Anda di halaman 1dari 26

Sabtu, 25 Oktober 2014

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

2.1. SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga)


A. Pengertian

SKRT merupakan survei periodik yang dilaksanakan oleh badan

penelitian dan pengembangan (Litbang) kesehatan berkoordinasi dengan


Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang dikumpulkan dalam SKRT mengacu
pada program World Health Survey (WHS), yaitu:
1. Mengumpulkan data dasar kesehatan masyarakat yang menyeluruh.
2. Memonitor indikator Millenium Development Golds (MDGs) yang
berhubungan dengan kesehatan
3. Pengembangan sistem kesehatan menurut sudut pandang masyarakat.

B. Tujuan SKRT
Tujuan SKRT adalah menyediakan data dan informasi kesehatan dari
sudut pandang masyarakat untuk dukungan evidence bassed planning di
Indonesia.

C. Instrumen SKRT

Cakupan/muatan kesehatan pada instrumen SKRT lebih komprehensif

daripada Modul atau Kor Susenas. Instrumen SKRT terbagi menjadi empat
bagian, yaitu:
a.
Rumah tangga (meliputi seluruh anggota rumah tangga)
b.
Responden terpilih (diwakili 1 anggota rumah tangga diwakili usia > 15
tahun)
c.
Pengukuran (tinggi badan, berat badan, lingkar lengan tangan, tekanan
darah)
d.
Pemeriksaan laboratorium (Hb, gula darah, kolesterol)
2.2. SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional)
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) adalah survei rumah
tanggamengenai berbagai karakteristik sosial-ekonomi penduduk,
terutamayang erat kaitannya dengan pengukuran tingkat
kesejahteraanmasyarakat. Secara umum perkembangan kegiatan Susenas
dapat dibagi ke dalam 2tahap; tahap I antara 1963-1991, dan tahap II mulai
1992 sampaidengan sekarang. Susenas dilaksanakan pertama kali tahun
1963dengan sampel 16.000 rumah tangga dan hanya dilaksanakan di
PulauJawa. Karakteristik yang dicakup adalah demografi, ketenagakerjaandan
konsumsi/pengeluaran dengan pendekatan rumah tangga biasa.Sampai

dengan tahun 1970, Susenas dilaksanakan sebanyak 4 kali, dengan cakupan


wilayah dan ukuran sampel berbeda.
Pelaksanaan Susenas pertama sampai dengan keempat seluruhnya
dibiayai dan dibantu secara teknis oleh UN. Susenas tahun 1964-1965 sudah
mencakup seluruh propinsi, kecuali Maluku dan Irian, dan pada
kegiatanSusenas tahun 1967, cakupan lokasinya berkurang hanya meliputi
PulauJawa. Pada tahun 1969-1970, Susenas kembali mencakup
seluruhpropinsi, kecuali Maluku dan Irian. Susenas ke-5 dilaksanakan tahun
1970, dengan dana seutuhnya daripemerintah dan ditangani seluruhnya oleh
BPS, dengan cakupansampel yang sama dengan tahun sebelumnya.
Selanjutnya untuk tahun1971-1975, BPS tidak menyelenggarakan kegiatan
Susenas. Susenas dilaksanakan kembali tahun 1976 dan sejak tahun 1978,
Susenas sudah dapat dilaksanakan setiap tahun sekali melalui
danapemerintah, kecuali tahun 1983 karena bersamaan dengan kegiatan
Sensus Pertanian dan tahun 1988 yang bersamaan dengan kegiatanSurvei
Biaya Hidup (SBH).
Pada tahun 1980-1991 banyak instansi sektoral meminta agar
Susenas juga mencakup kebutuhan data sektor, antara lain, Ditjen
Pariwisatameminta memasukkan materi perjalanan wisata,
DepartemenKesehatan (Depkes) menambahkan materi antropometri
(penimbanganbalita) dan kesehatan, pada tahun 1986, dan Kepolisian
RepublikIndonesia menambahkan materi pertanyaan kriminalitas. Dalam
tahap tersebut secara umum banyak topik (materi pertanyaan) yang masuk
kedalam Susenas, antara lain fertilitas, pendidikan, kesehatan,
perumahan,sosial-budaya, perjalanan, dan kriminalitas. Sampai dengan
tahun 1981 Susenas dianggap sebagai survei konsumsi/pengeluaran, karena
materi konsumsi rumah tangga selalu hadir,sementara topik lain tidak tentu.
Karena cakupan materi semakin banyak, maka sejak tahun 1981 materi
konsumsi rumah tangga dipisahsendiri dan dijadwalkan 3 tahun sekali,
sehingga Susenas identik dengan Survei Konsumsi, sementara materi
kesehatan, pendidikan,sosial-budaya, perjalanan dan kriminalitas juga
dilaksanakan 3 tahun sekali di antara tahun-tahun penyelenggaraan materi
konsumsi rumahtangga atau tergantung kebutuhan pendataan. Sampai

dengan tahun1990 hanya materi konsumsi rumah tangga yang mengikuti


jadual tigatahun sekali, sementara yang lainnya tidak tentu.
Sejak tahun 1992 terdapat dua set daftar pertanyaan, yaitu kor
untukestimasi sampai dengan kabupaten/kota dan modul untuk
estimasipropinsi. Untuk sampel kor dan modul yang informasinya berasal
darirumah tangga yang sama, sebenarnya kedua data tersebut
digabungkanuntuk memperoleh informasi yang lebih detil dan lengkap,
sayangnyainformasi yang lengkap tersebut hanya cukup untuk
mendapatkanindikator di tingkat propinsi saja.
a.
Perkembangan Materi Susenas
Dikembangkannya materi Susenas pada tahun 1992
denganmengenalkan istilah Kor Susenas (inti), dan Modul
Susenas(sasaran/rinci), karena semakin banyaknya materi yang disertakan
didalam setiap kegiatan Susenas, sehingga perlu dipikirkan indikator apasaja
yang selalu dibutuhkan setiap tahun dan indikator lainnya yangcukup tiga
tahun sekali.
Sebelum tahun 1992 yang disebut Kor adalah 5(lima) karakteristik
demografi yang selalu ada dalam setiap Susenasyaitu nama, hubungan
dengan kepala rumah tangga, jenis kelamin,umur, dan status
perkawinan.Setelah melakukan seleksi dan uji coba terhadap daftar
pertanyaan yangdianggap selalu diperlukan setiap tahun dan dapat
dibandingkan antar-wilayah secara berlanjut, maka dibentuklah daftar
tersendiri yang disebutdaftar Kor. Untuk dapat menyediakan data penting
bidang sosial secara rutin (tahunan) dengan indikator yang terjaga
ketersediaannya, makamulai tahun 1992 data Kor ditetapkan untuk
mencakup berbagai aspekkesejahteraan rumah tangga, antara lain:
demografi, kesehatan,pendidikan, ketenagakerjaan, sosial-budaya, fertilitas
dan KB,perjalanan, kriminalitas, perumahan, dan konsumsi/pengeluaran.
Sejak tahun 1993, materi Kor dikumpulkan setiap tahun, materi
Modulsetiap 3 tahun secara bergantian. Modul yang dicakup
Susenasdikelompokkan ke dalam 3 paket, dengan frekuensi
pengumpulandatanya 3 tahun sekali. Data modul tersebut adalah:i.
Konsumsi, pengeluaran dan pendapatan, tahun 1990, 1993, 1996,1999,
2002, dan 2005;ii. Sosial-budaya, perjalanan, kriminalitas, dan kesejahteraan
rakyat(kesra), tahun 1991, 1994, 1997, 2000, 2003, dan 2006, namunmodul

perjalanan dan kriminalitas sejak tahun 2000 tidak lagi beradadi dalam
Susenas sehingga di tahun-tahun tersebut modulnya adalahsosial-budaya
dan pendidikan);iii. Kesehatan, pendidikan, dan perumahan, tahun 1992,
1995, 1998,2001, 2004, dan 2007, dan karena kebutuhan khusus maka
tahun2001 diselenggarakan modul kesehatan dan perumahan.
b.
Pelaksanaan Pengumpulan Data
Petugas pencacah sebelumnya sudah dilatih dengan menerapkan sistem
pelatihan berjenjang. Tahap awal dilatih petugas Intama(instruktur utama)
oleh Master Intama. Intama, yang telah mendapatmateri pelatihan,
memberikan pelatihan ke Innas (instruktur nasional). Innas kemudian melatih
petugas pewawancara dan pengawas. Pencacahan dilaksanakan oleh petugas
pewawancara pada bulanPebruari setiap tahun, dengan menggunakan
metode wawancaralangsung (mendatangi rumah tangga terpilih). Setiap
petugas mewawancarai paling sedikit 16 rumah tangga (satu blok sensus)
danpaling banyak 48 rumah tangga (tiga blok sensus). Setiap 35
petugaspencacah diawasi oleh satu orang petugas pengawas.Dengan pola
tersebut, setiap kali menyelenggarakan pelatihan Susenasmaka akan
dibutuhkan petugas Master Intama dan Intama antara 50 60 orang, petugas
Innas antara 150 200 orang, dan petugas pencacahdan pengawas 16.000
orang. Ada dua pola petugas pencacah yang pernah diterapkan
melaksanakantugas wawancara di daerah untuk sampel Kor dan Modul, yaitu:
1.
Menugaskan satu orang petugas pewawancara di satu rumahtangga
untuk mewawancarai daftar Kor dan Modul menggunakandua daftar
pertanyaan sekaligus.
2.
Menugaskan petugas Kor yang berbeda dengan petugas Modul disatu
rumah tangga yang sama, atau satu rumah tangga ada duapetugas.
Dengan pola pertama, sulit untuk menghindari terjadinya human
error dan kenakalan petugas untuk merekayasa pengisian daftar. Denganpola
kedua bisa terjadi human error dari sisi perbedaan kualitas antar-petugas
dan jawaban responden yang bisa berbeda karena didatangidua kali.
Kemungkinan responden memberikan jawaban berbeda jikawawancara
dilakukan dalam waktu yang berbeda. Kemungkinan lainadalah jika petugas
Kor mewawancarai kepala rumah tanggasedangkan petugas Modul
mewawancarai istri kepala rumah tangga.Akibatnya pengisian dokumen Kor
dan Modul bisa terjadi tidakkonsisten.Pola yang paling ideal, adalah

wawancara dilakukan oleh tim(kelompok pewawancara), sehingga dapat


diminimalkan tingkatkesalahan baik dari sisi petugas maupun responden,
hanya saja modelyang ideal ini membutuhkan dana pencacahan yang cukup
besar.Lamanya waktu wawancara untuk setiap rumah tangga tergantung
dari jenis daftar, banyaknya anggota rumah tangga, dan lokasi sampel:
1.
2.
3.

Rata-rata lama waktu wawancara daftar Kor antara 1-1,5 jam,


Rata-rata lama waktu wawancara daftar Modul Konsumsi 1.5-2.5 jam,
Rata-rata lama wawancara daftar Modul Kesehatan,

Pendidikan,Perumahan, Sosial Budaya) masing-masing 0.5-1.5 jam.


Dengan demikian, untuk rumah tangga yang terpilih sampel Kor
sajadibutuhkan waktu berkisar antara 1-1,5 jam tergantung
banyaknyaanggota rumah tangga, sedangkan rumah tangga yang terpilih
sampelKor dan Modul Konsumsi lama wawancara berkisar antara 2-3.5
jam,dan untuk yang terpilih sampel Kor dan Modul yang lain membutuhkan
waktu antara 2-2,5 jam. Akan berbeda pula waktu yang dibutuhkan untuk
lokasi wawancara di daerah perkotaan dan perdesaan, biasanya wawancara
di perkotaan lebih lama dibanding perdesaan karena dikota pola konsumsi
bisa sangat beragam sedangkan di perdesaan pola konsumsi lebih
sederhana.
c.

Management Pengolahan Data Susenas


Sistem pengolahan data dilakukan dengan prinsip sentralisasi dan

desentralisasi pengolahan. Pada tahun-tahun 1963-1991, system pengolahan


data menggunakan computer main frame dengan menggunakan bahasa
program Cobol dan Fortran, sehingga pelaksanaan input data (edit, entry )
dilaksanakan seluruhnya di BPSpusat. Pengolahan data dengan
komputer main frame membutuhkan waktuyang cukup lama, satu kegiatan
Susenas baru diperoleh hasilnya dalam waktu satu tahun lebih, setelah
dokumen dari lapangan melaluiproses pengolahan, sehingga publikasi
Susenas kala itu sudah tidak up-to-date karena tertinggal 1-2 tahun. Proses
pengolahan input datasampai clean data memerlukan waktu yang lama
karena melaluibeberapa putaran (system input data yang berulang).
Biasanya untuk sampai clean data dibutuhkan proses input data sampai
dengan 3-5putaran, tergantung dari kualitas hasil pengisian lapangan dan
editing petugas.Di tahun 1992, system pengolahan beralih ke Personal

Computer (PC )dengan menggunakan software ISSA ( Integrated System for


Survei Analysis) dengan sistem berbasis DOS sampai dengan tahun 1999.
Dengan menggunakan system input data ISSA, telah terjadi
percepatanpengolahan data, karena sistem ini selain berbasis pada sistem
PC juga menerapkan prinsip interaktif , yaitu pada saat berlangsungnya
proses input data secara langsung program sudah bisa menjagakonsistensi
antar-isian dan antar-blok pertanyaan, dan range interval isian kode untuk
setiap pertanyaan. Dengan demikian, proses input data tidak lagi
menggunakan prinsip putaran input data, karena hasil entry data dalam
satu kali input data sudah menghasilkan data clean.
Proses pengolahan data mulai dari dokumen hasil lapangan
sampaitabulasi membutuhkan waktu 4-6 bulan, sehingga publikasi
sudahdapat diselesaikan pada akhir tahun yang sama.Kemudian di tahun
2000-2004 sistem data input Susenasmenggunakan CSPro yang merupakan
pengembangan ISSA dengansistem yang berbasis Windows. Akan tetapi
untuk tahun-tahunSusenas dengan Modul Konsumsi (1993, 1996, 1999, dan
2002), ISSAtidak bisa diterapkan karena keterbatasan kemampuan
sehinggadigunakan suatu sistem dengan bahasa Cobol.
Pada tahun tersebut sudah dikembangkan bahasa Cobol for PC dengan
sistem yangdirancang dengan pola interaktif, sehingga waktu pengolahan
datasudah semakin cepat.Sesuai dengan ketersediaan teknologi informasi
(TI) yang semakinmaju, maka Susenas mengembangkan system
input datanya di tahun2005 dengan menggunakan system PHP My SQL for PC
untuk daftar Kor maupun Modul Konsumsi. Karena di BPS propinsi dan
BPSkabupaten/kota masih ada keterbatasan sumber daya manusia
sertafasilitas komputer belum seluruhnya memadai, maka tahun
2006pengolahan input datanya kembali menggunakan CSPro.Dengan
tersedianya PC di setiap propinsi, maka sejak tahun 1993pelaksanaan input
data untuk dokumen Kor dan Modul secarabertahap diserahkan ke BPS
daerah.
Awalnya, hanya dokumen Kor saja diserahkan ke propinsi untuk
melaksanakan input data, walaupun ada beberapa propinsi yang belum
sanggup melaksanakannya (khususnya untuk daerah Indonesia Timur).
Kemudian secara bertahap di tahun 1995, seluruh propinsi sudah dapat
melaksanakan entry daftar Kor saja. Pada tahun-tahun tersebut, BPS

pusatmelaksanakan input data Modul dan Kor pasangannya. Sejak tahun


1996 sampai dengan sekarang, secara bertahap pelaksanaan entry data Kor
sudah dapat dilaksanakan di BPS kabupaten/kota, sedangkan propinsi
melaksanakan entry dokumen Kor yang punya pasangan Modulnya,
sementara itu BPS pusat melaksanakan entry data daftar Modul saja.
Peranan BPS pusat disamping melaksanakan input data modul, juga
melaksanakankompilasi hasil entry data Kor dari seluruh kabupaten/kota
kemudianmenguji kualitas hasil entry tersebut dan mengecek kelengkapan
hasil entry data sesuai dengan target sampel. Selanjutnya dilakukan
revalidasi dan uji konsistensi datanya, sehingga data yang dihasilkansudah
bersih (clean data). Rencana sistem pengolahan data di tahun mendatang,
baik Kor maupun Modul, diharapkan bisa ditangani seluruhnya di propinsi
dankabupaten/kota, sehingga peranan BPS pusat lebih fokus
hanyamenyiapkan system input data, kompilasi, validasi dan tabulasi. Untuk
dapat meningkatkan pemanfaatan data Susenas di tingkatkabupaten/kota,
maka secara bertahap sejak tahun 1995 telahdilaksanakan pelatihan untuk
peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan mengadakan pelatihanpelatihan teknis pengolahandan analisa data Susenas dengan menggunakan
software SPSS.Upaya dilakukan bertahap, dari jenjang propinsi kemudian
kekabupaten/kota. Peserta pelatihan tidak saja dari unsur statistik akantetapi
juga dari instansi lain yang terkait dengan data Susenas sepertiDepkes,
Diknas dan BKKBN.Penerapan pola entry data dengan dibantu oleh BPS
propinsi dan BPSkabupaten/kota dimaksudkan untuk:
1.
Menghasilkan hasil data entry dengan waktu yang lebih cepat,
2.
Memudahkan petugas pengolahan untuk meminta memperbaikiisian ke
petugas lapangan apabila dijumpai daftarnya belum terisilengkap, proses
update dan kontrol kualitas pengisian daftar lebihdekat,
3.
Meningkatkan rasa memiliki sehingga kabupaten/kota
mempunyaikemampuan untuk mengolah data sendiri, dan4. Memanfaatkan
data hasil entry untuk bahan kebutuhan analisa menjadi lebih maksimal.
d.
Keunggulan dan Kelemahan
1. Keunggulan
Susenas satu-satunya survei bidang kesra yang dilaksanakan setiap
tahun, mencakup berbagai aspek sosial, ekonomi, dan budaya penduduk
(komprehensif), sangat kaya untuk analisis lintas sektor.

Susenas merupakan survei dengan sampel besar sehingga untuk


variabel tertentu cukup representatif untuk tingkat kabupaten/kota.
Sejak tahun 1993 metodologi (sampel, cakupan materi) Susenas
relatif stabil sehingga dapat membandingkan perkembangan antar tahun.
Susenas merupakan lokomotif penyediaan data bidang kesra
2.

karena kontinuitas dan cakupannya relatif luas


Kelemahan
Untuk estimasi tingkat kabupaten/kota tingkat kesalahan relatif besar
khususnya untuk karakteristik yang frekuensi kejadiannya jarang.
Sebagai lokomotif beban Susenas terlalu berat, baik bagi pencacah
maupun responden, mengakibatkan tingkat kecermatan sedikit berkurang
(baik oleh petugas maupun oleh responden).
Karena merupakan survei besar (sampel dan cakupan wilayah luas),
hasil Susenas paling cepat diperoleh 6 bulan setelah pencacahan
e.
Pemanfaatan Data Susenas
Hasil Susenas sudah biasa dimanfaatkan untuk penghitungan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

berbagaiindikator/statistik, antara lain:


Indikator Kesejahteraan Rakyat,
Indikator Gender,
Indikator Kelangsungan Hidup, Perkembangan, dan PerlindunganIbu dan
Anak,
Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
Tingkat Kemiskinan,
Tingkat kecukupan gizi dan status gizi balita,
Distribusi pendapatan/Indeks Gini, dan
Indikator Melenium Development Goal (MDGs)
Indikator-indikator untuk evaluasi MDGs yang disusun dari data
ModulKonsumsi Susenas antara lain:Indikator 1-7 yang mempunyai tujuan
menanggulangi kemiskinan dankelaparan.
1)
Proporsi penduduk yang hidup di bawah US $1 per hari untuk
tingkatnasional dan propinsi,
2)
Kontribusi kuantil pertama penduduk yang berpendapatan
terendahterhadap konsumsi nasional dan propinsi,
3)
Proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan propinsidan
nasional,
4)
Kesenjangan kemiskinan untuk tingkat propinsi dan nasional,
5)
Proporsi penduduk yang berada di bawah garis konsumsi
minimum(2100 kkal/kapita/hari) untuk tingkat propinsi dan nasional,

6)

Proporsi penduduk yang mengkonsumsi di bawah 55 gram proteinuntuk

tingkat propinsi dan nasional, dan


7)
Proporsi pengeluaran makanan terhadap total pengeluaran untuktingkat
propinsi dan nasional.

2.3

SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia)


Survey penduduk antar sensus dilaksanakan di pertengahan periode
antara dua sensus penduduk. Rumah tangga terpilih di wawancarai guna
mendapatkan informasi mengenai kondisi kependudukan misalnya fertilitas,
mortalitas dan migrasi. Sama dengan survei penduduk antar sensus, survei
ini menghasilkan ukuran demografi, khususnya fertilitas, keluarga berencana
dan mortalitas. Rumah tangga terpilih diwawancara untuk tujuan ini. Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (1991 dan 1994) mencakup 27 propinsi.
Jumlah dari rumah tangga terpilih secara berturut- turut adalah 28 000 dan
35 400.
Dalam dua survei Prevalensi Kontrasepsi Indonesia, informasi tentang
kelahiran, kematian, kesehatan dan keluarga berencana adalah yang paling
utama diperhatikan. Dengan memperhatikan kelahiran, survei ini
mengumpulkan informasi tentang latar belakang responden, sejarah
kelahiran, preferensi kelahiran, pemberian ASI, pengetahuan dan praktek dari
keluarga berencana, dan pekerjaan responden. Sedangkan dalam Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (1991, 1994), beberapa pertanyaan
telah di tambahkan, misalnya perhatian ibu, kesehatan dan imunisasi BALITA,
dan pada tahun 1994 survei dilakukan untuk mengumpulkan informasi untuk
pengetahuan tentang AIDS dan kematian ibu, pengeluaran rumah tangga,
dan ketersediaan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan.

Apa itu SUSENAS? "2009-2010"

SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL


Susenas adalah survei yang dirancang untuk mengumpulkan data sosial
kependudukan yang relatif sangat luas dan dilaksanakan setiap tahun. Data yang
dikumpulkan antara lain menyangkut bidang-bidang pendidikan, kesehatan/gizi,
perumahan, sosial ekonomi lainnya, kegiatan sosial budaya, konsumsi/pengeluaran dan
pendapatan rumahtangga, perjalanan, dan pendapat masyarakat mengenai kesejahteraan

rumahtangganya. Susenas sudah dilaksanakan sejak tahun 1963 dengan kuesioner yang
dibagi dalam dua bagian besar yaitu Kor dan Modul. Kor adalah kumpulan pertanyaanpertanyaan yang bersifat umum yang selau ditanyakan setiap tahun, sedangkan Modul
adalah pertanyaan-pertanyan khusus sesuai dengan topiknya dan lebih rinci yang di
lakukan tiga tahun sekali untuk setiap topic. Keterangan dalam modul-modul yang ada
dikumpulkan secara bergiliran dalam kurun waktu tiga tahun. Modul-modul tersebut
dikelompokkan ke dalam 3 paket, sebagai berikut: (1) Modul konsumsi/pengeluaran dan
pendapatan rumahtangga, (2) Modul Sosial Budaya dan Pendidikan, serta (3) Modul
kesehatan dan perumahan.
Pelaksanan lapangan Susenas awalnya adalah pada bulan Januari Februari untuk setiap
tahunnya. Namun sejak bergesernya tahun anggaran dari April-Maret menjadi JanuariDesember maka pelaksanaan Susenas pada bulan Januari menjadi terkendala, maka sejak
2004 pelaksanan Susenas digeser menjadi bulan Juni-Juli untuk setiap tahunnya.
Susenas 2009
Kerangka sampel yang digunakan dalam Susenas 2009 terdiri dari 3 jenis, yaitu:
kerangka sampel untuk pemilihan blok sensus, kerangka sampel untuk pemilihan subblok
sensus (khusus untuk blok sensus yang bermuatan rumah tangga lebih dari 150 rumah
tangga), dan kerangka sampel untuk pemilihan rumah tangga dalam blok sensus/subblok
sensus terpilih.
Kerangka sampel blok sensus adalah daftar blok sensus biasa hasil Sensus Ekonomi 2006
(Frame BS SE06) yang dilengkapi dengan jumlah rumah tangga hasil pencacahan
Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B). Kerangka sampel
blok sensus ini mencakup blok sensus di 471 kabupaten/kota dan dibedakan menurut
daerah perkotaan dan perdesaan. Pelaksanaan Susenas Juli 2009 mencakup sebanyak
18.243 blok sensus atau sebanyak 291.888 rumah tangga sampel yang tersebar di seluruh
wilayah geografis Indonesia.
Kerangka sampel rumah tangga adalah daftar rumah tangga hasil pendaftaran rumah
tangga yang menggunakan Daftar VSEN2009.L. Kerangka sampel rumah tangga ini
dibedakan menurut tiga kelompok golongan pengeluaran rumah tangga sebulan.

Susenas 2008
Kerangka sampel yang digunakan dalam Susenas Juli 2008 terdiri dari 3 jenis,
yaitu: kerangka sampel untuk pemilihan blok sensus, kerangka sampel untuk pemilihan
subblok sensus (khusus untuk blok sensus yang bermuatan rumah tangga lebih besar dari
150 rumah tangga), dan kerangka sampel untuk pemilihan rumah tangga dalam blok
sensus/subblok sensus terpilih.
Kerangka sampel blok sensus adalah daftar blok sensus biasa hasil Sensus Ekonomi 2006
(Frame BS SE06) yang dilengkapi dengan jumlah rumah tangga hasil pencacahan
Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B). Kerangka sampel
blok sensus ini mencakup blok sensus di 457 kabupaten/kota dan dibedakan menurut
daerah perkotaan dan perdesaan.
Susenas 2008 mencakup sebanyak 17.869 blok sensus yang menyebar di seluruh
kabupaten/kota. Sebanyak 4.300 blok sensus di antaranya merupakan blok sensus sampel
pada pelaksanaan Susenas Panel Maret 2008. Pada setiap blok sensus akan dicacah
sebanyak 16 rumah tangga, sehingga secara nasional pencacahan Susenas Juli 2008 akan
mencacah sebanyak 285.904 rumah tangga sampel.

