PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bidang obstetri banyak berhubungan dengan masalah perdarahan.
Meskipun pelayanan rumah sakit dalam hal ketersediaan darah untuk transfusi
telah dapat menurunkan angka kematian maternal, kematian akibat perdarahan
masih merupakan penyebab utama dari kematian maternal.1
Perdarahan postpartum adalah kontributor yang signifikan untuk
morbiditas maternal berat dan cacat jangka panjang serta beberapa kondisi ibu
yang parah umumnya terkait dengan kehilangan darah lebih besar, termasuk
shock dan disfungsi organ. Perdarahan postpartum dapat diklasifikasikan sebagai
primer yang terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan atau sekunder yang
terjadi 24 jam sampai 12 minggu postpartum.2
Secara global insidens kematian maternal masih sangat tinggi, mencapai
800 jiwa per hari. Pada tahun 2010 silam, tercatat sekitar 287.000 kasus kematian
maternal, 99% (284.000) diantaranya terjadi di negara-negara berkembang
terutama kawasan Afrika sub-Sahara dan Asia Selatan. Tercatat dua negara
dengan insidens kematian maternal tertinggi masing-masing India 19% (56.000
kasus) dan Nigeria 14% (40.000 kasus). Tujuh negara berikutnya meliputi Kongo
(15.000 kasus), Pakistan (12.000 kasus), Sudan (10.000 kasus), Indonesia (9.600
kasus), Ethiopia (9.000 kasus), Tanzania (8.500 kasus) and Bangladesh (7.200
kasus).1,2
Kematian maternal adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau
dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari
tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan.
Sebab-sebab kematian ini dapat dibagi dalam 2 golongan, yakni yang langsung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan atau hilangnya darah
500 cc atau lebih yang terjadi setelah anak lahir. Perdarahan dapat terjadi
(1,2)
(3)
2.4 Etiologi
Banyak
faktor
potensial
yang
dapat
menyebabkan
hemorrhage
pembekuan darah.
1. Tonus
a. Atonia uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk berkontraksi
dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim.(3,4,5,6)
Perdarahan postpartum secara fisiologis di control oleh kontraksi seratserat myometrium terutama yang berada disekitar pembuluh darah
menyebabkan
kematian,
perdarahan
postpartum
terjadi
nekrosis
pada
hipofisis
pars
anterior
penurunan
fungsi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
2. Tissue (3)
a. Retensio plasenta
b. Sisa plasenta
c. Plasenta acreta dan variasinya
Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal itu
dinamakan retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena :
plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas akan
tetapi belum dilahirkan.(3)
Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan, tapi
apabila terlepas sebagian maka akan terjadi perdarahan yang merupakan
indikasi untuk mengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena: (4,5)
- kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta
plasenta adhesive.
-
Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vilis komalis
menembus desidva sampai miometrium sampai dibawah peritoneum
perdarahan postpartum.
Penemuan
Ultrasonografi
adanya
masa
uterus
yang
echogenic
mendukung diagnosa retensio sisa plasenta. Hal ini bisa digunakan jika
perdarahan beberapa jam setelah persalinan ataupun padapostpartum
Ruptur uterus
Inversi uterus
Perlukaan jalan lahir
Vaginal hematom
Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa
uteri, sehingga tundus uteri sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri.
Peristiwa ini terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar.
Inversio uteri dapat dibagi (6,7,9)
-
pada korpus uteri yang tidak berkontraksi baik dan tarikan pada tali pusat
dengan plasenta yang belum lepas dari dinding uterus.(3,6)
Pada penderita dengan syok perdarahan dan fundus uteri tidak
ditemukan pada tempat yang lazim pada kala III atau setelah persalinan
selesai. Pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor yang lunak diatas
servix uteri atau dalam vagina. Kelainan tersebut dapat menyebabkan
keadaan gawatdengan angka kematian tinggi ( 15 70 % ). Reposisi
secepat mungkin memberi harapan yang terbaik untuk keselamatan
penderita
kelainan
pembekuan
darah
bisa
berupa
penyakit
2.6 Diagnosis
Hemorraghe postpartum digunakan untuk persalinan dengan umur
kehamilan lebih dari 20 minggu, karena apabila umur kehamilan kurang dari
20 minggu disebut sebagai aborsi spontan.
(9)
perdarahan akan berhenti setelah plasenta lahir. Pada perdarahan yang terjadi
setelah plasenta lahir perlu dibedakan sebabnya antara atonia uteri, sisa
plasenta, atau trauma jalan lahir. Pada pemeriksaan obstretik kontraksi
uterus akan lembek dan membesar jika ada atonia uteri. Bila kontraksi uterus
baik dilakukan eksplorasi untuk mengetahui adanya sisa plasenta atau laserasi
jalan lahir.
Perdarahan akibat gangguan koagulasi baru dicurigai bila penyebab
yang lain dapat disingkirkan apalagi disertai riwayat hal yang sama pada
persalinan sebelumnya, tendensi perdarahan pada bekas jahitan, bekas
suntikan, atau timbul hematoma. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil
faal hemostasis abnormal. Waktu perdarahan dan waktu pembekuan
memanjang, trombositopenia, terjadi hipofibrinogenemia, dan terdeteksi
adanya FDP (Fibrin Degradation Product). Predisposisi terjadinya hal ini
adalah solusio plasenta, kematian janin dalam rahim, eklampsia, emboli cairan
ketuban, dan sepsis (3).
Berikut la
perdarahan
(4)
postpartum.
(9)
pada bayi yang baru lahir. Diperkirakan bahwa penjepitan tali pusat secara
dini mencegah 20% sampai 50% darah janin mengalir dari plasenta ke bayi
(jumlah darah yang mengalir juga dipengaruhi oleh gaya berat dan letak bayi
apakah dipegang di atas atau di bawah plasenta setelah persalinan).
Berkurangnya aliran darah mengakibatkan tingkat hematokrit dan
hemoglobin yang lebih rendah pada bayi baru lahir, dan dapat mempunyai
pengaruh anemia zat besi pada pertumbuhan bayi. Satu studi menemukan
bahwa menunggu untuk menjepit tali pusat sampai ia berhenti berdenyut
mengurangi separuh dari tingkat anemia bayi pada usia dua bulan. Beberapa
studi telah membuktikan potensi meningkatnya gawat nafas neonatal akibat
penjepitan tali pusat secara dini. Pemberian obat oxytocin tanpa segera
menjepti tali pusat secara potensial dapat mengakibatkan kelebihan transfuse
pada bayi, tetapi isu ini belum cukup dipelajari. Satu kemungkinan manfaat
bagi bayi pada penjepitan dini adalah potensi berkurangnya penularan
penyakit dari darah pada kelahiran seperti HIV.8
2. Penegangan tali pusat terkendali.
Penegangan tali pusat terkendali mencakup menarik tali pusat ke
bawah dengan sangat hati-hati begitu rahim telah berkontraksi, sambil secara
bersamaan memberikan tekanan ke atas pada rahim dengan mendorong perut
sedikit di atas tulang pinggang. Praktek ini membantu dalam pemisahan
plasenta dari rahim dan pelepasannya. Dengan melakukan hanya selama
kontraksi rahim, maka mendorong tali pusat secara hati-hati ini membantu
plasenta untuk keluar. Tegangan pada tali pusat harus dihentikan segelah 30
atau 40 detik bila plasenta tidak turun, tetapi tegangan dapat diusahakan lagi
pada kontraksi rahim yang berikut.8
fundus
uteri
dan
lakukan
massase
kompresi
bimanual
eksterna
sambil
melakukan
tahap
Langkah
injeksi
karena
hanya
akan
menyebabkan
vagina.
