Anda di halaman 1dari 6

VIRAL

VARICELA
ETIOLOGI

: Virus varicella zooster

KELUHAN UTAMA : Gatal ringan-berat


UKK

: macula eritema diameter 2-3mm, papul, vesikel, pustula, erosi, krusta

LOKASI

: tubuh, wajah, ekstremitas bagian proximal, telapak tangan dan kaki dapat
terkena

GEJALA PENYERTA

: demam, malaise, nyeri kepala

PENULARAN

: droplet

DD

: herpes zoster, herpes simpleks diseminata, impetigo,

TERAPI

: antiviral oral

PEMERIKSAAN PENUNJANG

: tzank tes, kultur

PATOGENESIS
Setelah VZV masuk melaui saluran pernapasan atas, atau setelah penderita berkontak dengan lesi
kulit, selama masa inkubasinya terjadi viremia primer. Infeksi mula-mula terjadi pada selaput
lendir saluran pernapasan atas kemudian menyebar dan terjadi viremia primer. Pada Viremia
primer ini virus menyebar melalui peredaran darah dan system limfa ke hepar, dan berkumpul
dalam monosit/makrofag, disana virus bereplikasi, pada kebanyakan kasus virus dapat mengatasi
pertahanan non-spesifik sehingga terjadi viremia sekunder. Pada viremia sekunder virus
berkumpul di dalam Limfosit T, kemudian virus menyebar ke kulit dan mukosa dan bereplikasi
di epidermis memberi gambaran sesuai dengan lesi varisela. Permulaan bentuk lesi mungkin
infeksi dari kaliper endotel pada lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel dermis, folikel kulit
dan glandula sebasea, saat ini timbul demam dan malaise.

HERPES ZOOSTER
ETIOLOGI

: reaktivasi Virus varicella zoster laten

KELUHAN UTAMA : Nyeri radikuler


UKK

: macula eritema diameter, papul, vesikel, pustula, erosi, krusta

LOKASI

: sesuai dermatom, unilateral

GEJALA PENYERTA

: demam, malaise, nyeri kepala

PENULARAN

: droplet

DD

: herpes simpleks diseminata, impetigo,

TERAPI

: antiviral oral

PEMERIKSAAN PENUNJANG

: tzank tes, kultur

PATOGENESIS
Jika virus tidak sepenuhnya dapat dihilangkan saat viremia selesai, selanjutnya virus menjadi
laten dan diam untuk beberapa waktu di ganglion sensoris dorsalis. Antigen spesifik Limfosit T
dipercaya sebagai penyebab utama virus sehingga menjadi laten. Immunosupresi atau penurunan
kekebalan alami sel T limfosit menyebabkan terjadinya mekanisme yang memungkinkan
reaktivasi virus dan rekurensi sehingga virus bermanifestasi sebagai penyakit yang disebut
zoster3
.
JAMUR
Non Dermatofit (pitiriasis versikolor / panu)

Penyakit ini disebabkan oleh ragi yang berkembang (Malassezia), ini merupakan flora normal
kulit pada folikel polisebaseus. Belum ditemukan alasan jelas kenapa flora normal ini bisa
menjadi agen infeksi. Lesi yang ditimbulkan berupa makula hipopigmentasi, kadang juga
disertai skuama halus di atas permukaan. Daerah badan yang tersering terinfeksi adalah badan
dan lengan atas (cenderung tidak terpapar sinar matahari). Hipopigmentasi terjadi akibat
produksi asam azelaik oleh ragi menghambat tirosinase dalam memproduksi melanin. Infeksi ini
jarang terjadi pada daerah tubuh yang sering terpapar matahari. Ultraviolet yang mengenai kulit
menjadi faktor pembantu pembentukan melanin walaupun dihambat oleh asam azelaik yang
dihasilkan oleh Malassezia.
Infeksi non-dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang paling luar. Hal ini
disebabkan jenis jamur ini tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit dan
tetap hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar. Yang masuk ke dalam golongan ini adalah
PIEDRA BEIGELl
Merupakan penyebab piedra putih, terdapat pada rambut. Jamur ini dapat ditemukan ditanah,
udara,dan permukaan tubuh.
ETIOLOGI
Piedra Beigeli (Trikosporon beigeli) terutama terdapat didaerah subtropis, daerah dingin, (di
Indonesia belum ditemukan)
MORFOLOGI
Jamur ini mempunyai hifa yang tidak berwarna termasuk moniliaceae. Secara mikroskopis jamur
ini menghasilkan arthrokonidia dan blastoconidia.

PATOGENESIS
Biasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung dari orang yang sudah
terkena infeksi.
GAMBARAN KLINIS
Adanya benjolan warna tengguli pada rambut, kumis, jenggot, kepala, umumnya tidak
memberikan gejala-gejala keluhan.
DIAGNOSA LABORATORIUM
Diagnosa ditegakkan atas dasar :
- gejala kllinis
- pemeriksaan laboratorium dengan KOH dan kultur pada agar Sabauroud.
PENGOBATAN
Rambut dicukur atau dikeramas dengan sublimat 1/2000 (5 %0) dalam spiritus dilutus.
PIEDRA HORTAL
Merupakan jamur penyebab piedra hitam (infeksi pada rambut berupa benjolan yang melekat
erat pada rambut, berwarna hitam). Penyakit ini umumnya terdapat di daerah-daerah tropis dan
subtropis. Terutama terdapat pada rambut kepala, kumis atau jambang, dan dagu. ?
MORFOLOGI
Askospora berbentuk seperti pisang. Askospora tersebut dibentuk dalam suatu kantung yang
disebut askus. Askus-askus bersama dengan anyaman hifa yang padat membentuk benjolan
hitam yang keras dibagian luar rambut. Dari rambut yang ada benjolan, tampak hifa endotrik
(dalam rambut) sampai ektotrik (diluar rambut) yang besarnya 4-8 um berwarna tengguli dan
ditemukan spora yang besarnya 1-2 um.
GAMBARAN KLINIS
Pada rambut kepala, janggut, kumis akan tampak benjolan atau penebalan yang keras warna
hitam. Penebalan ini sukar dilepaskan dari corong rambut tersebut. Umumnya rambut lebih
suram, bila disisir sering memberikan bunyi seperti logam. Biasanya penyakit ini mengenai
rambut dengan kontak langsung atau tidak langsung.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan atas dasar :
1. Gejala klinis
Objektif rambut lebih suram, benjolan bila disisir terasa seperti logam kasar.
2. Laboratorium

a. Langsung dengan KOH 10-20% dari rambut yang ada benjolan tampak hifa Endotrik (dalam
rambut pada lapisan kortek) sampai ektotrik (di luar rambut) yang besar 4-8 mu berwarna
tengguli dan ditemukan spora yang besarnya 1-2
b. Kultur ram but dalam media Saboutound tampak koloni mula-mula tumbuh sebagai ragi yang
berwarna kilning, kemudian dalam 2-4 hari akan berubah menjadi koloni filamen.
PENGOBATAN
Sebaiknya rambut dicukur, dapat juga dikeramas dalam larutan sublimat : 1/2000 dalam alkohol
dilutus (spiritus 70%) hasil pengobatan akan tampak dalam 1 minggu
OTOMIKOSIS
Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga bagian luar. Jamur dapat masuk ke dalam
liang telinga melalui alat-alat yang dipakai untuk mengorek-ngorek telinga yang terkontaminasi
atau melalui udara atau air. Penderita akan mengeluh merasa gatal atau sakit di dalam liang
telinga. Pada liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini
ke bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah dalam.
Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai ke dalam,
sampai ke membrana timpani, maka daerah ini menjadi merah, berskuama, mengeluarkan cairan
srousanguinos. Penderita akan mengalami gangguan pendengaran. Bila ada infeksi sekunder
dapat terjadi otitis ekstema. Penyebab biasanya jamur kontaminasi yaitu Aspergillus, sp Mukor
dan Penisilium.
DIAGNOSA
Diagnosa didasarkan pada :
1. Gejala klinik
Yang khas, terasa gatal atau sakit diliang telinga dan daun telinga menjadi merah, skuamous dan
dapat meluas ke dalam liang telinga sampai 2/3 bagian luar. ?
2 .Pemeriksaan Laboratorium
a. Preparat langsung: Skuama dari kerokan kulit Jiang telinga diperiksa dengan KOH 10% akan
tampak hifa-hifa lebar, berseptum dan kadang-kadang dapat ditemukan spora-spora kecil dengan
diameter 2-3 u.
b. Pembiakan: Skuama dibiak pada media Sabauroud dekst ditemukan dekstrosa agar dan
dikeram pada temperatur kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu minggu berupa koloni filamen
berwarna putih. Dengan mikroskop tampak hifa-hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa dapat
ditemukan sterigma dan spora berjejer melekat pada permukaannya.
DIFERENSIAL DIAGNOSA
Otitis eksterna atau kontak dermatitis pada liang telinga sering memberi gejalagejala yang sama.
PROGNOSIS

Umumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat.


PENGOBATAN
Pengobatan ditujukan menjaga agar liang telinga tetap kering jangan lembab dan jangan
mengorek-ngorek telinga dengan barang-barang yang kotor seperti korek api, garukan telinga
atau kapas. Kotoran- kotoran telinga harus selalu dibersihkan. Larutan timol 2% dalam spiritus
dilutus (alkohol 70%) atau meneteskan larutan burowi 5% satu atau dua tetes dan selanjutnya
dibersihkan dengan desinfektan biasanya memberi hasil pengobatan yang memuaskan.
Neosporin dan larutan gentien violet 1-2% juga dapat menolong. ?
TINEA NIGRA
Tinea nigra ialah infeksi jamur superfisialis yang biasanya menyerang kulit telapak kaki dan
tangan dengan memberikan warna hitam sampai coklat pada kulit yang terserang. Makula yang
terjadi tidak menonjol pada permukaan kulit, tidak terasa sakit dan tidak ada tanda-tanda radang.
Kadang-kadang makula ini dapat meluas sampai ke punggung, kaki dan punggung tangan,
bahkan dapat menyebar sampai dileher, dada dan muka.Gambaran efloresensi ini dapat berupa
polosiklis, arsiner dengan warna hitam atau coklat hampir sama seperti setetes nitras argenti yang
diteteskan pada kulit.
Penyebabnya adalah Kladosporium wemeki dan jamur ini banyak menyerang anakanak dengan
higiene kurang baik dan orang-orang yang banyak berkeringat.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
1.Gejala klinis yangg khas
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Preparat langsung : kerokan kulit dengan KOH 10% akan menunjukkan adanya hifa dan spora
yang tersebar di dalam gel-gel epitel, besar hifa berkisar 3-5 u dan spora berkisar 1-2u.
b. Pembiakan : Pembiakan skuama pada media Sabauroud glukosa agar (SGA), dikeram pada
temperatur kamar. Dalam 1-2 minggu akan tumbuh koloni menyerupai ragi, berwarna hijau dan
pada bagian tepinya tumbuh daerah yang filamentous berwarna coklat. Pada pemerikasaan
mikroskopis tampak hifa halus bercabang, mengkilat dan spora-spora yang lonjong. ?
DIFERENSIAL DIAGNOSA
Lesi-lesi hitam pada kulit seperti pada sifilis stadium kedua pada telapak tangan, harus
dipikirkan. Melanoma memberikan gambaran klinis yang rnirip. Tinea versikolorpun
memberikan gambaran yang hampir sama.
PENGOBATAN

Pengobatan dengan obat-obat anti jamur banyak menolong. Salep whitfield I dan II atau salep
sulfursalisil juga dapat menolong. Obat-obat anti jamur, preparat-preparat imidazol seperti
isokotonasol, bifonasol, klotrirnasol juga berkhasiat baik?
Referensi:

Siregar, S.R. Penyakit jamur kulit. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2004.
Graham, Robin. Burns, Brown Tony. Dermatolgy: lecture notes. 8th ed. Jakarta: Erlangga;2005.
New Zealand Dermatological: Pityriasis versicolor. December 2007. Available from:
http://www.dermnetnz.org/fungal/pityriasis-versicolor.html.

Anda mungkin juga menyukai