NERACA BAHAN MAKANAN


BABI
PENDAHULUAN
I.1LatarBelakang
Pengadaanpanganyangcukupuntukmemenuhikebutuhanpanganseluruhpendudukdan
sesuai dengan persyaratan gizi, merupakan masalah terbesar sepanjang sejarah kehidupan

manusia. Untukmenjawabmasalahinidiperlukaninformasimengenaisituasipangandisuatu
negara/daerahpadaperiodetertentu.Halinidapatterlihatdarigambaranproduksi,pengadaan
danpenggunaanpangansertatingkatketersediaanuntukkonsumsipendudukperkapita.Salah
satucarauntukmemperolehgambaransituasipangandapatdisajikandalamsuatuneracaatau
tabelyangdikenaldengannamaNeracaBahanMakanan.
DidalamNeracaBahanMakanan(NBM)disajikanangkarataratajumlahjenisBahan
Makananyangtersediauntukdikonsumsipendudukperkapitapertahundalamkilogramserta
perkapitaperharidalamsatuangram,padakurunwaktutertentu.Selanjutnyauntukmengetahui
nilaigiziBahanMakananyangtersediauntukdikonsumsitersebut,makaangkaketersediaan
panganuntukkonsumsiperkapitaperhariditerjemahkankedalamsatuanenergi,protein,dan
lemakperkapitaperhari.
Pemenuhan penyediaan bahan pangan merupakan faktor penting dalam memenuhi
kebutuhan gizi, terutama untuk peningkatan gizi masyarakat. Menurut Departemen Pertanian
(2001) angka kecukupan rata-rata energi dan protein untuk penduduk Indonesia masing- masing
sebesar 2.200 kalori dan 55 gram protein per kapita per hari, sedangkan angka kecukupan lemak
telah direkomendasikan minimal setara dengan 10 % dan maksimal 25 % dari energi (Widya
Karya Nasional Pangan dan Gizi 1993).
Olehkarenapentingnyaneracabahanmakanandalamsuatuwilayah,makakamitertarikuntuk
membahaslebihrincitentangNeracaBahanMakanan.
I.2RumusanMasalah
Adapunrumusanmasalahdalammakalahiniyaitu:
1. BagaimanaPerkembanganPenyusunanNBMdiIndonesia?
2. ApaKomponenUtamaDalamTabelNBM?
3. BagaimanaMenyusunNBMDalamSuatuWilayah?
I.3TujuanPenulisan

Berdasarkanrumusanmasalahdiatas,makatujuandaripenulisanmakalahiniyaitu:
1. UntukmengetahuiperkembanganpenyusunanNBMdiIndonesia.
2. UntukmengetahuikomponenutamadalamtabelNBM.
3. UntukmengetahuipenyusunanNBMdalamsuatuwilayah.

BABII
PEMBAHASAN
II.1PengertianNeracaBahanMakanan(NBM)
NBMmerupakantabelyangmemuatinformasitentangsituasipengadaan/penyediaan
pangan(foodsupply),danpenggunaanpangan(foodutilization),hinggaketersediaanpangan
untukdikonsumsipendudukpadasuatuwilayah(negara/propinsi/Kabupaten)dalamsuatukurun
waktutertentu.
II.2PerkembanganNBMDiIndonesia
DiIndonesia,NBMmulaidisusunpadatahun1963olehBadanPusatStatistik(BPS)
denganbantuanahlidariFAOuntukkeperluaninternBPS,Kemudiansecaraperiodikdisusun
NBM1971danNBM1972.SelanjutnyaberdasarkaninstruksiMenteriPertanianNomor:12
/INS/UM/6/1975 tanggal 19 Juni 1975, dibentuk Tim Penyusun NBM Nasional yang
beranggotakan unsurunsur dari instansi Departemen Pertanian dan instansi terkait untuk
bersamasama menyusun buku Pedoman Penyusunan NBM serta menyajikan NBM mulai
PELITAIhinggasekarang.
Menyadari bahwa penyajian NBM Nasional terlalu bersifat umum, maka pada tahun
1985 Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian atas nama Menteri Pertanian, melalui surat
Nomor:RC.220/487/B/II/1985tanggal20Januari1985menginstruksikanseluruhkepalaKantor
Wilayah Departemen Pertanian untuk mengembangkan Penyusunan NBM Regional/Provinsi

denganmembentuktimPenyusunanNBMRegional/ProvinsiyangbertugasmenyusunNBM
Regional/Provinsimasingmasing.
II.3KegunaanNBM
TabelNBMdapatdigunakanuntuk:
1. Melakukanevaluasiterhadappengadaandanpenggunaanpangan
2. Memberikaninformasitentangproduksi,pengadaansertasemuaperubahanperubahan
yangterjadi,
3. Alatperencanaandibidangproduksiataupengadaanpangandangizi,
4. MerumauskankebijakanpangandanGizi.
Sedangkan menurut Suhardjo (1996) beberapa factor yang menguntungkan dalam
pemakaianneracabahanmakananyaitu:
1. Dapat menggambarkan imbangan antara persediaan pangan dihubungkan dengan
kebutuhan yang seharusnya dipenuhi. Dapat dibandingkan terhadap konsumsi pangan
yangnyatadarisurveikonsumsipangan.
2.Bilapersediaantotalenergiyangdibandingkandenganperkiraankebutuhantidakbanyak
berbeda,makadidugatidakterdapatmasalahkekurangangiziseriusbiladistribusinya
merata.Namundemikianbilapersediaannyajauhlebihrendahdariperkiraankebutuhan,
makadapatmenyebabkanmasalahkekurangangiziberat.
3.Secaramudahdapatmenggambarkanperkiraanpersediaanzatgizidariberbagaikelompok
jenispangan,sepertienergi,protein,lemak,vitamindanmineral.
4.Sangatberartisebagaialatkomunikasidiantaraparaahligizi,pertanian,danekonomi.
II.4KonsepDanDefinisidalamNBM
AdapunkonsepdandefinisidalamNBMyaitu:

1. Jenis Bahan Makanan.


Bahan makanan yang dicantumkan dalam kolom NBM adalah semua jenis bahan
makanan baik nabati maupun hewani yang umum tersedia untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Bahan makanan tersebut dikelompokkan menurut jenisnya yang diikuti prosesnya dari produksi
sampai dengan dapat dipasarkan/dikonsumsi dalam bentuk belum berubah atau bentuk lain yang
berbeda sama sekali setelah melalui proses pengolahan. Pengelompokkan bahan makanan
tersebut adalah sebagai berikut : padi-padian, makanan berpati, gula, buah/biji berminyak, buahbuahan, sayuran, daging, telur, susu, ikan serta kelompok minyak dan lemak.
a. Padi-padian.
Padi-padian adalah kelompok komoditas yang terdiri atas : gandum, padi, jagung dan
sorgum (cantel), serta produksi turunannnya.
b. Makanan berpati.
Makanan berpati adalah bahan makanan yang mengandung pati yang berasal dari
akar/umbi dan lain-lain bagian tanaman yang merupakan bahan makanan pokok lainnya. Yang
termasuk dalam kelompok komoditas ini adalah ubi kayu, ubi jalar dan sagu serta produksi
turunannya. Contoh : gaplek/chips dan tapioca/pellet adalah turunan dari ubi kayu. Kelompok
komoditi makanan berpati ini merupakan jenis bahan makanan yang mudah rusak jika disimpan
dalam jangka waktu yang cukup lama bila tidak melalui proses pengolahan
c. Gula.
Gula adalah kelompok komoditas yang terdiri atas : gula pasir dan gula merah (gula
mangkok, gula lempengan , gula semut dan lain- lain), baik dari hasil olahan pabrik maupun
rumah tangga yang merupakan produksi olahan dari tanaman kelapa deres, aren, siwalan, nipah,
dan tebu.
d. Buah/biji berminyak.

Buah/biji berminyak adalah kelompok bahan makanan yang mengandung minyak, yang
berasal dari buah dan biji-bijian. Komoditas yang termasuk dalam kelompok ini adalah kacang
hijau, kelapa, kacang tanah, kacang kedelai, kacang mete, kemiri pala, wijen, kacang bogor dan
lain- lain yang sejenis. Sebagian dari komoditas ini khususnya kelapa, diolah menjadi kopra yang
selanjutnya dijadikan minyak goreng, sehingga produk turunannya tercantum dalam kelompok
minyak dan lemak.
e. Buah-buahan.
Buah-buahan adalah sumber vitamin dan mineral dari bagian tanaman yang berupa buah.
Umumya merupakan produksi tanaman tahunan yang biasa dikonsumsi tanpa dimasak.
f. Sayuran.
Sayuran adalah sumber vitamin dan mineral yang dikonsumsi dari bagian tanaman yang
berupa daun, bunga, buah, batang, atau umbi. Tanaman tersebut pada umumnya berumur kurang
dari 1 (satu) tahun.
g. Daging.
Daging adalah bagian dari hewan yang disembelih atau dibunuh dan lazim dimakan
manusia, kecuali yang telah diawetkan dengan cara lain dari pada pendinginan.
h. Telur.
Telur adalah telur unggas. Telur yang dimaksud yaitu telur ayam buras, telur ayam ras,
telur itik dan telur unggas lainnya.
i. Susu.
Susu adalah cairan yang diperoleh dari ternak perah sehat, dengan cara pemerahan yang
benar, terus menerus dan tidak dikurangi sesuatu dan/atau
ditambahkan kedalamnya sesuatu bahan lain.

j. Ikan.
Ikan adalah komoditas yang berupa binatang air (ikan berkulit halus dan berkulit keras)
dan biota perairan lainnya. Yang dimaksud komoditas disini adalah yang berasal dari kegiatan
penangkapan dilaut maupun diperairan umum (waduk, sungai dan rawa) dan hasil dari kegiatan
budidaya (tambak, kolam, keramba dan sawah) yang dapat diolah menjadi bahan makanan yang
lazim/umum dikonsumsi masyarakat. Berdasarkan banyaknya jenis ikandarat/laut yang
dikonsumsi penduduk dirinci menjadi : tuna/cakalan/tongkol, kakap, cucut, bawal, teri, lemuru,
kembung, tengiri, bandeng, belanak, mujair, ikan mas, udang, rajungan, kerang darat, cumicumi,/sotong dan ikan lainnya.
k. Minyak dan lemak.
Minyak dan lemak adalah kelompok bahan makanan yang berasal dari nabati seperti :
minyak kelapa, minyak sawit, minyak kacang tanah, minyak kacang kedelai dan minyak jagung
serta yang berasal dari hewani yaitu minyak ikan. Sedangkan lemak umumnya berasal dari
hewani seperti : lemak sapi, lemak kerbau, lemak kambing/domba, lemak babi dan lain- lain.
2. Produksi.
Produksi adalah jumlah keseluruhan hasil masing-masing bahan makanan yang
dihasilkan dari sektor pertanian (tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan), baik
yang belum mengalami proses pengolahan maupun yang sudah mengalami proses pengolahan.
Produksi dikategorikan menjadi 2 kategori sebagai berikut:
Masukan (input) adalah produksi yang masih dalam bentuk asli maupun dalam bentuk hasil
olahan yang akan mengalami proses pengolahan lebih lanjut.
Keluaran (output) adalah produksi dari hasil keseluruhan atau sebagian hasil turunan yang
diperoleh dari hasil kegiatan berproduksi yang belum mengalami perubahan. Besarnya
keluaran sebagai hasil masukkan sangat tergantung pada besarnya derajat ekstraksi dan
faktor konversi.
3. Stok dan Perubahan Stok.

Stok dan perubahan stok adalah perubahan jumlah bahan makanan yang berada
dilumbung atau di gudang-gudang yang dikuasai oleh pemerintah (Dolog), yang merupakan
selisih antara stok akhir tahun dengan stok awal tahun. Perubahan stok ini hasilnya bisa negatif
(-) dan bisa positif (+). Negatif berarti ada penurunan stok akibat pelepasan stok ke pasar, dengan
demikian komoditas yang beredar di pasar untuk dikonsumsi bertambah jumlahnya. Positif
berarti ada peningkatan stok digudang yang berasal dari komoditas yang beredar di pasar, dengan
demikian komoditas yang beredar di pasar menjadi menurun jumlahnya.
4. Impor/Masuk Kabupaten.
Impor adalah sejumlah bahan makanan yang didatangkan ke wilayah Kabupaten
Lamongan, baik yang berasal dari luar negeri maupun dari kabupaten lain. Bahan makanan ini
termasuk bahan yang belum diolah maupun yang sudah mengalami pengolahan.
5. Penyediaan di Kabupaten sebelum ekspor.
Penyediaan di kabupaten sebelum ekspor adalah sejumlah bahan makanan yang berasal
dari produksi (keluaran) setelah dikurangi perubahan stok ditambah impor.
6. Ekspor/Keluar Kabupaten.
Ekspor adalah sejumlah bahan makanan yang dikeluarkan dari wilayah Kabupaten
Lamongan, baik yang dikirim ke luar negeri maupun ke Kabupaten lain. Bahan makanan ini
termasuk bahan yang belum diolah maupun yang sudah mengalami perubahan.
7. Pemakaian di Kabupaten.
Pemakaian di Kabupaten adalah sejumlah bahan makanan yang digunakan di daerah
Kabupaten Lamongan dan dialokasikan untuk pakan ternak, bibit/benih, diolah untuk industri
makanan dan industri non-makanan, yang tercecer, dan yang tersedia untuk dimakan.
Makanan ternak (pakan) adalah sejumlah bahan yang langsung diberikan kepada ternak
peliharaan , baik ternak besar, ternak kecil, unggas maupun ikan.

Bibit/benih adalah sejumlah bahan makanan yang digunakan untuk keperluan berproduksi
selanjutnya
Diolah untuk makanan adalah sejumlah bahan makanan yang masih mengalami proses
pengolahan lebih lanjut melalui industri makanan dan hasilnya dimanfaatkan untuk
makanan manusia dalam bentuk lain.
Diolah untuk bukan bukan makanan adalah sejumlah bahan makanan yang masih mengalami
proses pengolahan lebih lanjut dan dimanfaatkan untuk kebutuhan industri, bukan untuk
manusia, termasuk untuk industri pakan ternak/ikan.
Tercecer adalah sejumlah bahan makanan yang hilang atau rusak, sehingga tidak dapat
dimakan manusia, yang terjadi secara tidak sengaja sejak pasca panen hingga tersedia
untuk konsumen.
Tersedia untuk Dikonsumsi adalah sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi
oleh penduduk pada tingkat pedagang pengecer dan pada tingkat rumah tangga, dalam
kurun waktu tertentu.
8. Ketersediaan per Kapita.
Ketersediaan per Kapita adalah sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi
setiap penduduk Kabupaten Lamongan dalam suatu kurun waktu tertentu, baik dalam bentuk
natural maupun dalam bentuk unsur gizinya. Unsur gizi utama tersebut adalah:
a. Energi adalah sejumlah kalori hasil pembakaran karbohidrat yang berasal dari berbagai jenis
bahan makanan. Energi ini sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk kegiatan tubuh
seluruhnya.
b. Protein adalah suatu persenyawaan yang mengandung unsur N, sangat dibutuhkan tubuh
untuk pertumbuhan serta penggantian jaringan-jaringan yang rusak/aus.
c. Lemak adalah salah satu unsur zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai tempat
penyimpanan energi, protein dan vitamin.

d. Vitamin merupakan salah satu unsur zat makanan yang sangat diperlukan tubuh untuk proses
metabolisme dan pertumbuhan normal.
e. Mineral merupakan zat makanan yang diperlukan manusia agar memiliki kesehatan dan
pertumbuhan yang baik.
II.5SyaratsyaratPenyusunanNBM
Beberapapersyaratanyangharusdipenuhiyaitu:jenisbahanmakanan,datapenduduk,
besarandanangkakonversi,komposisigizibahanmakanansertacarapengisiantabelNBM.
1.JenisBahanMakanan
Jenisbahanmakananyangdimaksuddisiniadalahjenisbahanmakananyanglazimatau
umumdikonsumsiolehmasyarakatsuatunegara/daerahyangdataproduksinyatersediasecara
kontinyudanresmi.Namun,biladataproduksijenisbahanmakanantersebuttidaktersedia,
makabisadidekatidengandatalainyangtersedia,misalnyadatakonsumsi.
2.DataPenduduk
Datapendudukyangdigunakanadalahdatapenduduktahunyangbersangkutanyang
bersumber dari BPS yang diperoleh dari angka proyeksi penduduk berdasarkan Sensus
Penduduk,SurveiPendudukAntarSensusdanPendaftaranPemilihdanPendataanPenduduk
Berkelanjutan (P4B). Data penduduk tersebut termasuk penduduk asing yang bermukim di
Indonesiaminimalselamaenambulan.
3.BesarandanAngkaKonversi
Besarandanangkakonversiyangdigunakanadalahbesarandanangkakonversiyang
ditetapkanolehTimNBMNasionalyangdidasarkanpadahasilkajiandanpendekatanilmiah.
UntukpenyusunanNBMRegional,sepanjangbesarandanangkakonversitersediadidaerah,
dapatdigunakanangkatersebutdenganmenyebutsumbernya.

4.KomposisiGiziBahanMakanan
Komposisigizibahanmakananyangdigunakanadalahkomposisigizibahanmakanan
yangbersumberdaribukuDaftarKomposisiBahanMakanan(DKBM),PublikasiPuslitbang
GiziDepartemenKesehatandandarisumberlainyangresmiyaitu:FoodCompositionTable
ForUseInEastAsia,danFoodCompositionTableForInternationalUse,PublikasiFAO.
Komposisigizitersebutadalahbesarnyanilaikandungangizidaribagianyangdapatdimakan.
5.CaraPengisianTabelNBM
Pengisian dilakukan secara rutin kolom demi kolom.
Kolom 1 : Jenis bahan makanan. Tuliskan nama seluruh bahan makanan sesuai dengan
kelompok komoditas pada kolom (1).
Kolom 2 : Produksi (masukan). Tuliskan angka produksi yang masih akan mengalami perubahan
bentuk (bila ada) pada kolom (2).
Kolom 3 : Produksi (keluaran). Tuliskan pada kolom (3) angka unsur produksi yang merupakan
produksi asli yang diperoleh dari kegiatan berproduksi dan belum mengalami perubahan
atau produksi turunan yang sudah mengalami perubahan.
Kolom 4 : Perubahan stok. Tuliskan angka perubahan stok (bila ada) pada kolom (4) berikut
tandanya : negatif (-) atau positif (+).
Kolom 5 : Impor. Tuliskan pada kolom (5)angka jumlah bahan makanan yang masuk dari negara
lain atau wilayah lain.
Kolom 6 : Penyediaan Dalam Negeri sebelum Ekspor. Tuliskan pada kolom (6) angka hasil dari
produksi ( keluaran ) dikurangi perubahan stok ditambah impor.
Kolom 7 : Ekspor. Tuliskan pada kolom (7) angka jumlah bahan makanan yang dikeluarkan
wilayah administratif/daerah ke luar negeri maupun ke wilayah lain baik melalui laut,
darat maupun udara.

Kolom 8 : Penyediaan Dalam Negeri.Tuliskan pada kolom (8)angka hasil dari Penyediaan
Dalam Negeri sebelum ekspor kolom (6) dikurangi ekspor pada kolom (7).
Kolom 9 : Pakan Tuliskan angka pakan pada kolom (9).Untuk menghitung kebutuhan pakan
dapat digunakan dua cara yaitu :
a. Hasil perkalian antara total populasi ternak (diluar ayam dan unggas ) dengan ransum
masing-masing jenis makanan atau
b. Hasil perkalian antara persentase pakan dengan penyediaan dalam negeri.
Kolom 10 : Bibit/benih. Tuliskan pada kolom (10) angka hasil perkalian antara jumlah
kebutuhan bibit kg/Ha dengan luas tanam bersih pada tahun penyusunan NBM untuk
tanaman pangan dan persentase yang digunakan untuk bibit dengan penyediaan dalam
negeri untuk jenis komoditas lainnya.Untuk menghitung kebutuhan bibit, khususnya
untuk tanaman pangan ada 2 (dua ) cara yang dapat ditempuh: luas panen dikalikan
dengan kebutuhan bibit per hektar.
Kolom 11: Diolah untuk makanan. Tuliskan pada kolom (11) angka banyaknya komoditas bahan
makanan yang berasal dari penyediaan dalam negeri yang diolah untuk makanan, bila
ada.
Kolom 12 : Diolah untuk bahan makanan Tuliskan pada kolom (12) angka banyaknya komoditas
bahan makanan yang berasal dari penyedian dalam negeri yang diolah untuk keperluan
bukan makanan, bila ada.
Kolom 13 : Tercecer Tuliskan pada kolom (13)angka hasil perkalian persentase tercecer dengan
penyediaan dalam negeri untuk masing-masing komoditas .
Kolom 14: Bahan makanan Tuliskan pada kolom (14)angka jumlah bahan makanan yang
tersedia dikonsumsi penduduk.Angka tersebut merupakan hasil dari : kolom (8)-kolom
(9)-kolom (10)-kolom(11)-kolom (12)-kolom (13).