Pemasangan drainase apabila perlu. Apabila setelah pembedahan
ditemukan uterus intact dan tidak ada perlukaan ataupun rupture lakukan
kompresi bimanual disertai pemberian uterotonica.
2) Ligasi arteri
a) Ligasi uteri uterine
Prosedur sederhana dan efektif menghentikan perdarahan yang berasal
dari uterus karena uteri ini mensuplai 90% darah yang mengalir ke
uterus. Tidak ada gangguan aliran menstruasi dan kesuburan.
b) Ligasi arteri ovarii
Mudah dilakukan tapi kurang sebanding dengan hasil yang diberikan
c) Ligasi arteri iliaca interna
Histerektomi
Merupakan tindakan curative dalam menghentikan perdarahan yang
berasal dari uterus. Total histerektomi dianggap lebih baik dalam kasus ini
walaupun subtotal histerektomi lebih mudah dilakukan, hal ini disebabkan
subtotal histerektomi tidak begitu efektif menghentikan perdarahan apabila
berasal dari segmen bawah rahim, servix, fornix vagina.
2.8 Pencegahan
Pencegahan merupakan tindakan terbaik, dan identifikasi berbagai faktor
resiko merupakan salah satu langkah mengantisipasi perdarahan postpartum.
Stratifikasi kehamilan berdasarkan resiko memudahkan penataan strategi pelayanan
kesehatan terhadap ibu hamil sesuai jenjang fasilitas rujukan. Berbagai hal dapat
dilakukan dalam rangka mengantisipasi hal tersebut, antara lain:
1. Mengoptimalkan kondisi ibu sebelum hamil dan sebelum bersalin, misalnya
mengatasi anemia, mengobati penyakit kronis, memperbaiki keadaan umum
dan lain-lain.
2. Mengidentifikasi faktor resiko perdarahan postpartum baik antepartum
maupun intrapartum, sehingga kehamilan beresiko tinggi segera dapat
ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih di tempat rujukan dengan fasilitas
3.
memadai.
Membekali diri dengan penguasaan langkah-langkah pertolongan pertama
perdarahan postpartum, dan mengadakan rujukan sebagaimana mestinya.(3,8)
Saat persalinan berlangsung, berbagai riset membuktikan manajemen aktif
kala tiga berhasil menurunkan insidens perdarahan postpartum. Manajemen aktif kala
tiga mencakup: pemberian uterotonika dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir,
penegangan tali pusat terkendali disertai penekanan uterus ke arah dorsokranial
(manuver Brandt-Andrew), dan masase uterus melalui dinding abdomen pasca
kelahiran plasenta. Kombinasi ketiga tindakan tersebut bertujuan menghasilkan
kontraksi uterus yang baik sehingga mempersingkat waktu dan mengurangi
perdarahan pada kala tiga persalinan dibanding manajemen pasif (fisiologis),
termasuk mengurangi permintaan transfusi, dan menurunkan angka kematian
maternal.
Tertinggalnya sisa plasenta dan bekuan darah dalam kavum uteri dapat
dicegah dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta dan segera
mengevakuasinya secara manual bila ditemukan (3,10)
derajat tiga atau empat, meningkatkan jumlah darah yang hilang dan resiko hematom
(12,13)
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama Pasien
: Ny K
Usia
: 32 tahun
Alamat
27
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
MRS
: 10-11-2016
Jam MRS
: 00.30 WIB
No. Registrasi
: 789705
Suami:
Nama suami
: Tn M
Usia
: 36 tahun
Pekerjaan
: Swasta
Pendidikan terkahir
: SMA
Alamat
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
3.2 ANAMNESIS
3.2.1 Keluhan Utama:
Bayi tidak lahir-lahir
3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan bayi tidak lahir lahir sejak 3 jam
sebelum dibawa ke vk rsu haji surabaya yaitu pukul 22.00. saat itu
pasien sudah dikatakan bahwa pembukaan sudah lengkap, oleh bidan
pasien sudah dipimpin persalianan sejak 3 jam yang lalu tetapi bayi
masih belum lahir. Pasien sudah mendapatkan infus D5% saat dibidan.
28
Hamil ini
HPHT
: 09 02 2016
TP
: 10 - 11 - 2016
UK
: 39-40 minggu
Menarche
: 13 tahun, teratur
Siklus mens
: 28 hari
Lama
: 7 hari
Dismenorhe
Menikah 1 kali.
29
Kesadaran
GCS
Keadaan umum
TB
BB
BMI
Status Gizi
Vital Sign :
TD
: 110/80 mmHg
Nadi
: 80x/menit
RR
: 20x/menit
: 36,6C (axilla)
: Compos mentis
: 456
: Cukup
: 160 cm
: 56 kg
: 21,87 kg/m2
: Normal
Pemeriksaan :
-
Kepala-leher :
Normocephal
Mata
Thoraks :
Pulmo:
30
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Perkusi:
Auskultasi:
Vesikular
Vesikular
Vesikular
Vesikular
Vesikular
Vesikular
Cor:
Inspeksi
Palpasi
31
Abdomen :
Inspeksi : membuncit, perut tampak gravida.
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : pekak hepar (+)
Auskultasi: bising usus (+) normal
Inspeksi
Genitalia:
: fluxus (+), pembesaran kelenjar Bartholin (-),
Ekstremitas :
Akral hangat
Pitting edema
Sianosis
IV : Divergen
Vaginal touche:
-
Pembukaan
: 10 cm
Effacement
: 100 %
Presentasi
: Kepala
Denominator
: UUK
Hodge
: III
Selaput ketuban
:-
3.4 RESUME
Ny K/ 32 tahun
Bayi belum lahir sejak 3 jam setelah pembukaan lengkap
Ketuban sudah pecah sejak pukul 18.15. WIB.
His 10.2-3x.40 menit
Pasien sudah mendapat infus D5%
Riwayat Obstetri : Hamil ini
Riwayat Menstruasi
HPHT
: 09 02 2016
TP
: 10 - 11 2016
UK
: 39-40 minggu
Status obstetri:
Abdomen:
-Pemeriksaan Leopold :
I
33
Vaginal touche:
-
Pembukaan
: 10 cm
Effacement
: 100 %
Presentasi
: Kepala
Denominator
: UUK
Hodge
: III
Selaput ketuban
:-
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal
11.11.2016
Pukul
00.30 WIB
Monitoring
S: Pasien merasa kenceng-kenceng semakin
meningkat
O: KU : baik, TD = 120/70, nadi = 88x/mnt,
RR = 20x/mnt, t = 36,7C
His 10.4.50 kuat.
VT: 10 cm/Eff 100% /Kep/UUK/Ket (-)/H
III
A: G1 P000 UK 39-40 minggu / T /H/ IU /
Letak
membujur
/presentasi
kepala
35
11/11/2016
11/11/2016
00.45 WIB
01.30 WIB
S : (-)
O :
Partus spt.B / perempuan / Berat 2900 gr /
Panjang 49 cm / Apgar Score : 7-8
A : P1001 Post partum pervaginam
P:
Manajemen Aktif kala III
S : pasien merasa lemas
O : Plasenta baru terlahir lengkap, perdarahan
pervaginam 600cc.
Episiotomy (+) perineoraphy
TD: 100/80
RR: 20
HR: 84 x/mnt
Temp: 36,7C
02.00 WIB
diagnosis : DL
S : pasien merasa lemas,
O : KU : ibu tampak lemah
TD: 110/80
RR: 20
HR: 78 x/mnt
Temp: 36,5C
Pemerikssan Fisik :
Payudara:
simetris,
puting
susu
36
wh -/
Vagina :
Fluksus masih keluar dari jalan lahir ibu, tetapi
sudah berkurang.
jahitan episiotomy tidak ada yang terlepas
A : P1001 Post partum pervaginam + retensio
plasenta + Perdarahan Post Partum
P : infus RL 3 flash grojok
Oksitosin drip 2 ampul dalam 500cc RL 20
11/11/2016
03.00 WIB
tpm
S : pasien merasa perut bagian bawah nyeri
O : KU : ibu tampak lemah
TD: 110/80
RR: 20
HR: 84 x/mnt
Temp: 36,5C
Pemerikssan Fisik :
Payudara:
simetris,
puting
susu
wh -/
Vagina :
Fluksus masih keluar dari jalan lahir ibu, tetapi
hanya sedikit
Jahitan episiotomy tidak ada yang terlepas
A : P1001 Post partum pervaginam + retensio
plasenta + Perdarahan Post Partum
P : infus RL 14 tpm.
Asam traneksamat 3 x 500 mg.
Asam Mefenamat 3x500 mg.
Hasil lab
Hb: 11.4 g/dL
Leukosit: 10.600 mm3
HCT 32 %
Trombosit 509.000 mm3
38
11/11/2016
04.00 WIB
HR: 80 x/mnt
Temp: 36,2C
Pemerikssan Fisik :
Payudara:
simetris,
puting
susu
Vagina :
Fluksus masih keluar tetapi hanya sedikit
jahitan episiotomy tidak ada yang terlepas
A : P1001 Post partum pervaginam + retensio
plasenta + Perdarahan Post Partum
P : infus RL 14 tpm.
Asam traneksamat 3 x 500 mg.
Asam Mefenamat 3x500 mg.
39
11/11/2016
05. 00
HR: 80x/mnt
Temp: 36,3C
Pemerikssan Fisik :
Payudara:
simetris,
puting
susu
Vagina :
Fluksus (+)
jahitan episiotomy tidak ada yang terlepas
A : P1001 Post partum pervaginam + retensio
plasenta + Perdarahan Post Partum
P : infus RL 14 tpm.
Asam traneksamat 3 x 500 mg.
Asam Mefenamat 3x500 mg.
Pasien dipindah ke ruang nifas.
40
12/11/2016
08.00
S : (-)
Pasien dua kali ganti pembalut sejak tadi
malam sampai pagi ini dan pembalut penuh
O : KU : baik
TD: 120/80
HR: 80x/mnt
RR: 20
Temp: 36,3C
Pemerikssan Fisik :
Payudara:
simetris,
puting
susu
Vagina :
Fluksus (+)
,jahitan episiotomy tampak baik dan tidak ada
yang terlepas
A : P1001 Post partum pervaginam + retensio
plasenta + Perdarahan Post Partum
P : infus RL 14 tpm.
41
13/11/2016
09.00
S : (-)
Pasien mengaku ganti pembalut sekali sejak
O : KU : baik
TD: 120/70
HR: 85 x/mnt
RR: 20
Temp: 36,3C
Pemerikssan Fisik :
Payudara:
simetris,
puting
susu
Vagina :
jahitan episiotomy tampak baik dan tidak ada
42
yang terlepas
A : P1001 Post partum pervaginam + retensio
plasenta + Perdarahan Post Partum
P : infus RL 14 tpm.
Asam traneksamat 3 x 500 mg.
Pasien rencana KRS.
43
DAFTAR PUSTAKA
44
10. Abdul Bari Saifuddin, dkk. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal Ed. 1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2002.
11. John RS. Management of Third Stage of Labor. Medscape Reference.
12. Prendiville WJ, et al. Review : Active versus expectant management in the
third stage of labour. The Cochrane Library, Issue 2. Oxford, UK: Update
Software, 2002.
13. Schuurmans N, et al. SOGC Clinical Practice Guidline. Prevention and
Management of Postpartum Hemorrhage. J Soc Obstet Gynaecol Can
2000;22(4):271-81.
45