PENDAHULUAN
1.2.5
1.2.6
1.2.7
1.2.8
1.3 Tujuan
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
1.3.7
1.3.8
1.4 Manfaat
Agar mahasiswa mengetahui pengkajian pada sistem kegawatdaruratan
BAB 2
PENGKAJIAN KEGAWATDARURATAN
2.1 Pengkajian Dan Proses Keperawatan Kegawatdaruratan
2.1.1.
Primary Survey
Tujuan dari Primary survey adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki dengan
segera masalah yang mengancam kehidupan. Prioritas yang dilakukan pada primary survey
antara lain:
Airway maintenance
Breathing
Circulation
Disability
belakang leher harus dilindungi selama intubasi endotrakeal jika dicurigai terjadi cedera
pada kepala, leher atau dada. Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan oleh obstruksi
lidah pada kondisi pasien tidak sadar (Wilkinson & Skinner, 2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara lain :
Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau bernafas
dengan bebas
Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas dan potensial
penyebab obstruksi :
Muntahan
Perdarahan
Gigi lepas atau hilang
Gigi palsu
Trauma wajah
Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien terbuka.
Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang berisiko
untuk mengalami cedera tulang belakang.
Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai indikasi
Chin lift/jaw thrust
Lakukan suction (jika tersedia)
Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway, Laryngeal Mask Airway
Lakukan intubasi
2.1.1.2.
Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan jalan nafas dan
keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan pada pasien tidak memadai, maka
langkah-langkah yang harus dipertimbangkan adalah: dekompresi dan drainase tension
pneumothorax/haemothorax, closure of open chest injury dan ventilasi buatan
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara lain :
Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien.
Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda
sebagai berikut : cyanosis, penetrating injury, flail chest, sucking chest
wounds, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga, subcutaneous
emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis haemothorax dan pneumotoraks.
Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu.
Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut mengenai karakter
dan kualitas pernafasan pasien.
Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau oksigenasi:
Pemberian terapi oksigen
Bag-Valve Masker
Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan yang benar),
jika diindikasikan
Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airway procedures
Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan berikan terapi
sesuai kebutuhan.
untuk mengasumsikan telah terjadi perdarahan dan langsung mengarahkan tim untuk
melakukan upaya menghentikan pendarahan. Penyebab lain yang mungkin membutuhkan
perhatian segera adalah: tension pneumothorax, cardiac tamponade, cardiac, spinal
shock dan anaphylaxis. Semua perdarahan eksternal yang nyata harus diidentifikasi
melalui paparan pada pasien secara memadai dan dikelola dengan baik Langkah-langkah
dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien, antara lain :
Regularity
Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia (capillary
refill).
Lakukan log roll ketika melakukan pemeriksaan pada punggung pasien. Yang perlu
diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada pasien adalah mengekspos pasien hanya
selama pemeriksaan eksternal. Setelah semua pemeriksaan telah selesai dilakukan, tutup
pasien dengan selimut hangat dan jaga privasi pasien, kecuali jika diperlukan pemeriksaan
ulang (Thygerson, 2011).
Dalam situasi yang diduga telah terjadi mekanisme trauma yang mengancam jiwa,
maka Rapid Trauma Assessment harus segera dilakukan:
Lakukan pemeriksaan kepala, leher, dan ekstremitas pada pasien
Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam nyawa pasien luka
dan mulai melakukan transportasi pada pasien yang berpotensi tidak stabil atau
kritis.
(Gilbert., DSouza., & Pletz, 2009)
2.1.2.
Secondary Assessment
Survey sekunder merupakan
secara head to toe, dari depan hingga belakang. Secondary survey hanya dilakukan
setelah kondisi pasien mulai stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tandatanda syok telah mulai membaik. (Gilbert., DSouza., & Pletz, 2009)
2.1.2.1.
Anamnesis
Anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat dari pasien dan
keluarga (Emergency Nursing Association, 2007):
A : Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester, makanan)
M : Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti sedang menjalani
pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, dosis, atau penyalahgunaan obat
P : Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti penyakit yang pernah
diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-obatan herbal)
L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi berapa
jam sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi termasuk dalam
komponen ini)
E : Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian yang
menyebabkan adanya keluhan utama)
Setelah dilakukan anamnesis, maka langkah berikutnya adalah pemeriksaan
tanda-tanda vital. Tanda tanda vital meliputi suhu, nadi, frekuensi nafas, saturasi
oksigen, tekanan darah, berat badan, dan skala nyeri.
2.2 Pengkajian Pernafasan
2.2.1
Keluhan utama
Keluhan pada pasien dengan penyakit pernafasan biasanya meliputi: nyeri dada,
dispnea, batuk, sputum atau hemoptisis.
a. Nyeri dada : Serangan dan lamanya ,Konstan, Hilang timbul
Lokasi dan penyebaran, Karakter dan beratnya, Rasa di pukul,
Tertembak, Tajam
Faktor yang meringankan : Obat-obatan, Aktivitas
Kejadian yang berhubungan : Trauma, Makanan
Tanda dan gejala yang menyertai : Batuk, Hemoptisis, Dispnea ,
Mual,muntah, Diaforesis, Takikardi, Demam
b. Dispnea : Serangan dan lamanya, Tiba-tiba atau tersembunyi, Akut atau
kronik, Konstan atau hilang timbul
Faktor yang meringankan dan memperburuk : Posisi tubuh, Aktivitas,
Obat-obatan
Tanda dan gejala yang menyertai :Batuk, mengi, nyeri dada, diaforesis
c. Batuk : Serangan dan lamanya, Perubahan sekarang atau frekuensi atau
kehebatan
Karakter : Akut dan keterbatasan diri, kronik dan menetap, kering,
parah, menyalak, atau menjengkelkan.
Faktor yang meringankan : Obat-obatan
Faktor yang memperburuk : Merokok, terpajan zat kimia.
Tanda dan gejala menyertai : Sputum, nyeri dada, dispnea
d. Sputum : Serangan dan lamanya, volume, waktu perhari
8
Riwayat Medis
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
(Terry,2013:32-33)
Pola Nafas
Pola Pernafasan
- Eupnea
Deskripsi
Keterangan
Dewasa muda: 10-16 Wanita
mempunyai
kali/menit; usia lanjut18 fekuensi pernafasan agak
11
Takipnea
Pernafasan
superfisial, Penyakit
cepat; irama teratur atau paru;pleuris
tidak teratur.
Barandipnea
Frekuensi
pernafasan
lambat;
lebih
dalam
daripada pernapasan biasa,
irama teratur.
Apnea
Penghentian nafas
keterbatasan
Terlihat
pada
priode
pernafasan atau henti
nafas.
-
Hipespnea
Peningkatan
kedalaman
pemapasan normal untuk Kerja, ansietas, hipoksia.
peningkatan frekuensi da
irama yang teratur.
Cheyne-stokes
Pernafasan
periodik
sehubungan
dengan
periode apnea, bergantian
secara teratur dengan
rentetan siklus pernafasan
secara bertahap menigkat,
kemudian menurun pada
frekuensi
dan
kedalamannya.
Pernafasan
ataxik Periode apnea bergantian
secara tidak teratur dengan Meningitis,
(pernafasan Biots)
rentetan
pernafasan posterior.
dangkal pada kedalam
yang sama.
Pernapasan
Kussmauls
Apneusis
lesi
fossa
Pernapasan
mendesah
teratur dalam dengan Asidosis
metabolik,
peningkatan
pada umumnya terlihat pada
frekuensi pernapasan.
asidosis diabetik uremia.
Fase inspirasi
terengah12
Obstruksi
pernapasan
(Terry,2013:34)
Tonus Perkusi
Tonus Perkusi
- Timpani
Hiperresonansi
Resonansi
Pekak
Bunyi datar
karakteristik
Intensitas
keras,
bunyi nada tinggi,
lamanya
sedang
setara dengan bunyi
dram
Lokasi
Lambung,
abdomen, distensi
dengan udara
Intensitas
sangat
keras, bunyi dengan
nada yang sangat
rendah,
lamanya
sangat
singkat
setara dengan bunyi
dentuman.
Bunyi abnormal
terdengar
pada
empisema, asma,
pnemotorak.
(Talbot,2001 :42)
Auskultasi
13
Untuk memaksimalkan auskultasi, anjurkan pasien bernafas melalui mulut dari pada
hidung. Kamar harus setenag mungkun. Perat mulai mengauskultasi aspek anterior, posterior
dan lateral dari dada dengan menggunakan diafragma dari stetoskop.
Pasien dengan selang endotrakeal harus dilakukan auskultasi saat menggunakan ventilator.
Jika bunyi yang menyimpang dicurigai berasal dari ventilator, gunakan kantong amb untuk
memperoleh gambaran yang lebih jelas
(Talbot,2001 :43)
Bunyi Nafas Normal
Bunyi nafas
-
Bronkial
Bronkovesikular
Lokasi
Deskripsi
Rasio
inspirasi
terhadap ekspirasi.
Dari
kartilago Keras, bunyi nada Inspirasi
lebih
kriskoid
laring tinggi dengan gaung pendek dari ekspirasi
sampai
tonjolan atau kualitas tubular
dengan penghentian
suprasternal.
diantaranya;
Rasio
inspirasi-ekspirasi
1:2.
Dada anterior : area
interkostal
pertama,kedua dan
ketiga
pada
perbatasan sternal
Inspirasi
dan
ekspirasi
setara,
dengan
tak
menghentikan
diantaranya;rasio
inspirasi-ekspirasi
1:1
Inspirasi
lebih
panjang
dari
ekspirasi, tak ada
penghentian
diantaranya;
rasio
inspirasi-ekspirasi
5:2
Dada posterior :
Antara skapula pada
setinggi T5 pada area
interkostal ke 5 dan
ke 6.
-
Vesikular
(Terry,2013:34)
2.3 Pengkajian Kardiovaskuler
2.3.1
Keluhan utama :
a. Nyeri dada
Serangan dan lamanya
14
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Riwayat Medikal :
Penyakit jantung, oprasi atau perawatan di rumah sakit sebelumnya :
Hipertensi
Penyakit arteri coroner
Hiperliproteinemia
Diabetes mellitus
Alergi :
obat-obatan ( nitrogliserin,digitoksin)
(Talbot , 2001 : 95)
2.3.4
a.
b.
c.
d.
Riwayat Keluarga :
penyakit kardiovaskuler
diabetes miletus
hipertensi
hiperlipoproteinemia
Bahaya dari lingkungan , contoh :bahan kimia , panas, debu tuntutan pekerjaan,
contoh :stress tinggi
(Talbot , 2001 : 95)
2.3.7
Pemeriksaan Fisik :
Pengkajian
Inspeksi
Periksa warna kulit pada
tubuh , anggota tubuh dan
membrane mukosa
Keterangan
Sianosis sentral
dapat ditunjukan
sebagai
penampilan bibir,
mulut , atau
konjungtiva biru,
sianosis perifer
dapat
dimanifestasikan
sebagai bibir, daun
telinga dan dasar
kuku biru
Diagnose
hyperlipidemia
Edema dihubungkan
dengan gagal jantung
kanan dan penyakit
jantung
Dengan murmur
jantung, nyeri tekan
dapat mengindikasikan
fraktur iga
Bunyi desiran
dihubungkan dengan
aliran turbulen darah,
sering disebabkan oleh
murmur
Bunyi S1 bertepatan
dengan denyutan arteri
carotid
S1 (galop ventricular )
abnormal pada usia ebih
dari 30 tahun ,
kemungkinan penyebab
adalah gagal ventricular
atau insufisiensi mitral,
S4 (gallop arterial )
berhubungan dengan
hipertropi ventrikuler
kiri, hipertensi ,
penyakit arteri coroner
17
Pemeriksaan Diagnostik :
Pengkajian
Katetrisasi jantung /
arteriografi koroner
Ekokardiogram
Elektrokardiogram (EKG)
Makna Diagnostik
Digunakan untuk
mengidentifikasaikan penyakit
katup , mengevaluasi suatu
infark miokardial dan
membvisualisasikan struktur
anatomis jantung
Mengevaluasi struktur internal
jantung , fungsi katup,
gerakkan jantung dan adanya
cairan pericardial
Mengevaluasi aktifitas listrik
miokardial dan konduksi nya
Keterangan
Suatu prosedur invasive ,
mungkin digunakan untuk
memudahkan invus agen
fibrinolitik
Ventrikulografi
Tes Radiologi
Radiografi dada
mendiagnosa infrak
miokardial akut , seperti
halnya pada aritmia jantung
dan kerusakan konduksi lain
Gerakan dinding ventrikuler
kiri divideotapekan setelah zat
kontras di injeksikan
Pemeriksaan non-invasif
, ukuran jantung
seharusnya <50% dari
dimensi internal torak
Penggunaan komponen
radioaktif akan
menentukan titik
panas dan dingin
digunakan untuk
mengesampingkan
anfark miokardial
strie
jaringan Parut
Keterangan/Variasi pada
Usia Lanjut
Pigmentasi tak
biasanya
kemungkinan adalah
jundis, kebiruan pada
umbilicus,
kemerahan, atau
warna panggul
pada awalnya,jaringan
parut berwarna
merah, kemudian
berkembang menjadi
merah muda dan
kadang kadang
kembali ke warna kulit
lesi, kemerahan
permukaan kulit harus
halus
Auskultasi
Tempatkan diafragma
stetoskop dengan hati-hati
pada abdomen, gunakan
abdomen simetris
dengan variasi bentuk
datar, cekung, seperti
perahu, atau cembung
Umbilicus secara
sentral berada antara
prosesus xipoideus
dan simpisis pubis ,
umbilicus bervariasi
dalam bentuk dengan
inversi atau agak
menonjol adalah paing
umum
Gerakan pernafasan
abdomen umum pada
laki-laki dan anakanak, peristaltis
dapat terlihat pada
orang kurus
peningkatan
pembentukan keloid,
jaringan parut sering
memberikan
petunjuk pada
pemeriksa terhadap
kemungkinan adesi
intenal
Nodulus terlihat pada
tahap luas malignasi
Asimetri mungkin
terlihat pada adanya
massa, hernia, kista,
atau obstruksi usus,
distensi abdominal
dapat berasaldari
enam f : fat (gemuk),
fluid (cairan), feses
dan pertumbuhan
fatal
Umbilicus terbalik
keluar mengindikasi
hernia atau
peningkatan
tekanan
intraabdomen
Pada peritonitis ,
keterbatasan
gerakan pernafasan
abdominal terlihat,
obstruksi usus dapat
diduga usus dapat
diduga bila peristaltic
kuat terlibat
Peningkatan bising
21
sampai 35 kali/meni,
merupakan bunyi
dengan nada tinggi
dengan bervariasi
Perkusi
Gunakan pendekatan
sistematik, perkusi
keempat kuadran abdomen
Tingkatkan ke garis
midaksila kiri, perkusi
kebawah torak
Timpani perkusi di
atas lambung dan
intestinal , pekak
diperkusi di atas hati ,
limpa dan ginjal
Perkusi paru-paru
secara resonan, pada
iga keenam atau
kesembilan sampai
kesebelas , kepekaan
splenik akan
terperkusi
Gerakkan kegaris
midklavikula kanan, perkusi Rentang antara batas
kebawah dari resonasi
midklavikula hati atas
paru-paru sampai kepekaan dan bawah 6-12 cm
besar diduga
hepatomegaly ,
ukuran hati menurun
pada usia lanjut
Rentang antara batas
midklavikula hati atas
dan bawah 6-12 cm
Lambung akan
menghasilkan bunyi
timpani nada tinggi
Abdomen lunak,
dengan massa tak
terraba atau area
nyeri tekan
Dengan palpasi
dalam, taka da massa
atau nyeri tekanan
terpalpasi, batas akhir
hati halus dan tak
nyeri tekanan,
kandung empedu tak
dapat di palpasi, limpa
tak dapat di palpasi
Keterangan
Memungkinkan visualisasi
duktus biliar
23
Palpasi
Palpasi ginjal dengan
meninggikan panggul
dengana satu tangan dan
palpasi dalam di atas
dinding abdomen
Palpasi kandung kemih
Perkusi
Gunakan perkusi kepalan
tangan di atas sudut
konstovertebral untuk
mengevaluasi nyeri tekan
ginjal
Auskultasi
Keterangan
Perhatikan warna
kulit pucat atau
kelabu kekuningan ,
perhatikan kulit
kering bersisik ,
rambut kering rapuh ,
dan bekuan uremik,
yang menindikasikan
penyakit ginjal
Abdomen adalah
simetri dengan
variasi bentuk
abdomen
Pembesaran
abdomen harus
dibedakan dari
obesitas , pada
obesitas, abdomen
secara keseluruhan
mengubur umbilikus
dalam lipatan dan
pasien menolak
pengengatan
Seharusnya tidak
Pembesaran ginjal
dapat
mengindikasikan
suatu tumor ,
hidronefrosis, atau
penyakit ginjal
polikistik
menghasilkan nyeri
tekan
diraba
Nyeri tekan diduga
inflamasi akut
26
Pemeriksaan Fisik
Pengkajian
Fungsi Serebral
Nilai status mental dalam
hubungannya dengan
1 Orang
2 Tempat
Keterangan/variasi pada
usia lanjut
Berorientasi pada
orang, tempat, dan
waktu.
Waspadai terhadap
respon tidak tepat,
kekacauan mental,
dan perubahan pada
27
3 Waktu
Kaji kemampuan kognitif
1 Memori saat ini
2 Memori yang lalu
3 Alasan abstrak
Stabilitas emosi
1 Afek dan mood
2 Proses pikir dan
ekspresi ide
Saraf Kranial
S. Kranial I : olfaktori
Tutup satu lubang hidung,
minta pasien mencium bau
yang dikenal.
S. Kranial II : optik
Lapang pandangan dapat
dikaji dengan menutup satu
mata, melihat ke depan, dan
mengidentifikasi pada saat
jari pemeriksa didekatkan
dalam jarak penglihatan
perifier pasien.
Mengkaji dengan kartu
Snellen atau kartu
Rosenbaun
Mampu mengingat
kejadian saat ini,
mengingat kejadian
yang lalu tanpa
kesulitan, data
diyakinkan oleh
keluarga.
Pikiran teroganisir
dengan baik,
bentuk ekspresi
tepat selama
bicara.
Mampu
menentukan bau
pada masing
masing lubang
hidung.
Lapang pandang
penuh
tingkat kesadaran
(letragi, stupor, atau
koma).
Waspadai kehilangan
memori dan
konfabulasi
sehubungan dengan
otak organik.
Penglihatan 20/20
Ini adalah pengukuran
kasar ketajaman
penglihatan, bila
abnormal perlu
pemeriksaan lanjut.
Mampu untuk
bergerak mengikuti
enam batas pokok
pandangan, pupil
Peningkatan tekanan
intrakranial adalah
28
mata
S. Kranial V : trigeminal
Dengan mata tertutup,
dentuh dahi, rahang, pipi
secara bilateral dengan
kasa, selang penguji berisi
air hangat, peniti yang
tajam.
Dengan gigi mencengkram,
palpasi otot masseter dan
otot temporal.
S. kranial VII : saraf fasial
Bagian anterior lidah,
letakkan gula, cuka, garam
dan quinin pada waktu
yang bersamaan.
Evaluasi kekuatan dan
simetri dari otot fasialis
dengan meminta pasien
menaikkan alis mata,
mengerutkan dahi,
menggembungkan pipi,
tersenyum, menutup mata,
dan memperlihatkan gigi.
S.kranial VIII : Saraf
akustik.
Kaji pendengaran dengan
menggerakkan detik jam
pada jarang tertentu pada
masing masing telinga,
suara bisikkan juga dapat
digunakan
Melakukan tes Webber,
menggetarkan garpu tala
dan dilettakan secara ringan
di puncak kepala
Tes Rinne, menggetarkan
dilatasi untuk
melihat jauh dan
konstriksi untuk
melihat dekat,
mempunyai respon
langsung dan
umum.
penyebab umum
kehilangan fungsi,
penurunan kelopak
mata terlihat pada
sindrom Horners dan
miastenia gravis.
Mampu
membedakan
manis, asam, asin,
dan pahit.
Gerakkan lembuut
dan simetri secara
bilateral.
Mampu untuk
mendengar jam
atau bisikan pada
jarang kurang lebih
sama pada setiap
telinga.
pendengaran
Bunyi diterima
dengan sama pada
kedua telinga
S. kranial : glosofaring
S. kranial : vagus
Minta pasien mengatakan
ah
Tes reflek muntah dan
menelan
Konduksi udara
lebih besar
daripada konduksi
tulang (Rinne
positif).
S. Kranial XI : asesori
spinal
Palpasi otot trapezius minta
pasien meninggikan bahu
melawan tahanan.
Evaluasi otot
sternokleidomastoideus
dengan meminta pasien
memutar kepala melawan
tahanan
S. kranial XII : hipo glosal
Pasien menjulurkan lidah,
inspeksi terhadap atrofi,
fasikulasi, dan posisi
Kehilangan
pendengaran
konduktifdiduga pada
hasil rinne negatif.
Trotikolis adalah
kondisi dimana kepala
ditinggikan ke satu
sisi karena kontraksi
otot
sternokleidomastoide
us
Pemeriksaan Diagnostik
Pengkajian
Pemeriksaan
Radiografik
Radiografi spinal
servikal
Hasil
Keterangan
Untuk
mengesampingkan
fraktur spinal servikal
30
Radiografi tengkorak
Angiografi serebral
Scan otak
CT Scan otak
Pemeriksaan Lab
Cairan serebrospinalis
Tengkorak utuh
dengan anatomi
normal
Pembuluh serebral
utuh dengan struktur
normal
Penyerapan
radionukleida sama
dalam otak
dan kemungkinan
cedera spinal
Fraktur tengkorak
akan teridentifikasi,
tumor atau hipofisis
akan terlihat
Aneurisma serebral,
malformasi
arteriovena, atau
tumor
Hematoma, tumor,
infark akut, dan
perdarahan serebral
mungkin dinyatakan,
dan lokasi khusus,
ukuran, dan bentuk
akan diidentifikasi
Adanya aneurisma
serebral, perdarahan
intrakranial, dan
hematoma,
malformasi
erteriovena, infark,
atau pembesaran
ventrikel serta
perpindahan dapat
diperlihatkan.
Pemeriksaan cairan
membantu dalam
mendiagnosa infeksi
bakteri, atau virus,
penyakitdemieliminasi
, perdarahan
subarakhnoid, atau
intrakranial, dan
abses otak
31
VDRL : Negatif
Sitologi : Negatif sel
ganas
Usapan gram : tak
ada organisme
Kultur dan sensitivitas
: negatif terhadap
pertumbuhan
organisme
(Tablot, 2001 : 226)
Pemeriksaan Fisik
Hasil
Keterangan
32
Perhatikan perubahan
yang tidak jelas pada
tinggi atau berat
badan, akromegali,
gigantisme,
hipotiroidisme
Distribusi lemak
Kulit
Warna
Distribusi Rambut
Distribusil lemak
simetris diseluruh
tubuh, wanita distribusi
lemak diatas payudara,
bokong, paha bagian
dalam, dan simpisis
pubis.
Perhatikanperhatikan
lemak di wajah, lher,
batang tubuh, lingkar
perut (Sindrom
Cushing)
Warna konsisten
dengan kulit sekitarnya
Distribusi rambut
sesuai jenis kelamin
Kuku
Warna
Bentuk
Kualitas
Perhatikan adanya
hirsutisme pada
wanita, sesuai usia
kulit menjadi kering
dan tipis, dan rabut
hilang pada batang
tubuh dan ekstremitas
Perhatikan kelainan
pada kuku
33
Inspeksi leher
Simetri
permukaan licin
Piringan kuku mungkin
keras dengan
ketebalan yang sama
Simetris, dengan
bentuk konsisten
terhadap ras, jenis
kelamin, dan tinggi
Posisi trakea
Kemudahan bergerak
Palpasi
Suhu
Turgor
Tekstur
Leher
Ukuran
Nyeri tekan
Auskultasi tiroid
Selidikia adanya
Otot
edema, asimetri, dan
sternokleidomastoideus tiroid yang dapat
dan trapezius simetri
terlihat
Trakea ada d garis
tengah
Gerakan lembut, tidak
ada nyeri
Hipotiroidisme
berhubungan dengan
kulit kasar dan kering.
Dapat berubah pada
dehidrasi, edema.
Kulit kasar, bersisik
pada hipotiroidisme
Nyeri dan
pembengkakan tiroid
pada hipotiroidisme
Trakea di garis
tengah,tiroid lunak dan
tidak ada nyeri tekan,
34
Pemeriksaan Diagnosis
Pengkajian
scan tiroid
Hasil normal
Ukuran, bentuk, fungsi dan
fungsi normal, penyerapan
radionukleid sama
Keterangan
Berguna untuk evaluasi
fungsi tiroid dan massa serta
penyakit tiroid
CT scan adrenal
Perdarahan adrenal,
hiperplasia adrenal bilateral,
dan tumor adrenal dapat
dideteksi
Pemeriksaan Darah
Indeks tiroksin bebas
0,9-2,3 ng/dl
5-10 ug/dl
Tes triyodotironin
110-230 ng/dl
1-4 uu/dl
TSH (thyroid-stimulating
hormon)
Tes ACTH
Pemeriksaan urin
Urin 24 jam Asam vanililmandelik (VMA) dan
katekolamin
Peningkatan mengindikasikan
hipotiroid primer disebabkan
disfungsi hipofisis dibedakan
40 ug/dl setelah penginfusan dari yang disebabkan
selama 24 jam
disfungsi tiroid
Untuk diagnosa penyakit
VMA : 1-9 mg/24 jam
Addison juga
Katekolamin
mengidentifikasi penyebab
Epinefrin: 5-40 ug/24 jam
Berguna untuk diagnosa
Norepinefrin: 10-80 ug/24
feokromositoma,dindikasikan
jam
pada beberapa atau semua
Metanefrin : 24-96 ug/24 jam pnenigkatan kadar
35
Normetanefrin : 75-375
ug/24 jam
Berat jenis urin
1,005-1,030
Peningkatan dapat akibat dari
ADH, penurunan dapat akibat
diabetes insipidus.
(Tablot, 2001 : 270-272)
2.8 Pengkajian Hematologik dan Imunologi
2.8.1
Keluhan Utama : Mudah lelah dan lemah, Perdarahan lama, Hematoma,
Epitaksis, Lemfadenopati, Penurunan berat badan, Demam dan menggigil,
Berkeringat dan berkeringat malam, Gatal, Kemerahan, Perdarahan gusi, Nyeri sendi
dan tulang
(Tablot, 2001 : 288)
2.8.2
Pemeriksaan Fisik
Pengkajian
Inspeksi kulit
Hasil normal
Warna kulit konsisten pada
seluruh tubuh, orang kulit
putiih ada ruam muda, tidak
ada lesi atau kerusakan
integritas kulit.
Warna
Keterangan
Lesi purpura
Petekie dan ekimosis,
umum terlihat
pembekuan.
Integritas
Membran mukosa
Gusi merah muda
Evaluasi kuku,observasi
warna dan bentuk
Palpasi
Palpasi nodus limfe secara
berurutan :
Nodus oksipital
Nodus postaurikular
Nodus preaurikular
Nodus tonsilar
Nodus submaksilaris
Nodus submental
Nodus servikal dalam
Nodus servikal
superfisial
Nodus servikal
posterior
Nodus
supraklavikular
Nodus aksilaris
Nodus inguinalis
Jika ada pembesaran,
perhatikan
Ukuran
Konsistensi (keras
atau lunak)
Kedekatan (terfiksasi
atau dapat
digerakkan)
Sensasi nyeri
Suhu
Perkusi
Perkusi abdomen,perhatikan
hati dan limpa
Auskultasi
Auskultasi bunyi jantung,
waspadai secara khusus
adanya murmur
anemia hipokromik
37
Pemeriksaan Diagnostik
Pengkajian
Hematologi
Pemeriksaan Darah
Jumlah sel darah merah
(SDM)
Hasil normal
Keterangan
Pria : 4,72-5,49 x
106/mm
Wanita
: 4,15-4,87
6
x 10 /mm
Mengevaluasi jumlah
total SDM pada 1mm3
darah
Hemoglobin
Pengukuran jumlah
hemoglobin pada
contoh darah khusus
Menentukan
presentase SDM
terhadap volume
plasme
Pria : 80-100 m3
Volume relatif terhadap
3
Wanita
: 79-98 m SDM
Pria/wanita : 25,4-34,6
pg
Pria : 31%-37%
Wanita
: 30%-36%
Rasio hemoglobin
terhadap SDM
Presentase saturasi
SDM dengan
hemoglobin
0,5%-1,5%
4500-11.000 sel/mm3
38-70 sel/mm3
50-350 sel/mm3
Pengukuran jumlah
SDM baru pada
sirkulasi
Nilai untuk basofil,
38
Monosit
Limfosit
Trombosit
0%-2%
1%-8%
15%-45%
150.000-400.000/mm3
Waktu perdarahan
42-135 g/dl
0,1-04 mg/dl
0,2-08 mg/dl
0,1-1,0 mg/dl
<10 g/dl
30-40 detik
Pria : 1-1,5mm/jam
Wanita
: 120mm/jam
Pengukuran waktu
dilakukan dengan
perlukaan kecil untuk
menghentikan
perdarahan dan
pembentukan bekuan
Pengukuran waktu
pembentukan bekuan
pada tabung gelas tes
Jumlah besi pada
spesimen darah
Bilirubin terkonjugasi
Bilirubin tak
terkonjugasi
Bilirubin terkonjugasi
dan tak terkonjugasi
total.
Peningkatan
mengindikasikan
peningkatan
fibrinolisis.
Evaluasi cara
pembekuan umum dan
sistem intrinsik dengan
menghitung jumlah
faktor pembekuan
XII,XI,IX, dan VIII. Juga
cara pengawasan
akurat heparinisasi.
39
trombosit
40
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses pengkajian gawat darurat pada pasien terdiri dari primary assessment,
secondary assessment, Konsep primary assessment merupakan proses evaluasi awal
yang sistematis dan penanganan segera pada pasien dewasa yang mengalami kondisi
gawat darurat, yang meliputi Airway maintenance, Breathing dan oxygenation,
Circulation dan kontrol perdarahan eksternal, Disability-pemeriksaan neurologis singkat
dan Exposure dengan kontrol lingkungan.
Konsep secondary assessment yang membahas mengenai proses anamnesis dan
pemeriksaan fisik head to toe untuk menilai perubahan bentuk, luka dan cedera yang
dialami pasien dewasa.
Pemeriksaan diagnostik yang dibutuhkan untuk melengkapi proses pengkajian gawat
darurat pada pasien dewasa, yang meliputi : Endoskopi, bronkoskopi, CT scan, USG, dll.
Perbedaan proses pengkajian gawat darurat pada pasien dewasa dengan kondisi trauma
dan non trauma adalah pada isi pertanyaan yang ditanyakan (content) pada saat
melakukan anamnesis dan pemeriksaan head to toe yang dilakukan
41