PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi dikalangan wanita harus mendapat perhatian yang
serius salah satunya adalah keputihan. Keputihan adalah keluarnya cairan bukan
darah yang berlebihan dari kelamin perempuan.1
Menurut studi Badan Kesehatan Dunia (WHO) masalah kesehatan
reproduksi perempuan yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total
beban penyakit yang diderita para perempuan di dunia salah satunya adalah
keputihan.2 Sekitar 75% wanita didunia pasti akan mengalami keputihan paling
tidak sekali seumur hidup dan sebanyak 45% wanita mengalami keputihan dua
kali atau lebih, sedangkan pada kaum wanita yang berada di Eropa angka
keputihan sebesar 25%, dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan.3
Di Indonesia sendiri 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu
kali dalam hidupnya dan setengah di antaranya mengalami keputihan sebanyak
dua kali atau lebih. Hal ini berkaitan dengan cuaca yang lembab yang
mempermudah wanita Indonesia mengalami keputihan, dimana cuaca yang
lembab dapat mempermudah berkembangnya infeksi jamur.4
Jumlah vaginal discharge yang keluar berbeda-beda pada setiap wanita. Ada
wanita yang mengalami vaginal discharge yang sangat sedikit dan jarang
terjadi, namun ada juga wanita yang mengalami keputihan setiap hari.
Keputihan yang normal
wanita.
Menurut Depkes kejadian keputihan banyak disebabkan karena olek
bakteri kandidosis vulvovagenitis dikarenakan banyak perempuan yang tidak
mengetahui membersihkan
daerah
vaginnya,
penyebab
lainnya
adalah
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keputihan
2.1.1. Definisi keputihan
Keputihan di kalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor
albus. Leukore adalah semua pengeluaran cairan dari alat genitalia yang bukan
darah tetapi merupakan manifestasi klinik berbagai infeksi, keganasan atau
tumor jinak organ reproduksi.
Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan
fisiologis dan keputihan patologis. Keputihan fisiologis dapat terjadi pada
masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari
ke 10-16 saat menstruasi, juga terjadi melalui rangsangan seksual. Adapun
keputihan patologis dapat terjadi pada semua alat genitalia (infeksi bibir
kemaluan, liang senggama, mulut rahim, rahim dan jaringan penyangga, dan
pada infeksi penyakit hubungan seksual).
Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala yang
dapat disebabkan oleh faktor fisiologis maupun faktor patologis. Gejala
keputihan karena faktor fisiologis antara lain : a). Cairan dari vagina berwarna
kuning; b). Tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal; c). Jumlah cairan bisa
sedikit, bisa cukup banyak. Sedangkan gejala keputihan karena faktor
patologis antara lain : a). Cairan dari vagina keruh dan kental; b). Warna
kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan; c). Berbau busuk, amis, dan terasa
gatal; d). Jumlah cairan banyak.6
2.1.2 Epidemiologi
a.
Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital.
Proporsi perempuan yang mengalami flour albus bervariasi antara 1-15%
dan hampir seluruhnya memiliki aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika
merupakan gejala penyakit dapat terjadi pada semua umur. Keputihan
merupakan indikasi suatu vaginitis, infeksi yang sering menyebabkan
vaginitis adalah trikomoniasis, vaginitis bakterial dan kandidiasis.
Penyebab non infeksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi atau
iritasi bahan kimia. Prevalensi dan penyebab vaginitis masih belum pasti
karena sering didiagnosis dan diobati sendiri.
2.1.3 Patofisiologi
b.
Organ yang paling sensitif dan rawan pada tubuh wanita
adalah organ reproduksi dan merupakan organ yang paling rawan
dibanding organ tubuh yang lainnya. Keputihan (Fluor albus) merupakan
salah satu tanda dan gejala penyakit organ reproduksi wanita, di daerah
alat genitalia eksternal bermuara saluran kencing dan saluran pembuangan
sisa-sisa pencernaan yang disebut anus. Apabila tidak dibersihkan secara
sempurna akan ditemukan berbagai bakteri, jamur dan parasit, akan
menjalar ke sekitar organ genitalia. Hal ini dapat menyebabkan infeksi
dengan gejala keputihan. Selain itu dalam hal melakukan hubungan
seksual terkadang terjadi pelecetan, dengan adanya pelecetan merupakan
pintu masuk mikroorganisme penyebab infeksi penyakit hubungan seksual
(PHS) yang kontak dengan air mani dan mukosa.7
2.1.4 Etiologi dan Gejala
c.
Penyebab
keputihan
tergantung
dari
jenisnya
yaitu
organ reproduksi wanita dapat berupa Infeksi, Adanya benda asing, dan
penyakit lain pada organ reproduksi. Keputihan bukan merupakan
penyakit tetapi hanya suatu gejala penyakit, sehingga penyebab yang
pasti perlu ditetapkan. Oleh karena itu untuk mengetahui adanya suatu
penyakit perlu dilakukan berbagai pemeriksaan cairan yang keluar dari
alat genitalia tersebut. Pemeriksaan terhadap keputihan meliputi
pewarnaan gram (untuk infeksi jamur), preparat basah (infeksi
trikomonas), preparat KOH (infeksi jamur), kultur atau pembiakan
(menentukan jenias bakteri penyebab), dan pap smear (untuk
menentukan adanya sel ganas).
f.
Penyebab paling sering dari keputihan tidak normal adalah
infeksi. Organ genitalia pada perempuan yang dapat terkena infeksi
adalah vulva, vagina, leher rahim, dan rongga rahim.8 Infeksi ini dapat
disebabkan oleh:
g. a. Bakteri (kuman)
h. 1). Gonococcus
i.
Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubungan
seksual, yang paling sering ditemukan yaitu gonore. Pada lakilaki penyakit ini menyebabkan kencing nanah, sedangkan pada
perempuan menyebabkan keputihan.
j. 2). Chlamydia trachomatis
k.
Keputihan yang ditimbulkan oleh bakteri ini tidak begitu
banyak dan lebih encer bila dibandingkan dengan penyakit
gonore.
l.
m.
3). Gardnerella vaginalis
n.
Keputihan yang timbul oleh bakteri ini berwarna putih
keruh keabu-abuan, agak lengket dan berbau amis seperti ikan,
disertai rasa gatal dan panas pada vagina.
o.
p. b. Jamur Candida
5
q.
dinamakan
ac.
di
dalam
vagina.
Selaput
lendir
dinding
vagina
aj.
c) Faktor iritasi
ak.
c.
sangat membahayakan.
Penggunaan deodorant vagina
ao.
Deodorant vagina sebenarnya tidak perlu karena
dapat
mengiritasi
membran
mukosa
dan
mungkin
Faktor-faktor
yang
menyebabkan
terjadinya
yang disebabkan oleh kuman, jamur, virus, dan parasit serta tumor,
kanker dan keganasan alat kelamin juga dapat menyebabkan
terjadinya keputihan.
ar.
2.1.5 Diagnosis Keputihan
1. Keputihan (Fluor Albus) Fisiologis
as.
Pencegahan Keputihan
aw. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah
keputihan patologis antara lain :
ax.
a. Menjaga kebersihan, diantaranya:
ay.
1). Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari
dan menjaga agar tetap kering untuk mencegah tumbuhnya
bakteri dan jamur;
az.
2). Saat menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila
sudah terasa basah dan lembab;
ba.
3). Menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk
mencegah timbulnya iritasi pada vagina;
10
bb.
yang
tinggi
protein.
11
antibiotik
oral
(yang
diminum)
sebaiknya
ke
fasilitas
pelayanan
kesehatan
agar
segera
Keadaan
yang
lembab
akan
menyuburkan
12
bv. 2.1.7
dampak pada wanita. Keputihan yang memberi dampak pada ibu yaitu
keputihan yang patologis. Dengan adanya keputihan ibu merasa tidak
nyaman karena menunjukkan keluhan berbau busuk, gatal, vulva terasa
seperti terbakar. Apabila keputihan tidak diobati maka infeksi dapat
menjalar ke rongga rahim kemudian sampai ke indung telur dan akhirnya
sampai kerongga panggul. Banyak ditemukan wanita yang menderita
keputihan yang kronik menjadi mandul.13 Biasanya komplikasi yang terjadi
pada wanita adalah terinfeksinya kelenjar yang ada di dalam bibir vagina.
Bisul kelenjar tersebut harus disedot keluar karena tidak dapat disembukan
dengan obat. Komplikasi pada wanita sering menimbulkan radang saluran
telur. Infeksi nonspesifik pada wanita sering tanpa keluhan maupun gejala.
Itu sebabnya tidak mudah mendiagnosis hal itu. Kadang seorang wanita
merasa tidak punya penyakit kelamin, tetapi ketika lendir keputihannya
diperiksa maka ditemukan bibit penyakit. Biasanya wanita hanya merasa
tidak enak kalau buang air kecil, kemudian jumlah lendirnya hanya sedikit.
Terkadang merasa tidak enak di panggul dan mungkin akan merasa nyeri
kalau melakukan hubungan seks. Oleh karena itu komplikasi sering terjadi
apabila tidak dilakukan pemeriksaan sedini mungkin.
bx.
2.2. Kedokteran Keluarga
2.2.1. Hakikat kedokteran keluarga
by. Kedokteran keluarga merupakan
disiplin
akademik
yaitu :
Komprehensif dalam ilmu kedokteran, dalam arti tidak
2.
3.
4.
5.
1.
Hakikat biologik
ca. Manusia menganggap dirinya sebagai makhluk biologis,
yaitu dikenal dengan faktor intrinsik dalam kehidupan.
Keseimbangan faktor intrinsik inilah yang merupakan keadaan
sehat badaniah. Prinsip kebugaran biolgik dan risiko dalam
kehidupan keluarga, merupakan komponen jasmani yang
esensial, yaitu ketahanan, kelenturan (fleksibilitas), kekuatan
(aktivitas), keseimbangan organ, keseimbangan metabolic,
keselamatan, rasa bahagia, dan rasa nyaman. Untuk lebih terinci
menilai permasalahan keluarga, dinilai dari kualitas hidup
keluarga serta fungsi keluarga yaitu peranan fungsi biologis
keluarga perihal yang berkaitan dengan organ sistem terpadu
dari individu dan anggota keluarga lainnya yang memiliki faktor
2.
risiko yaitu,
Kesehatan keluarga
Reproduksi keluarga
Hakikat psikologik
cb. Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan
tingkah laku yang menggunaan gambaran sikap manusia yang
menentukan penampilan dan pola perilaku dan kebiasaannya.
Setiap pengguna jasa perlu keyakinan akan keberhasilan
pelayanan yang diperolehnya agar merasa puas akan pelayanan
yang diberikan. Setiap manusia mempunyai keinginan untuk
mempertahankan hidupnya dan menjaga hidupnya untuk lebih
baik. Menusia mempunyai kemampuan dan keterbatasan,
14
4.
keluarga
adalah
yang
berorientasikan
5.
serta
keseimbangan
antara
anggota
dan
15
16
da.
db.
dc.
dd.
de.
dg.
dh.
3.1 IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA
a. Identitas Pasien
di. Nama
: Ny. L
dj. Jenis kelamin
: Perempuan
dk. Usia
: 32 tahun
dl. Status Pernikahan : Menikah
dm.
Alamat : RT 32 RW 7 Dusun Seluke Desa Jambu
Timur Kecamatan Mlonggo Kabupaten Magelang
: Islam
: Jawa
: S1
: Guru SD
dn.
Agama
do. Suku Bangsa
dp. Pendidikan
dq. Pekerjaan
dr.
b. Identitas Kepala Keluarga
ds. Nama
: Tn. H
dt. Jenis Kelamin
: Laki-laki
du. Umur
: 45 tahun
dv. Status Pernikahan : Menikah
dw.
Alamat : RT 32 RW 7 Dusun Seluke Desa Jambu
dx. Agama
dy. Suku Bangsa
dz. Pendidikan
ea. Pekerjaan
eb.
17
rumah
3.4
3.5
Nama 3.6
No
Kedu 3.7
3.8
3.12
3.
3.29
Pen 3.10
didikan
Keluarga
(th)
Tn. 3.14 Kepal3.15 3.16 3.17
1.
Hadi
a keluarga L
45
3.20 3.21 Ny. Leli 3.22 Ibu 3.23 3.24
2.
3.28
3.9
An.
RT
P
32
3.30 Anak 3.31 3.32
Citra
rjaan
SLT 3.18
P
3.25
3.33
Peke 3.11
Sehat
Gur 3.27
Pasie
ni
S1 3.26
TK
u SD
3.34
3.40
3.41
3.42
3.43
3.44
3.45
Penderita
3.47
3.48
3.50
3.51
3.52
3.53
3.54
3.55
3.56
18
angan
Peta 3.19
3.36
3.37
3.38
3.39
3.46
Keter
n
3.35
Sehat
Selalu
Adaptation
Partnership
Growth
Affection
Resolve
Kadang
Tidak pernah
3.71
1
Dari tabel di atas, bila dijumlahkan
3.81
mempunyai total 9 poin yang berarti tidak ada disfungsi dalam keluarga ini.
3.82
3.83
Tabel 3. Family SCREEM
3.84
3.85
3.86
Resources
3.87
So
cial
Pathology
3.88
3.89
Komunikasi
pasien
dengan
ultura
l
3.91
3.92
di
Jawa,
namun
tidak
desa pasien.
berbau mistis
3.93
Re
ligion
3.94
3.95
3.96
Ec
onomi
c
3.97
3.98
bekerja
sebagai
19
Rp
bulan.
1.000.000
Cukup
memenuhi
terduga
per
untuk
kebutuhan
sehari-hari.
3.99
3.100
ducati
3.101
Pendidikan
on
terakhir
SMP.
3.102 M
3.103
edical
3.104
Pasien
mempunyai
asuransi
BPJS
3.105
3.106
3.107
SUDAH DILAKUKAN
3.108
ANAMNESIS
3.109
10 Oktober 2016 pukul 10.00 WIB hingga 12.00 WIB di rumah pasien di
RT 32 RW 7 Dusun Seluke Desa Jambu Timur Kecamatan Mlonggo
Kabupaten Magelang
a. Keluhan Utama
3.110 Gatal di daerah kemaluan.
b. Riwayat Penyakit Saat Datang Pertama
3.111
c. Riwayat Penyakit Dahulu
3.112 Riwayat darah tinggi, riwayat kencing manis, penyakit
jantung, asma, alergi disangkal.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
3.113 Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan serupa.
Riwayat kencing manis, asma dan alergi dalam keluarga disangkal.
e. Riwayat perkawinan
3.114 Menikah 1x, 6 tahun yang lalu
20
f. Riwayat haid
3.115
tiap bulannya. Lama mens rata-rata 7 hari. Dalam 2 hari pertama ganti
pembalut rata-rata 3x sehari dan setiap ganti pembalut selalu penuh. Hari
berikutnya
hanya
keluar
plek-plek
kecoklatan.Pasien
mengeluh
3.1 Ha 3.3 Abor 3.5 Kelamin 3.6 Usi 3.7 BB 3.8 Penol 3.9 Tmpt 3.10
mi
tus/N
orma
3.2
lahi
ong
lahir
l/
Ke
3.4 SC
ri
3.11 3.12
Peme
orma
puan
6th
100
dan
kesmas
gr
: baik
: Compos mentis
:
Tekanan darah : 120/80 mmHg
TB
158 cm
3.129
Nadi
: 80 x/menit
BB
55 kg
3.130
3.131
Suhu
Pernapasan
: 36,70 C
: 20x/menit
3.132
3.133
Status Generalis
Kepala
: Mesosefal
21
Mata
Telinga
(-/-)
tekan (-)
3.134
Hidung
: Sekret (-), deviasi septum (-)
Bibir
: Pucat (-), sianosis (-)
Tenggorok
: T1-T1, faring hiperemis (-), nyeri telan (-)
Leher
: Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)
Dada :
Mammae
:
Simetris
,hiperpigmentasi
pada areola, benjolan (-), retraksi puting (-).
3.135
3.136
3.137
3.138
Paru
: In
tambahan (-)
3.139
3.140
LMCS
3.141
3.142
Jantung:
Pa
In
: iktus kordis tak tampak
: iktus kordis teraba di SIC V, 2 cm lateral
Pe
Au
(-)
3.143
3.147
Ekstremitas :
3.148
3.149
Inferior
Oedema
Sianosis
:
:
Superior
-/- -/-/-
-/-
3.150
3.151 DIAGNOSIS KERJA
3.152
Fluor albus suspek et causa candida albicans
3.153 DIAGNOSIS BANDING
3.154
Fluor albus suspek et causa bacterial vaginosis
3.155 HASIL LABORATORIUM DAN PEMERIKSAAN
PENUNJANG
22
3.156
Pemeriksaan secret vagina ditemukan adanya yeast
3.157 PENATALAKSANAAN
Keputihan
berkurang
sampai
dengan
menghilang
3.161
3.162 PERMASALAHAN PADA PASIEN
3.163 Tabel 2.Tabel Permasalahan pada Pasien dan Keluarganya
3.164
No.
3.166 Rencana
3.167 Sa
pembinaan
saran
masalah
3.168 Keteran
gan
kesehatan
3.169 3.170 Keputihan 1.
Memberi
ien
an
pasien
dapat
satu
menjaga
faktor
penyebab
higienitas
alat
perlu
genitalnya
dijaga.
Seperti
dan
menambah
waktu
pembalut
istirahat
23
minimal
dapat
sehari
2.
3x,
tidak
untuk
mengurangi
menggunakan
faktor
celana
terlalu ketat
Memberi
penjelasan
bahwa keputihan juga
dapat
dipicu
kelelahan
dan
stres.
oleh
itu
sebaiknya
pasien
perlu
meluangkan
3.
waktu
untuk beristirahat.
Memberi
penjelasan
bahwa keputihan dapat
menyebabkan
gatal-
alat kelamin.
Memberi
penjelasan
untuk
mengajak
pasangan
dalam
berhubungan
badan
24
tingkat
3.178 Biaya kebutuhan sehari-hari pasien dipenuhi dengan gaji sendiri dan
tambahan dari suami. Pendapatan perbulan Rp 1.000.000.Uang tersebut
dipakai untuk kebutuhan rumah tangga seperti makan. Pasien tidak memiliki
jaminan kesehatan.
d. Fungsi Pendidikan
3.179 Pendidikan terakhir pasien adalah tamat S1, sedangkan suami tamat SMP.
Pasien dan suami tidak mengetahui keputihan dengan jelas.
e. Fungsi Religius
3.180 Pasien dan keluarga memeluk agama Islam, menjalankan ibadah agama
secara rutin (sholat).
f. Fungsi Sosial dan Budaya
3.181 Pasien dan keluarga tinggal di RT 32 RW 7 Dusun Seluke Desa
Jambu Timur Kecamatan Mlonggo Kabupaten Magelang di lingkungan
dekat sungai. Kegiatan mandi, cuci dan kakus sering dilakukan di sungai.
Pasien sering menggunakan celana ketat. Pasien dan keluarga dapat
diterima dengan baik di lingkungan rumahnya.Komunikasi dengan
tetangga baik.
3.182
3.183 POLA KONSUMSI PENDERITA
3.184 Frekuensi makan rata-rata 3x sehari.Penderita biasanya makan di
rumah. Jenis makanan dalam keluarga ini cukup bervariasi. Variasi
makanan sebagai berikut: nasi, lauk (tahu, tempe, ikan, ayam, telur), sayur
( kangkung, bayam, kacang panjang, terung, dsb), air minum (air putih).
Air minum berasal dari sumur bor. Pasien jarang mengkonsumsi air putih
dan lebih sering konsumsi air gula, teh, dan sirup.
3.185
3.186 IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
a.
3.187
Faktor Perilaku
Pasien mengganti celana dalam 2 kali sehari pada saat
25
Pasien sering mandi dan cuci pakaian di sungai dekat rumah. Pasien
sering menggunakan celana ketat.
b.
3.188
Faktor Lingkungan
Kebersihan di dalam
dan
luar
rumah
cukup
3.192
3.193 IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
3.194
a. Gambaran Lingkungan Rumah
3.195
Rumah pasien terletak di RT 32 RW 7 Dusun Seluke Desa
Jambu Timur Kecamatan Mlonggo Kabupaten Magelang dengan
ukuran rumah 9 x 9 mm2, bentuk bangunan 1 lantai. Rumah tersebut
ditempati oleh 3 orang.Secara umum gambaran rumah terdiri dari 3
kamar tidur.1 dapur terletak bersebelahan dengan kamar mandi.Rumah
mempunyai belum memiliki, dinding dari tembok bata merah yang
belum diplester, lantai terdiri dari semen belum dikeramik. Penerangan
di dalam rumah cukup. Ventilasi dan jendela sudah memadai, namun
jarang dibuka. sehingga rumah menjadi kurang terang dan terasa agak
lembab. Tata letak barang di rumah rapi. Sumber air bersih dari sumur
untuk minum maupun cuci dan masak. Air minum dimasak sendiri.
Rumahnya sudah memiliki jamban sendiri. Kebersihan dapur kurang,
tidak ada jendela di dalam dapur. Pembuangan air limbah ke got dan
saluran limbah mengalir lancar. Tidak ada tempat pembuangan
26
Kamar Tidur
Dapur
3.202
3.203
Kamar Mandi
3.204
3.205
Kamar Tidur
Kamar Tidur
3.206
3.207
3.208
3.209
3.210
3.211
3.212
3.213
3.214
3.215
3.216
3.217
3.218
3.219 Gambar 2. Denah Rumah
3.220
3.221 DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGA
a.
Fungsi Biologis
Pasien sudah mengalami penyakit ini sejak 1 minggu
yang lalu.
b. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dengan keluarga terjalin baik
Hubungan sosial dengan tetangga dan kerabat baik
c. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
27
3.222
kondisi rumah.
d. Fungsi Religius dan Sosial Budaya
3.223
Termasuk keluarga yang
taat beragama. Hubungan
keluarga dan pasien dengan tetangga baik, komunikasi berjalan dengan
lancar.Tidak terdapat keterbatasan hubungan antara pasien dan
masyarakat.
e. Faktor Perilaku
3.224
GENETIK
STATUS
KESEHATAN
PERILAKU
3.236
3.237 Gambar 3. Diagram Realita
3.238
28
3.231
3.232
3.233
3.234
3.235
LINGKUNGAN
Mengganti celana
Ventilasi
cukup,
dalam 2x
sehari
namun sirkulasi
Mandi,
cuci dan buang
udara
kurang
air besar di sungai
Sumber air sumur,
jernih
dan tidak celana
Menggunakan
bau
ketat
Tetangga tidak ada
yang sakit seperti
ini
3.241 Tan
ggal
3.243 Kelua
dilakukan
rga yang
terlibat
3.245 10 3.246 Melakukan pemeriksaa 3.247 Pasien 3.248 Mendapatkan diagn
Oktobe
dan keluar
r 2016
ga
keluarga pasien,
gambaran perilaku
ar
dan
pasien dapat
r 2016
keluarga
memahami penjelasan
diharapkan dapat
bisa menyebabkan
keputihan serta
menjelaskan perilaku
terutama bagian
genital.
Oktobe
penjelasan mengani
dan
r 2016
keluarga
3.258
3.259 KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA
1.
terhadap
2.
3.
pembinaan
yang
dilakukan
baik.
Faktor pendukung
:
Pasien menjaga kebersihan dan kelembapan daerah genital
Pasien makan-makanan bergizi
Faktor penghambat:
29
Indikator keberhasilan:
Keputihan dan rasa gatal berkurang sampai dengan
menghilang
-
30
3.277
3.278 BAB IV
3.279 PENUTUP
3.280
4.1 KESIMPULAN
3.281
Penatalaksanaan pasien keputihan, 32 tahun, dengan
kedokteran keluarga adalah sebagai berikut:
Diagnosis Kerja:
3.282 Fluor albus suspek et causa candida albicans
Diagnosis Banding:
3.283 Fluor albus suspek et causa bacterial vaginosis
Terapi medikamentosa:
3.284
R/
3.285
Terapi edukasi:
1. Pasien dianjurkan minum obat secara teratur
2. Pasien dianjurkan menjaga kebersihan dan kelembapan daerah
genital.
3. Pasien dianjurkan untuk banyak beristirahat, menghindari kelelahan
dan stres.
4. Pasien dianjurkan untuk tidak menggunakan celana ketat terlalu
sering
5. Pasien dianjurkan makan-makanan bergizi
31
32
33
27.DAFTAR PUSTAKA
28.
1. Sarwono P, Wiknjosastro H. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo 2010:268-9.
2. Dewi NR. efektifitas pemberian pendidikan kesehatan tentang leukorhoe terhadap
pengetahuan dan sikap remaja putri di SMKN 6 Palembang.
3. Mardalena RM. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Kebersihan Organ
Genitalia Eksterna Sebagai Upaya Pencegahan Keputihan Pada Mahasiswi Fakultas
Kesehatan Masyarakat USU Medan Tahun 2015. 2015.
4. Ayuningtyas DN, Suryaatmaja L. Hubungan antara Pengetahuan dan Perilaku Menjaga
Kebersihan Genitalia Eksterna dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMA Negeri 4
Semarang: Faculty of Medicine, 2011.
5. Depkes P. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: PT Salemba Medik
2010.
6. Katharini Kusrini. Prasetyowati, Yuliawati. (2009). Hubungan Personal Hygiene
dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMU Muhammadiyah Metro Tahun 2009,
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Vol.11 No.2 Edisi Desember 2009
7. Kasdu, Dini. 2008. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta : Puspa Sehat
8. Deni Zendi Setiawan. (2011). Hubungan Pengetahuan Tentang Keputihan (Fluor Albus)
Dengan Tingkat Kecemasan Pada Remaja Putri Di Desa Pragaan Laok Kecamatan
Pragaan Sumenep. KTI Stikers Yarsis, Bandung.
9. Rahma, (2006). Perilaku Swamedikasi Menggunakan Obat Anti Jamur Vaginal
(Keputihan)
10. Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya. Yogyakarta :
Nuha Medika
11. Poltekkes. Depkkes. 2010. Kesehatan Remaja. Jakarta
12. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
13. Sarwono. S.W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
14. Andira, Dita. 2010. Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta : A+ Plus
29.
30.
31.
32.
33.