Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengkajian keperawatan merupakan suatu tahap penting dari proses pemberian asuhan
keperawatan yang sesuai bagi kebutuhan individu. Oleh karena itu pengkajian yang
akuat, lengkap sesuai kenyataan, dan kebenaran data sangat penting untuk langkah
selanjutnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai respon individu. Untuk
menolong pasien dengan masalah pernafasan kompleks, pengetahuan tentang pernafasan
normal dan daya regang paru dibutuhkan. Kerja pernafasan didefenisikan sebagai jumlah
gaya yang dibut-uhkan untuk mengatasi sifat-sifat elastis dan resistif paru daya regang
paru mengaju pada elastisitas atau daya ekspansi paru menyebabkan penurunan daya
regang paru.( Terry,2013:26).
Perkembangan masalah jantung pada individu sangat traumatis dan memicu
kecemas-an. Kecakapan seseorang perawat dibutuhkan dalam pengkajian mental,
emosional, dan fisik pada individuyang menderita masalah kardiovaskular. Kecakapan
dalam teknik dan keterampilan pengkajian akan membantu dalam perawatan pasien,
stabilisasi kondisi pasien, dan mencegah masalah kardiovaskular yang lebih berat.
( Terry,2013:106).
Sangat mudah sekali perawat melewati adanya perubahan paling kecil dalam status
neurologis pasien. Perubahan paling kecilpunbisa menjadi pertanda awal bahwa kondisi
pasien sedang menurun dan bisa memburuk dengan cepat. Oleh karena itu, sangatlah
penting pengkajian klinis yang menyeluruh dan harus dilakukan terutama pada pasien
dengan permasalahan neurologis. (Terry,2013:261).
Sistem endokrin terdiri dari berbagai organ yang berfungsi untuk menjaga hemostatis
dalam tubuh dengan melepaskan hormon-hormon penting di dalam aliran darah. Proses
untuk mempertahankan sekeimbangan hormonal adalah proses yang sulit dan rumit.
Suatu keseimbangan hormon dapat memicu banyak masalah kesehatan yang berbahaya.
Hormon cenderung di keluarkan saat level sirkulasi hormon rendah, dikenal sebagi
umpan balik positif. ( Terry,2013:360).
Penurunan fungsi ginjal dapat mempengaruhi seluruh fungsi tubuh, sehingga
pengkajian riwayat penyakit dan fisik pasien penting dalam menentukan keberadaan,
tingkatan, dan komplikasi gagal ginjal. Pengkajian yang tepat harus dilakukan dari
inspirasi dan auskultasi kemudian perkusi dan dilanjutkan palpasi. ( Terry,2013:417).
Observasi dan perawatan pasien dengan gangguan hematologi meliputi pencarian tanda
dan gejala perdarahan, infeksi anemia. (Terry,2013:471).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana pengkajian dan proses keperawatan kegawatdaruratan ?
1.2.2
Bagaimana pengkajian pernafasan kegawatdaruratan ?
1.2.3
Bagaimana pengkajian kardiovaskuler kegawatdaruratan ?
1.2.4
Bagaimana pengkajian gastrointestinal kegawatdaruratan ?
1

1.2.5
1.2.6
1.2.7
1.2.8
1.3 Tujuan
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
1.3.7
1.3.8

Bagaimana pengkajian ginjal kegawatdaruratan ?


Bagaimana pengkajian muskuloskeletal dan neurologi kegawatdaruratan ?
Bagaimana pengkajian endokrin kegawatdaruratan ?
Bagaimana pengkajian hematologik dan imunologik kegawatdaruratan ?
Mengetahui pengkajian dan proses keperawatan kegawatdaruratan
Mengetahui pengkajian pernafasan kegawatdaruratan
Mengetahui pengkajian kardiovaskuler kegawatdaruratan
Mengetahui pengkajian gastrointestinal kegawatdaruratan
Mengetahui pengkajian ginjal kegawatdaruratan
Mengetahui pengkajian muskuloskeletal dan neurologi kegawatdaruratan
Mengetahui pengkajian endokrin kegawatdaruratan
Mengetahui pengkajian hematologik dan imunologik kegawatdaruratan

1.4 Manfaat
Agar mahasiswa mengetahui pengkajian pada sistem kegawatdaruratan

BAB 2

PENGKAJIAN KEGAWATDARURATAN
2.1 Pengkajian Dan Proses Keperawatan Kegawatdaruratan
2.1.1.
Primary Survey
Tujuan dari Primary survey adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki dengan
segera masalah yang mengancam kehidupan. Prioritas yang dilakukan pada primary survey
antara lain:

Airway maintenance

Breathing

Circulation

Disability

Exposure dengan kontrol lingkungan

(Fulde, 2009 : 211)


Sangat penting untuk ditekankan pada waktu melakukan primary survey bahwa setiap
langkah harus dilakukan dalam urutan yang benar dan langkah berikutnya hanya dilakukan
jika langkah sebelumnya telah sepenuhnya dinilai dan berhasil. Setiap anggota tim dapat
melaksanakan tugas sesuai urutan sebagai sebuah tim dan anggota yang telah dialokasikan
peran tertentu seperti airway, circulation, dll, sehingga akan sepenuhnya menyadari
mengenai pembagian waktu dalam keterlibatan mereka (American College of Surgeons,
1997). Primary survey perlu terus dilakukan berulang-ulang pada seluruh tahapan awal
manajemen. Kunci untuk perawatan trauma yang baik adalah penilaian yang terarah,
kemudian diikuti oleh pemberian intervensi yang tepat dan sesuai serta pengkajian ulang
melalui pendekatan AIR (assessment, intervention, reassessment).
Primary survey dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain General Impressions

Memeriksa kondisi yang mengancam nyawa secara umum.

Menentukan keluhan utama atau mekanisme cedera

Menentukan status mental dan orientasi (waktu, tempat, orang)

(Gilbert., DSouza., & Pletz, 2009)


2.1.1.1. Pengkajian Airway
Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa responsivitas pasien
dengan mengajak pasien berbicara untuk memastikan ada atau tidaknya sumbatan jalan
nafas. Seorang pasien yang dapat berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien terbuka
.Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan bantuan airway dan ventilasi. Tulang
3

belakang leher harus dilindungi selama intubasi endotrakeal jika dicurigai terjadi cedera
pada kepala, leher atau dada. Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan oleh obstruksi
lidah pada kondisi pasien tidak sadar (Wilkinson & Skinner, 2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara lain :

Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau bernafas
dengan bebas

Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:


Adanya snoring atau gurgling
Stridor atau suara napas tidak normal
Agitasi (hipoksia)
Penggunaan otot bantu pernafasan / paradoxical chest movements
Sianosis

Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas dan potensial
penyebab obstruksi :
Muntahan
Perdarahan
Gigi lepas atau hilang
Gigi palsu
Trauma wajah

Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien terbuka.

Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang berisiko
untuk mengalami cedera tulang belakang.

Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai indikasi
Chin lift/jaw thrust
Lakukan suction (jika tersedia)
Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway, Laryngeal Mask Airway
Lakukan intubasi

(Wilkinson & Skinner, 2000)

2.1.1.2.

Pengkajian Breathing (pernafasan )


4

Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan jalan nafas dan
keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan pada pasien tidak memadai, maka
langkah-langkah yang harus dipertimbangkan adalah: dekompresi dan drainase tension
pneumothorax/haemothorax, closure of open chest injury dan ventilasi buatan
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara lain :

Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien.
Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda
sebagai berikut : cyanosis, penetrating injury, flail chest, sucking chest
wounds, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga, subcutaneous
emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis haemothorax dan pneumotoraks.
Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.

Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu.

Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut mengenai karakter
dan kualitas pernafasan pasien.

Penilaian kembali status mental pasien.

Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukan

Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau oksigenasi:
Pemberian terapi oksigen
Bag-Valve Masker
Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan yang benar),
jika diindikasikan
Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airway procedures

Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan berikan terapi
sesuai kebutuhan.

(Wilkinson & Skinner, 2000).


2.1.1.3. Pengkajian Circulation
Shock didefinisikan sebagai tidak adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan.
Hipovolemia adalah penyebab syok paling umum pada trauma. Diagnosis shock
didasarkan pada temuan klinis: hipotensi, takikardia, takipnea, hipotermia, pucat,
ekstremitas dingin, penurunan capillary refill, dan penurunan produksi urin. Oleh karena
itu, dengan adanya tanda-tanda hipotensi merupakan salah satu alasan yang cukup aman
5

untuk mengasumsikan telah terjadi perdarahan dan langsung mengarahkan tim untuk
melakukan upaya menghentikan pendarahan. Penyebab lain yang mungkin membutuhkan
perhatian segera adalah: tension pneumothorax, cardiac tamponade, cardiac, spinal
shock dan anaphylaxis. Semua perdarahan eksternal yang nyata harus diidentifikasi
melalui paparan pada pasien secara memadai dan dikelola dengan baik Langkah-langkah
dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien, antara lain :

Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.

CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan.

Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan pemberian penekanan


secara langsung.

Palpasi nadi radial jika diperlukan:


Menentukan ada atau tidaknya
Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)

Regularity

Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia (capillary
refill).

Lakukan treatment terhadap hipoperfusi


(Wilkinson & Skinner, 2000).

