Anda di halaman 1dari 8

#1 PELUANG BISNIS SURFAKTAN

DARI MINYAK SAWIT UNTUK


APLIKASI ENHANCED OIL RECOVERY
(EOR)
EOR adalah optimisasi pada suatu sumur
minyak agar minyak-minyak yang kental,
berat, poor permeability dan irregular
faultlines bisa diangkat ke permukaan.
Kegiatan ekspoitasi minyak:
Primer fase dimana lapangan baru
dikembangkan.
Sekunder umur minyak akan diinjeksikan air atau gas untuk
memberikan tekanan tambahan ke
dalam reservoir dan mendorong minyak
II.
mengalir ke sumur-sumur produksi.
Tersier fase EOR akan diterapkan
Kelemahan Surfaktan Berbasis
Petroleum:
1. Tidak tahan pada fluida reservoir (air
formasi) dengan kesadahan tinggi,
III.
detergensinya cenderung menurun
2. Cenderung menggumpal pada salinitas
tinggi
3. Tidak stabil pada suhu reservoir yang
tinggi
Kelebuhan Surfaktan Berbasis
Minyak Sawit:
1. Mampu menurunkan interfacial tension
(IFT) sehingga memiliki sifat pendispersi
yang baik
IV.
2. Tahan terhadap air formasi dengan
kesadahan tinggi, salinitas dan suhu
tinggi
3. Bersifat ramah lingkungan
Teknologi terkait perkembangan
Surfaktan u/ EOR
VI.
1. Pengembangan reaktor transesterifikasi

2. Pengembangan teknologi sintesis


surfaktan dari minyak sawit
3. Pengembangan teknologi aplikasi
surfaktan dari minyak sawit untuk
chemical flooding
#2 PENGENALAN PRODUK
OLEOKIMIA
RM:palm oil,coconut oil,soya oil
,sunflower oil ,rape atau canola oil
Fatty Acid
Diperoleh melalui hydrolysis (trigliserida
dipecah menjadi asam lemak dan gliserol
Digunakan sebagai bahan baku sabun,
deterjen, plastic, coating, dll
Fatty Alcohol
Diperoleh dengan hidrogenasi atau
proses methyl ester
Lebih banyak diolah dari PKO dan CNO
(kaya C12 dan C 14)
Digunakan sebagai BB lubricant, sabun,
detergen,amines, dll
Glycerin
Merupakan produk samping industri fatty
acid, fatty alcohol dan biodiesel. (dapat
dimurnikan)
Dimanfaatkan u/:
Penahan debu batu bara (coal dust
suppressant) CDS
Bahan peningkatan
efisiensipenghancuran semen
(Cement Grinding Aid)
Fatty Acid Methyl Ester (FAME)
Merupakan ester asam lemak yang
mempunyai karakteristik mirip dengan
diesel fosil namun tidak beracun dan
biodegradable
Beta Carotene
Pro vitmin A
TOCOPHEROL dan TOCOTRIENOL

Antioksidan yang larut dalam lemak dan


bisa melindungi sel-sel dari proses
penuaan
VII. Surfaktan
MES u/deterjen, pembersih, kosmetik
DEA: u/ pentabil dan pengembang busa,
pacifier, emulsifier, pendispersi
NLS:u/ agnet pendispersi pada industri
semen
APG,surfaktan non ionic yang terbuat
dari alcohol lemak dan pati/gula
sederhana
APLIKASI OLEOKIMIA PADA
PENGEMBANGAN PRODUK
Agrochemical: methylamine
Karet: Asam Stearat
Kertas:Polyoxyethylene
Logam: Linear Alcohol Ethoxylate
Tekstil: ethoxylated sorbitan monolaurat
Pangan: Calcium stearoyl lactylate (CSL)
Kosmetik: gliserol, asam lemak.
#3 TINJAUAN PROSES PRODUKSI
OLEOKIMIA
OLEOKIMIA DASAR
Fatty acid
Metil Ester
Gliserol
Fatty Alkohol
# 3.1 FATTY ACID

Kandungan C12/C14 yang tinggi pada


PKO
Kandungan C16/C18 yang tinggi pada
Palm Oil

Main Technologies:
Splitting( hidrolisis) menghasilkan crude
fatty acid
Distillation menghasilkan distillated fatty
acid
Fractionation menghasilkan fractionated
fatty acid
Hydrogenation (partial or total)
menghasilkan hydrogenated fatty acid
#3.2 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI
FATTY ALCOHOL
RM: PKO,CNO, dan CPO

#3.3 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI


BIODIESEL (FAME)
BB: trigliserida (diolah dengan
transesterifikasi), asam lemak (diolah
dengan esterifikasi oleh methanol) dan
campuran keduanya (diolah dengan
*transesterifikasi, jika FFA<2%
*esterifikasi+transesterifikasi, jika
FFA>2%)
Transesterifikasi menjadi FAME
dimaksudkan untuk menghilangkan
kandungan fosfor/fosfolipid

Kandungan as. Lemak bebas tinggi


Angka setan rencah
Terlalu kental

Degumming merupakan
prosesnpemisahan phosphatide, protein
residue, carbohydrate, water dan resin
ranpa mengurangi kandungan FFA di
dalam minyak.
Proses degumming dibagi menjadi:
-water degumming (penambahan air
pada T=60-90oC
-acid degumming (penambahan asam
fosfat)
Phospholipide+phosphorica acid
gliserol dan gum
Deacidification u/ menghilangkan FFA.
Dapat dilakukan melalui netralisasi,
destilasi atau ekstraksi pelarut
FFA+Basa sabun+air
Tranesterifikasi. (harus dijamin udah ga
ada FFA)
Trigliserida+methanolgliserin+metil
ester

Mekanisme reaksi pross sintesis


gliserol melalui tranesterifikasi
Tahap 1. Pembentukan digliserida
Trigliseridda+ion metoksida.
__+ester metil asam lemak__+HOCH2digliserida+ion metoksida
Tahap 2 pembentukan monogliserida
+-OCH3 __ xxx+ester metil
as.lemak
xxx+H-OCH3 monogliserida
Tahap 3 pembentukan gliserol
(sama akhirnya aja yang beda jadi
gliserol)
#3.4 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI
SURFAKTAN ALKIL POLIGLIKOSIDA
(APG) DARI FATTY ALKOHOL
DENGAN REAKTAN PATI/GLUKOSA
CAIR
BB APG adalah pati/dekstrosa(singkong
dan jagung) dan fatty alcohol (kelapa
sawit) dan katalis yang digunakan adalah
Paratoluen sulfonat dan Metil Ester
Sulfonat Acid (MESA)
Sifat:
Biasa digunakan sebagau bahan aditif
pada formulasi beberapa produk seperti
personal care, kosmetik, herbisida
Tidak beracun
Memilik iritasi yang rendah
Proses sintesis APG dengan metode
Fischer dilakukan dengan dua varian
proses, yaitu dengan proses satu tahap
(sintesis langsung), yaitu melalui
reaksi langsung glukosa dengan alkohol
lemak, dan proses dua tahap
(butanolisis dan transasetalisasi)

Dietanolamida dapat diproduksi melalui


dua cara, yaitu:
(1)reaksi antara metil ester dengan
dietanolamina.
Dietanolamina+Metil
esterDietanolamida+metanol
Pada reaksi antara metil ester dan
dietanolamina akan dihasilkan alkohol
sebagai produk samping,
Reaksi butanolisis merupakan reaksi
antara monosakarida dan butanol
dengan menggunakan katalis asam
untuk membentuk produk intermediate
butil glikosida
Reaksi asetalisasi merupakan reaksi
antara butil glikosida dengan fatty
alcohol rantai panjang dengan katalis
asam.
Netralisasi bertujuan untuk
menghentikan proses transasetalisasi
dengan penambahan basa hingga
tercapai suasana basa (pH=8-10)
Distilasi u/ menghilangkan Fatty alcohol
yang tidak ikut bereaksi

(2)reaksi antara asam lemak dengan


dietanolamina.
Dietanolamina+FattyAcidDiethanolamid
a +air
pada reaksi antara asam lemak dan
dietanolamina dihasilkan air sebagai
produk samping
Proses transesterifikasi metil ester
olein

Perbedaan
1. Proses Asetalisasi : Reaksi satu tahap
2. Proses Butanolisis dan
Transasetalisasi : Reaksi dua tahap
#3.5 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI
SURFAKTAN DIETANOLAMIDA (DEA)
DARI METIL ESTER DAN FATTY ACID
DEA berfungsi untuk meningkatkan
tekstur kasar busa dan dapat mencegah
terjadinya proses penghilangan minyak
yang berlebihan pada kulit dan rambut

Karakteristik DEA yang dihasilkan:


Bobot jenis berkisar Antara 0.9794 g/ml
0.9812 g/ml;
Nilai pH 10.34 11.25;
Kekentalan berkisar Antara 818.12
1305.56 cP

Kemampuan menurunkan tegangan


permukaan berkisar 43.51 47.62
persen ;
Kemampuan menstabilkan busa berkisar
87.06 98.09 persen;
Nilai HLB 10.18 13.60; dan
Kemampuan menstabilkan emulsi
berkisar 76,36 83,94 persen

#3.6 Teknologi Proses Produksi


Natrium Lignosulfonat Berbasis
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
TKKS mengandung lignin yang cukup
besar
Surfaktan lignosulfonat merupakan
surfaktan berbasis lignin dalam
pembuatannya.
Kinerja NLS sebagai bahan pendispersi
pada semen/gypsum:
menurunkan viskositas,
meningkatkan kelecakan/slam
(slump),
mempermudah pengerjaan
(workability)
kuat tekan (strength) lebih tinggi

Penggunaan Lignosulfonat aplikasi


pada konstruksi:
Nafthalene sulfonat
Glass Fiber Mat( diperlukan sufraktan
yang dispersibility dan wettability =
surfaktan berbasis amine)
Beton( S. harus kompatibel dan stabil
dalam lingkungan basa serta tetap
efektif terhadap berbagai ion logam.
Surfaktan anionic)
Papan Gipsum (S. harus bersifat sangat
good foaming. Surfaktan anionic
dengan rantai alkil C6-C11)
Aspal(surfaktan kationik dengan rantai
alkilC12-C20)
#3.7 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI
SURFAKTAN MES DARI MINYAK
KELAPA SAWIT
MES termasuk kelompok surfaktan
anionik
Memiliki sifat Biodegrability
Dispersi yang baik
Sifat detergensinya tinggi walaupun
pada air dengan tingkat kesadahan
yang tinggi (hard water) dan tidak
adanya fosfat
Pada konsentrasi lebih rendah daya
deterjensinya sama dengan petroleum
sulfonat
Lebih toleran terhadap ion Ca2+
Memiliki tingkat pembusaan yang lebih
rendah
Memiliki stabilitas yang baik terhadap
pH
Fungsi Surfaktan:
Deterjensi : untuk memecah ikatan
antara
kotoran dengan suatu permukaan

Wetting: adsorpsi surfaktan ke


permukaan memungkinkan air untuk
disebarkan ke permukaan berlilin atau
berminyak
Waterprroofing: suatu permukaan
diubah sehingga lebih bersifat
hidrofobik, sehingga pembasahan
permukaan oleh air menjadi lebih sulit.
Foaming: surfaktan ditambahkan untuk
meningkatkan sifat viskoelastis,
sehingga terbentuk busa lebih banyak
Defoaming: surfaktan ditambahkan
untuk mengurangi atau menghilangkan
sifat viskoelastis lapisan antarmuka
gas/larutan.
Dispersan: apabila surfaktan tersebut
mampu mencegah partikel-partikel
supaya tidak saling mengelompok atau
menggumpal. Adanya surfaktan
menyebabkan pada kondisi tertentu
partikel saling tolak-menolak
Emulsification:Penambahan emulsifier
ke suatu sistem koloid bertujuan untuk
mempertinggi kestabilan dispersi fasafasa (dengan cara mengurangi
tegangan antar permukaan) dan
meningkatkan stabilitas produk
terdispersi (emulsi) lebih lama
Demulsification: apabila surfaktan
ditambahkan dengan tujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan
pembatas elektrik antara dua fasa,
sehingga menyebabkan pecahnya
emulsi
(baca slide lagi yang ini ya kalo
sempet)
#3.8 TEKNOLOGI PROSES
PEMURNIAN GLISEROL

Gliserol merupakan kumpulan trihydrate


alcohol
Berbentuk cair, tidak berwarna dan
berbaum serta terasa manis
Aplikasi: pelembab, pemanis, pengawet,
mencegah penyusutan(kerta)

Penggunaan vakum bertujuan


untuk menurunkan titik didih dan
menghisap zat-zat yang menguap.

2: pemurnian gliserol (evaporasi)


Ex: Pemurnian Gliserol 5080 dengan
asam fosfat:
Asam fosfat akan bereaksi dengan sisa
katalis hasil transesterifikasi biodiesel
membentuk garam fosfat.
KOH (aq) + H3PO4 (aq) K3PO4 (s) + H2O
(aq)

3: pemurnian lebih lanjut


(deodorisasi dan bleaching)
Ex: Pemurnian lanjutan gliserol 8080
dengan distilasi vakum

Pemurnian/ pemisahan gliserol


murni dengan pengotor (metanol, air)
berdasarkan perbedaan titik didih.

Reaktan diumpankan berlebih


Aplikasi untuk : Pelumas,
pengemulsi, aditif, moisturizer,
drilling fluid, dll.

#4 POTENSI DAN RESIKO INDUSTRI


OLEOKIMIA

Proses produksi gliserol:


1. Hidrolisis u/ menghasilkan asam lemk
Trigliserida + air (panas) gliserol+FFA
2. Saponifikasi u/ menghasilkan sabun
3. Transesterifikasi u/ menghasilkan
biodiesel
Trigliserida +methanol (katalis) fatty
acid metil ester +gliserol
Pemurnian Gliserol : u/ menghilangkan
kontaminan seperti garam, minyak, non
gliserol organic, air, dll.
Step:
1: separasi sabun dan katallis
Netralisasi menggunakan mineral acid
untuk membentuk 3 layers.

Proses produksi biodiesel:


- Transesterification (base catalyst)
Menggunakan katalis berupa enzim
heterogen sehingga menghasilkan lebih
banyak gliserol murni
- Esterification and transesterification
(acid and base catalyst)
#3.9 Teknologi Proses Produksi
Gliserol Ester
Katalis yang dapat digunakan dalam
produksi gliserol ester:
Para Toluen Sulfonic Acid (PTSA)
berasal dari petroleum
Methyl Ester Sulfonic Acid (MESA)
berasal dari metil ester minyak nabati
Reaksi esterifikasi gliserol ester:
C3H5(OH)3 + RCOOH
C3H5(OH)2OOCR + H2O
Gliserol As.karboksilat Gliserol ester
Air
Reaksi esterifikasi : reversibel

CCP INDUSTRI OLEOKIMIA


1. Ketersediaan bahan baku, janiman
kontinuitas pasokan
2. Infrastruktur : ketersediaan energy yang
cukup
3. Kebijakan Pajak dan Pola Perdagangan,
biaya ekspor impor CPO dan PKO,
insentif fiska;. Sistem kontrak jangka
panjang
4. Volatilitas Harga input-output,
Key Succes:
1. Keterjaminan BB
2. Infrastruktur
3. Manajemen STOK
4. Kampanye Lingkungan

#6. APLIKASI OLEOKIMIA DALAM


INDUSTRI
Pemanfaatan Asam Lemak dan
Turunannya

New trend Fatty acid itu konversi ke fatty


alcohol, biodiesel danfatty acid
ethoxylates

KALO UDAH KELAR BACA YANG


OLEOKIMIA TURUNAN!!

Surfaktan merupakan senyawa aktif


penurun tegangan permukaan yang
memiliki gugus hidrofobik dan hidrofilik
dalam satu molekul yang biasanya
dimanfaatkan sebagai bahan
penggumpal, pembasah, pembusaan,
emulsifier oleh industri-industri
(ekor) non : Hidrofobik dalam media
air
Hidrofilik dalam media hidrokarbon
(kepala) polar: Hidrofilik dalam
media air
Hidrofobik dalam media hidrokarbon
Bahan baku
- Petroleum
- Ethylene
- Propylene
- Minyak/ lemak nabati dan hewani
+ biodegradable
+ tidak menggangu aktivitas enzim
+ renewable resources
+ cleaner production
Jenis jenis Surfaktan berdasarkan
gugus hidrofilik
Anionik
bermuatan negative
Ex: Linier alkilbenzen sulfonat (LAS),
alkohol sulfat (AS), alkohol eter
sulfat (AES), metil ester sulfonat
(MES)
Kationik bermuatan positif
Ex: Fatty amine, amidoamine,
diamine, amine oxide, quaternary
amine, amine ethoxylate
Nonionik tidak bermuatan
Ex: Dietanolamida (DEA), sukrosa
ester, sorbitol, sorbitan ester,
ethoxylated alcohol,
Amfoterik bermuatan positif dan
negatif

Ex: Aminocarboxylic acid, alkil betain


Jenis jenis Surfaktan berdasarkan
gugus hidrofobik
Hidrokarbon, Perluorohidrokarbon
Siloxane, Polyoxypropylene
Tegangan Permukaan
Terbentuk karena adanya gaya tarik
menatik antar molekul pada suatu cairan
dengan udara
Pengukuran Tegangan Permukaan:
* kesetimbangan: seberapa efektif
surfaktan mampu menurunkan T.P air
* dinamis: seberapa cepat surfaktan
menurunkan tegangan permukaan suatu
larutan
Critical Micelle Concentration (CMC)
= konsentrasi surfaktan dimana sejumlah
micelle terbentuk dan mampu
memisahkan kotoran (u/ mengukur
efisiensi surfaktan}
* Semakin rendah maka semakin sedikit
surfaktan yang diperlukan untuk
menjenuhkan permukaan dan
membentuk micelle
Hydrophil - Lipiphile Balance (HLB)
=ukuran empiris untuk mengetahui
hubungan antara gugus hidrofobik dan
hidrofilik. ( idntifikasi emulsifikasi minyak
dan air oleh surfaktan)
o Makin tinggi nilai HLB= surfaktan makin
bersifat larut air
o Makin rendah nilai HLB= surfaktan makin
bersifat larut minyak
Perhitungan sederhanau u/ S. alcohol
ethoxylate sedangkan lainya scr empiris
Dua tipe Emulsi:

Water in oil (w/o), artinya air


terdispersi di dalam minyak. Memerlukan
surfaktan dengan nilai HLB rendah.
Oil in Water (o/w) artinya minyak
terdispersi di dalam air. Memerlukan
surfaktan dengan nilai HLB tinggi.
PROSES PEMBUATAN SURFAKTAN DEA
DARI ASALM LEMAK MINYAK INTI SAWIT
(PKO)
Proses amidasi berbasis asam lemak
Reaksi pembentukan Asam lemak
Trigliserida + air asam lemak +gliserol
Reaksi pembentukan Dietanolamida
*As.
lemak+dietanolaminadietanolamida+ai
r
*Metil ester+
dietanolaminadietanolamida+metanol

Kenapa PKO?
+ renewable dan produksi sawit
melimpah
+ mengandung asam laurat (C12)
Fatty Acid (memberikan sifat pembusaan
yang baik)
Dibuat dengan memecahkan asam
lemak dari ikatan ester gliserida,
melalui reaksi penyabunan dengan
menggunakan basa kuat atau reaksi
pemecahan lemah
Kegunaan dietanolamida:
-Bahan pembersih (deterjensi)
-Penstabil busa yang paling efektif
-Meningkatkan tekstur kasar busa
-Bahan pendispersi
-Viscosity builder pada produk-produk
perawatan (shampi,bubblebath,detergen)

PROSES PEMBUATAN SURFAKTAN METIL


ESTER SULFONAT (MES) DARI ASAM
LEMAK MINYAK INTI SAWIT (PKO)
Keunggulan MES
+ Biaya proses produksi lebih rendah
dibandingkan LAS

+ Sifat deterjensi yang sama dengan LAS


pada konsentrasi yang lebih rendah
+ kandungan disalt lebih rendah
+ Biodegradable, Ramah lingkungan
+ Dapat mempertahankan aktivitas
enzim lebih baik dibandingkan LAS

Reaksi Sulfonasi
Metil ester+Na-bisulfitmetil ester
sulfonat

Anda mungkin juga menyukai