Anda di halaman 1dari 17

1.

Kondisi Geologi Regional Jawa Barat


Indonesia merupakan tempat pertemuan antara tiga lempeng, yaitu

Lempeng Eurasia yang relatif diam, Lempeng Pasifik Barat yang relative
bergerak ke arah barat laut, dan Lempeng Hindia yang bersatu dengan
Lempeng Australia relative bergerak kea rah utara. (Hamilton, 1979). Hasil
interaksi lempeng-lempeng tersebut membentuk busur kepulauan dan busur
vulkanisme di Indonesia yang berada di sepanjang jalur penunjaman. Pada
tepi selatan Lempeng Eurasia terdapat Pulau Jawa yang merupakan salah
satu dari busur kepulauan hasi interaksi lempeng-lempeng tersebut. Maka itu
tatanan tektonik Jawa akan berpengaruh terhadap kondisi geologi dari daerah
Jawa Barat ini.
Van Bemmelen (1949) membagi Jawa Barat menjadi 4 zona
fisiografis, yaitu:
a.

Dataran Pantai Jakarta


Memiliki morfologi yang datar, kebanyakan ditutupi oleh endapan
sungai, dan sebagian lagi oleh lahar gunung api muda.

b.

Zona Bogor
Umumnya memiliki morfologi yang berbukit-bukit. Perbukitannya
memanjang dan membentuk anticlinorium yang terdiri dari
perlipatan kuat lapisan yang berumur Neogen. Terdapat juga
morfologi intrusi yag memiliki morfologi terjal. Terutamanya aliran
sungai di zona ini berarah selatan ke utara. Untuk anak-anak
sungai di daerah yang terlipat umumnya bersifat subsekuen
terhadap jurus perlipatan (Martodjojo, 1984)

c.

Zona Bandung
Merupakan depresi di antara gunung-gunung. Van Bemmelen
(1949) juga menganggap bahwa Zona Bandung ini merupakan
puncak dari geabtiklin Jawa Barat yang kemudian runtuh setelah
pengangkatan. Dataran rendah ini kemudian terisi oleh endapan
gunung api muda. Dalam zona ini juga terdapat beberapa
tinggian yang terdiri dari endapan sedimen tua di antara
endapan volkanik.

d.

Zona Pegunungan Selatan

Pegunungan Selata Jawa Barat membentang dari Pelabuhan


Ratu

hingga

Nusa

Kambangan,

Cilacap.

Batas

Zona

Pegunungan Selatan Jawa Barat dengan Zona Bandung di


beberapa tempat sangat mudah dilihat, mialnya di Lembah
Cimandiri. Di lembah ini batas tersebut merupakan perbedaan
morfologi yang mencolok di perbukitan bergelombang langsung
berbatasan dengan Dataran Tinggi dari Pegunungan Selatan. Di
bagian selatan terdapat Plato Jampang (Pannekoek, 1946 op.
cit. Martodjojo, 1984) yang ditempati oleh endapan laut dangkal
yang khas dan kadang-kadang masih terlihat tanda-tanda tepi
pantai. Pada ujung barat dari Plateau Jampang ditemukan
morfologi amphitheater, yang membentuk cekungan mirip sepatu
kuda, terbuka ke baratdaya.
Struktur geologi regional daerah Jawa Barat merupakan daerah yang
terletak pada jalur volkanik-magmatik yang merupakan bagian dari Busur
Sunda (Soerie-Atmaja, 1998 op. cit. Martodjojo, 2003). Busur Sunda ini
membentang dari Pulau Sumatera kea rah timur hingga Nusa Tenggara yang
merupakan manifestasi dari interaksi antara Lempeng Samudera IndoAustralia dengan Lempeng Eurasia. Interaksi ini terjadi dengan Lempeng
Samudera Indo-Australia bergerak ke arah utara dan menunjam ke bawah
tepi benua Lempeng Eurasia yang relative tidak bergerak (Hamilton, 1979 op.
cit. Fachri, 2000).

