbandingan dalam segi harga, untuk
membangun kostruksi jalan dengan menggunakan cor beton dibutuhkan biaya sebesar
Rp 500.000,lmeter jalan sedangkan untuk
konstruksi jalan dengan menggunakan metode ini membutuhkan biaya sebesar Rp
231.000,-/meter jalan. Hal ini jelas lebih
hemat. Ditambah lagi metode inovasi ini mudah dalam pengerjaannya serta efisien dari
segi waktu. Selain itu jika bahan-bahan material yang dibutuhkan temyata terdapat di
sekitar lingkungan maka dapat dimanfaatkan
secara cuma-cuma sehingga dapat menekan
biaya konstruksi menjadi lebih kecil.
Dalam aplikasinya penggunaan konstruksi jalan dengan metode inovasi ini dapat
saja dikombinasikan bersama metode konstruksi jalan konvensional, Sehingga jika suatu daerah telah menerapkan konstruksi jalan
inovasi ini maka untuk meningkatkan kualitas
jalan dapat langsung di lapis dengan lapisan
perkerasan yang diinginkan tanpa perlu mengubah susunan jalan sebelumnya.

AT- 126

SIMPULAN

Konstruksi jalan dengan metode inovasi ini, terbagi dalam 3 bagian penting yaitu
lapis tanah dasar (subgrade) dengan bahan
tanah asli , lapis pondasi (base coarse)
dengan bahan anyaman bambu dan batu kali,
lapis permukaan (surface coarse) dengan bahan batu kapur.
Untuk material konstruksi jalan per
meter dibutuhkan panjang bambu sebesar 41
meter, batu kali sebanyak 0,3 m3, batu kapur
sebanyak 0,3 m3dan paku sebanyak 0,5 kg.
Anyaman bambu berfungsi sebagai penambah kuat tarik dan fleksibilitas tanah serta
sebagai faktor stabilisasi jalan, untuk memperpanjang umur jalan.
Batu kapur di gunakan sebagai pengganti bahan pengikat, penguat serta lapisan
permukaan agar rata dan nyaman dilewati
kendaraan.
Biaya yang dikeluarkan untuk proyek
ini dapat hemat biaya hingga lebih dari 50%
dibandingkan dengan pengecoran jalan, sehingga membantu masyarakat desa dari segi
ekonomi.
Konstruksi jalan dengan metode inovasi ini dapat ditingkatkan kualitasnya dengan mengaplikasikan lapisan perkerasan baru tanpa perlu merubah susunan awalnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ingles, O.G. dan Metcalf, J.B., 1992, "Soil


Stabilization Principles and Practice",
Butterworths Pty. Limited, Melbourne.
Sujatmaka, N., 1998, "Potensial Penambahan Abu Sekam Padi dan Kapur Sebagai Bahan Stabilisasi Tanah Lempung", Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik UGM, Jogjakarta.

Pramadhanidkk, Metode Konstruksi Ja/an...

Anda mungkin juga menyukai