Kolom 15 : Kg/Tahun(Kg/year). Tuliskan pada kolom (15)angka hasil pembagian kolom (14)
dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.Kg/Tahun = kolom (14)/penduduk
pertengahan tahun *1000.
Dikalikan 1000 karena konversi dari ton ke kilogram
Kolom 16: Gram/Hari (Gram/Day)Tuliskan pada kolom (16) hasil pembagian kolom (15)
dengan jumlah hari dalam satu tahun dikali 1000.Gram/Hari = (kolm (15)/365 hari*1000.
Dikalikan 1000 karena konversi dari kilogram ke gram.
Kolom 17: Energi,Kalori/hari(Energy, cal/Day). Tuliskan pada kolom (17)angka hasil perkalian
kolom (16) dengan persen bagian yang dapat dimakan (b.d.d), kemudian kalikan dengan
kandungan energi dari 100 gram bahan makanan.
Energi kalori/hari =kolom (16)*b.d.d*kandungan energi:100.
Kolom 18: Protein,Gram/Hari(Protein Gram/Day) Tuliskan pada kolom (18)angka hasil
perkalian kolom (16) dengan persen bagian yang dapat dimakan, kemudian kalikan
dengan kandungan progtein dari 100 gram bahan makanan.
Protein gram/hari = Kolom (16)* B.d.d*kandungan protein:100.
Kolom 19 : Lemak Gram/hari (Fats Gram/day). Tuliskan pada kolom (19) angka hasil perkalian
kolom (16) dengan persen bagian yang dapat dimakan,kemudian kalikan dengan
kandungan lemak dari 100 gram bahan makanan.
Lemak Gram/hari =kolom (16)*B.d.d*kandungan lemak:100:
Ketersediaan perkapita pada kolom (15) s.d kolom (19) merupakan ketersediaan bahan
makanan yang bersangkutan untuk konsumsi perkapita percapita consumtion).Perlu
ditegaskan bahwa angka ini bukanlah jumlah yang benar-benar dimakan,melainkan yang
tersedia di tingkat pengecer atau sampai ke konsumen Tuliskan ketersedian perkapita
untuk vitamin dan mineral pada tabel lanjutan.

Kolom 20 :Vitamin A,S1/hari(IU/day) Tuliskan pada kolom (20)angka hasil perkalian pada
kolom (16)dengan persen bagian yang dapat dimakan,kemudian kalikan dengan
kandungan vitamin A dari 100 Gram bahan makanan.
Vitamin A,S1/hari =kolom (16)*B.d.d*kandungan vitamin A:100.
Kolom 21: Vitamin B1,mg/hari(miligram/day) Tuliskan pada kolom (21) angka hasil perkalian
kolom (16) dengan persen bagian yang dapat dimakan,kemudian kalikan dengan
kandungan vitamin B1 dari 100 gram bahan makanan.
Vitamin B1,mg/hari =kolom(16)*B.d.d*kandungan vitamin B1:100.
Kolom 22: Vitamin C,mg/hari(miligram/day) Tuliskan pada kolom (22)angka hasil perkalian
pada kolom (16)dengan persen bagian yang dapat dimakan,kemudian kalikan dengan
kandungan vitamin C dari 100 gram bahan makanan.
Vitamin C,mg/hari =kolom (16)*B.d.d*kandungan vitamin C:100.
Kolom 23: Kalsium (calsium)mg/hari (miligram/day) Tuliskan pada kolom(23) angka hasil
perkalianpada kolom (16)dengan persen bagian yang dapat dimakan,kemudian kalikan
dengan kandungan kalsium dari 100 gram bahan makanan.
Kalsium,mg/hari =kolom (16)*B.d.d*kandungan kalsium:100.
Kolom 24 : Fosfor (phosfor),mg/hari (miligram/day) Tuliskan pada kolom (24)angka hasil
perkalian pada kolom (16)dengan persen bagian yang dapat dimakan,kemudian kalikan
dengan kandungan fosfor dari 100 gram bahan makanan.
Fosfor,mg/hari =kolom(16)*B.d.d*kandungan fosfor:100.
Kolom 25 : Zat besi(Iron)mg/hari(miligram/day). Tuliskan pada kolom (25)angka hasil perkalian
pada kolom (16)dengan persen bagian yang dapat dimakan,kemudian kalikan dengan
kandungan kalsium dari 100 gram bahan makana.
Zat Besi,mg/hari =kolom(16)*B.d.d*kandungan zat besi:100.

BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan di atas yaitu:
1. NBM mulai disusun pada tahun 1963 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), dan tahun 1985
dibentuk tim Penyusunan NBM Regional/ Provinsi yang bertugas menyusun NBM
Regional/Provinsimasingmasing
2. Adapun komponen utama dalam tabel NBM yaitu: Jenis Bahan Makanan, Produksi, Stok dan
Perubahan Stok, Impor/Masuk Kabupaten, Penyediaan di Kabupaten sebelum ekspor,
Ekspor/Keluar Kabupaten, Pemakaian di Kabupaten, Ketersediaan per Kapita.
3. Untuk menyusun NBM dalam suatu wilayah diperlukan data jenis bahan makanan, data
penduduk, besaran dan angka konversi, komposisi gizi bahan makanan. Yang akan
digunakandalampengisiantabelNBM.
III.2 Saran
Adapun saran kami kepada berbagai pihak yang berkepentingan dalam pembuatan Neraca Bahan
Makanan dalam suatu wilayah yaitu perlu pemuktahiran data penduduk, perlunya peningkatan
produksi bahan pangan dan dimbangi pemerataan dalam distribusinya. Kepada para ahli gizi dan
pertanian Serta ekonomi untuk dapat memanfaatkan NBM dalam membuat Perencanaan pangan
dan gizi dalam suatu wilayah.

DAFTAR PUSTKA
Anonym, 2006. Buku NBM-06.PDF Di Download Dari Website Resmi Kabupaten Lamongan
www.lamongan.go.id. Di akses pada tanggal 10 April 2009.

Jimmy Ludin, SST , 2007. Neraca Bahan Makanan Kabupaten Keerom 2007
http://bps.papua.go.id/keerom/dl_jump.php?id=25. Di akses pada tanggal 10 April 2009.
Rahmadani, 2009. Neraca Bahan Makanan (NBM), Materi Kuliah Ekologi Pangan Dan
Gizi, Jurusan Sosek Pertania Fakultas Pertanian Unhas.
Suhardjo, 1996. Perencanaan Pangan dan Gizi, Jakarta; Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai