Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi manusia,
terutama untuk
memasak dan minum. Dengan pesatnya perkembangan penduduk
maka kebutuhan
khususnya air bersih untuk masyarakat juga semakin bertambah besar.
Air adalah
kehidupan. Kalimat itu begitu dalam maknanya, tapi sebagian besar
orang/pengambil
keputusan (pemerintah) tidak menyadarinya. Buktinya, air minum
belum termasuk
kedalam daftar kebutuhan pokok manusia. Yang umum disebut sebagai
kebutuhan
pokok adalah makanan, pakaian, dan perumahan. Lebih spesifik lagi,
khalayak sering
menyebut sembako (Sembilan bahan pokok) sebagai kebutuhan
dasar yang harus
dipenuhi. Padahal bila dipikirkan sejenak, peranan air minum/ bersih
tidak bisa
tergantikan. Bila kita tidak memiliki beras, kita masih bisa
menggantikannya dengan
singkong atau jagung. Tapi apabila tidak ada air, bahan sembako akan
menjadi barang
teronggok yang tak berguna. Memang saat ini air dapat dijumpai di manamana. Tetapi
belum tantu air itu memenuhi syarat secara kualitas untuk
diminum/dimasak.
Pencemaran terhadap sumber air minum telah sering menyebabkan
penyakitpenyakit dengan
membinasakan

perantara air (waterborne desease) yang telah

penduduk di sejumlah kota. Banyak persediaan air perkotaan masih


mempunyai bakteri
pathogen dengan konsentrasi tinggi terutama di pemukiman penduduk
yang sangat
padat dan kumuh serta pemukiman yang dekat dengan bantaran sungai.
Dr. John Snow,

epidemologis, pada tahun 1855 menemukan bahwa penyakit kolera


menyebar bersama
air yang rusak. Studi Bank Dunia (1992) mengungkapkan bahwa penyakit
diare yang
berasal dari air yang tidak layak minum telah menyebabkan kematian
lebih dari 3 juta
penduduk per tahun, jumlah terbesarnya anak-anak. Ini semua
menunjukkan betapa
pentingnya air bagi kesehatan dan kehidupan. Air adalah kebutuhan dasar
manusia.
Pasokan air bersih untuk masyarakat di daerah Kalimantan Barat sebagian
besar
berasal dari air sungai Kapuas. Sungai Kapuas merupakan
sungai terpanjang di
Indonesia, dengan panjang sekitar 1.143 km, memiliki luas total
10.040.646 hektare atau setara 100.406,46 kilometer persegi, Sungai
Kapuas menjadi rumah lebih dari 300
jenis ikan air tawar.
Belakangan ini diketahui bahwa sungai kapuas tercemar berat,
akibat aktivitas
penambangan emas. Walaupun telah mengalami pencemaran
Sungai Kapuas tetap
menjadi urat nadi bagi kehidupan masyarakat di sepanjang aliran sungai
ini. Air sungai
Kapuas ada yang digunakan langsung oleh masyarakat untuk kebutuhan
sehari-hari,
namun ada pula yang diproses terlebih dahulu oleh Perusahaan Air Minum
Daerah
(PDAM) barulah di distribusikan ke masyarakat, baik kerumah-rumah,
maupun indutri,
perkantoran, hotel dan tempat umum lainnya. Kota Pontianak menduduki
peringkat 338
dari 341 pada tahun 2002 dalam hal layanan air minum per kabupaten
atau kota
(Percik, 2004, hal.12).
Hal ini menimbulkan pertanyaan, layakkah air yang kita minum?. Oleh
sebab itu,
di dalam makalah ini akan membahas pencemaran dan kelayakan
konsumsi air sungai

