Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi dikalangan wanita harus mendapat perhatian yang
serius salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah keluarnya cairan bukan
darah yang berlebihan dari kelamin perempuan.1
Menurut studi Badan Kesehatan Dunia (WHO) masalah kesehatan
reproduksi perempuan yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total
beban penyakit yang diderita para perempuan di dunia salah satunya adalah
keputihan.2 Sekitar 75% wanita didunia pasti akan mengalami keputihan paling
tidak sekali seumur hidup dan sebanyak 45% wanita mengalami keputihan dua
kali atau lebih, sedangkan pada kaum wanita yang berada di Eropa angka
keputihan sebesar 25%, dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan.3
Di Indonesia sendiri 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu
kali dalam hidupnya dan setengah di antaranya mengalami keputihan sebanyak
dua kali atau lebih. Hal ini berkaitan dengan cuaca yang lembab yang
mempermudah wanita Indonesia mengalami keputihan, dimana cuaca yang
lembab dapat mempermudah berkembangnya infeksi jamur.4
Jumlah vaginal discharge yang keluar berbeda-beda pada setiap wanita. Ada
wanita yang mengalami vaginal discharge yang sangat sedikit dan jarang
terjadi, namun ada juga wanita yang mengalami keputihan setiap hari.
Keputihan yang normal

akan selalu berubah di

sepanjang hidup seorang

wanita.
Menurut Depkes kejadian keputihan banyak disebabkan karena olek
bakteri kandidosis vulvovagenitis dikarenakan banyak perempuan yang tidak
mengetahui membersihkan

daerah

vaginnya,

penyebab

lainnya

adalah

vaginitis bacterial dan trichomonas vaginalis. Khusus di Indonesia data yang


ada dari wanita yang mengalami keputihan sulit untuk di dapat, hal ini dapat di
1

maklumi karena sedikit sekali wanita yang memeriksakan masalah alat


reproduksinya.5
1.2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan
keputihan dengan pendekatan kedokteran keluarga.
1.3. Manfaat
Penyusunan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media pembelajaran
bagi dokter muda agar dapat melaksanakan praktek kedokteran keluarga secara
langsung kepada pasien dengan keputihan

BAB II
2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keputihan
2.1.1. Definisi keputihan
Keputihan di kalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor
albus. Leukore adalah semua pengeluaran cairan dari alat genitalia yang bukan
darah tetapi merupakan manifestasi klinik berbagai infeksi, keganasan atau
tumor jinak organ reproduksi.
Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan
fisiologis dan keputihan patologis. Keputihan fisiologis dapat terjadi pada
masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari
ke 10-16 saat menstruasi, juga terjadi melalui rangsangan seksual. Adapun
keputihan patologis dapat terjadi pada semua alat genitalia (infeksi bibir
kemaluan, liang senggama, mulut rahim, rahim dan jaringan penyangga, dan
pada infeksi penyakit hubungan seksual).
Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala yang
dapat disebabkan oleh faktor fisiologis maupun faktor patologis. Gejala
keputihan karena faktor fisiologis antara lain : a). Cairan dari vagina berwarna
kuning; b). Tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal; c). Jumlah cairan bisa
sedikit, bisa cukup banyak. Sedangkan gejala keputihan karena faktor
patologis antara lain : a). Cairan dari vagina keruh dan kental; b). Warna
kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan; c). Berbau busuk, amis, dan terasa
gatal; d). Jumlah cairan banyak.6

2.1.2 Epidemiologi
a.
Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital.
Proporsi perempuan yang mengalami flour albus bervariasi antara 1-15%
dan hampir seluruhnya memiliki aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika
merupakan gejala penyakit dapat terjadi pada semua umur. Keputihan
merupakan indikasi suatu vaginitis, infeksi yang sering menyebabkan
vaginitis adalah trikomoniasis, vaginitis bakterial dan kandidiasis.
Penyebab non infeksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi atau
iritasi bahan kimia. Prevalensi dan penyebab vaginitis masih belum pasti
karena sering didiagnosis dan diobati sendiri.
2.1.3 Patofisiologi
b.
Organ yang paling sensitif dan rawan pada tubuh wanita
adalah organ reproduksi dan merupakan organ yang paling rawan
dibanding organ tubuh yang lainnya. Keputihan (Fluor albus) merupakan
salah satu tanda dan gejala penyakit organ reproduksi wanita, di daerah
alat genitalia eksternal bermuara saluran kencing dan saluran pembuangan
sisa-sisa pencernaan yang disebut anus. Apabila tidak dibersihkan secara
sempurna akan ditemukan berbagai bakteri, jamur dan parasit, akan
menjalar ke sekitar organ genitalia. Hal ini dapat menyebabkan infeksi
dengan gejala keputihan. Selain itu dalam hal melakukan hubungan
seksual terkadang terjadi pelecetan, dengan adanya pelecetan merupakan
pintu masuk mikroorganisme penyebab infeksi penyakit hubungan seksual
(PHS) yang kontak dengan air mani dan mukosa.7
2.1.4 Etiologi dan Gejala
c.

Penyebab

keputihan

tergantung

dari

jenisnya

yaitu

penyebab dari keputihan yang fisiologik dan patologik.


1)Keputihan fisiologik
d.

Penyebab keputihan fisiologik adalah faktor hormonal,

seperti bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari disebabkan


pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
Kemudian dijumpai pada waktu menarche karena mulai terdapat
pengaruh estrogen. Rangsangan birahi disebabkan oleh pengeluaran
4

transudasi dari dingding vagina. Kelelahan fisik dan kejiwaan juga


merupakan penyebab keputihan.
2)Keputihan Patologik
e.

Keputihan patologik disebabkan oleh karena kelainan pada

organ reproduksi wanita dapat berupa Infeksi, Adanya benda asing, dan
penyakit lain pada organ reproduksi. Keputihan bukan merupakan
penyakit tetapi hanya suatu gejala penyakit, sehingga penyebab yang
pasti perlu ditetapkan. Oleh karena itu untuk mengetahui adanya suatu
penyakit perlu dilakukan berbagai pemeriksaan cairan yang keluar dari
alat genitalia tersebut. Pemeriksaan terhadap keputihan meliputi
pewarnaan gram (untuk infeksi jamur), preparat basah (infeksi
trikomonas), preparat KOH (infeksi jamur), kultur atau pembiakan
(menentukan jenias bakteri penyebab), dan pap smear (untuk
menentukan adanya sel ganas).
f.
Penyebab paling sering dari keputihan tidak normal adalah
infeksi. Organ genitalia pada perempuan yang dapat terkena infeksi
adalah vulva, vagina, leher rahim, dan rongga rahim.8 Infeksi ini dapat
disebabkan oleh:
g. a. Bakteri (kuman)
h. 1). Gonococcus
i.
Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubungan
seksual, yang paling sering ditemukan yaitu gonore. Pada lakilaki penyakit ini menyebabkan kencing nanah, sedangkan pada
perempuan menyebabkan keputihan.
j. 2). Chlamydia trachomatis
k.
Keputihan yang ditimbulkan oleh bakteri ini tidak begitu
banyak dan lebih encer bila dibandingkan dengan penyakit
gonore.
l.
m.
3). Gardnerella vaginalis
n.
Keputihan yang timbul oleh bakteri ini berwarna putih
keruh keabu-abuan, agak lengket dan berbau amis seperti ikan,
disertai rasa gatal dan panas pada vagina.
o.
p. b. Jamur Candida
5

q.

Candida merupakan penghuni normal rongga mulut, usus

besar, dan vagina. Bila jamur candida di vagina terdapat dalam


jumlah banyak dapat menyebabkan keputihan yang dinamakan
kandidosis vaginalis. Gejala yang timbul sangat bervariasi,
tergantung dari berat ringannya infeksi. Cairan yang keluar biasanya
kental, berwarna putih susu, dan bergumpal seperti kepala susu atau
susu pecah, disertai rasa gatal yang hebat, tidak berbau dan berbau
asam. Daerah vulva (bibir genitalia) dan vagina meradang disertai
maserasi, fisura, dan kadang-kadang disertai papulopustular.
r. Keputihan akibat Candida terjadi sewaktu hamil maka bayi
yang dilahirkan melalui saluran vagina pun akan tertular. Penularan
terjadi karena jamur tersebut akan tertelan dan masuk kedalam usus.
Dalam rongga mulut, jamur tersebut dapat menyebabkan sariawan
yang serius jika tidak diberi pengobatan. Pada suatu saat jamur yang
tertelan tadi akan menyebar ke organ lain, termasuk ke alat kelamin
dan menimbulkan keputihan pada bayi perempuan.
s.
t. c. Parasit
u. Parasit ini menimbulkan penyakit yang

dinamakan

trikomoniasis. Infeksi akut akibat parasit ini menyebabkan keputihan


yang ditandai oleh banyaknya keluar cairan yang encer, berwarna
kuning kehijauan, berbuih menyerupai air sabun, dan baunya tidak
enak. Meskipun dibilas dengan air, cairan ini tetap keluar. Keputihan
akibat parasit ini tidak begitu gatal, namun vagina tampak merah,
nyeri bila ditekan, dan pedih bila kencing. Kadangkadang terlihat
bintikbintik perdarahan seperti buah strawberry. Bila keputihan
sangat banyak, dapat timbul iritasi di lipat paha dan sekitar bibir
genitalia. Pada infeksi yang telah menjadi kronis, cairan yang keluar
biasanya telah berkurang dan warnanya menjadi abuabu atau hijau
muda sampai kuning. Parasit lain yang juga menyebabkan keputihan
adalah cacing kremi. Cacing ini biasanya menyerang anak
perempuan umur 28 tahun. Infeksi terjadi akibat sering bermain di

tanah, atau penjalaran cacing dari lubang dubur ke alat genital.


Keputihan akibat cacing kremi dasertai rasa gatal, sehingga anak
sering menggaruk genitalianya sampai menimbulkan luka.
v.
w. d. Virus
x. Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus
Herpes Simplex (VHS) tipe 2 dan Human Papilloma Virus (HPV).
Infeksi HPV telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker
serviks, penis, dan vulva. Sedangkan virus herpes simpleks tipe 2
dapat menjadi faktor pendamping.
y. Keluhan yang timbul pada infeksi VHS tipe 2 berupa rasa
terbakar, nyeri, atau rasa kesemutan pada tempat masuknya virus
tersebut. Pada pemeriksaan tampak gelembunggelembung kecil
berisi vesikel (cairan), berkelompok, dengan dasar kemerahan yang
cepat pecah dan membentuk tukak yang basah. Kelenjar limfe
setempat teraba membesar dan nyeri. Pada perempuan, penyakit ini
dapat disertai keluhan nyeri sewaktu kencing, keputihan, dan radang
di mulut rahim. Pencetus berulangnya penyakit ini adalah stres,
aktivitas sek, sengatan matahari, beberapa jenis makanan, dan
kelelahan.
z.
aa. Ada 4 penyebab utama yang dapat menyebabkan perubahan flora
normal dan memicu keputihan9:
a) Faktor Fisiologis
ab.

Keputihan yang bersifat normal (fisiologis)

pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah porsio


vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan
anterior vagina. Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang
kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel
dengan leukosit yang jarang. Sedangkan pada keputihan yang
patologik terdapat banyak leukosit. Keputihan yang fisiologis dapat
ditemukan pada:

ac.

(1) Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat

pengaruh estrogen; keputihan ini dapat menghilang sendiri akan


tetapi dapat menimbulkan kecemasan pada orang tua.
ad.
(2) Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada
waktu koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudat dari dinding
vagina.
ae.
(3) Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjarkelanjar serviks uteri menjadi lebih encer.
af.
(4) Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri
juga bertambah pada wanita dengan penyakit menahun, dengan
neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri10
ag.
b) Faktor konstitusi
ah.

Faktor konstitusi misalnya karena kelelahan, stres

emosional, karena ada masalah dalam keluarga atau pekerjaan, bisa


juga karena penyakit yang melelahkan seperti gizi yang rendah
ataupun diabetes. Bisa juga disebabkan oleh status imunologi yang
menurun maupun obat-obatan. Diet yang tidak seimbang juga
dapat menyebabkan keputihan terutama diet dengan jumlah gula
yang berlebihan, karena merupakan faktor yang memperburuk
terjadinya keputihan.11
ai.
Makanan yang banyak mengandung karbohidrat
dengan kadar gula tinggi seperti tepung, sereal, dan roti dapat
menimbulkan efek negatif pada bakteri yang bermanfaat yang
tinggal

di

dalam

vagina.

Selaput

lendir

dinding

vagina

mengeluarkan glikogen, suatu senyawa gula. Bakteri yang hidup di


vagina disebut lactobacillus (bakteri baik) meragikan gula ini
menjadi asam laktat. Proses ini menghambat pertumbuhan jamur
dan menahan perkembangan infeksi vagina. Gula yang dikonsumsi
berlebihan dapat menyebabkan bakteri lactobacillus tidak dapat
meragikan semua gula ke dalam asam laktat dan tidak dapat
menahan pertumbuhan penyakit, maka jumlah menjadi meningkat
dan jamur atau bakteri perusak akan bertambah banyak12
8

aj.
c) Faktor iritasi
ak.

Faktor iritasi sebagai penyebab keputihan meliputi,

penggunaan sabun untuk mencuci organ intim, iritasi terhadap


pelicin, pembilas atau pengharum vagina, ataupun bisa teriritasi
oleh celana 11
al.
Penyebab dari keputihan, antara lain:
a. Penggunaan celana dalam yang tidak menyerap keringat
am.
Jamur tumbuh subur pada keadaan yang hangat dan
lembab. Celana dalam yang terbuat dari nilon tidak dapat
menyerap keringat sehingga menyebabkan kelembaban.
Campuran keringat dan sekresi alamiah vagina sendiri mulai
bertimbun, sehingga membuat selangkangan terasa panas dan
lembab. Keadaan ini menjadi tempat yang cocok untuk
b.

pertumbuhan jamur candida dan bakteri lain yang merugikan


Penggunaan celana panjang yang ketat.
an.
Celana panjang yang ketat juga dapat menyebabkan
keputihan yang merupakan penghalang terhadap udara yang
berada disekitar daerah genetalia dan merupakan perangkap
keringat pada daerah selangkangan. Bila pemakaian jeans
digabungkan dengan celana nilon di bawahnya, efeknya

c.

sangat membahayakan.
Penggunaan deodorant vagina
ao.
Deodorant vagina sebenarnya tidak perlu karena
dapat

mengiritasi

membran

mukosa

dan

mungkin

menimbulkan keputihan. Deodorant membuat vagina menjadi


lebih kering dan gatal serta dapat menyrbabkan reaksi alesgi.
Mandi dengan sabun dan antiseptik sebaiknya dihindari
karena dapat mematikan bakteri alamiah dalam vagina
dengan cara mirip antibiotika.
ap.
d) Patologis
aq.

Faktor-faktor

yang

menyebabkan

terjadinya

keputihan antara lain benda asing dalam vagina, infeksi vaginal

yang disebabkan oleh kuman, jamur, virus, dan parasit serta tumor,
kanker dan keganasan alat kelamin juga dapat menyebabkan
terjadinya keputihan.
ar.
2.1.5 Diagnosis Keputihan
1. Keputihan (Fluor Albus) Fisiologis
as.

Keputihan (Fluor albus) fisiologis biasanya lendirnya encer,

muncul saat ovulasi, menjelang haid dan saat mendapat rangsangan


seksual. Keputihan normal tidak gatal, tidak berbau dan tidak
menular karena tidak ada bibit penyakitnya.
at.
2. Keputihan (Fluor Albus) Patologis
au.

Keputihan (Fluor Albus) patologis dapat didiagnosa dengan

anamnesis oleh dokter yang telah berpengalaman hanya dengan


menanyakan apa keluhan pasien dengan ciri-ciri; jumlah banyak,
warnanya seperti susu basi, cairannya mengandung leukosit yang
berwarna kekuning-kuningan sampai hijau, disertai rasa gatal,
pedih, terkadang berbau amis dan berbau busuk. Pemeriksaan
khusus dengan memerikskan lendir dilaboratorium, dapat diketahui
apa penyebabnya, apakah karena jamur, bakteri atau parasit, namun
ini kurang praktis karena harus butuh waktu beberapa hari untuk
menunggu hasil.13
av.
2.1.6

Pencegahan Keputihan
aw. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah
keputihan patologis antara lain :
ax.
a. Menjaga kebersihan, diantaranya:
ay.
1). Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari
dan menjaga agar tetap kering untuk mencegah tumbuhnya
bakteri dan jamur;
az.
2). Saat menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila
sudah terasa basah dan lembab;
ba.
3). Menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk
mencegah timbulnya iritasi pada vagina;

10

bb.

4). Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan

yang mengandung deodoran dan bahan kimia terlalu berlebihan,


karena hal itu dapat mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat
merangsang munculnya jamur atau bakteri;
bc.
5). Setelah buang air besar, bersihkan dengan air dan
keringkan dari arah depan ke belakang untuk mencegah
penyebaran bakteri dari anus ke vagina;
bd.
6). Menjaga kuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat
terinfeksi Candida akibat garukan pada kulit yang terinfeksi.
Candida yang tertimbun dibawah kuku tersebut dapat menular ke
vagina saat mandi atau cebok.
be.
b. Memperhatikan pakaian, diantaranya:
bf. 1). Apabila celana dalam yang dipakai sudah terasa lembab
sebaiknya segera diganti dengan yang kering dan bersih;
bg. 2). Menghindari pemakaian pakaian dalam atau celana panjang
yang terlalu ketat karena dapat meningkatkan kelembaban
organ kewanitaan;
bh. 3). Tidak duduk dengan pakaian basah (misalnya: selesai
olahraga dan selesai renang karena jamur lebih senang pada
lingkungan yang basah dan lembab;
bi. 4).
Menggunakan pakaian dalam dari bahan katun
karena katun menyerap kelembaban dan menjaga agar sirkulasi
udara tetap terjaga.
bj. c. Mengatur gaya hidup, diantaranya:
bk. 1). Menghindari seks bebas atau bergantiganti pasangan tanpa
menggunakan alat pelindung seperti kondom;
bl. 2).
Mengendalikan stres;
bm. 3).
Rajin berolahraga agar stamina tubuh meningkat
untuk melawan serangan infeksi;
bn. 4).
Mengkonsumsi
diet

yang

tinggi

protein.

Mengurangi makanan tinggi gula dan karbohidrat karena dapat


mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan;
bo. 5).
Menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang.
Kegemukan dapat membuat kedua paha tertutup rapat

11

sehingga mengganggu sirkulasi udara dan meningkatkan


kelembaban sekitar vagina;
bp. 6).
Apabila mengalami keputihan dan mendapatkan
pengobatan

antibiotik

oral

(yang

diminum)

sebaiknya

mengkonsumsi antibiotik tersebut sampai habis sesuai dengan


yang diresepkan agar 14 bakteri tidak kebal dan keputihan
tidak datang lagi;
bq. 7). Apabila mengalami keputihan yang tidak normal segera
datang

ke

fasilitas

pelayanan

kesehatan

agar

segera

mendapatkan penanganan dan tidak memperparah keputihan.


br. Menurut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mencegah
keputihan antara lain :
1) Menjaga kebersihan organ genitalia. Salah satunya dengan
mengganti pakaian dalam dua kali sehari.
2) Dalam keadaan haid atau memakai pembalut wanita,
mengunakan celana dalam harus yang pas sehingga pembalut
tidak bergeser dari belakang ke depan.
3) Cara cebok / membilas yang benar adalah dari depan
kebelakang. Jika terbalik, ada kemungkinan masuknya bakteri
atau jasad renik dari dubur ke alat genitalia dan saluran
kencing.
4) Menghindari penggunaan celana dalam yang ketat atau dari
bahan yang tidak menyerap keringat seperti nilon, serta tidak
memakai celana yang berlapislapis atau celana yang terlalu
tebal karena akan menyebabkan kondisi lembab disekitar
genitalia.

Keadaan

yang

lembab

akan

menyuburkan

pertumbuhan jamur. Usahakan memakai celana dalam dari


bahan katun atau kaos.
5) Usahakan tidak memakai celana dalam atau celana orang lain.
Karena hal ini memungkinkan terjadinya penularan infeksi
jamur Candida, Trichomonas, atau virus yang cukup besar.
bs.
bt.
bu.

12

bv. 2.1.7

Dampak Keputihan terhadap Wanita


bw. Keputihan (Fluor albus) yang fisiologis tidak memberi

dampak pada wanita. Keputihan yang memberi dampak pada ibu yaitu
keputihan yang patologis. Dengan adanya keputihan ibu merasa tidak
nyaman karena menunjukkan keluhan berbau busuk, gatal, vulva terasa
seperti terbakar. Apabila keputihan tidak diobati maka infeksi dapat
menjalar ke rongga rahim kemudian sampai ke indung telur dan akhirnya
sampai kerongga panggul. Banyak ditemukan wanita yang menderita
keputihan yang kronik menjadi mandul.13 Biasanya komplikasi yang terjadi
pada wanita adalah terinfeksinya kelenjar yang ada di dalam bibir vagina.
Bisul kelenjar tersebut harus disedot keluar karena tidak dapat disembukan
dengan obat. Komplikasi pada wanita sering menimbulkan radang saluran
telur. Infeksi nonspesifik pada wanita sering tanpa keluhan maupun gejala.
Itu sebabnya tidak mudah mendiagnosis hal itu. Kadang seorang wanita
merasa tidak punya penyakit kelamin, tetapi ketika lendir keputihannya
diperiksa maka ditemukan bibit penyakit. Biasanya wanita hanya merasa
tidak enak kalau buang air kecil, kemudian jumlah lendirnya hanya sedikit.
Terkadang merasa tidak enak di panggul dan mungkin akan merasa nyeri
kalau melakukan hubungan seks. Oleh karena itu komplikasi sering terjadi
apabila tidak dilakukan pemeriksaan sedini mungkin.
bx.
2.2. Kedokteran Keluarga
2.2.1. Hakikat kedokteran keluarga
by. Kedokteran keluarga merupakan

disiplin

akademik

professional, yaitu pengetahuan klinik yang diimplementasikan


pada komunitas keluarga. Kekhususan dari kedokteran keluarga
1.

yaitu :
Komprehensif dalam ilmu kedokteran, dalam arti tidak

2.
3.

membatasi disiplin ilmu kedokteran tertentu


Komprehensif dalam pelayanan kesehatan
Sasarannya adalah individu yang bermasalah atau yang sakit,
namun di samping menganalisis fungsi organ tubuh secara
menyeluruh juga fungsi keluarga
13

4.

Disusun secara komunal, sehingga setiap dokter dapat

5.

memanfaatkan sesuai kebutuhan


Bersifat universal terhadap manusia dan lingkungan.
bz. Cara berpikir yang diperlukan adalah menganggap manusia
bukan hanya sebagai makhluk biologik, namun juga makhluk
sosial. Sehingga dalam hal ini harus memahami beberapa hal yaitu:

1.

Hakikat biologik
ca. Manusia menganggap dirinya sebagai makhluk biologis,
yaitu dikenal dengan faktor intrinsik dalam kehidupan.
Keseimbangan faktor intrinsik inilah yang merupakan keadaan
sehat badaniah. Prinsip kebugaran biolgik dan risiko dalam
kehidupan keluarga, merupakan komponen jasmani yang
esensial, yaitu ketahanan, kelenturan (fleksibilitas), kekuatan
(aktivitas), keseimbangan organ, keseimbangan metabolic,
keselamatan, rasa bahagia, dan rasa nyaman. Untuk lebih terinci
menilai permasalahan keluarga, dinilai dari kualitas hidup
keluarga serta fungsi keluarga yaitu peranan fungsi biologis
keluarga perihal yang berkaitan dengan organ sistem terpadu
dari individu dan anggota keluarga lainnya yang memiliki faktor

2.

risiko yaitu,

Adanya faktor keturunan

Kesehatan keluarga

Reproduksi keluarga
Hakikat psikologik
cb. Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan
tingkah laku yang menggunaan gambaran sikap manusia yang
menentukan penampilan dan pola perilaku dan kebiasaannya.
Setiap pengguna jasa perlu keyakinan akan keberhasilan
pelayanan yang diperolehnya agar merasa puas akan pelayanan
yang diberikan. Setiap manusia mempunyai keinginan untuk
mempertahankan hidupnya dan menjaga hidupnya untuk lebih
baik. Menusia mempunyai kemampuan dan keterbatasan,

14

karena itu sikap dan pola hidup dapat ditingkatkan potensinya,


3.

perilakunya untuk kebudayaan sehat.


Hakikat sosiologik
cc. Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama
baik lingkungan keluarga, pekerjaan, budaya geografis yang
menimbulkan berbagai proses dan gejolak. Kebijakan yang
digunakan dokter

4.

keluarga

adalah

yang

berorientasikan

penyakit/permasalahan yang berhubungan dengan:


Proses dinamika dalam keluarga
Potensi keluarga
Kualitas hidup
Pendidikan dan lingkungan
Hakikat ekologik
cd. Ekologik dalam kedokteran keluarga membahas manusia
seutuhnya dalam interaksinya dengan sesama manusia dan
spesies lainnya juga hubungannya dengan lingkungan fisik
dalam rumah tangganya. Kodrat anggota keluarga sesuai dengan
fungsinya

5.

serta

keseimbangan

antara

anggota

dan

lingkungannya akan menentukan keseimbangan kesehatannya


Hakikat medik
ce. Kedokteran keluarga dimanfaatkan pada pelayanan
kesehatan garis terdepan, yaitu erat kaitannya dengan kehidupan
sosok manusia dalam lingkungannya. Pergeseran pola perilaku
dan pola penyakit akan mempengaruhi pola pelayanan keluarga.
Dalam hal ini dokter keluarga bertanggung jawab atas kesehatan
keluarga sekaligus mengembalikan fungsi tubuh pengguna jasa
untuk menjadi optimal agar dapat menjalani fungsi sosialnya
kembali, untuk dapat mencapai kesejahteraan keluarga.
cf.
1.2.2. Pendekatan Keluarga
cg. Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan
keluarga. Pendekatan keluarga merupakan serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang terencana, terarah, untuk menggali,
meningkatkan, dan mengarahkan peran serta keluarga agar dapat
memanfaatkan potensi yang ada guna menyembuhkan anggota

15

keluarga dan menyelesaikan masalah kesehatan keluarga yang


mereka hadapi. Pelayanan kedokteran keluarga merupakan
pelayanan yang bersifat komprehensif, meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya promotif dan preventif
dapat dilakukan secara simultan berupa penyuluhan maupun upaya
pencegahan potensi gangguan yang dapat dialami oleh anggota
keluarga. Hal ini idealnya dilakukan oleh dokter keluarga dalam
pelayanan kedokteran keluarga.
ch.
ci.
cj.
ck.
cl.
cm.
cn.
co.
cp.
cq.
cr.
cs.
ct.
cu.
cv.
cw.
cx.
cy.
cz.

16

da.
db.
dc.
dd.
de.

dg.

df. BAB III


LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

dh.
3.1 IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA
a. Identitas Pasien
di. Nama
: Ny. L
dj. Jenis kelamin
: Perempuan
dk. Usia
: 32 tahun
dl. Status Pernikahan : Menikah
dm.
Alamat : RT 32 RW 7 Dusun Seluke Desa Jambu
Timur Kecamatan Mlonggo Kabupaten Magelang
: Islam
: Jawa
: S1
: Guru SD

dn.
Agama
do. Suku Bangsa
dp. Pendidikan
dq. Pekerjaan
dr.
b. Identitas Kepala Keluarga
ds. Nama
: Tn. H
dt. Jenis Kelamin
: Laki-laki
du. Umur
: 45 tahun
dv. Status Pernikahan : Menikah
dw.
Alamat : RT 32 RW 7 Dusun Seluke Desa Jambu
dx. Agama
dy. Suku Bangsa
dz. Pendidikan
ea. Pekerjaan
eb.

Timur Kecamatan Mlonggo Kabupaten Magelang


: Islam
: Jawa
: SLTP
: Petani

17

3.2 PROFIL KELUARGA YANG TINGGAL SATU RUMAH


3.3

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga Kandung dan yang tinggal satu

rumah
3.4

3.5

Nama 3.6

No

Kedu 3.7

3.8

3.12

dukan dalam JK Umur


3.13

3.

3.29

Pen 3.10

didikan

Keluarga
(th)
Tn. 3.14 Kepal3.15 3.16 3.17

1.
Hadi
a keluarga L
45
3.20 3.21 Ny. Leli 3.22 Ibu 3.23 3.24
2.
3.28

3.9

An.

RT
P
32
3.30 Anak 3.31 3.32

Citra

rjaan

SLT 3.18
P

3.25
3.33

Peke 3.11

Sehat

Gur 3.27

Pasie

ni
S1 3.26
TK

u SD
3.34

3.40
3.41
3.42
3.43
3.44
3.45

Penderita

3.47
3.48

Gambar 1. Pohon Keluarga


3.49

3.50
3.51
3.52
3.53
3.54
3.55

3.56

Tabel 2. Family APGAR

18

angan

Peta 3.19

3.36
3.37
3.38
3.39

3.46

Keter

n
3.35

Sehat

Selalu
Adaptation

Partnership

Growth

Affection

Resolve

Kadang

Tidak pernah

3.71

1
Dari tabel di atas, bila dijumlahkan

3.81

mempunyai total 9 poin yang berarti tidak ada disfungsi dalam keluarga ini.
3.82
3.83
Tabel 3. Family SCREEM
3.84

3.85

3.86
Resources

3.87

So

cial

Pathology

3.88

3.89

Komunikasi

pasien

dengan

suami maupun anak dalam


keadaan yang sangat baik
dan harmonis.
3.90

ultura
l

3.91

3.92

Pasien dan suami merupakan Kebiasaan buang air besar dan


suku Jawa dan lama hidup

mandi serta cuci pakaian di

di

kali sudah menjadi budaya di

Jawa,

namun

tidak

percaya akan hal-hal yang

desa pasien.

berbau mistis
3.93

Re

ligion

3.94

3.95

Pasien menganut agama Islam.


Suami dan anaknya juga
menganut agama yang sama
dan taat beribadah

3.96

Ec

onomi
c

3.97

3.98

Pasien merupakan Guru SD. Belum ada kesiapan tabungan


Suami

bekerja

sebagai

19

apabila terjadi hal yang tak

petani. Penghasilan kirakira

Rp

bulan.

1.000.000
Cukup

memenuhi

terduga

per
untuk

kebutuhan

sehari-hari.
3.99

3.100

ducati

3.101

Pendidikan

on

terakhir

pasien Pengetahuan pasien dan suami

adalah S1 dan suami adalah

mengenai kesehatan Kurang

SMP.
3.102 M

3.103

edical

3.104

Pasien

mempunyai

asuransi

BPJS
3.105
3.106
3.107

RESUME PENYAKIT DAN PENATALAKSANAAN YANG

SUDAH DILAKUKAN
3.108

ANAMNESIS
3.109

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal

10 Oktober 2016 pukul 10.00 WIB hingga 12.00 WIB di rumah pasien di
RT 32 RW 7 Dusun Seluke Desa Jambu Timur Kecamatan Mlonggo
Kabupaten Magelang
a. Keluhan Utama
3.110 Gatal di daerah kemaluan.
b. Riwayat Penyakit Saat Datang Pertama
3.111
c. Riwayat Penyakit Dahulu
3.112 Riwayat darah tinggi, riwayat kencing manis, penyakit
jantung, asma, alergi disangkal.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
3.113 Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan serupa.
Riwayat kencing manis, asma dan alergi dalam keluarga disangkal.
e. Riwayat perkawinan
3.114 Menikah 1x, 6 tahun yang lalu
20

f. Riwayat haid
3.115

Pasien menarche saat umur 14 tahun.Siklus mens teratur

tiap bulannya. Lama mens rata-rata 7 hari. Dalam 2 hari pertama ganti
pembalut rata-rata 3x sehari dan setiap ganti pembalut selalu penuh. Hari
berikutnya

hanya

keluar

plek-plek

kecoklatan.Pasien

mengeluh

dysmenorhea tiap bulannya.


g. Riwayat KB
3.116

Pasien mengaku menggunakan KB pil 6 tahun (sejak

kelahiran anak pertama)


h. Riwayat kehamilan dan persalinan
3.117 P1A0
3.118
3.119
Keada 3.120
3.121
an
3.122
sekarang 3.123
3.124

3.1 Ha 3.3 Abor 3.5 Kelamin 3.6 Usi 3.7 BB 3.8 Penol 3.9 Tmpt 3.10

mi

tus/N

orma

3.2

lahi

ong

lahir

l/
Ke

3.4 SC

ri

N 3.13 Perem 3.14 3.15 33.16 Bi 3.17 Pus 3.18 Sehat

3.11 3.12

Peme

orma

puan

6th

100

dan

kesmas

gr

aan fisik (10 Oktober 2016)


3.125 Keadaan umum
3.126 Kesadaran
3.127 Tanda vital
3.128

: baik
: Compos mentis
:
Tekanan darah : 120/80 mmHg

TB

158 cm
3.129

Nadi

: 80 x/menit

BB

55 kg
3.130
3.131

Suhu
Pernapasan

: 36,70 C
: 20x/menit

3.132
3.133

Status Generalis
Kepala

: Mesosefal

21

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik

Telinga

: Benjolan (-),oedem (-), discharge (-),nyeri

(-/-)
tekan (-)

3.134

Hidung
: Sekret (-), deviasi septum (-)
Bibir
: Pucat (-), sianosis (-)
Tenggorok
: T1-T1, faring hiperemis (-), nyeri telan (-)
Leher
: Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)
Dada :
Mammae
:
Simetris
,hiperpigmentasi
pada areola, benjolan (-), retraksi puting (-).

3.135
3.136
3.137
3.138

Paru

: In

: Simetris, statis, dinamis, retraksi (-)


Pa
: Stem fremitus kanan = kiri
Pe
: Sonor seluruh lapangan paru
Au : Suara dasar vesikuler, suara

tambahan (-)
3.139
3.140
LMCS
3.141
3.142

Jantung:
Pa

In
: iktus kordis tak tampak
: iktus kordis teraba di SIC V, 2 cm lateral

Pe
Au

: konfigurasi jantung dalam batas normal


: Suara Jantung I-II normal, bising (-), gallop

(-)
3.143

Abdomen : In : datar, supel


3.144 Au : bising usus (+) normal
3.145 Pe
:
area traube timpani, pekak sisi (+)
normal, pekak alih (-),
3.146 Pa
: nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien
tidak teraba

3.147

Ekstremitas :

3.148
3.149

Inferior
Oedema
Sianosis

:
:

Superior
-/- -/-/-

-/-

3.150
3.151 DIAGNOSIS KERJA
3.152
Fluor albus suspek et causa candida albicans
3.153 DIAGNOSIS BANDING
3.154
Fluor albus suspek et causa bacterial vaginosis
3.155 HASIL LABORATORIUM DAN PEMERIKSAAN
PENUNJANG
22

3.156
Pemeriksaan secret vagina ditemukan adanya yeast
3.157 PENATALAKSANAAN

a. Tatalaksana medikamentosa yang telah diberikan :


Metronidazole 500 mg 3 kali sehari selama 7-10 hari
b. Tatalaksana nonmedikamentosa
Menjaga kondisi di daerah genital bersih dan tidak
lembab

Istarahat yang cukup


Makan-makanan bergizi
3.158 Faktor pendukung :
Pasien menjaga kebersihan dan kelembapan daerah genital
3.159 Faktor penghambat:
Kebiasaan menggunakan celana ketat
Menggunakan KB pil
3.160 Indikator keberhasilan:

Keputihan

berkurang

sampai

dengan

menghilang
3.161
3.162 PERMASALAHAN PADA PASIEN
3.163 Tabel 2.Tabel Permasalahan pada Pasien dan Keluarganya
3.164
No.

3.165 Resiko &

3.166 Rencana

3.167 Sa

pembinaan

saran

masalah

3.168 Keteran
gan

kesehatan
3.169 3.170 Keputihan 1.

Memberi

penjelasan 3.171 Pas 3.172 Diharapk

bahwa higienitas alat

ien

an

pasien

genital merupakan salah

dapat

satu

menjaga

faktor

penyebab

dari keputihan, sehingga

higienitas

kebersihan alat genital

alat

perlu

genitalnya

dijaga.

Seperti

sering mengganti celana

dan

dalam minimal sehari 2

menambah

kali, sering mengganti

waktu

pembalut

istirahat

23

minimal

dapat

sehari

2.

3x,

tidak

untuk

menahan kencing, tidak

mengurangi

menggunakan

faktor

celana

terlalu ketat
Memberi
penjelasan
bahwa keputihan juga
dapat

dipicu

kelelahan
dan
stres.

oleh

kelelahan dan stres, oleh


sebab

itu

sebaiknya

pasien

perlu

meluangkan
3.

waktu

untuk beristirahat.
Memberi
penjelasan
bahwa keputihan dapat
menyebabkan

gatal-

gatal di daerah daerah


4.

alat kelamin.
Memberi
penjelasan
untuk

mengajak

pasangan

dalam

berhubungan

badan

(suami) untuk bersama


mejaga kebersihan alat
genital
3.173
3.174
3.175 IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi Biologis
3.176 Dari wawancara dengan pasien diperoleh keterangan bahwa tidak
ada keluarga yang pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.
b. Fungsi Psikologis
3.177 Pasien tinggal bersama suami dan 1 orang anak.
c. Fungsi Ekonomi

24

tingkat

3.178 Biaya kebutuhan sehari-hari pasien dipenuhi dengan gaji sendiri dan
tambahan dari suami. Pendapatan perbulan Rp 1.000.000.Uang tersebut
dipakai untuk kebutuhan rumah tangga seperti makan. Pasien tidak memiliki
jaminan kesehatan.
d. Fungsi Pendidikan
3.179 Pendidikan terakhir pasien adalah tamat S1, sedangkan suami tamat SMP.
Pasien dan suami tidak mengetahui keputihan dengan jelas.
e. Fungsi Religius
3.180 Pasien dan keluarga memeluk agama Islam, menjalankan ibadah agama
secara rutin (sholat).
f. Fungsi Sosial dan Budaya
3.181 Pasien dan keluarga tinggal di RT 32 RW 7 Dusun Seluke Desa
Jambu Timur Kecamatan Mlonggo Kabupaten Magelang di lingkungan
dekat sungai. Kegiatan mandi, cuci dan kakus sering dilakukan di sungai.
Pasien sering menggunakan celana ketat. Pasien dan keluarga dapat
diterima dengan baik di lingkungan rumahnya.Komunikasi dengan
tetangga baik.
3.182
3.183 POLA KONSUMSI PENDERITA
3.184 Frekuensi makan rata-rata 3x sehari.Penderita biasanya makan di
rumah. Jenis makanan dalam keluarga ini cukup bervariasi. Variasi
makanan sebagai berikut: nasi, lauk (tahu, tempe, ikan, ayam, telur), sayur
( kangkung, bayam, kacang panjang, terung, dsb), air minum (air putih).
Air minum berasal dari sumur bor. Pasien jarang mengkonsumsi air putih
dan lebih sering konsumsi air gula, teh, dan sirup.
3.185
3.186 IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
a.
3.187

Faktor Perilaku
Pasien mengganti celana dalam 2 kali sehari pada saat

mandi.Dimana celana dalam yang lembab karena keringat dapat


menyebabkan semakin berkembangnya mikroorganisme di alat genital.

25

Pasien sering mandi dan cuci pakaian di sungai dekat rumah. Pasien
sering menggunakan celana ketat.
b.
3.188

Faktor Lingkungan
Kebersihan di dalam

dan

luar

rumah

cukup

baik.Pencahayaan di dalam rumah cukup baik, namun sirkulasi udara


tidak berjalan lancar karena jendela di rumah jarang sekali
dibuka.Sumber air minum berasal dari sumur dan dimasak terlebih
dahulu sebelum diminum. Di rumah pasien menggunakan jamban jenis
leher angsa.Untuk pembuangan limbah, pasien tidak memiliki tempat
pembuangan sampah khusus, namun biasanya sampah dikumpulkan
kemudian dibakar.
c.
Faktor Sarana pelayanan kesehatan
3.189
Puskesmas berjarak 5 km dari rumah
3.190 d.Faktor keturunan
3.191

3.192
3.193 IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
3.194
a. Gambaran Lingkungan Rumah
3.195
Rumah pasien terletak di RT 32 RW 7 Dusun Seluke Desa
Jambu Timur Kecamatan Mlonggo Kabupaten Magelang dengan
ukuran rumah 9 x 9 mm2, bentuk bangunan 1 lantai. Rumah tersebut
ditempati oleh 3 orang.Secara umum gambaran rumah terdiri dari 3
kamar tidur.1 dapur terletak bersebelahan dengan kamar mandi.Rumah
mempunyai belum memiliki, dinding dari tembok bata merah yang
belum diplester, lantai terdiri dari semen belum dikeramik. Penerangan
di dalam rumah cukup. Ventilasi dan jendela sudah memadai, namun
jarang dibuka. sehingga rumah menjadi kurang terang dan terasa agak
lembab. Tata letak barang di rumah rapi. Sumber air bersih dari sumur
untuk minum maupun cuci dan masak. Air minum dimasak sendiri.
Rumahnya sudah memiliki jamban sendiri. Kebersihan dapur kurang,
tidak ada jendela di dalam dapur. Pembuangan air limbah ke got dan
saluran limbah mengalir lancar. Tidak ada tempat pembuangan

26

sampah, sampah dikumpulkan lalu dibakar. Jalan di depan rumah lebar


nya 4 meter terbuat dari beton. Banyak hewan peliharaan seperti ayam
di sekitar rumah. Kebersihan lingkungan di sekitar rumah baik.
3.196
3.197
3.198
3.199
3.200
3.201

Kamar Tidur
Dapur

3.202
3.203

Kamar Mandi

3.204
3.205

Kamar Tidur

Kamar Tidur

3.206
3.207
3.208
3.209
3.210
3.211
3.212
3.213
3.214
3.215
3.216
3.217
3.218
3.219 Gambar 2. Denah Rumah
3.220
3.221 DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGA
a.

Fungsi Biologis
Pasien sudah mengalami penyakit ini sejak 1 minggu

yang lalu.
b. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dengan keluarga terjalin baik
Hubungan sosial dengan tetangga dan kerabat baik
c. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

27

3.222

Kesan sosial ekonomi cukup, dilihat dari perkerjaan dan

kondisi rumah.
d. Fungsi Religius dan Sosial Budaya
3.223
Termasuk keluarga yang
taat beragama. Hubungan
keluarga dan pasien dengan tetangga baik, komunikasi berjalan dengan
lancar.Tidak terdapat keterbatasan hubungan antara pasien dan
masyarakat.
e. Faktor Perilaku
3.224

Pasien rutin mengganti celana. Pasien juga sering kurang

memanfaatkan waktu luangnya untuk istirahat. Pasien mandi, cuci dan


buang air besar di sungai. Pasien sering menggunakan celana ketat
f.

Faktor Non Perilaku

Pasien tinggal di rumah yang ventilasi udara di

rumah kurang sehingga sirkulasi udara kurang baik sehingga


kebersihan kurang terjaga.
Sarana pelayanan kesehatan di sekitar rumah
terdapat PKD (Pos Kesehatan Desa) namun hanya untuk hari-hari
tertentu, sedang sarana pelayanan kesehatan yang lain cukup jauh.
Jarak antara rumah pasien dengan puskesmas 7 km.
3.225
3.226

DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA


3.227
3.228
3.229
3.230
PELAYANAN
KESEHATAN
Puskesmas

GENETIK

STATUS
KESEHATAN

PERILAKU

3.236
3.237 Gambar 3. Diagram Realita
3.238

3.239 PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN


3.240

Tabel 3. Pembinaan dan Hasil Kegiatan

28

3.231
3.232
3.233
3.234
3.235

LINGKUNGAN
Mengganti celana
Ventilasi
cukup,
dalam 2x
sehari
namun sirkulasi
Mandi,
cuci dan buang
udara
kurang
air besar di sungai
Sumber air sumur,
jernih
dan tidak celana
Menggunakan
bau
ketat
Tetangga tidak ada
yang sakit seperti
ini

3.241 Tan

3.242 Kegiatan yang

ggal

3.243 Kelua

dilakukan

3.244 Hasil Kegiatan

rga yang

terlibat
3.245 10 3.246 Melakukan pemeriksaa 3.247 Pasien 3.248 Mendapatkan diagn
Oktobe

n kepada pasien dan meng

dan keluar

osis kerja pasien, data

r 2016

amati keadaan kesehatan r

ga

keluarga pasien,

umah dan lingkungan sekit

gambaran perilaku

ar

kesehatan dan mengeta


hui keadaan rumah pasi
en.
3.251 Pasien 3.252 Pasien dan keluarga

3.249 11 3.250 Memberikan


Oktobe

penjelasan kepada pasien

dan

pasien dapat

r 2016

dan keluarga pasien

keluarga

memahami penjelasan

mengenai keputihan dan

yang diberikan dan

faktor-faktor risiko yang

diharapkan dapat

bisa menyebabkan

merubah pola hidup

keputihan serta

bersih dan sehat

menjelaskan perilaku

terutama bagian

hidup bersih dan sehat

genital.

terutama bagian genital.


3.253 12 3.254 Memberikan

3.255 Pasien 3.256 Lubang ventilasi

Oktobe

penjelasan mengani

dan

r 2016

perilaku hidup bersih dan

keluarga

sehat pada rumah tangga

dan jendela dibuka


setiap pagi.
3.257

3.258
3.259 KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA
1.

Tingkat pemahaman : Pemahaman

terhadap
2.

3.

pembinaan

yang

dilakukan

baik.
Faktor pendukung
:
Pasien menjaga kebersihan dan kelembapan daerah genital
Pasien makan-makanan bergizi
Faktor penghambat:
29

Perilaku mandi, cuci dan buang air di sungai


Penggunaan celana ketat
Menggunakan pil KB
4.

Indikator keberhasilan:
Keputihan dan rasa gatal berkurang sampai dengan

menghilang
-

Penderita dan keluarga dapat memahami dan

menangkap penjelasan yang diberikan tentang kesehatan reproduksi


wanita khususnya mengenai keputihan.
Keluarga yang kooperatif dan adanya keinginan
untuk hidup sehat khususnya menjaga kesehatan dan kebersihan
organ reproduksi
3.260
3.261
3.262
3.263
3.264
3.265
3.266
3.267
3.268
3.269
3.270
3.271
3.272
3.273
3.274
3.275
3.276

30

3.277

3.278 BAB IV
3.279 PENUTUP
3.280
4.1 KESIMPULAN
3.281
Penatalaksanaan pasien keputihan, 32 tahun, dengan
kedokteran keluarga adalah sebagai berikut:
Diagnosis Kerja:
3.282 Fluor albus suspek et causa candida albicans
Diagnosis Banding:
3.283 Fluor albus suspek et causa bacterial vaginosis
Terapi medikamentosa:

3.284

R/

3.285

Metronidazole 500 mg 3 kali sehariselama 7-10 hari

Terapi edukasi:
1. Pasien dianjurkan minum obat secara teratur
2. Pasien dianjurkan menjaga kebersihan dan kelembapan daerah
genital.
3. Pasien dianjurkan untuk banyak beristirahat, menghindari kelelahan
dan stres.
4. Pasien dianjurkan untuk tidak menggunakan celana ketat terlalu
sering
5. Pasien dianjurkan makan-makanan bergizi

Pembinaan terhadap pasien dan keluarga


1. Menjelaskan kepada penderita dan keluarga tentang penyakit
keputihan, meliputi faktor risiko, komplikasi dan pencegahan
komplikasi. Memotivasi pasien dan keluarga untuk bersama-sama
memperhatikan penyakit pasien.
2. Menganjurkan pasien untuk minum obat secara teratur.
3. Menganjurkan pasien dan keluarga untuk rutin berolahraga
4. Menganjurkan pasien dan keluarga untuk menjaga pola makan

31

32

5. Menganjurkan pasien dan keluarga untyuk selalu menjaga kebersihan


diri
6. Menganjurkan keluarga untuk menemasi pasien periksa ke dokter.
7.
4.2 SARAN
8. Untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien dengan keputihan
diperlukan pendekatan keluarga dalam penatalaksanaan pasien secara
komprehensif.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.

33

27.DAFTAR PUSTAKA
28.
1. Sarwono P, Wiknjosastro H. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo 2010:268-9.
2. Dewi NR. efektifitas pemberian pendidikan kesehatan tentang leukorhoe terhadap
pengetahuan dan sikap remaja putri di SMKN 6 Palembang.
3. Mardalena RM. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ
Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Pada Mahasiswi Fakultas
Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015. 2015.
4. Ayuningtyas DN, Suryaatmaja L. Hubungan antara Pengetahuan dan Perilaku Menjaga
Kebersihan Genitalia Eksterna dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMA Negeri 4
Semarang: Faculty of Medicine, 2011.
5. Depkes P. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: PT Salemba Medik
2010.
6. Katharini Kusrini. Prasetyowati, Yuliawati. (2009). Hubungan Personal Hygiene
dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMU Muhammadiyah Metro Tahun 2009,
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Vol.11 No.2 Edisi Desember 2009
7. Kasdu, Dini. 2008. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta : Puspa Sehat
8. Deni Zendi Setiawan. (2011). Hubungan Pengetahuan Tentang Keputihan (Fluor Albus)
Dengan Tingkat Kecemasan Pada Remaja Putri Di Desa Pragaan Laok Kecamatan
Pragaan Sumenep. KTI Stikers Yarsis, Bandung.
9. Rahma, (2006). Perilaku Swamedikasi Menggunakan Obat Anti Jamur Vaginal
(Keputihan)
10. Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya. Yogyakarta :
Nuha Medika
11. Poltekkes. Depkkes. 2010. Kesehatan Remaja. Jakarta
12. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
13. Sarwono. S.W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
14. Andira, Dita. 2010. Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta : A+ Plus
29.
30.
31.
32.
33.

Anda mungkin juga menyukai