Anda di halaman 1dari 11

14

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1

Anatomi Femur

Gambar 1. Tulang Femur4


Femur adalah tulang terkuat, terpanjang, dan terberat di tubuh dan amat
penting untuk pergerakan normal. Tulang ini terdiri atas tiga bagian, yaitu femoral
shaft atau diafisis, metafisis proximal, dan metafisis distal. Femoral shaft adalah
bagian tubular dengan slight anterior bow, yang terletak antara trochanter minor
hingga condylus femoralis.

Ujung atas femur memiliki caput, collum, dan

trochanter major dan minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga
bola dan berartikulasi dengan acetabulum dari os coxae membentuk articulatio
coxae. Pada pusat caput terdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu
tempat perlekatan ligamen dari caput. Sebagian suplai darah untuk caput femoris
dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki tulang pada fovea. 4

15

Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan


kebawah, belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat (pada
wanita sedikit lebih kecil) dengan sumbu panjang batang femur. Besarnya sudut
ini perlu diingat karena dapat dirubah oleh penyakit. 4
Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher dan
batang. Yang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea intertrochanterica di
depan dan crista intertrochanterica yang mencolok di bagian belakang, dan
padanya terdapat tuberculum quadratum. 4
Bagian batang femur umumnya menampakkan kecembungan ke depan.
femur licin dan bulat pada permukaan anteriornya, namun pada bagian
posteriornya terdapat rabung, linea aspera. Tepian linea aspera melebar ke atas
dan ke bawah. Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai crista supracondylaris
medialis menuju tuberculum adductorum pada condylus medialis. Tepian lateral
menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada permukaan
posterior batang femur, di bawah trochanter major terdapat tuberositas glutealis,
yang ke bawah berhubungan dengan linea aspera. Bagian batang melebar ke arah
ujung distal dan membentuk daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya,
disebut fascia poplitea.4
Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang di
bagian posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan anterior
condylus dihubungkan oleh permukaan sendi untuk patella. Kedua condylus ikut
membentuk articulatio genu. Di atas condylus terdapat epicondylus lateralis dan
medialis. Tuberculum adductorium berhubungan langsung dengan epicondylus
medialis. 4
Femur mendapatkan vaskularisasi dari a. femoralis yang nantinya akan
bercabang menjadi a. poplitea dan vena femoralis. Femur diinervasi oleh n.
femoralis cabang dari L2, L3 dan L4. 4
3.2

Definisi dan Klasifikasi Fraktur


Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang

rawan sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial. Fraktur
ekstrimitas adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang membentuk lokasi
ekstrimitas atas (radius, ulna, carpal) dan ekstrimitas bawah (pelvis, femur, tibia,

16

fibula, metatarsal, dan lain-lain). Fraktur terbagi menjadi 2, yaitu fraktur tertutup
dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai
hubungan dengan dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka adalah suatu fraktur
dimana terjadi hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi
kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi. Fraktur terbuka
dibagi menjadi tiga kelompok:1
a. Grade I
1. Fraktur terbuka dengan luka kulit kurang dari 1 cm dan bersih.
2. Kerusakan jaringan minimal, frakturnya simple atau oblique dan sedikit
kominutif.
b. Grade II
1. Fraktur terbuka dengan luka robek lebih dari 1 cm, tanpa ada kerusakan
jaringan lunak.
2. Flap kontusio avulsi yang luas serta fraktur kominutif sedang dan
kontaminasi sedang.
c. Grade III
Fraktur terbuka segmental atau kerusakan jaringan lunak yang luas atau
amputasi traumatic, derajad kontaminasi yang berat dan trauma dengan
kecepatan tinggi.
Fraktur grade III dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Grade IIIa : Fraktur segmental atau sangat kominutif penutupan tulang
dengan jaringan lunak cukup adekuat.
2. Grade IIIb : Trauma sangat berat atau kehilangan jaringan lunak yang cukup
luas, terkelupasnya daerah periosteum dan tulang tampak
terbuka, serta adanya kontaminasi yang cukup berat.
3. Grade IIIc : Fraktur dengan kerusakan pembuluh darah.
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi
akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Fraktur
femur distal seringkali menembus intra artikular dan membutuhkan reposisi
anatomis sendi yang merupakan indikasi operasi. Komplikasi fraktur femur sering
terjadi

neurovaskuler

(a.poplitea).6

Fraktur

tertutup

dengan

gangguan

neurovascular adalah fraktur pada tulang panjang dapat mengakibatkan

17

perdarahan yang cukup banyak. Perdarahan pada patah tulang tidak dapat keluar
sehingga sering menimbulkan peningkatan tekanan compartemen otot. Fraktur
tungkai bawah sering terjadi kompartemen syndrome sehingga periksa
neuromuscular distal terutama bila bengkak nyata dan kulit tegang. Pengenalan
telambat terhadap compartement syndrome dapat berakhir dengan kematian
jaringan distal dari fraktur sehingga harus dilakukan amputasi.6
Jenis-jenis fraktur:7
o Fraktur komplit adalah patah pada garis tulang dan biasanya mengalami
pergeseran dari yang normal
o Fraktur inkompilt adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari garis
tengah tulang
o Fraktur tertutup adalah patah tulang yang tidak menyebabkan robeknya
kulit
o Fraktur terbuka adalah patah yang menembus kulit dan tulang
berhubungan dunia luar
o Fraktur kominitif adalah fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa
fragmen
o Fraktur green stick adalah fraktur yang salah satu sisi tulang patah
sedangkan yang satu sisi lain membengkok
o Fraktur kompresi adalah fraktur dengan tulang mengalami kompresi
(biasanya tulang belakang)
o Fraktur depresi adalah fraktur yang fragmen tulangnya terdorong kedalam
(biasanya tulang tengkorak dan wajah)

18

Berdasarkan jumlah garis patah, fraktur dibagi menjadi:


1.

Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.

2.

Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.

3.

Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama

3.3

Etiopatofisiologi
Fraktur dapat terjadi akibat adanya tekanan yang melebihi kemampuan

tulang dalam menahan tekanan. Tekanan pada tulang dapat berupa tekanan
berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral atau orbit, tekanan yang
membengkok yang menyebabkan fraktur transversal, tekanan sepanjang aksis
tulang yang menyebabkan fraktur impaks, dislokasi atau fraktur dislokasi
kompresi vertical dapat menyebabkan fraktur kominutif atau memecah.7
Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir
mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. 8 Umumnya fraktur disebabkan
oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur
cenderung terjadi pada laki-laki, biasanya fraktur terjadi pada umur dibawah 45
tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan, atau luka yang
disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor.
Pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur daripada lakilaki yang berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang terkalit
dengan perubahan hormon pada menopause. 8
3.4

Gejala dan Tanda


a. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang brrpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :

Rotasi pemendekan tulang


Penekanan tulang

19

b. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi


c.
d.
e.
f.

darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.


Echumosis dan perdarahan subculaneus
Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
Tendernes/keempukan
Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari

tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.


g. Kehilangan sensasi (Mati rasa, munkin terjadi dari rusaknya saraf /
perdarahan)
h. Pergerakan abnormal
i. Syock hipovolemik dari hilangnya hasil darah.
j. Krepitasi
3.5

Deferensial Diagnosa
- Contusion musculorum

3.6

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah rutin dan golongan darah
Pemeriksaan radiologi, berupa:
o Foto polos: umumnya dilakukan pemeriksaan dalam proyeksi AP dan
lateral.
o Pemeriksaan radiologi lainnya sesuai indikasi dapat dilakukan
pemeriksaan berikut, antara lain: radioisotope scanning tulang,
tomografi, artrografi, CT-scan, dan MRI.

3.7

Tatalaksana
1.

Penatalaksanaan awal
Sebelum dilakukan pengobatan definitf pada satu fraktur, maka
diperlukan:

Pertolongan pertama
Pada penderita dengan fraktur yang penting dilakukan adalah
membersihkan jalan napas, menutup luka dengan verban yang

20

bersih dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena


agar penderita merasa nyaman dan mengurangi nyeri.
-

Penilaian klinis
Sebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian
klinis, apakah luka itu luka tembus tulang, adakah trauma
pembuluh darah/saraf ataukah ada trauma alat-alat dalam lainnya.

Resusitasi

Pemberian antibiotik sebagai profilaksis infeksi. Antibiotik yang


dapat diberikan adalah:10
-

Generasi pertama cephalosporin (cephalotin 1 2 g dibagi


dosis 3 -4 kali sehari) dapat digunakan untuk fraktur tipe
Gustilo

Aminoglikosid (antibiotik untuk gram negatif) seperti


gentamicin (120 mg dosis 2x/hari) dapat ditambahkan
untuk tipe II dan tipe III klasifikasi Gustilo.

Metronidazole (500 mg dosis 2x/hari) dapat ditambahkan


untuk mengatasi kuman anaerob.

2.

Prinsip umum pengobatan fraktur


Ada empat prinsip pengobatan fraktur:
-

Recognition, diagnosis dan penilaian fraktur


Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur
dengan anamnesis, pemeriksan klinis dan radiologis. Pada awal
pengobatan perlu diperhatikan:

Lokalisasi fraktur

Bentuk fraktur

Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan

Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah


pengobatan

Reduction; reduksi fraktur apabila perlu


Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi
yang dapat diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi
anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan

21

mencegah

komplikasi

seperti

kekakuan,

deformitas,

serta

perubahan osteoartritis di kemudian hari.


Posisi yang baik adalah :

Alignment yang sempurna

Aposisi yang sempurna

- Retention; imobilisasi fraktur


- Rehabilitation; mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal
mungkin
3. Metode Pengobatan Fraktur Tertutup
Metode pengobatan fraktur pada umumnya dibagi dalam:
a. Konservatif
Terdiri atas:
1) Proteksi semata-mata (tanpa reduksi atau imobilisasi)
Proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut
misalnya dengna cara memberikan sling (mitela) pada anggota
gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.
2) Imobilisasi dengan bidai eksterna
Imobilisasi pada fraktur dengan bidai eksterna hanya
memberikan sedikit imobilisasi, biasanya mempergunakan
plaster of Paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai
dari plastik atau metal. Indikasi: digunakan pada fraktur yang
perlu dipertahankan posisinya dalam proses penyembuhan
3) Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilissi eksterna,
mempergunakan gips
Indikasi:

Sebagai bidai pada fraktur untuk pertolongan pertama

Imobilisasi sebagai pengobatan definitif pada fraktur

Diperlukan manipulasi pada fraktur yang bergeser dan


diharapkan dapat direduksi dengan cara tertutup dan dapat
dipertahankan. Fraktur yang tidak stabil atau bersifat

22

kominutif akan bergerak di dalam gips sehingga


diperlukan pemeriksaan radiologis yang berulang-ulang

Imobilisasi untuk mencegah fraktur patologis

Sebagai alat bantu tambahan pada fiksasi interna yang


kurang kuat

4) Reduksi tertutup dengan traksi berlanjut diikuti dengan


imobilisasi
Reduksi tertutup pada fraktur yang diikuti dengan traksi
berlanjut dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu traksi
kulit dan traksi tulang
5) Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi
Dengan mempergunakan alat-alat mekanik seperti bidai
Thomas, bidai Brown Bohler, bidai Thomas dengan Pearson
knee flexion attachment. Tindakan ini mempunyai dua tujuan
utama berupa reduksi yang bertahap dan imobilisasi.
Indikasi:

Bilamana

reduksi

tertutup

dengan

manipulasi

dan

imobilisasi tidak memungkinkan serta untuk mencegah


tindakan operatif misalnya pada fraktur batang femur,
fraktur vertebra servikalis

Bilamana terdapat otot yang kuat mengelilingi fraktur


pada tulang tungkai bawah yang menarik fragmen dan
menyebabkan angulasi, over-riding, dan rotasi yang dapat
menimbulkan malunion, nonunion atau delayed union.

Bilamana terdapat fraktur yang tidak stabil, oblik, fraktur


spiral atau kominutif pada tulang panjang

Fraktur vertebra servikalis yang tidak stabil

Fraktur femur pada anak-anak (traksi Bryant=traksi


Gallow)

23

Fraktur dengan pembengkakan yang sangat hebat desertai


dengan pergeseran yang hebat serta tidak stabil, misalnya
fraktur suprakondiler humerus

Jarang pada fraktur metakarpal

Sekali-kali pada fraktur colles atau fraktur pada orang tua


dimana reduksi tertutup dan imobilisasi eksterna tidak
memungkinkan

b. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna atau fiksasi perkutaneus


dengan K-wire
c. Reduksi terbuka dengan fiksasi interna atau fiksasi eksterna tulang
Indikasi reduksi terbuka dengan fiksasi interna:

Fraktur intra-artikuler misalnya fraktur maleolus, kondilus,


olekranon, patela

Reduksi tertutup yang mengalami kegagalan misalnya fraktur


radius dan ulna disertai malposisi yang hebat atau fraktur yang
tidak stabil

Bila terdapat interposisi jaringan di antara kedua fragmen

Bila diperlukan fiksasi rigid misalnya pada fraktur leher femur

Bila terjadi fraktur dislokasi yang tidak dapat direduksi secara


baik dengan reduksi secara baik dengan reduksi tertutup
misalnya fraktur Monteggia dan fraktur Bennett

Fraktur terbuka

Bila

terdapat

kontraindikasi

pada

imobilisasi

eksterna

sedangkan diperlukan mobilisasi yang cepat, misalnya fraktur


pada orang tua

Eksisi fragmen yang kecil

Eksisi fragmen tulang yang kemungkinan mengalami nekrosis


avaskuler misalnya fraktur leher femur pada orang tua

Fraktur avulsi misalnya pada kondilus humeri

Fraktur multiple

24

Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair


necrosis tinggi.

Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup

Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan.

Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang


lebih baik dengan operasi, misalnya fraktur femur.

Indikasi reduksi terbuka dengan fiksasi eksterna

Fraktur terbuka grade II dan grade III

Fraktur terbuka disertai hilangnya jaringan atau tulang yang


hebat

Fraktur dengan infeksi atau infeksi pseudoartrosis

Kadang-kadang pada fraktur tungkai bawah penderita diabetes


mellitus.

Anda mungkin juga menyukai