Kapuas.
A.Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain:
1. Pencemaran yang terjadi di sungai Kapuas
2. Kelayakan dari pengkonsumsian air sungai Kapuas
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Dapat mengetahui pencemaran yang terjadi di sungai Kapuas
2. Dapat mengetahui kelayakan dari pengkonsumsian air di sungai
Kapuas
C. Metodologi Penulisan
Dalam penulisan makalah yang berjudul Pencemaran dan
Kelayakan
Konsumsi Air Sungai Kapuas ini Penulis menggunakan metode
kepustakaan,
karena Penulis menggunakan buku-buku serta media lainnya
dalam mencari
sumber-sumber materi yang digunakan di makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pencemaran Air Kapuas
Pencemaran adalah perubahan yang tidak diinginkan pada
lingkungan yang
meliputi udara, daratan dan air, baik secara fisik, kimia maupun biologi.
Makhluk
hidup, zat, energy, atau komponen penyebab pencemaran disebut
polutan. Pencemaran
sungai dapat disebabkan 3 polutan dibawah ini, yaitu:
oleh
a.
Polutan makhluk hidup atau polutan biologi, air sungai dapat tercemar
bakteri yang ada disampah dan kotoran
limbah
b.
Polutan zat disebut juga polutan kimia. Air sungai dapat tercemar oleh
kimia, seperti logam merkuri.
c. Polutan energy, disebut juga polutan fisik. Sungai dapat terkena polutan
fisik,

seperti panas dan radiasi.


Definisi pencemaran air, menurut Surat Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan
Lingkungan Hidup Nomor :KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang Penetapan
Baku Mutu
Lingkungan adalah : masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energy, dan atau
komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh
kegiatan manusia atau
oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat
tertentu yang
menyebabkan air, menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi
sesuai dengan
peruntukannya (pasal 1).
Banyak hal yang menyebabkan pencemaran di daerah aliran sungai (DAS)
Kapuas
antara lain sebagai berikut :
1.Kegiatan penambangan
Aktivitas penambangan tanpa izin (PETI) merupakan penyebab
terbesar
terjadinya pencemaran di sungai Kapuas, karena merkuri merupakan
bahan kimia
yang biasa digunakan untuk memurnikan butiran emas pada
penambangan emas
tanpa izin. Hasil penelitian di Sekadau, ditemukan kandungan
merkuri (Hg)
mencapai 0,2 ppb (parts per billion) dua kali lipat di atas ambang batas
normal.
Penelitian di Kabupaten Sintang menemukan kandungan Hg hingga
0,4 ppb.

Pencemaran di hulu akan berdampak pula di hilir sungai. Mudahnya


merkuri
dijual di pasaran Kalbar, baik dalam kemasan kantung maupun botol
plastik, turut
mendukung kegiatan PETI. Harga senyawa yang dipakai untuk
aktivitas

Penambangan Emas Tanpa Izin ini pun amat terjangkau bila dibandingkan
dengan
harga emas yang melangit. Selain Hg, kegiatan pertambangan juga
menghasilkan
cadmium dan timbal sebagai hasil dari limbah pertambangan.
buruk
2.
Pembukaan
pada sungai,
lahan untuk perkebunan kelapa sawit dapat berdampak
karena pada saat hujan, tidak ada lagi pohon yang menahan aliran air
tanah,
sehingga air akan mengalir kembali ke sungai bersama-sama tanah atau
lumpur
sehingga dapat mengakibatkan pendangkalan dan kekeruhan air sungai.
Perlu
adanya kerja sama dengan pemerintah, karena pembukaan lahan untuk
perkebunan
harus memperhatikan tata ruang wilayah agar terhindar dari dampak
lingkungan
yang merugikan masyarakat.
3. Limbah rumah tangga dan industry
Salah satu limbah yang berasal dari rumah tangga adalah deterjen (air
cucian atau
mandi) yang dibuang langsung ke sungai sedangkan limbah yang berasal
dari
industry contohnya adalah industry rumahan (home industry) pembuatan
tempe,
tahu atau kecap. Limbah ini dapat membunuh makhluk hidup yang ada di
sungai
sehingga mengganggu ekosistem biota di sungai, karena limbah
mempengaruhi
pH, dan ketersediaan oksigen di air.
4. Membuang sampah di sungai
Sungai yang tercemar kotoran dan sampah yang mengandung bakteri dan
virus,
dapat menimbulkan penyakit, terutama bagi masyarakat yang
menggunakan
sungai sebagai sumber kehidupan sehari-hari. Sampah dan
kotoran juga
memerlukan oksigen untuk porses penguraiannya, sehingga kadar
oksigen di
dalam air berkurangdan kadar CO
2

meningkat. Jika kadar oksigen suatu perairan


turun sampai kurang dari 5mg per liter, air tersebut rawan bagi kehidupan
biota air
seperti ikan. Selain itu sampah juga menyebabkan pendangkalan sungai,
ditambah
lagi terjadi abrasi di sisi kanan dan kiri sungai, sehingga dapat
mengakibatkan
meluapnya air sungai ketika turun hujan.
5. Limbah pertanian
Kegiatan pertanian dapat menyebabkan pencemaran terutama karena
penggunaan
pupuk buatan, pestisida dan herbisida yang terbawa air hujan dan
akhirnya masuk
ke aliran sungai. Pencemaran tersebut dapat meracuni organisme air dan
manusia
yang menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari.
Dampak Yang Ditimbulkan Dari Pencemaran Air Sungai Kapuas
1. Adanya bahan pencemar merkuri di sungai Kapuas dapat menyebabkan
tumor,
kerusakan syaraf, paralysis, kebutaan, gangguan jiwa, kerusakan
kromosom dan
gangguan janin. Gejala-gejala ringan akibar keracunan merkuri adalah
depresi
dan suka marah-marah yang merupakan sifat dari penyakit kejiwaan.
Merkuri
anorganik bersifat toksik pada ginjal, sedangkan merkuri organic seperti
metil
merkuri dapat menyebabkan gangguan pada system saraf. Pemanasan
logam
merkuri membentuk uap merkuri oksida yang bersifat korosif pada kulit
,selaput
mukosa,mulut dan saluran pernafasan. Merkuri dengan konsentrasi tinggi
kadang
kala di dapatkan di perairan dan jaringan ikan yang berasal dari
pembentukan ion
monoetil merkuri yang larut CH
3
Hg

+
dan (CH
3
)
2
Hg, oleh bakteri anaerobic
didalam sedimen, merkuri dari senyawa-senyawa ini menjadi pekat di
dalam
lemak jaringan ikan (penguatan biologis) dapat mencapai 10
3
tersebut
2.
Bahan pencemar cadmium sangat mirip dengan seng, dan kedua metal
sering terlibat bersama-sama dalam siklus biogeokimia, karena kemiripan
sifat
kimianya dengan seng, cadmium dapat menggantikan seng
dalam kegiatan
enzimatis. Kedua logam tersebut berada di dalam air dengan biloks 2
+
. Cadmium
dapat berefek pada manusia, yaitu tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal,
dan
kerusakan dari sel-sel darah merah .
dari
3.
Timbale
bahan selain berasal dari limbah pertambangan juga dapat berasal
bakar yang mengandung timbale. Daya racun timbale yang akut pada
perairan
menyebabkan kerusakan hebat pada ginjal, system reproduksi, hati dan
otak, serta
system syaraf sentral dan bisa menyebabkan kematian.
organic.
4.
CO2 terdapat di dalam air, karena adanya pembusukan bahan-bahan
Kandungan CO2 yang cukup tinggi, air akan lebih bersifat korosif
(bersifat
asam/pH menurun) dan dapat membahayakan kehidupan akuatik.
eutrofikasi
5.
Unsure hara
pada yang berasal dari pupuk dapat menyebabkan
perairan. Istilah eutrofikasi berasal dari bahasa Yunani berarti nutrisi / hara
baik,
yang menjelaskan suatu kondisi dari suatu danau atau penampungan /
sumber air

yang menyebabkan kemerosotan dari kualitas airnya. Langkah


pertama
eutrofikasi dari badan air adalah adanya masukan dari hara-hara tanaman
yang
berasal dari air buangan hara atau nutrient mencapai badan air yang
kemudian
menghasilkan sejumlah besar biomas tanaman melalui fotosintesis. Salah
satu
tanaman yang dapat tumbuh adalah ganggang. Pertumbuhan
ganggang yang
cepat dan kemudian mati membutuhkan banyak oksigen untuk
menguraikannya,
sehingga sungai menjadi kekurangan oksigen dan mendorong
pertumbuhan
organism anaerob.
terakumulasi
6.
Residu pestisida seperti DDT (dikloro difenil trikloroetana) yang
dalam tubuh ikan dan biota lainnya dapat terbawa dalam rangkai
makanan ke
tingkat trofik yang lebih tinggi, yaitu manusia, sehingga dapat
menyebabkan
keracunan pada manusia.
masuk
7.
Penggunaan
dalam sabun dan dampak penggunaan detergen. Sabun yang
system akuatik biasanya langsung terendap sebagai garam-garam
kalsium dan
magnesium, dengan biodegridasi, sabun secara sempurna dapat
dihilangkan dari
lingkungan sehingga sabun tidak menyebabkan masalah
pencemaran yang
penting. Detergen yang masih menggunakan surfaktan ABS, sangat
lambat diurai
oleh bakteri pengurai, sehingga perairan akan dipenuhi oleh busa. Selain
itu dapa
menyebabkan penurunan tegangan permukaan air,pemecahan
kembali dari
gumpalan (flock) koloid, pengemulsian gemuk dan minyak dan
pemusnahan
bakteri yang berguna. Saat ini ABS diganti dengan LAS.
B. Kelayakan Konsumsi Air Sungai Kapuas

Penentuan kelayakan konsumsi air sungai Kapuas, dapat melaui


pengukuran dengan
parameter kualitas limbah.
Beberapa parameter kimia kualitas air antara lain sebagai berikut.
BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD adalah ukuran kandungan oksigen terlarut yang diperlukan
oleh
mikroorganisme di dalam air untuk menguraikan bahan organic yang ada
didalam
air. Apabila kandungan oksigen dalam air menurun, maka
kemampuan
mikroorganisme aerob untuk menguraikan bahan buangan organic akan
menurun
pula. Nilai BOD diperoleh dari selisih oksigen terlarut awal dengan
oksigen
terlarut akhir. BOD merupakan ukuran utama kekuatan limbah cair.
COD (Chemical Oxcygen demand)
COD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan
yang ada
dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Indicator ini umumnya
berguna
pada limbah industry.
DO (Dissolved Oxcygen

DO adalah kadar oksigen terlarut dalam air. Semakin kecil nilai DO dalam
air,
maka tingkat pencemarannya semakin tinggi.
pH
nilai pH limbah cair adalah ukuran keasaman atau kebasaan limbah. Air
yang
tidak tercemar memiliki pH antara 6,5-7,5. Air yang mempunyai pH lebih
kecil
atau lebih besar dari pH normal tidak cocok untuk kehidupan
mikroorganisme.
Beberapa parameter fisika antara lain :
organic
TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat
maupun anorganic, mis : garam, dll) yang terdapat pada sebuah larutan.
TDS

meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam Part Per Million (PPM)
atau
sama dengan milligram per Liter (mg/L). Umumnya berdasarkan definisi
diatas
seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati
saringan
yang berdiameter 2 micrometer (210
-6
meter).
suatu
EC (Electrical Conductivity) atau konduktansi adalah ukuran kemampuan
bahan untuk menghantarkan arus listrik
TSS adalah residu tersuspensi
A. Berdasarkan parameter fisika menunjukan konsentrasi rata-rata TDS
sebesar
muara Jungkat r 1.223mg/I dan TSS ( residu tersuspensi) sebesar
250mg/L, dan
daya hantar listrik (konduktivitas) sebesar 62,9 mikron/m.
B. Berdasarkan
dilakukan
tim pengukuran menggunakan parameter kimia yang
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BaPelDaDa) dan
supplier
peralatan, kadar oksigen terlarut di sungai Kapuas sebesar 4,98
mg/l,dengan pH
4,68,kepadatan terlarut 24,6 mg/l,kecepatan 1,6 m/s,tingkat kekeruhan air
22,1
KTU,saturasi 65,3 %,kadar polutan terlarut 29,6 mg/l,dan salinitas 0,0%
C. Parameter biologi menunjukkan ada atau tidaknya mikroorganisme. Di
sungai
Kapuas banyak terkandung mikroorganisme bakteri E.coli, yang
disebabkan
oleh MCK yang tidak higienis.

Penelitian menggunakan parameter fisika, kimia dan biologi


menunjukkan sungai
Kapuas mengandung polutan yang tinggi. Status sungai kapuas dapat
dikatakan sudah
tidak memenuhi sayarat untuk digunakan bagi keperluan air baku air
minum. Kualitas
air sungai kapuas hanya memenuhi syarat untuk digunakan bagi
keperluan irigasi dan
keperluan lain yang persyaratannya serupa. Berdasarkan pasal 2 diatas,
maka sungai

Kapuas masuk dalam golongan C.


Beberapa yang dapat dilakukan untuk menekan pencemaran di sungai
Kapuas antara
lain sebagai berikut :
1. Peningkatan pengendalian terhadap eksploitasi serta rehabilitasi hutan
dan lahan.
2. Konsistensi terhadap tata ruang.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sumber daya
air yang
lestari.
4. Peningkatan kedisiplinan.
5. Pemenuhan ketentuan penambangan pasir yang ramah lingkungan.
6. Penegakan hukum terhadap penambangan emas tanpa izin.
7. Menertibkan pengelolaan daerah sempadan sungai termasuk
penertiban
bangunan liar.
8. Pemberian penghargaan maupun hukuman terhadap lembaga
usaha atau
pemerintah dalam upaya menjaga mutu air.
9. Peningkatan SDM baik internal maupun eksternal, koordinasi seluruh
pemangku
kepentingan.
10. Menyamakan persepsi tentang konservasi sumber daya air.
11. Penguatan kelembagaan forum daerah aliran sungai.
12. Penambahan program muatan lokal tentang lingkungan hidup pada
kurikulum
sekolah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi manusia, terutama
untuk memasak
dan minum. Dengan pesatnya perkembangan penduduk maka kebutuhan
khususnya air

bersih untuk masyarakat


Kebutuhan air untuk

juga semakin bertambah besar.

masyarakat di kota Pontianak, di peroleh dari sungai Kapuas. Namun


adanya kegiatan
pertambangan di daerah hulu,pembuangan sampah dan limbah rumah
tangga di sungai
menyebabakan pencemaran di sungai Kapuas, berdasarkan
pengukuran melalui
parameter fisika,kimia dan biologi menunjukkan bahwa air sungai Kapuas
sudah tidak
layak lagi untuk dikonsumsi dan hanya layak digunakan untuk keperluan
irigasi dan
keperluan lain yang persyaratannya serupa. Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri
Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor :KEP02/MENKLH/I/1988
Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan pasal 2 , maka sungai Kapuas
masuk dalam
golongan C.
B. Saran
Sungai Kapuas merupakan urat nadi masyarakat di Kalimantan Barat, oleh
karena
itu dihimbau kepada seluruh masyarakat untuk bisa menjaga
dan memelihara
kebersihan serta kelestarian sungai sehingga sungai dapat
digunakan sesuai
fungsinya.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia LIngkungan. Penerbit Andi:Jakarta.


Anonym. 2011. Kualitas Sungai Kapuas Berubah.
http://www.pontianakpost.com/index.php?mib=berita.detail&id=85375
[diakses tanggal 6 April 2011] Pontianak

Insan. 2008. Parameter Fisika.


http://insansainsprojects.wordpress.com/tds-meter/
[diakses tanggal 26 April 2011] Pontianak
Luthfi, Achmad. 2009. Penanggulangan terhadap Terjadinya
Pencemaran Air dan
Pengolahan Limbah. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimialingkungan/pencemaran-air/ penanggulangan-terhadap-terjadinyapencemaran-air-dan-pengolahan-limbah/ [diakses tanggal 6 April
2011]
PontianakRayuni, Safitri. 2008. Air Sungai Kapuas di Bawah Standar Baku.
http://Safitrirayuni.Blogspot.Com/2008/01/Air-Sungai-Kapuas-Di-BawahStandar-Baku.Html [diakses tanggal 6 April 2011] Pontianak
Mukhtar. 2008. Pencemaran di Kapuas dari Hulu hingga Hilir
http://www.kapuashulukab.go.id/geografis_kualitas_air_daerah.html
[diakses tanggal 6 April 2011] Pontianak
Percik. 2004. Sekilas kondisi air minum dan sanitasi Indonesia. Kelompok
kerja air
minum dan penyehatan lingkungan :bogor (hal 7-12)
Rani, Syahrul. 2011. Awas Sungai Jawi Tercemar.
http://Www.Rripontianak.Com/2011/03/Awas-Sungai-Jawi-Tercemar/
[diakses tanggal 6 April 2011] Pontianak
Walhi. 2011. Walhi Perlu Langkah Tegas Atasi Pencemaran
Kapuas.
http://limbah.org/walhi-perlu-langkah-tegas-atasi-pencemarankapuas.html
[diakses tanggal 6 April 2011] Pontianak
11

Anda mungkin juga menyukai