2.1.1.4. Pengkajian Disabilities


Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala AVPU :
A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi perintah yang
diberikan
V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak bisa
dimengerti
P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika ekstremitas
awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon)
U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri
maupun stimulus verbal.
(Wilkinson & Skinner, 2000
2.1.1.5. Pengkajian Expose,Examine dan Evaluate
Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada pasien. Jika pasien diduga
memiliki cedera leher atau tulang belakang, imobilisasi in-line penting untuk dilakukan.
6

Lakukan log roll ketika melakukan pemeriksaan pada punggung pasien. Yang perlu
diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada pasien adalah mengekspos pasien hanya
selama pemeriksaan eksternal. Setelah semua pemeriksaan telah selesai dilakukan, tutup
pasien dengan selimut hangat dan jaga privasi pasien, kecuali jika diperlukan pemeriksaan
ulang (Thygerson, 2011).
Dalam situasi yang diduga telah terjadi mekanisme trauma yang mengancam jiwa,
maka Rapid Trauma Assessment harus segera dilakukan:
Lakukan pemeriksaan kepala, leher, dan ekstremitas pada pasien
Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam nyawa pasien luka
dan mulai melakukan transportasi pada pasien yang berpotensi tidak stabil atau
kritis.
(Gilbert., DSouza., & Pletz, 2009)
2.1.2.

Secondary Assessment
Survey sekunder merupakan

pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan

secara head to toe, dari depan hingga belakang. Secondary survey hanya dilakukan
setelah kondisi pasien mulai stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tandatanda syok telah mulai membaik. (Gilbert., DSouza., & Pletz, 2009)
2.1.2.1.

Anamnesis

Pemeriksaan data subyektif didapatkan dari anamnesis riwayat pasien yang


merupakan bagian penting dari pengkajian pasien. Riwayat pasien meliputi keluhan
utama, riwayat masalah kesehatan sekarang, riwayat medis, riwayat keluarga, sosial,
dan sistem. (Emergency Nursing Association, 2007). Pengkajian riwayat pasien secara
optimal harus diperoleh langsung dari pasien, jika berkaitan dengan bahasa, budaya,
usia, dan cacat atau kondisi pasien yang terganggu, konsultasikan dengan anggota
keluarga, orang terdekat, atau orang yang pertama kali melihat kejadian. Anamnesis
yang dilakukan harus lengkap karena akan memberikan gambaran mengenai cedera
yang mungkin diderita. Beberapa contoh:
a. Tabrakan frontal seorang pengemudi mobil tanpa sabuk pengaman: cedera wajah,
maksilo-fasial, servikal. Toraks, abdomen dan tungkai bawah.
b. Jatuh dari pohon setinggi 6 meter perdarahan intra-kranial, fraktur servikal atau
vertebra lain, fraktur ekstremitas.
c. Terbakar dalam ruangan tertutup: cedera inhalasi, keracunan CO.

Anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat dari pasien dan
keluarga (Emergency Nursing Association, 2007):
A : Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester, makanan)
M : Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti sedang menjalani
pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, dosis, atau penyalahgunaan obat
P : Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti penyakit yang pernah
diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-obatan herbal)
L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi berapa
jam sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi termasuk dalam
komponen ini)
E : Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian yang
menyebabkan adanya keluhan utama)
Setelah dilakukan anamnesis, maka langkah berikutnya adalah pemeriksaan
tanda-tanda vital. Tanda tanda vital meliputi suhu, nadi, frekuensi nafas, saturasi
oksigen, tekanan darah, berat badan, dan skala nyeri.
2.2 Pengkajian Pernafasan
2.2.1
Keluhan utama
Keluhan pada pasien dengan penyakit pernafasan biasanya meliputi: nyeri dada,
dispnea, batuk, sputum atau hemoptisis.
a. Nyeri dada : Serangan dan lamanya ,Konstan, Hilang timbul
Lokasi dan penyebaran, Karakter dan beratnya, Rasa di pukul,
Tertembak, Tajam
Faktor yang meringankan : Obat-obatan, Aktivitas
Kejadian yang berhubungan : Trauma, Makanan
Tanda dan gejala yang menyertai : Batuk, Hemoptisis, Dispnea ,
Mual,muntah, Diaforesis, Takikardi, Demam
b. Dispnea : Serangan dan lamanya, Tiba-tiba atau tersembunyi, Akut atau
kronik, Konstan atau hilang timbul
Faktor yang meringankan dan memperburuk : Posisi tubuh, Aktivitas,
Obat-obatan
Tanda dan gejala yang menyertai :Batuk, mengi, nyeri dada, diaforesis
c. Batuk : Serangan dan lamanya, Perubahan sekarang atau frekuensi atau
kehebatan
Karakter : Akut dan keterbatasan diri, kronik dan menetap, kering,
parah, menyalak, atau menjengkelkan.
Faktor yang meringankan : Obat-obatan
Faktor yang memperburuk : Merokok, terpajan zat kimia.
Tanda dan gejala menyertai : Sputum, nyeri dada, dispnea
d. Sputum : Serangan dan lamanya, volume, waktu perhari
8

karakter: warna, bau, konsistensi, Ada tidaknya darah


Faktor yang meringgankan dan memperburuk : Obat-obatan

e. Hemoptisis : Serangan dan lamanya, Frekuensi dan jumlahnya


Karakter : Darah nyata, Bercampur sedikit darah, Garis-garis darah,
Hematest
Perbedaaan dan hematemesis : Hemoptisis (pengeluaran darah atau
sputum bercampur darah): alkalin, berbusa dan di sertai dengan
sputum. Hematemesis(muntah darah): asam, darah gelap dan mungkin
berisi partikel makanan
Pemeriksaan nasofaring sebagai sumber kemungkinan
( Talbot,2001 : 19).
2.2.2

Riwayat Medis

Penyakit pernafasan, operasi atau perawatan di rumah sakit sebelumnya: Asma,


Pneunomia, Tuberkulosis, Penyakit jamur, Alergi, Trauma
( Talbot,2001 : 20).
2.2.3
Riwayat Keluarga
Kanker paru-paru, Emfisema, Asma, Tuberkulosis, Alergi.
( Talbot,2001 : 20).
2.2.4
Riwayat Sosial
Kebiasaan merokok(masa lalu dan saat)
( Talbot,2001 : 20).
2.2.5
Riwayat Pekerjaan atau Lingkungan
Terpajan kimia iritan dan Debu, asap, asbes, rokok.
( Talbot,2001 :20-22).
2.2.6

Pemeriksaan Fisik

Riwayat dan wawancara

Menentukan keluhan utama pasien. Contoh :


hemoptisis, dispnea, atau nyeri dada.
Temukan unsur-unsur yang berhubungan dengan
masalah pasien yang muncul saat ini, seperti
intensitas, lamanya gejala, dan faktor-faktor
penyebab.
Amati petunjuk untuk status kesehatan dan emosi
pasien selama wawancara. Contoh : menangis,
9

Inspeksi

Palpasi

marah, atau mengelak dengan spontan.


Tanyakan riwayat keluarga dan sosial seperti
kondisi pekerjaan diet, pengobatan, penggunaan
obat terlarang, pemakaian alkohol dan rokok, serta
riwayat medis/bedah sebelumnya.
Amati kondisi kesehatan secara umum dan pola
gangguan pernafasan pasien.
Nutrisi yang tidak adekuat dan penampilan fisik
seperti atrofi otot, kifosis, barrel chest) juga harus
diperhatikan.
Inspeksi pasien dari depan dan belakang untuk
mengamati adanya kesulitan nafas atau
penggunaan otot bantu nafas yang jelas terlihat
Perhatikan bunyi bantu nafas, seharusnya normal
dan teratur, dengan 12-20 nafas per menit.
Faktor-faktor yang bisa menggabarkan kesulitan
bernafas meliputi :
a. Ortopnea atau membungkuk ke depan untuk
bernafas.
b. Ekspansi paru asimetris karena paru yang
kolaps, cairan atau masa yang padat.
c. Bibir
mengerucut
bersamaan
dengan
meningkatnya usaha pernafasan. Ini sering
berhubungan dengan penyakit paru-paru
obstruktif kronis.
d. Hidung mengembang (nasal flaring) atau
engap-mengap untuk peningkatan kerja
pernafasan karena alveoli yang ditekan
(terkompromi)
e. Periksa tanda-tanda sianosis pada daerah
vaskuler yang tinggi seperti bibir, kuku, ujung
telinga dan sisibawah lidah.
f. Periksa jari-jari untuk melihat tanda-tanda
Clubbing ini sering berhubungan dengan
penyakit paru fibrosis yang kronis, fibrosis
kristik, dan penyakit jantung kongenital
dengan sianosis.
Pemeriksa mengevaluasi kesimetrisan dinding
dada dengan meletakan permukaan telapak tangan
bersamaan pada masing-masing sisi dinding dada.
Dinding dada harus terasa stabil dan tidak
menunjukan tanda-tanda pergerakan yang tidak
biasa saat respirasi, tidak ada nyeri tekan
(tenderness) dan tidaka ada masa.
Permukaan kulit harus terasa hangat serta halus
10

Perkusi

Auskultasi

dan memiliki turgor elastis.


Fremitus taktil atau fremitus vokal merupaka
vibrasi dinding dada yang terjadi selama vokalisasi
dan kedua-duanya harus sama. Perawat secara
simultan harus menpalpasi kedua sisi dindidng
dada sementara si pasien berkata, satu,dua,tiga
atau 9,9,9 atau how, now, brown, dan cow.
Krepitus atau emfisema subkutan menimbulkan
dentur (crackling) dibawah jari ketika menyentuh
jari atau leher.
Periksalah bahwa trakea berada di atas lekuk dada
( sternal notch) trakea bisa mengalami deviasi
kekanan atau ke kiri pada tension pneumotoraks.
Proses pengkajian ini menimbulkan gelombang
suara yang membantu untuk menbedakan apakah
struktur pernafasan terisi cairan, atau terisi udara.
Ada dua macam perkusi: langsung menggunakan
kepalan tangan, dan tidak langsung, dengan
menggunakan tangan dan jari. Perkusi tidak
langsung adalah teknik yang lebih banyak dipilih
untuk memeriksa dinding dada. Bagaimanapun,
perkusi langsung menggunakan kepalan tangan
mungkin dipakai untuk mengevaluasi pasien yang
berotot besar atau obesitas.
Suara paru selama perkusi harus bergetar secara
resonan.
Hiperresonansi
mengindikasikan
inflamasi akibat emfisema, pneumotoraks atau
asma.
Suara yang meredam (dullness) atau suara datar
diatas area paru menunjukan atelektasis, efusi
pleura, atau konsolidasi paru.
Bunyi paru-paru yang tidak diharapkan yang
terdengar pada auskultasi dianggap abnormal atau
terdapat diluar tempat normal (adventitious).
Bunyi nafas dapat berkurang atau tidak ada sama
sekali jika cairan atau nana (pus) telah menumpuk
dalam ruang pleura, yang kemudian mengurangi
aliran udara kedalam paru-paru.

(Terry,2013:32-33)
Pola Nafas
Pola Pernafasan
- Eupnea

Deskripsi
Keterangan
Dewasa muda: 10-16 Wanita
mempunyai
kali/menit; usia lanjut18 fekuensi pernafasan agak
11

kali/menit; irama halus lebih tinggi daripada pria.


dan ekspirasi lebih lama
daripada inspirasi.
-

Takipnea

Pernafasan
superfisial, Penyakit
cepat; irama teratur atau paru;pleuris
tidak teratur.

Barandipnea

Frekuensi
pernafasan
lambat;
lebih
dalam
daripada pernapasan biasa,
irama teratur.

Apnea

Penghentian nafas

keterbatasan

Saat tidur, minum alkohol,


narkotik
opiat,
peningkatan
tekanan
intrakranial.

Terlihat
pada
priode
pernafasan atau henti
nafas.
-

Hipespnea

Peningkatan
kedalaman
pemapasan normal untuk Kerja, ansietas, hipoksia.
peningkatan frekuensi da
irama yang teratur.

Cheyne-stokes

Pernafasan
periodik
sehubungan
dengan
periode apnea, bergantian
secara teratur dengan
rentetan siklus pernafasan
secara bertahap menigkat,
kemudian menurun pada
frekuensi
dan
kedalamannya.

Normal selama siklus tidur


pada
usia
lanjut,
peningkatan
tekanan
intrakranial, gagal jantung
kiri.

Pernafasan
ataxik Periode apnea bergantian
secara tidak teratur dengan Meningitis,
(pernafasan Biots)
rentetan
pernafasan posterior.
dangkal pada kedalam
yang sama.

Pernapasan
Kussmauls

Apneusis

lesi

fossa

Pernapasan
mendesah
teratur dalam dengan Asidosis
metabolik,
peningkatan
pada umumnya terlihat pada
frekuensi pernapasan.
asidosis diabetik uremia.
Fase inspirasi

terengah12

engah, panajng diikuti Cedera pada mekanisme


dengan fase ekspirasi tak pernapasan.
adekuat, pendek.
-

Obstruksi
pernapasan

Fase ekspirasis tak efektif,


panjang dengan pesan- Penyakit paru obstruksi
pesan
dangkal,
peningkatan pernapasan

(Terry,2013:34)
Tonus Perkusi
Tonus Perkusi
- Timpani

Hiperresonansi

Resonansi

Pekak

Bunyi datar

karakteristik
Intensitas
keras,
bunyi nada tinggi,
lamanya
sedang
setara dengan bunyi
dram

Lokasi
Lambung,
abdomen, distensi
dengan udara

Intensitas
sangat
keras, bunyi dengan
nada yang sangat
rendah,
lamanya
sangat
singkat
setara dengan bunyi
dentuman.

Bunyi abnormal
terdengar
pada
empisema, asma,
pnemotorak.

Intensitas sedang, Bunyi paru normal


bunyi nada rendah,
lamanya
panjang
setara dengan gaung
Intensitas lembut, Konsolidasi paru,
bunti nada tinggi, hati
lamanya sedang.
Intensitas
halus, Paha, sternum.
bunyi nada tinggi,
lamanya singkat

(Talbot,2001 :42)
Auskultasi

13

Untuk memaksimalkan auskultasi, anjurkan pasien bernafas melalui mulut dari pada
hidung. Kamar harus setenag mungkun. Perat mulai mengauskultasi aspek anterior, posterior
dan lateral dari dada dengan menggunakan diafragma dari stetoskop.
Pasien dengan selang endotrakeal harus dilakukan auskultasi saat menggunakan ventilator.
Jika bunyi yang menyimpang dicurigai berasal dari ventilator, gunakan kantong amb untuk
memperoleh gambaran yang lebih jelas
(Talbot,2001 :43)
Bunyi Nafas Normal
Bunyi nafas
-

Bronkial

Bronkovesikular

Lokasi

Deskripsi

Rasio
inspirasi
terhadap ekspirasi.
Dari
kartilago Keras, bunyi nada Inspirasi
lebih
kriskoid
laring tinggi dengan gaung pendek dari ekspirasi
sampai
tonjolan atau kualitas tubular
dengan penghentian
suprasternal.
diantaranya;
Rasio
inspirasi-ekspirasi
1:2.
Dada anterior : area
interkostal
pertama,kedua dan
ketiga
pada
perbatasan sternal

Bunyi sedang dengan


nada
sedang,
mempunyai kualitas
sedang

Inspirasi
dan
ekspirasi
setara,
dengan
tak
menghentikan
diantaranya;rasio
inspirasi-ekspirasi
1:1

Diatas area paru-paru Bunyi nada rendah,


perifer
halus; inspirasi lebih
keras dan lebih tinggi
dari
ekspirasi;
keduannya
mempunyai kualitas
desiran atau desau

Inspirasi
lebih
panjang
dari
ekspirasi, tak ada
penghentian
diantaranya;
rasio
inspirasi-ekspirasi
5:2

Dada posterior :
Antara skapula pada
setinggi T5 pada area
interkostal ke 5 dan
ke 6.
-

Vesikular

(Terry,2013:34)
2.3 Pengkajian Kardiovaskuler
2.3.1
Keluhan utama :
a. Nyeri dada
Serangan dan lamanya
14

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Lokasi dan penyebarannya : Substernal, menyebar ke lengan kiri , leher


atau rahang
Karakter dan beratnya : Menghimpit , Berat, Seperti terbakar , sakit,
tegang, tekanan , tajam
Faktor yang meringankan : Istirahat , nitrogliserin
Faktor yang memperberat : Posisi tubuh ,makanan ,pernafasan , latihan,
perubahan suhu
Kejadian yang terkait : stress, makanan , aktivitas fisik
tanda dan gejala yang menyertai : dyspnea, sianosis, ortopnea, dyspnea
dnokturnal parksimal, batuk , palpitasi , kulit dingin dan lembab , mual dan
muntah , berkeringat, pucat, kelelahan , demam, pingsan , edema,
claudication
Dyspnea
Sianosis
Kelelahan
Palpitasi
Perubahan perifer
Kram atau nyeri pada kaki
Edema
Perubahan suhu
Atropi atau ulkus pada kulit

(Talbot , 2001 : 95)


2.3.2
a.
b.
c.
d.
e.

Riwayat Medikal :
Penyakit jantung, oprasi atau perawatan di rumah sakit sebelumnya :
Hipertensi
Penyakit arteri coroner
Hiperliproteinemia
Diabetes mellitus

(Talbot , 2001 : 95)


2.3.3

Alergi :

obat-obatan ( nitrogliserin,digitoksin)
(Talbot , 2001 : 95)
2.3.4
a.
b.
c.
d.

Riwayat Keluarga :
penyakit kardiovaskuler
diabetes miletus
hipertensi
hiperlipoproteinemia

(Talbot , 2001 : 95)


2.3.5
Riwayat sosial :
a. kebiasaan merokok (masa lalu atau saat ini )
b. konsumsi alcohol
15

c. kebiasaan rekreasi, olahraga


d. tipe kepribadian
e. pola makan
(Talbot , 2001 : 95)
2.3.6

Riwayat Lingkungan dan Pekerjaan :

Bahaya dari lingkungan , contoh :bahan kimia , panas, debu tuntutan pekerjaan,
contoh :stress tinggi
(Talbot , 2001 : 95)
2.3.7

Pemeriksaan Fisik :
Pengkajian

Inspeksi
Periksa warna kulit pada
tubuh , anggota tubuh dan
membrane mukosa

Inspeksi mata terhadap


palpebrarum xantoma
(bintik kekuningan , lunak
atau plaque pada kelopak
mata )
Tentukan tekanan vena
sentral (VCP) dengan
mengukur tinggi antara
sudut sternum dan tempat
pulpasi yang tertinggi
Evaluasi kuku jari :
Warna
Sudut pada dasar kuku

Hasil Pada Orang Dewasa


Dari gelap sampai
coklat terang atau
pink keputihan ,
harus sama pada
semua bagian tubuh

Keterangan

Kelopak mata tidak ada


lesi atau plque

Sianosis sentral
dapat ditunjukan
sebagai
penampilan bibir,
mulut , atau
konjungtiva biru,
sianosis perifer
dapat
dimanifestasikan
sebagai bibir, daun
telinga dan dasar
kuku biru
Diagnose
hyperlipidemia

Tinggi diatas 1 sampai 2


cm sudut sternal adalah
hasil normal

Lebih besar dari 2 cm


dapat mengindikasikan
gagal jantung kanan

Kuku pink dengan sudut


dasar kuku kurang lebih
160 derajat

Kuku tabuh terjadi pada


penyakit jantung
kongenital, penampilan
seperti perdarahan
tertekan di bawah dasar
kuku adalah tanda
endocarditis bacterial
16

Inspeksi adanya edema :


Scapula
Abdomen
Sacrum
Pergelangan kaki
Kaki
Palpasi :
Palpasi keseluruhan dada
terhadap :
Impuls apical
Getaran
Data angkat atau gelombang
Palpasi nadi ; bandingkan
satu sisi dengan yang
lainnya , perhatikan pulpasi
tiap area ini :
Carotid
Brakialis
Radialis
Femoralis
Popliteal
Tibialis posterior
Dorsalis pedis
Auskultasi
Penggunaan bel stetoskop ,
auskultasi bunyi jantung

Mungkin di sini tak


ada edema

Edema dihubungkan
dengan gagal jantung
kanan dan penyakit
jantung

Impuls apical dapat


dipalpasi pada AIK kelima
garis midklavikular
dengan diameter 1-2 cm ,
kekuatan impuls sama
dengan nadi brakial
Amplitude +2 secara
bilateral pada semua
tempat adalah tepat,
penggunaan skala sebagai
berikut :
0= tidak ada
+1= menurun, lemah, halus
+2= normal
+3= penuh, melincat

Dengan murmur
jantung, nyeri tekan
dapat mengindikasikan
fraktur iga

Bunyi dihasilakan harus


lembut dan teratur

Auskultasi lima 5 daerah


jantung dengan
menggunakan difragma,
evaluasi bunyi jantung S1
dan S2
Auskultasi dengan
menggunakan bel,
dengarkan untuk :
Bunyi jantung S3,
posisi pasien di kiri
dan dengarkan di
atas area miral

S1 terdengar paling keras


pada daerah mitral dan
tricuspid , S2 terdengar
paling keras pada daerah
aortic dan pulmonal
S3 normal pada anak-anak
dan dewasa muda

Bunyi desiran
dihubungkan dengan
aliran turbulen darah,
sering disebabkan oleh
murmur
Bunyi S1 bertepatan
dengan denyutan arteri
carotid

Buat grafik hasil dalam


bentuk fraksi dengan
pembilang sebagai hasil
dan penyebut sebagai
skala yang digunakan ,
contoh +2/+3 akan
menjadi hasil normal
dari skala +3

S1 (galop ventricular )
abnormal pada usia ebih
dari 30 tahun ,
kemungkinan penyebab
adalah gagal ventricular
atau insufisiensi mitral,
S4 (gallop arterial )
berhubungan dengan
hipertropi ventrikuler
kiri, hipertensi ,
penyakit arteri coroner
17

atau stenosis aortic

Bunyi ejeksi (klik)


psda sisi kiri pasien ,
diatas area aorta dan
plumonal
Friksi gesekan di
atas AIK keempat
dan kelima pada
batas sternal

Evaluasi adanya mur-mur :


Waktu (yang terjadi
dalam siklus
jantung )
Intensitas (lihat skala
angka )kulaitas
Nada
Lokasi
Kualitas
Penyebaran

Prolap katup mitral dan


stenosis aorta dapat
memberikan
peningkatan bunyi
ejeksi
Friksi gesekan
berhubungan dengan
inflamasi pericardium ,
untuk membedakan
antara friksi gesekan
dan gesekan pleural ,
anjurkan pasien untuk
menahan nafas
Trubulensi abnormal
menimbulkan mur-mur,
seperti pada stenosis
aorta , atau stenosis
pulmonalis , insufisiensi
mitral, disfungsi
valularis atau kelainan
septum artrial

(Talbot , 2001 : 97-102)


2.3.8

Pemeriksaan Diagnostik :

Pengkajian
Katetrisasi jantung /
arteriografi koroner

Ekokardiogram

Elektrokardiogram (EKG)

Makna Diagnostik
Digunakan untuk
mengidentifikasaikan penyakit
katup , mengevaluasi suatu
infark miokardial dan
membvisualisasikan struktur
anatomis jantung
Mengevaluasi struktur internal
jantung , fungsi katup,
gerakkan jantung dan adanya
cairan pericardial
Mengevaluasi aktifitas listrik
miokardial dan konduksi nya

Keterangan
Suatu prosedur invasive ,
mungkin digunakan untuk
memudahkan invus agen
fibrinolitik

Prosedur non invasive yang


digunakan untuk
mendiagnosa penyakit katup ,
tumor jantung , thrombus
mural dan kardiomiopati
Suatu prosedur non-invasif
yang digunakan untuk
18

melalui jaringan jantung

Ventrikulografi

Tes Radiologi
Radiografi dada

Mengevaluasi gerakan dinding


ventrikuler dan katup mitral ,
menentukan fungsi ventrikuler
kanan dan kiri dan
mengidentifikasikan
aneurisma ventrikuler
Mengevaluasi ukuran
dan posisi jantung ,
adanya klasifikasi , efusi
pleura, atau kongesti
paru-paru

mendiagnosa infrak
miokardial akut , seperti
halnya pada aritmia jantung
dan kerusakan konduksi lain
Gerakan dinding ventrikuler
kiri divideotapekan setelah zat
kontras di injeksikan

Pemeriksaan non-invasif
, ukuran jantung
seharusnya <50% dari
dimensi internal torak

Scanning nuclear jantung


Digunakan untuk
mengevaluasi perfusi
miokardial dan fungsi
ventrikuler

Penggunaan komponen
radioaktif akan
menentukan titik
panas dan dingin
digunakan untuk
mengesampingkan
anfark miokardial

(Talbot , 2001 : 105-107)


2.4 Pengkajian Gastrointestinal
2.4.1 Keluhan Utama :
a. Nyeri abdomen
Serangan dan lamanya
Lokasi dan penyebaran : retrosternal
Karakter dan beratnya
Faktor penghilang dan pemberat : menelan
Kejadian yang berhubungan :
Siklus menstruasi, Konsumsi makanan atau alcohol, obat-obatan (contoh :
aspirin atau steroid ), stess,
Tanda dan gejala yang menyertai :mual dan muntah
b. Disfagia
c. Perubahan Nafsu Makan
Anoreksia , polifagia , penurunan atau peningkatan berat badan
d. Mual, muntah atau refleuks makan
Karakter emesis
Faktor penghilang atau memperberat :Makan, aktivitas, waktu per hari,
obat-obatan , stress
19

e. Perubahan kebiasaan buang air besar (BAB) :


Feses : warna , bau, bentuk, konsistensi , frekuensi, jumlah
Diare atau Konsistensi
Karakter dari feses
Faktor penghilang atau memperberat
Tanda dan gejala yang menyertai
f. Perdarahan :
Serangan , lamanya, dan jumalah
Hematemesis
Muntahan merah terang
Muntahan seperti kopi
Feses
Melena (feses hitam atau seperti air )
Feses merah darah
Feses warna normal dengan uji guaiac positif
(Talbot , 2001 : 160-161)
2.4.2 Riwayat Medik :
penyakit abdomen , operasi atau perawatan di rumah sakit sebelumnya,colitis ulserasi
,penykit ulkus peptikum, hepatitis, sirosis, pankreatitis , hemoroid, alergi pada
makanan atau obat-obatan
(Talbot , 2001 : 161)
2.4.3 Pengkajian Fisik :
Pengkajian
inspeksi
secara beriurutan , inspeksi
abdomen evaluasi kulit :
Warna

strie

jaringan Parut

Hasil pada orang dewasa

Keterangan/Variasi pada
Usia Lanjut

Warna kulit harus


konsistensi dengan
kulit sekitarnya

Pigmentasi tak
biasanya
kemungkinan adalah
jundis, kebiruan pada
umbilicus,
kemerahan, atau
warna panggul

kadang terjadi striae


pink atau warna biru,
pada saat berlanjtnya
warna menjadi putih
perak

Striae keunguunguan terlihat pada


sindrom cushings
Perhatikan
20

pada awalnya,jaringan
parut berwarna
merah, kemudian
berkembang menjadi
merah muda dan
kadang kadang
kembali ke warna kulit

lesi, kemerahan
permukaan kulit harus
halus

dari pandangan samping,


evaluasi garis bentuk
abdomen

Observasi lokasi dan garis


bentuk umbilicus

Scan untuk gerakan


abdomen

Auskultasi
Tempatkan diafragma
stetoskop dengan hati-hati
pada abdomen, gunakan

abdomen simetris
dengan variasi bentuk
datar, cekung, seperti
perahu, atau cembung

Umbilicus secara
sentral berada antara
prosesus xipoideus
dan simpisis pubis ,
umbilicus bervariasi
dalam bentuk dengan
inversi atau agak
menonjol adalah paing
umum
Gerakan pernafasan
abdomen umum pada
laki-laki dan anakanak, peristaltis
dapat terlihat pada
orang kurus

Bising usus terjadi


pada frekuensi 5

peningkatan
pembentukan keloid,
jaringan parut sering
memberikan
petunjuk pada
pemeriksa terhadap
kemungkinan adesi
intenal
Nodulus terlihat pada
tahap luas malignasi
Asimetri mungkin
terlihat pada adanya
massa, hernia, kista,
atau obstruksi usus,
distensi abdominal
dapat berasaldari
enam f : fat (gemuk),
fluid (cairan), feses
dan pertumbuhan
fatal
Umbilicus terbalik
keluar mengindikasi
hernia atau
peningkatan
tekanan
intraabdomen

Pada peritonitis ,
keterbatasan
gerakan pernafasan
abdominal terlihat,
obstruksi usus dapat
diduga usus dapat
diduga bila peristaltic
kuat terlibat

Peningkatan bising
21

tekanan ringan, perhatikan


frekuensi, nada dan
intensitas bising usus yang
dihasilkan

sampai 35 kali/meni,
merupakan bunyi
dengan nada tinggi
dengan bervariasi

Auskultasi dengan bel


stetoskop untuk bunyi
vaskuler

Bunyi vascular tidak


terdengar

Perkusi
Gunakan pendekatan
sistematik, perkusi
keempat kuadran abdomen

Tingkatkan ke garis
midaksila kiri, perkusi
kebawah torak

Timpani perkusi di
atas lambung dan
intestinal , pekak
diperkusi di atas hati ,
limpa dan ginjal

Perkusi paru-paru
secara resonan, pada
iga keenam atau
kesembilan sampai
kesebelas , kepekaan
splenik akan
terperkusi

Gerakkan kegaris
midklavikula kanan, perkusi Rentang antara batas
kebawah dari resonasi
midklavikula hati atas
paru-paru sampai kepekaan dan bawah 6-12 cm

usus terdengar pada


obstruksi intestinal
dini, gastroenteritis
dengan diare, atau
obstruksi pilorik dini,
tidak ada bising
usus terjadi pada
peritonitis , ileus
paralitik,
ketidakseimbangan
elektrolit berat, atau
uremia
Desiran abdominal
dapat
menindikasikan
aneurisma aortic
atau stenosis arteri
ginjal (saat
auskultasi di atas
arteri ginjal ) adanya
friksi peritoneal
diduga inflamasi
peritoneal

Udara bebas dalam


abdomen akan di
perkusi sebagai
timpani, pekak juga
akan diperkusi atas
massa dan kandung
kemih yang distensi

Suara pekak meluas


melebihi batas
menunjukan adanya
pembesaran limpa

Rentang yang lebih


22

hati terdengar, kemudian


perkusi ke atas abdomen
sampai kepekaan hati
terdengar
Perkusi ke garis
midklavikula kanan, perkusi
ke bawah dari resonansi
paru-paru sampai
kepekaan hati terdengar,
kemudian perkusi ke atas
abdomen sampai kepekaan
hati terdengar
Perkusi di atas sangkar iga
anterior kiri dan daerah
epigastrik kiri terhadap
gelembung udara lambung
Palpasi
Gunakan palpasi ringan,
rasakan adanya spasme
otot, area yang nyeri tekan,
massa dan krepitasi
subkutan
Palpasi dalam sekarang
digunakan untuk meraba
massa dan organ abdomen

besar diduga
hepatomegaly ,
ukuran hati menurun
pada usia lanjut
Rentang antara batas
midklavikula hati atas
dan bawah 6-12 cm

Lambung akan
menghasilkan bunyi
timpani nada tinggi

Abdomen lunak,
dengan massa tak
terraba atau area
nyeri tekan

Dengan palpasi
dalam, taka da massa
atau nyeri tekanan
terpalpasi, batas akhir
hati halus dan tak
nyeri tekanan,
kandung empedu tak
dapat di palpasi, limpa
tak dapat di palpasi

Rentang yang lebih


besar di duga
hepatomegaly,
ukuran hati menurun
pada usia lanjut

Timpani gaster akan


berubah sedikit
sesuai isi gaster
dan bila makan
terakhir di makan
Area nyeri tekan dan
spasme otot diduga
penyakit pada
jaringan dibawahnya
Jika didaerah nyeri
tekan ditemukan .
nyeri lepas harus
ditest, tanda positif
menunjukan iritasi
atau inflamasi
peritoneal , organ
yang membesar ,
nyeri tekan
mengindikasikan
penyakit

(Talbot , 2001 : 162-166)


2.4.4 pemeriksaan Diagnostik :
Pengkajian
Kolangiografi
Kolangiogram intravena

Hasil pada Orang Dewasa


Duktus biliar paten , tak
ada batu atau struktur

Keterangan
Memungkinkan visualisasi
duktus biliar
23

:evaluasi tomografis dan


radiografis pada kandung
kemih stelah infus
intravena media kontras
raiopague
Computed tomografi (CT
Scanning )
Suatu tes radiologik noninvasif yang menghasilkan
gambaran komparisasi tiga
dimensi
(Talbot , 2001 : 163-172)
2.5 Pengkajian Ginjal
2.5.1 Keluhan Utama :
a. Nyeri
Serangan dan lamanya : Selama BAK (buang air kecil), Stelah BAK

Lokasi dan penyebaran : Nyeri panggul , nyeri abdomen , suprapubik,


disuria(nyeri atau kesulitan BAK) :
ketidakmampuan memulai BAK (hesitancy), mengedan
karakter dan beratnya :rasa terbakar , sakit
faktor yang meringankan : perubahan posisi
faktor yang memperburuk :obat-batan
tanda dan gejala yang menyertai : demam, menggigil, berkeringat ,
perubahan kulit (contoh kemerahan, pruritus, bekuan uremik, kering ),
anoreksia, mual dan muntah, diare, perubahan dalam mental
urin : volume, poliuria (keluaran rata-rata 1200-1500ml/24 jam ), oliguria
(100-600 ml/24 jam ), anuria (0-100 ml/24 jam ),
pola urinaria : frekuensi , nokturia, mendesak (urgensi ), inkontinensia ,
perubahan warna urin

(Talbot , 2001 : 192-193)


2.5.2 Riwayat Medik :
Penyakit ginjal, oprasi atau perawatan di rumah sakit sebelumnya , Penyakit ginjal,
batu ginjal, transplatasi ginjal, infeksi saluran urinaria (jumlah dan pengobatan ),
hipertensi, masalah kardiovaskuler, diabetes militus, infeksi streptokokus saat ini ,
Obat-obatan (obat nefrotoksisk atau opiat yang dapat menyebabkan disuria)
(Talbot , 2001 : 194)
2.5.3 Riwayat Keluarga :
diabetes militus, gout, penyakit ginjal polikistik , penyakit kardiovaskuler, hipertensi,
kalinan bawaan
24

(Talbot , 2001 : 194)


2.5.4 Riwayat sosial :
Pola diet, gangguan tidur, perubahan aktivitas hidup sehari-hari,
(Talbot , 2001 : 194)
2.5.5 Pengkajian Fisik :
Pengkajian
Inspeksi
Inspeksi kulit terhadap
perubahan warna , tekstur,
luka memar atau kristal
urat

Evaluasi abdomen bagian


atas dan panggul ,
perhatikan terhadap
simetri, garis bentuk,
massa dan pembesaran

Palpasi
Palpasi ginjal dengan
meninggikan panggul
dengana satu tangan dan
palpasi dalam di atas
dinding abdomen
Palpasi kandung kemih

Perkusi
Gunakan perkusi kepalan
tangan di atas sudut
konstovertebral untuk
mengevaluasi nyeri tekan
ginjal
Auskultasi

Hasil Pada Orang Dewasa

Keterangan

Kulit berwarna coklat


atau merah muda
keputihan
(tergantung pada
suku), tekstur kulit
halus

Perhatikan warna
kulit pucat atau
kelabu kekuningan ,
perhatikan kulit
kering bersisik ,
rambut kering rapuh ,
dan bekuan uremik,
yang menindikasikan
penyakit ginjal

Abdomen adalah
simetri dengan
variasi bentuk
abdomen

Pembesaran
abdomen harus
dibedakan dari
obesitas , pada
obesitas, abdomen
secara keseluruhan
mengubur umbilikus
dalam lipatan dan
pasien menolak
pengengatan

Ginjal kiri tidak


teraba , kutub
bagian bawah dari
ginjal kanan
kadang-kadang
teraba

Kendung kemih tidak


teraba

Seharusnya tidak

Pembesaran ginjal
dapat
mengindikasikan
suatu tumor ,
hidronefrosis, atau
penyakit ginjal
polikistik

Kandung kemih berisi


lebih dari 150 ml
urin akan dapat
25

Gunakan bel stetoskop ,


auskultasi adanya
desiran

menghasilkan nyeri
tekan

diraba
Nyeri tekan diduga
inflamasi akut

Bunyi vaskuler tidak


terdengar
desiran terdengar
hanya di atas
umbilikus dan kekiri
untuk menduga
stenosis arteri ginjal
(Talbot , 2001 : 195)
2.5.6 Pemeriksaan Diagnostik :
a. EKG/ECG (elektrokardiogram) : menunjukan respon jantung terhadap
ketidakseimbangan elektrolit akibat digambarkan dengan perubahan gelombang
EKG dan ada tidaknya gangguan irama
b. KUB (rontgen ginjal, ureter, dan kandung kemih ) : menunjukan posisi ginjal dan ada
tidaknya kalkuli ranalis atau tumor . pemeriksaan ini tidak menggunakan kontras
c. Biopsi Ginjal : sejumlah kecil sampe ginjal yang di ambil untuk melihat tipe seluler
(tumor) , kerusakan (pielonefritis), atau penolakkan (transplatasi ginjal ), perawat
harus selalu mengukur tanda-tanda vital secara teratur serta memonitor ada tidaknya
perdarahan dan infeksi pada area biopsi
d. Angiografi ginjal : pemeriksaan ini menggunakan kontras yang diinjeksikan melalui
percabangan arteri renalis untuk memvisualisasikan struktur ginjal melalui
fluroskopi. Angiografi ginjal menunjukan ada tidaknya abnormalitas aliran darah dan
stenosis arteri renalis , kista atau tumor , cedera renal, dan abses atau inflamasi.
Stenosis arteri renalis dapat menyebabkan gagal ginjal dan hipertensi, yang dapat
menyebabkan gagal jantung ,
(Terry 2013 : 424-425)
2.6 Pengkajian Muskuloskeletal dan Neurologi
2.6.1
Keluhan Utama
a Nyeri : Serangan dan lamanya, Lokasi dan penyebaran, Sakit kepala, Punggung,
Ekstremitas bagian bawah, Otot, Sendi
Karakter dan beratnya : Berdenyut, Ketat, Tumpul , Tusukan
Factor yang meringankan dan memperberat : Istirahat atau latihan, Obatobatan
Tanda dan gejala yang menyertai : Kelemahan dan kebas , Mual dan
muntah, Gangguan proses mental, Tremor atau kekakuan otot
b Penurunan Motorik : Serangan dan lamanya, Lokasi

26

Deskripsi : Kelemahan (bilateral dan unilateral), Kebas, Paralisis, Disfagia,


Paresthesis, Tremor
Gangguan Sensori : Gangguan penglihatan, Tinitus, Vertigo, Hilang
keseimbangan, Perubahan status mental, Hilang memori, Jangka pendek atau
jangka panjang, Perubahan kepribadian, Depresi, Ansietas, Gangguan tingkat
kesadaran, Pingsan,Perubahan bicara
Kejang : Serangan dan lamanya
Karakter atau deskripsi : Gejala aura atau pra kejang, Tingkat kesadaran,
Gerakkan, spasme, tremor atau fasikulasi, Pengalaman sensori, Amnesia
Kejadian yang berhubungan : Stress, Aktivitas, Kelelahan, Konsumsi
alcohol
, Waktu per hari
Tanda dan gejala yang menyertai : Inkontinensia urin atau BAB

(Tablot, 2001 : 221)


2.6.2
Riwayat Medik
Penyakit neurologi atau muscular, operasi atau perawatan di rumah sakit dahulu :
Sakit kepala migraine, Meningitis, Kejang, Diabetes mellitus, Gangguan psikologis,
Gagal ginjal, Trauma: cedera persalinan atau kepala, Hilang kesadaran, Infeksi sinus
saat ini, Hipertensi, Penyakit tiroid serta obat obatan.
(Tablot, 2001 : 223)
2.6.3
Riwayat Keluarga : Chorea huntingtons, Penyakit Parkinson, Epilepsy, Sakit
kepala migraine, Diabetes mellitus, Hipertensi, Penyakit kardiovaskuler
(Tablot, 2001 : 223)
2.6.4
Riwayat Sosial : Penggunaan alcohol (dahulu dan sekarang), Penyalahgunaan
obat, Stress saat ini, Perubahan dalam aktivitas hidup sehari hari (tidur rutin,
pekerjaan
(Tablot, 2001 : 223)
2.6.5
Riwayat Lingkungan atau Pekerjaan
Terpajan substansi toksik (contoh : timah, insektisida, radiasi)
Riwayat mengadakan perjalanan
(Tablot, 2001 : 223)
2.6.6

Pemeriksaan Fisik

Pengkajian
Fungsi Serebral
Nilai status mental dalam
hubungannya dengan
1 Orang
2 Tempat

Hasil normal orang


dewasa

Keterangan/variasi pada
usia lanjut

Berorientasi pada
orang, tempat, dan
waktu.

Waspadai terhadap
respon tidak tepat,
kekacauan mental,
dan perubahan pada
27

3 Waktu
Kaji kemampuan kognitif
1 Memori saat ini
2 Memori yang lalu
3 Alasan abstrak

Stabilitas emosi
1 Afek dan mood
2 Proses pikir dan
ekspresi ide
Saraf Kranial
S. Kranial I : olfaktori
Tutup satu lubang hidung,
minta pasien mencium bau
yang dikenal.
S. Kranial II : optik
Lapang pandangan dapat
dikaji dengan menutup satu
mata, melihat ke depan, dan
mengidentifikasi pada saat
jari pemeriksa didekatkan
dalam jarak penglihatan
perifier pasien.
Mengkaji dengan kartu
Snellen atau kartu
Rosenbaun

S. kranial III : okulomotor


S. Kranial IV : troklear
S. Kranial VI : abdusen
Meliputi :
1. Enam batas pokok
dari pandangan
2. Ukuran dan bentuk
pupil
3. Respon pupil
langsung
4. Akomodasi
5. Pembukaan kelopak

Mampu mengingat
kejadian saat ini,
mengingat kejadian
yang lalu tanpa
kesulitan, data
diyakinkan oleh
keluarga.
Pikiran teroganisir
dengan baik,
bentuk ekspresi
tepat selama
bicara.

Mampu
menentukan bau
pada masing
masing lubang
hidung.
Lapang pandang
penuh

tingkat kesadaran
(letragi, stupor, atau
koma).
Waspadai kehilangan
memori dan
konfabulasi
sehubungan dengan
otak organik.

Pastikan ide, mood


berubah ubah,
kesulitan dalam
mengekspresikan ide,
ilusi, halusinasi atau
delusi.

Trauma, flu, atau


alergi dapat
mempengaruhi hasil.

Lesi pada kiasma


optik dapat
mengakibatkan
kehilangan
penglihatan pada
lapang pandang

Penglihatan 20/20
Ini adalah pengukuran
kasar ketajaman
penglihatan, bila
abnormal perlu
pemeriksaan lanjut.
Mampu untuk
bergerak mengikuti
enam batas pokok
pandangan, pupil

Peningkatan tekanan
intrakranial adalah
28

mata
S. Kranial V : trigeminal
Dengan mata tertutup,
dentuh dahi, rahang, pipi
secara bilateral dengan
kasa, selang penguji berisi
air hangat, peniti yang
tajam.
Dengan gigi mencengkram,
palpasi otot masseter dan
otot temporal.
S. kranial VII : saraf fasial
Bagian anterior lidah,
letakkan gula, cuka, garam
dan quinin pada waktu
yang bersamaan.
Evaluasi kekuatan dan
simetri dari otot fasialis
dengan meminta pasien
menaikkan alis mata,
mengerutkan dahi,
menggembungkan pipi,
tersenyum, menutup mata,
dan memperlihatkan gigi.
S.kranial VIII : Saraf
akustik.
Kaji pendengaran dengan
menggerakkan detik jam
pada jarang tertentu pada
masing masing telinga,
suara bisikkan juga dapat
digunakan
Melakukan tes Webber,
menggetarkan garpu tala
dan dilettakan secara ringan
di puncak kepala
Tes Rinne, menggetarkan

dilatasi untuk
melihat jauh dan
konstriksi untuk
melihat dekat,
mempunyai respon
langsung dan
umum.

penyebab umum
kehilangan fungsi,
penurunan kelopak
mata terlihat pada
sindrom Horners dan
miastenia gravis.

Lihat asimetri sensasi.


Sensai sama pada
seluruh area wajah.

Tonus otot utuh

Mampu
membedakan
manis, asam, asin,
dan pahit.

Perhatikan atrofi dan


penurunan tonus otot.

Bell palcy adalah


disfungsi paling
umum pada saraf
fasial.
Perhatikan spasme,
tremor, atau asimetri.

Gerakkan lembuut
dan simetri secara
bilateral.

Mampu untuk
mendengar jam
atau bisikan pada
jarang kurang lebih
sama pada setiap
telinga.

Bila ada riwayat


vertigo, gangguan
keseimbangan, atau
mual dan muntah,
cabang vestibular
mungkin disfungsi.
Gangguan saraf
koklear menyebabkan
penurunan
29

pendengaran

garpu tala dan meletakkan


secara ringan di prosesus
mastoideus, jika tidak
terdengar letakkan di depan
telinga.

Bunyi diterima
dengan sama pada
kedua telinga

S. kranial : glosofaring
S. kranial : vagus
Minta pasien mengatakan
ah
Tes reflek muntah dan
menelan

Konduksi udara
lebih besar
daripada konduksi
tulang (Rinne
positif).

S. Kranial XI : asesori
spinal
Palpasi otot trapezius minta
pasien meninggikan bahu
melawan tahanan.
Evaluasi otot
sternokleidomastoideus
dengan meminta pasien
memutar kepala melawan
tahanan
S. kranial XII : hipo glosal
Pasien menjulurkan lidah,
inspeksi terhadap atrofi,
fasikulasi, dan posisi

Uvula dan palatum


kecil akan mengecil
Reflek gag
terangsang,
kordinasi menenlan
haus
Ukuran kekuatan
otot trapezius
secara bilateral
sama dengan ke
depan
Memutar kepala
dengan tahanan

Kehilangan
pendengaran
konduktifdiduga pada
hasil rinne negatif.

Cedera batang otak


atau trauma dapat
menyebabkan
disfungsi

Trotikolis adalah
kondisi dimana kepala
ditinggikan ke satu
sisi karena kontraksi
otot
sternokleidomastoide
us

Kerusakan saaf perifer


Tonjolan pada lidah
unilateral terlihat
tengah, tak ada
pada deviasi sisi yang
faskulasi atau atrofi,
sakit.
otot bilateral kuat.
(Tablot, 2001 : 225)
2.6.7

Pemeriksaan Diagnostik

Pengkajian
Pemeriksaan
Radiografik
Radiografi spinal
servikal

Hasil

Keterangan

Posisi dan struktur


spinal servikal normal

Untuk
mengesampingkan
fraktur spinal servikal
30

Radiografi tengkorak

Angiografi serebral

Scan otak

CT Scan otak

Pemeriksaan Lab
Cairan serebrospinalis

Tengkorak utuh
dengan anatomi
normal

Pembuluh serebral
utuh dengan struktur
normal
Penyerapan
radionukleida sama
dalam otak

Ukuran bentuk dan


struktur otak normal

Warna jernih, tidak


berwarna
Darah : tidak ada
Sel sel: tidak ada sel
darah merah, limfosit
0-10 dan
monosit/mm3.
Seldarah putih/mm3
0-5
Protein : 15-50 mg/dl
Glukosa : 50-80mg/dl
Natrium : 141mEq/L
Kalium : 3,3 mEq/L
Klorida : 110-125
mEq/dl
pH : 7,35
Berat jenis : 1,007
LDH : 2,0-7,1 u/ml

dan kemungkinan
cedera spinal
Fraktur tengkorak
akan teridentifikasi,
tumor atau hipofisis
akan terlihat
Aneurisma serebral,
malformasi
arteriovena, atau
tumor
Hematoma, tumor,
infark akut, dan
perdarahan serebral
mungkin dinyatakan,
dan lokasi khusus,
ukuran, dan bentuk
akan diidentifikasi
Adanya aneurisma
serebral, perdarahan
intrakranial, dan
hematoma,
malformasi
erteriovena, infark,
atau pembesaran
ventrikel serta
perpindahan dapat
diperlihatkan.

Pemeriksaan cairan
membantu dalam
mendiagnosa infeksi
bakteri, atau virus,
penyakitdemieliminasi
, perdarahan
subarakhnoid, atau
intrakranial, dan
abses otak

31

VDRL : Negatif
Sitologi : Negatif sel
ganas
Usapan gram : tak
ada organisme
Kultur dan sensitivitas
: negatif terhadap
pertumbuhan
organisme
(Tablot, 2001 : 226)

2.7 Pengkajian Endokrin


2.7.1
Keluhan utama : Perubahan kepribadian dan status mental, Kekeringan kulit
dan rambut, Perubahan distribusi rambut, Perubahan berat badan dan nafsu makan,
Mual dan muntah, Polidipsia, Polifagia, Peningkatan atau penurunan keluaran urin,
Diare, Konstipasi, Menstruasi tidak teratur
(Tablot, 2001 : 265)
2.7.2
Riwayat Medik : Riwayat penyakit endokrin,operasi, atau perawatan dirumah
saki, Diebetes Mellitus, Diabetes insipidus, Goiter, Penurunan dan peningkatan berat
badan yang tak jelas, Stres fisik atau emosional
(Tablot, 2001 : 266)
2.7.3
Riwayat Keluarga : Obesitas, Diabetes mellitus, Diabetes insipidus, Penyakit
autoimun, Hipertensi/hipotensi, Gangguan tiroid, Pubertas terlambat/perkembangan
terlalu cepat
(Tablot, 2001 : 266)
2.7.4
Riwayat sosial : Stressor fisik atau emosional, Penyalahgunaan obat/alkohol,
Pola diet
(Tablot, 2001 : 266)
2.7.5
Riwayat Lingkungan dan Pekerjaan : Stresor yang berhubungan dengan
pekerjaan
Lingkungan lokal : kekurangan yodium dalam air atau makanan iradiasi
(Tablot, 2001 : 266)
2.7.6
Pengkajian
Inspeksi

Pemeriksaan Fisik
Hasil

Keterangan

32

Nilai penampilan secara


keseluruhan
Tinggi

Bagian kecil tubuh


secara umum harus
dengan lainnya dalam
hal ukuran, tinggi dan
berat badan uang
seharusnya
proporsional

Perhatikan perubahan
yang tidak jelas pada
tinggi atau berat
badan, akromegali,
gigantisme,
hipotiroidisme

Distribusi lemak

Kulit
Warna

Distribusi Rambut

Distribusil lemak
simetris diseluruh
tubuh, wanita distribusi
lemak diatas payudara,
bokong, paha bagian
dalam, dan simpisis
pubis.

Perhatikanperhatikan
lemak di wajah, lher,
batang tubuh, lingkar
perut (Sindrom
Cushing)

Warna konsisten
dengan kulit sekitarnya

Pigemtasi tak biasa


dapat berupa
kemerahan diwajah
( hipertiroidisme)

Distribusi rambut
sesuai jenis kelamin

Kuku
Warna

Bentuk

Kualitas

Perhatikan posisi eksteral

Untuk orang berkulit


putih bercorak merah
muda dan berujung
putih, orang berkulit
gelam dapat warna
coklat atau hitam

Perkirankan sudut 160


derajat pada dasar
kuku, bentuk kuku
meliputi datar,
melengkung, atau
cembung dengan

Perhatikan adanya
hirsutisme pada
wanita, sesuai usia
kulit menjadi kering
dan tipis, dan rabut
hilang pada batang
tubuh dan ekstremitas

Perhatikan kelainan
pada kuku

Hasil bermakna adalah


kuku sendok, kuku
tabuh.

33

dan kesejajaran mata

Evaluasi kesimetrisan wajah


mengenai bentuk dan simetri
selama istirahat dan bergerak

Inspeksi leher
Simetri

permukaan licin
Piringan kuku mungkin
keras dengan
ketebalan yang sama

Pupil tidak ditutupi oleh


kelopak mata, warna
kelopak sama dengan
kulit sekitarnya

Teliti adanya edema


periorbita, mata
cekung, eksoftalmus,
dan hilangnya alis
mata

Simetris, dengan
bentuk konsisten
terhadap ras, jenis
kelamin, dan tinggi

Edema wajah, moon


face, tonjolan lidah.

Posisi trakea
Kemudahan bergerak
Palpasi
Suhu
Turgor
Tekstur

Leher
Ukuran

Nyeri tekan

Auskultasi tiroid

Berdasarkan usia kuku


menjadi tebal, keras,
dan rapuh.

Selidikia adanya
Otot
edema, asimetri, dan
sternokleidomastoideus tiroid yang dapat
dan trapezius simetri
terlihat
Trakea ada d garis
tengah
Gerakan lembut, tidak
ada nyeri

Kulit hangat dan kering


Dapat kembali dengan
cepat
Tekstur halus dan
lembut, dengan area
kasar pada yang
terpajan

Hipotiroidisme
berhubungan dengan
kulit kasar dan kering.
Dapat berubah pada
dehidrasi, edema.
Kulit kasar, bersisik
pada hipotiroidisme

Nyeri dan
pembengkakan tiroid
pada hipotiroidisme

Trakea di garis
tengah,tiroid lunak dan
tidak ada nyeri tekan,
34

tanpa nodul yang


teraba
Tidak nyeri tekan pada
palpasi

Desiran vaskular dapat


terjadi dengan
peningkatan
vaskularitas

Tidak ada bunyi


desiran
(Tablot, 2001 : 266-268)
2.7.7

Pemeriksaan Diagnosis

Pengkajian
scan tiroid

Hasil normal
Ukuran, bentuk, fungsi dan
fungsi normal, penyerapan
radionukleid sama

Keterangan
Berguna untuk evaluasi
fungsi tiroid dan massa serta
penyakit tiroid

CT scan adrenal

Ukuran bentuk dan bentuk


adrenal normal

Perdarahan adrenal,
hiperplasia adrenal bilateral,
dan tumor adrenal dapat
dideteksi

Pemeriksaan Darah
Indeks tiroksin bebas

0,9-2,3 ng/dl

Tes tiroksin serum (T4)

5-10 ug/dl

Tes triyodotironin

110-230 ng/dl

Kadar tinggi= hipertiroid


Kadar rendah = hipotiroid
Evaluasi fungsi
tiroid,diagnosa
hipo/hipertiroid

1-4 uu/dl

Kadar tinggi= hipertiroid


Kadar rendah = hipotiroid

TSH (thyroid-stimulating
hormon)

Tes ACTH

Pemeriksaan urin
Urin 24 jam Asam vanililmandelik (VMA) dan
katekolamin

Peningkatan mengindikasikan
hipotiroid primer disebabkan
disfungsi hipofisis dibedakan
40 ug/dl setelah penginfusan dari yang disebabkan
selama 24 jam
disfungsi tiroid
Untuk diagnosa penyakit
VMA : 1-9 mg/24 jam
Addison juga
Katekolamin
mengidentifikasi penyebab
Epinefrin: 5-40 ug/24 jam
Berguna untuk diagnosa
Norepinefrin: 10-80 ug/24
feokromositoma,dindikasikan
jam
pada beberapa atau semua
Metanefrin : 24-96 ug/24 jam pnenigkatan kadar
35

Normetanefrin : 75-375
ug/24 jam
Berat jenis urin
1,005-1,030
Peningkatan dapat akibat dari
ADH, penurunan dapat akibat
diabetes insipidus.
(Tablot, 2001 : 270-272)
2.8 Pengkajian Hematologik dan Imunologi
2.8.1
Keluhan Utama : Mudah lelah dan lemah, Perdarahan lama, Hematoma,
Epitaksis, Lemfadenopati, Penurunan berat badan, Demam dan menggigil,
Berkeringat dan berkeringat malam, Gatal, Kemerahan, Perdarahan gusi, Nyeri sendi
dan tulang
(Tablot, 2001 : 288)
2.8.2

Pemeriksaan Fisik

Pengkajian
Inspeksi kulit

Hasil normal
Warna kulit konsisten pada
seluruh tubuh, orang kulit
putiih ada ruam muda, tidak
ada lesi atau kerusakan
integritas kulit.

Warna

Keterangan

Anemia berat warna


kulit pucat atau
sianosis,polisitemia
muncul sianosis ruam.

Lesi purpura
Petekie dan ekimosis,
umum terlihat
pembekuan.

Integritas

Membran mukosa
Gusi merah muda
Evaluasi kuku,observasi
warna dan bentuk
Palpasi
Palpasi nodus limfe secara
berurutan :

Dasar kuku merah muda


dengan sudut dasar kuku 160
derajat

Adanya ulkus, infark,


dan ruam. Satu yang
paling umum adalah
ruam kupu kupu pada
SLE
Evaluasi lebih lanjut
terhadap perdarahan,
ginggivitis, ulkus atau
kemungkinan infeksi
Koilonica terlihat pada
36

Nodus oksipital
Nodus postaurikular
Nodus preaurikular
Nodus tonsilar
Nodus submaksilaris
Nodus submental
Nodus servikal dalam
Nodus servikal
superfisial
Nodus servikal
posterior
Nodus
supraklavikular
Nodus aksilaris
Nodus inguinalis
Jika ada pembesaran,
perhatikan
Ukuran
Konsistensi (keras
atau lunak)
Kedekatan (terfiksasi
atau dapat
digerakkan)
Sensasi nyeri
Suhu

Nodus limfe tidak dapat


dpalpasi

Palpasi hati dan limpa secara


bimanual

Batas hati mungkin dapat


dipalpasi pada orang dewasa
yang kurus, limpa tak dapat
dipalpasi.

Perkusi
Perkusi abdomen,perhatikan
hati dan limpa

Auskultasi
Auskultasi bunyi jantung,
waspadai secara khusus
adanya murmur

anemia hipokromik

AIDS dan gabungan


kompleks-AIDS
menunjukkan
limpadenopati

Kepekakan hati diperkusi


pada garis kanan
midklavikula dari 6-12, pada
garis midsternal, ini 4-8

Tak ada murmur


terauskultasi

Hasil umum pada


anemia
hemolitikkongenital
adalah
hepatosplenomegai

Jika ada peningkatan


lapang hati ada
pembesaran hati

37

Anemia berat dan


anemia sel sabit
murmur dapat terjadi.
(Tablot, 2001 : 288-290)
2.8.3

Pemeriksaan Diagnostik

Pengkajian
Hematologi
Pemeriksaan Darah
Jumlah sel darah merah
(SDM)

Hasil normal

Keterangan

Pria : 4,72-5,49 x
106/mm
Wanita
: 4,15-4,87
6
x 10 /mm

Mengevaluasi jumlah
total SDM pada 1mm3
darah

Hemoglobin

Hematokrit (Ht) (% atau


mg/dl)

Mean Corpuskular Volume


(MCV)
Mean Corpuskular
Hemoglobin
(MCH)
Mean Corpuskular
Hemoglobin Concentration
(MCHC)
Jumlah retikulosit

Jumlah sel darah putih (SDP)


Granulosit
Netrofil
Eosinofil
Basofil

Pria : 14,4-16,6 g/dl


Wanita
: 12,7-14,7
g/dl
Pria : 42,9-49,1 ml/dl
Wanita
: 37,943,43,9 ml/dl

Pengukuran jumlah
hemoglobin pada
contoh darah khusus
Menentukan
presentase SDM
terhadap volume
plasme

Pria : 80-100 m3
Volume relatif terhadap
3
Wanita
: 79-98 m SDM
Pria/wanita : 25,4-34,6
pg

Pria : 31%-37%
Wanita
: 30%-36%

Rasio hemoglobin
terhadap SDM
Presentase saturasi
SDM dengan
hemoglobin

0,5%-1,5%

4500-11.000 sel/mm3
38-70 sel/mm3
50-350 sel/mm3

Pengukuran jumlah
SDM baru pada
sirkulasi
Nilai untuk basofil,
38

Monosit
Limfosit
Trombosit

0%-2%
1%-8%
15%-45%
150.000-400.000/mm3

Waktu perdarahan

monosit, dan limposit


menunjukkan
presentase jumlah total
sel putih
Jumlah trombosit ada
pada sampel

5 menit (metode Duke)


2-7 menit(metode Ivy)
Waktu pembekuan
8-15 menit
Besi serum
Bilirubin
Langsung
Tak langsung
Total

Hasil pecahan fibrin

Partial thromboplastin time


(PTT)

42-135 g/dl

0,1-04 mg/dl
0,2-08 mg/dl
0,1-1,0 mg/dl

<10 g/dl

30-40 detik

Prothombin Time (PT)


11-12,5 detik
LSE

Biopsi sumsum tulang

Pria : 1-1,5mm/jam
Wanita
: 120mm/jam

Produksi sel eritrosit ,


sel mieloid, dan

Pengukuran waktu
dilakukan dengan
perlukaan kecil untuk
menghentikan
perdarahan dan
pembentukan bekuan
Pengukuran waktu
pembentukan bekuan
pada tabung gelas tes
Jumlah besi pada
spesimen darah
Bilirubin terkonjugasi
Bilirubin tak
terkonjugasi
Bilirubin terkonjugasi
dan tak terkonjugasi
total.
Peningkatan
mengindikasikan
peningkatan
fibrinolisis.
Evaluasi cara
pembekuan umum dan
sistem intrinsik dengan
menghitung jumlah
faktor pembekuan
XII,XI,IX, dan VIII. Juga
cara pengawasan
akurat heparinisasi.

39

trombosit

Evaluasi faktor V, VII,


dan X, protmbin dan
fibrinogen dan
mengukur sistem
ekstrinsik
Pengukuran jumlah
SDM menurun dalam 1
jam setelah
pengambiilan
spesimen.
Digunakan untuk
mengidentifikasi,
polisitemia vera, dan
tumor metastatik, juga
mengkaji hematopoesis

(Tablot, 2001 : 292-295)

40

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses pengkajian gawat darurat pada pasien terdiri dari primary assessment,
secondary assessment, Konsep primary assessment merupakan proses evaluasi awal
yang sistematis dan penanganan segera pada pasien dewasa yang mengalami kondisi
gawat darurat, yang meliputi Airway maintenance, Breathing dan oxygenation,
Circulation dan kontrol perdarahan eksternal, Disability-pemeriksaan neurologis singkat
dan Exposure dengan kontrol lingkungan.
Konsep secondary assessment yang membahas mengenai proses anamnesis dan
pemeriksaan fisik head to toe untuk menilai perubahan bentuk, luka dan cedera yang
dialami pasien dewasa.
Pemeriksaan diagnostik yang dibutuhkan untuk melengkapi proses pengkajian gawat
darurat pada pasien dewasa, yang meliputi : Endoskopi, bronkoskopi, CT scan, USG, dll.
Perbedaan proses pengkajian gawat darurat pada pasien dewasa dengan kondisi trauma
dan non trauma adalah pada isi pertanyaan yang ditanyakan (content) pada saat
melakukan anamnesis dan pemeriksaan head to toe yang dilakukan

41

Anda mungkin juga menyukai