Sumber : google.co.id

Gambar 1
Peta Fisiografi Jawa Barat

Akibat dari interaksi lempeng-lempeng tersebut di daerah Jawa Barat


terdapat tiga pola struktur yang dominan (Martodjojo, 2003), yaitu:
a.

Pola Meratus yang berarah timur laut-barat daya (NE SW)


terbentuk pada 80 sampai 53 juta tahun yang lalu (Kapur Akhir
Eosen Awal), sangat dominan di daerah lepas pantai Jawa

b.

Barat dan menerus hingga ke Banten.


Pola Sunda berarah utara-selatan (N S) terbentuk 53 sampai

c.

32 juta tahun yang lalu (Eosen Awal Oligosen Awal)


Pola Jawa berarah barat-timur (E W) terbentuk sejak 32 juta
tahun yang lalu, merupakan pola struktur yang paling muda,
memotong, dan merelokasi Pola Struktur Meratus dan Pola
Struktur Sunda.

Menurut Martodjojo (1984) stratigrafi di Jawa Barat dibagi menjadi tiga


mandala sedimentasi brdasarkan ciri sedimennya pada Zaman Tersier.
a.

Mandala Paparan Kontinen; lokasi meliputi Zona Fisiografi


Dataran Pantai Jakarta dengan batas selatannya diperkirakan
sama dengan penyebaran singkapan Formasi Parigi dari
Cibinong Purwakarta sejajar dengan pantai utara. Sedangkan
bagian utaranya menerus ke lepas pantai. Mandala sedimentasi
ini dicirikan oleh endapan paparan berumur Miosen hingga
Pleistosen (Bauman et al. 1972 op. cit. Noeradi et al. 1993),
yang umumnya terdiri dari gamping, lempung dan pasir, kwarsa,
serta lingkungan umumnya laut dangkal. Pada mandalaini pola
transgresi dan regresi umumnya terlihat jelas. Ketebalan
sedimen di daerah ini dapat mencapai 5.000 m.

b.

Mandala Sedimentasi Cekungan Bogor; penyebarannya meliputi


beberapa Zona Bogor, Zona Bandung, dan Zona Pegunungan
Selatan. Mandala sedimentasi ini umumnya dicirikan oleh
endapan aliran gravitasi yang kebanyakan berupa fragmen
batuan beku dan sedimen, seperti andesit, basalt, tufa, dan
gamping. Pada Zona Bogor mandala sedimentasi ini dicirikan
oleh sabuk pegunungan lipatan yang tersusun atas endapan
turbidit.

c.

Zona Bandung; sebagian besar dilingkupi oleh produk gunung


api resen. Sedangkan pada Zona Pegunungan Selatan disusun
oleh

produk

busur

gung

api

yang

berasosiasi

dengan

perselingan endapan vulkano-sedimen (van Bmmelen, 1949).


Endapan ini berumur Eosen hingga awal Oligosen (SoeriaAtmadja et al. 1990 op. cit. Noeradi et al., 1993). Ketebalan
keseluruhan ini diperkirakan lebiha dari 7.000 m.
d.

Mandala Sedimentasi Banten; Penyebarannya terdapat dik


bagian barat dari Jawa Barat. Pada umur Tersier Awal, mandala
ini menyerupai Mandala Cekungan Bogor, sedangkan pada akhir
Tersier karakteristiknya sangat mendekati Paparan Kontinen.

2.

Kondisi Geologi Tasikmalaya


Kondisi Kota Tasikmalaya secara geologis ditunjukkan dengan struktur

geologi yang dihasilkan oleh bentukan material-material breksi gunung berapi.


Material asal yang memberi pengaruh terhadap pembentukan struktur geologi
di wilayah Kota Tasikmalaya merupakan dominasi dari pengaruh Gunung
Galunggung. Pengaruh lainnya berasal dari Gunung Sawal dan Gunung
Cakrabuana.

Sumber : google.co.id

Gambar 2
Peta Kota Tasikmalaya

Karakteristik material berupa batuan induk telah mendasari bentukan


struktur geologi Kota Tasikmalaya, yaitu berupa susunan batuan yang terdiri
dari breksi gunung api termampat lemah dan bongkah lava andesit yang
dihasilkan mulai dari breksi gunung api, lahar, tufa tersusun, batuan andesit,
sampai basal. Sedangkan pada formasi bentang, strukturnya tediri dari batu
pasir tufa, batu pasir, tanah gamping, dan lainnya.

Sumber : google.co.id

Gambar 3
Peta Lokasi Bahan Galian Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat

Jenis tanah yang menjadi struktur permukaan, yang terjadi secara


merata di wilayah Kota Tasikmalaya adalah jenis tanah asosiasi regosol
kelabu, regosol kelabu coklat, litosol, dan latosol coklat kemerah-merahan.
Jenis tanah yang mempunyai sebaran terluas adalah dari jenis asosiasi
regosol kelabu dan litosol yang tersebar di bagian tengah, selatan, timur, dan
barat. Sedangkan di bagian utara wilayah Kota Tasikmalaya, sebaran terdiri
dari jenis tanah latosol coklat kemerah-merahan.

Sumber : google.co.id

Gambar 4
Stratigrafi Regional Tasikmalaya dan Sekitarnya (Supriatna dkk, 1985)

Berdasarkan

kedalamannya,

kondisi

kedalaman

efektif

di

Kota

Tasikmalaya terdapat dua bagian, yaitu pada tingkat kedalaman efektif tanah
adalah 30 660 cm dengan sebaran di bagian barat dan timur. Pada bagian
lainnya, di bagian utara, selatan, dan tengah wilayah Kota Tasikmalaya
tingkatan kedalaman efektif adalah 60 90 cm.

3.

Bahan Galian di Tasikmalaya


1. Bentonit
penambangan Bentonit yang terletak di Kecamatan Karangnunggal.

Berlanjut ke penambangan Mangan yang letaknya tidak jauh tempat pertama


kami. Lalu Beralih ke stockpile Zeolit, di Cipatujah. Di stockpile Zeolit ini juga
terdapat tambang Batupasir.
Bandung

Banjar

Sumber : google.co.id

Gambar 5
Peta Perjalanan

Bentonit adalah suatu istilah nama dalam dunia perdagangan yang


sejenis lempung plastis yang mempunyai kandungan mineral monmorilonit

lebih dari 85% ciri fisik: mempunyai kilap lilin, lunak, , berwarna abu-abu
kehijauan.
Bentronit terbentuk melalui proses pelapukan dari mineral-mineral
penyusun batuan yang dipengaruhi oleh iklim, jenis batuan, relief muka bumi,
tumbuh-tumbuhan yang berada diatas batuan tersebut. Faktor utama yang
menyebabkan terbentuknya jenis mineral lempung dalam proses ini adalah
komposisi mineral batuan, komposisi kimia dan daya larut air tanah.
Pembentukan mineral lempung oleh pelapukan adalah akibat reaksi ion-ion
hidrogen yang terdapat dalam air tanah dengan mineral-mineral.
Bentonit

pada

karangnunggal

disebut

juga

Mg,Ca-Bentonit.

Mempunyai sifat sedikit menyerap air sehingga apabila didipersikan dalam air
akan cepat mengendap ( tidak membentuk suspensi), Karena sifat-sifat
tersebut maka Kalsium Bentonit dipergunakan untuk bahan pemucat warna
untuk minyak. Sedangkan di daerah Karangnunggal bentonit telah diusahakan
oleh PD Kerta Pertambangan sejak tahun 70an, umumnya perlu diaktifkan
dengan cara di giling dan dibakar dahulu sebelum digunakan sebagai
penjernih minyak kelapa/sawit.

Sumber : google.co.id

Foto 1
Bentonit

Sumber : google.co.id

Foto 2
Endapan Bentonit

2. Mangan
Mangan di Indonesia ditemukan pertama kali pada tahun 1854 di
daerah Karangnunggal, Tasikmalaya, Jawa barat, tetapi pengusahaannya
baru dimulai menjelang akhir abad yang lalu. Meskipun tempat penemuan
pertama di Karangnunggal tetapi endapan yang diusahakan terlebih dahulu
adalah yang terdapat Kliripan, Kulon Progo, Yogyakarta.

Sumber : google.co.id

Foto 3
Lokasi Penambangan Mangan, Karangnunggal

Endapan bijih mangan dapat terbentuk dengan berbagai cara yaitu karena
proses

hidrothermal

yang

dijumpai

dalam

bentuk

vein,

metamorfik,

sedimenter ataupun residu. Endapan mangan sedimenter merupakan


endapan bijih Mn yang banyak dijumpai dan mempunyai nilai ekonomis.
Manganese Oolites dan Manganese Shales terbentuk dilingkungan laut.
Pirolusit yang merupakan salah satu anggota kelompok senyawa Mn, dapat
pula terbentuk karena proses pelapukan bijih sejenis yang kemudian
membentuk endapan residu. Dikenal 4 jenis mineral bijih yang mengandung
Mn yaitu:
a.

Pirolusit
MnO2, massa kristalin kompak, keras (nilai kekerasan 5-6),
berwarna abu-abu kehitaman. Dibawah mikroskop bijih pirolusit

mudah dibedakan dengan mineral mangan lainnya, dan


warnanya yang putih kekuningan, cemerlang, pemadaman lurus,
b.

belahan sejajar dengan bidang kristal dan anisotropi yang kuat.


Hollandite (Ramsdellit)
Rumus kimianya Ba2 (MnO2)8 = Ba2Mn8O16 berkilap logam
(brilliant mettalic), terdapat bersama-sama dengan pirolusit
dalam massa kristalin berbutir kasar. Di bawah mikroskop bijih
kedua jenis logam tersebut menunjukan warna yang sama yaitu
putih kekuningan, perbedaannya pirolusit lebih cemerlang
dibanding hollandite. Disamping itu hollandite relatif lebih lunak

c.

dibanding pirolusit.
Kriptomelan
Rumus kimia K2Mn8O16 = K2 (MnO2)8. Dibawah mikroskop
bijih mineral ini terdapat dalam bermacam-macam bentuk antara
lain sebagai urat-urat kecil atau massa berserabut, kristal seperti
jarum berwarna abu-abu kebiruan atau lapisan koloidal konsetris
berselang seling dengan lapisan yang berbeda warna, struktur

d.

bunga es dan massa berbentuk.


Psilomelan
Rumus kimia (Ba H2O)2 Mn5O10. Merupakan massa masif
keras berwarna hitam. Dibawah mikroskop bijih psilomelan sulit
dibedakan dari kriptomelan. Baik bentuk maupun warnanya
hampir sama. Sedikit perbedaan ialah sifat anisotropi dimana
psilomelan lebih lemah dibanding kriptomelan.

Mangan di Jawa umumnya terdapat sebagai kantong dan lensa dalam


batu gamping yang terletak didalam atau diatas batuan volkanik seperti tufa,
breksi. Bijih mangan didapatkan sebagai pirolusit, psilomelan, dan wad
(massa seperti tanah). Karena kenampakan atau bentuknya didaerah
penambangan Mn di kliripan orang mempunyai istilah setempat yaitu meling
untuk pirolusit yang tercampur kalsit menunjukan permukaan yang mengkilat
dan paku yang menunjukan seperti serat, secara mineralogi umumnya
pirolusit tetapi dapat pula psilomelan. Mangan yang ditambang terbatas pada
bijih berkadar MnO2 diatas 75%. Asosiasi pirolusit adalah psilomelan, kadangkadang rhodonit dan rodhokrosit.
Jenis tipe mangan yang berada di wilayah Desa karangnunggal yaitu
tipe mangan non oksida dan tipe mangan oksida. Tipe mangan non oksidasi

umumnya di lokasi tambang dan di pasaran disebut sebagai mangan ore.


Tipe mangan ini umumnya dipasaran disebut sebagai mangan dengan kadar
rendah (berupa granule dan lumpur atau mud).Cebakan bijih mangan di
Desa Karangnunggal dapat terbentuk melalui beberapa proses genesa,
diantaranya Proses Hidrothermal, Metamorfik dan sering juga ditemukan
sebagai cebakan sedimenter dan residual.

Sumber : google.co.id

Foto 4
Endapan Mangan, Karangnunggal

Pada Gambar diatas, lapisan warna hitam disebut wad yaitu bagian
yang mengandung MnO2 yang sangat tinggi. Sedangkan lapisan yang warna
putih merupakan mineral lempung yang mengalami pelapukan dipermukaan
disebut haloisit.
Di bagian timur dari front penambangan mangan ini terdapat lubang
bekas penambangan mangan yang sekarang menjadi danau dengan
kedalaman kurang lebih 20m. kandungan Fe dan Mn pada danau ini dangat
tinggi dapat di indikasian dengan warna air yang berwarna hijau.

Sumber : google.co.id

Foto 5
Danau yang Terbentuk Akibat Penambangan Mangan

3. Zeolit
Indonesia berada di wilayah gunung api mulai dari Sumater, Jawa,
Nusa Tenggara, Maluku, sampai Sulawesi. Tufa halus banyak tersebar di
wilayah deretan gunung api tersebut. Sebagian atau seluruhnya telah
mengalami proses ubahan atau diagenesis menjadi zeolit. Karena itu, secara
geologi Indeonesia berpotensi basar terdapat zeolit. Ada empat proses
sebagai gambaran asal mula menjadi zeolit, yaitu proses sedimentasi debu
vulkanik pada lingkungan danau yang bersifat alkali, proses alterasi, proses
diagenesis dan proses hidrotermal. Faktor yang mempengaruhi pembentukan
zeolit yaitu temperature, tekanan, aktivitas kimia, dan tekanan parsial air. Di
daerah ini, endapan zeolit tersebar di beberapa lokasi, antara lain Desa
Cikancra, Desa Cikadu, Desa Sindakerta, dan Desa Cikawung Ooding.

Sumber : google.co.id

Foto 6
Endapan Zeolit

4. Pasir Besi
Pasir

besi

termasuk

endapan

sekunder

berasal

dari

proses

sedimentasi yang tertransportasi. Pasir besi ini banyak terdapat di wilayah


selatan pulau jawa dikarenakan di jawa bagian selatan terdapat gunung
berapi yang saat meletus mengeluarkan lapilli yang bersifat andesitic. Lalu
tergerus oleh air dan melepaskan limonit hingga terendapkan di pinggir
pantai. Selain itu, ombak di laut selatan lebih besar daripada laut utara.
Dengan adanya ombak yang besar terjadi proses pencucian berkali-kali lalu
terakumulasi 0 400 meter di pinggir pantai. Sedangkan di laut utara
ombaknya terlalu kecil dan pasirnya bersifat lempung. Pasir besi tersebar
hampir di sepanjang pantai selatan Pulau jawa. Di daerah ini pasir besi

tersebar di daerah Indihiang, Kawalu, Cikalong, dan Cipatujah. Luas sebaran


di daerah ini sekitar 463 Ha dengan sumber daya hipotetik 28.653.000 ton.
Endapan tersebut berupa endapan aluvial pantai (branding deposit)
yang cebakannya terdiri dari ilmenit dan magnetit yang berasosiasi dengan
oksida titanium (titaniferous iron ore). Titanum biasanya dianggap sebagai
mineral pengganggu, di samping kadar besinya yang relatif rendah sehingga
kurang sesuai untuk bahan baku pembuatan besi.
Pasir Besi adalah endapan pasir yang mengandung partikel bijih besi
(magnetit), yang terdapat di sepanjang pantai, terbentuk karena proses
penghancuran oleh cuaca, air permukaan, dan gelombang terhadap batuan
asal yang mengandung mineral besi seperti magnetit, ilmenit, dan oksida
besi, kemudian terakumulasi serta tercuci oleh gelombang air laut. Pasir besi
terdapat sebagai pasir pantai, coastal dunes, dan near-shore deposits dalam
marginal marine. Kadar awal pada pasir besi sangat menentukan untung/rugi.
Di Indonesia kadar yang ekonomis untuk pasir besi adakah 55%, kurang dari
55% akan ditolak. Raw material dari pasir besi sendiri berwarna cokelat lalu
diolah mengandalkan listrik PLN dengan Fe total yang ada di raw material
adalah lebih dari 25%. Namun ada juga kadar awal pasir besi yang mencapai
65%. Namun hal ini diolah dengan kadar yang kurang dari 55%, sehingga
pasir besi bertambah kadarnya dan bernilai ekonomis.

Sumber : google.co.id

Foto 7
Pasir Besi

5. Tembaga
Tembaga yang ada di Cikalong memiliki mineral pembawa logam
berupa malachite yang berasosiasi dengan azurite dan juga pirit. Berikut

adalah deskripsi dari mineral-mineral yang ditemukan pada batuan yang ada
di Cikalong.

Sumber : google.co.id

Foto 8
Endapan Tembaga, Cikalong

Malachite merupakan jenis mineral yang termasuk dalam golongan


mineral karbonat atau sering disebut sebagai mineral Copper Carbonate
Hydroxide. Mineral ini tersusun atas logam tembaga dengan ion karbonat dan
hidoksida.
Mineral Malachite biasa ditemukan pada zona oksidasi endapan
tembaga, yang terbentuk dari reaksi antara sulfide dengan karbonat.
Terutama pada daerah yang terdapat batugamping, mineral ini berasosiasi
dengan limonit, kalsit, kalsedon, dan chrysocolla. Malachite banyak digunakan
sebagai batu dekoratif yang berharga dan dibuat untuk meja dan ornamen
hias. Banyak juga digunakan sebagai perhiasan seperti mata cincin atau
kalung. Ada yang membuatnya sebagai kolom pada bangunan, seperti
Katedral St. Isaac di Italia. Dahulu, Malachite juga digunakan sebagai pigmen
pewarna hijau dengan cara dihaluskan terlebih dahulu atau sekarang tidak
banyak lagi digunakan. Malachite berguna juga sebagai bijih tembaga atau
koleksi para kolektor.

6. Emas
Lokasi endapan emas Salopa terletak di sebelah Tenggara kota
Bandung yang berjarak kurang lebih 180 km. Beberapa tahun kemudian
penelitian dilanjutkan dan ditemukan bijih emas primernya yaitu di Citambah
dan Cengal (Cisarua) tahun 1970. Wilayah yang berpotensi terjadi
mineralisasi adalah Cikondang, Citambal, dan Ciseel. Mineral logam yang
hadir adalah emas dan beberapa base metal. Kandungan emas yang
ditemukan berkisar 6 15 gr/ton Au. Vein memiliki ketebalan mulai dari

beberapa cm hingga 60 cm, secara lokal bisa mencapai 1 m. Sementara itu,


tebal vein pada kandungan emas tertinggi tidak lebih dari 5 cm. Secara
genetik, endapan mempunyai karakteristik yang menarik berupa hadirnya
mineral telurida. Untuk memisahkan emas terhadap mineral ikutannya
dilakukan proses amalgamasi yang dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan.
Geologi regional daerah Cineam tersusun oleh litologi endapan vulkanik
Formasi Jampang yang berumur Oligosen - Miosen dengan komposisi
andesitik dasitik (Van Bemmelen, 1949). Endapan vulkanik Formasi
Jampang diintrusi oleh diorit, andesit, dasit, dan granodiorit.
Secara tektonik terjadi 2 kali peristiwa tektonik yaitu :
a.

Tektonik Miosen Tengah berupa terjadi pengangkatan yang


diikuti dengan perlipatan, pensesaran, dan intrusi yang

b.

menerobos Formasi Jampang.


Tektonik Pleistosen yang menghasilkan endapan vulkanik
muda.

Stratigrafi daerah Cineam tersusun oleh 6 unit litologi mulai yang


tertua-muda :
a.

Unit tuf, yang berinterkalasi dengan lava dasitik dan breksi.


Unit ini tersebar di wilayah Cisarua, Cikaruwet, dan

b.

Balekambang.
Unit lava, terdiri dari andesit dan basalt, dan tersebar diwilayah

c.

Ciseel.
Unit breksi tuf dan batupasir tufaan, tersebar luas mulai dari

d.

utara sampai selatan.


Unit diorit (andesit porfiri), tersingkap dengan baik di hulu

e.

Ciherang dan Ciseel.


Unit dasit, tersebar di wilayah paling utara, khususnya disekitar

f.

Pangajar.
Unit andesit hornblende, tersingkap dengan baik di Gunung

Kendeng.
Struktur geologi yang berkembang di daerah Cineam adalah antiklin di
bagian barat dan sesar oblique di bagian timur.
Keterdapatan mineralisasi dan alterasi diindikasikan oleh hadirnya vein
kuarsa yang mengandung emas. Formasi Jampang pada bagian bawah
tersusun oleh lava dan breksi vulkanik, sedangkan di bagian atas tersusun

oleh tuf dan breksi tuf. Tipe alterasinya adalah prophylite, argilic silisification,
dan secara lokal adalah phyropylite. Endapan emas bertipe epitermal sulfidasi
rendah. Arah vein kuarsa secara umum adalah N 330 E N 350 E dengan
dip 60 90. Ketebalan vein bervariasi dari beberapa cm sampai 60 cm,
secara lokal bisa mencapai 1 m.
Terdapat 2 tahap utama mineralisasi :
a. Tahap 1
(Cikondang): terbentuk electrum dengan habit platy like tissue
or paper yang berasosiasi dengan dengan stibnite, pyrargyrite,
realgar, marcasite, pyrite, orpiment dan oksida besi.
b. Tahap 2
(Citambal, Cikaruwet, dan Ciseel): terbentuk pyrite, sphalerite,
tetrahedrite-tenantite, galena, chalcopyrite, electrum, hessite,
petzite, proustite, arsenopyrite, tetrahedrite-tennantite, dan
oksida besi.
Kuarsa berkembang dengan baik pada tahap 2, yaitu pada subtahap 1
sampai subtahap 4. Pada subtahap 5, kuarsa berkurang secara drastis hingga
kurang dari 5%. Pada kasus seperti ini, karbonat (calcite) secara dominan
muncul sebagai mineral gangue. Kehadiran telurida merupakan mineral yang
spesifik sebagai petunjuk bahwa kehadiran emas adalah layak.
Salah satu tambang emas di Salopa, bernama PT Bumi Karindo yang
kini masih dalam tahap eksplorasi dan telah masuk pada tahap studi
kelayakan.
kondisi geologi yang ada di sana terdapat perbedaan dua bukit yang
memiliki kondisi yang berbeda. Ada bukit yang memiliki struktur tanah yang
berwarna coklat namun ada juga bukit yang disusun oleh batuan bukan tanah.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya kondisi bukit yang terkena intrusi dan ada
juga yang tidak. Untuk struktur bukit yang terkena intrusi itulah yang memiliki
potensi terendapkannya emas. Selain itu ada juga ditemukan jalur breksi.

Sumber : google.co.id

Foto 9
Jalur Breksi Endapan Emas

DAFTAR PUSTAKA

1.

http://www.scribd.com/doc/138893511/Genesa-Bahan-Galian

2.

http://www.scribd.com/doc/69985790/Geologi-Regional-Jawa-Barat

3.

Hall, R. dan Wilson, M. E. J. 2000. Neogene Suures in Eastern Indonesia.


Journal of Asian Earth Science 18, 781 808.

4.

Martodjojo, S., 1984, Evolusi Cekungan Bogor Jawa Barat, Penerbit ITB,
Bandung

5.

Pulunngono, A. dan Martodjojo, S., 1994, Perubahan Tektonik Paleogene


Neogene Merupakan Peristiwa Tektonik Terpenting di Jawa, Preceeding
Geologi dan Geoteknik Pulau JAwa, Percetakan NA FIRI, Yogyakarta.

6.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/5101/Gambaran
%20Umum_2 009nre-5.pdf

7.

http://handokoseto.blogspot.com/2012/04/mangan-mn-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai