PBL Blok 22
PBL Blok 22
fisik namun tidak ada abnormalitas organic yang dapat ditemukan sebagai penyebabnya. Gejala
dan keluhan somatic menyebabkan penderitaan emosional atau gangguan pada kemampuan
pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Gangguan somatoform tidak
disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan.
Etiologi
Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang mempunyai tujuan
tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetic dalam transmisi gangguan ini. Selain itu,
dihubungkan pula dengan adanya penurunan metabolism (hipometabolisme) suatu zat tertentu di
lobus frontalis dan hemisfer non dominan. Secara garis besar, faktor-faktor penyebab
dikelompokkan sebagai faktor biologis, faktor lingkungan sosial, faktor perilaku, faktor emosi
dan kognitif.2
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang
disertai permintaan pemeriksaan medic, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negative
dan juga telah dijelaskan oleh dokter bahwa tidak ada kelainan yang mendasari keluhannya.
Beberapa orang biasanya mengeluhkan masalah dalam bernafas atau menelan, atau ada yang
menekan di dalam tenggorokan. Masalah-masalah seperti ini dapat merefleksikan aktivitas yang
berlebihan dari cabang simpatis sistem saraf otonom, yang dapat dihubungkan dengan
kecemasan, kadang kala, sejumlah symptom muncul dalam bentuk yang lebih tidak biasa, seperti
kelumpuhan pada tangan atau kaki yang tidak konsisten dengan kerja sistem saraf. Dalam kasuskasus lain, juga dapat ditemukan manifestasi dimana seseorang berfokus pada keyakinan bahwa
mereka menderita penyakit yang serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat
ditemukan. Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian (histrionic),
terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk dokternya untuk menerima
bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih
lanjut. Dalam kasus-kasus lain, orang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita
penyakit yang serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan.
Klasifikasi dan Diagnosis
2
Gangguan somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi gangguan somatisasi, gangguan
somatoform tak terperinci, gangguan hipokondriasis, disfungsi otonomik somatoform, gangguan
nyeri somatoform menetap, gangguan somatoform lainnya dan gangguan somatoform
YTTDSM-IV. Ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari PPDGJ ditambah
dengan gangguan konversi dan gangguan dismorfik tubuh. Pada bagian psikiatri, gangguan yang
sering ditemukan di klinik adalah gangguan somatisasi dan hipokondriasis.3
Gangguan Somatisasi
-
Sedikitnya 2 tahun
Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada
A. Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama beberapa tahun
B. Tiap criteria berikut harus ditemukan:
o 4 gejala nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya
kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rectum, selama menstruasi,
selama hubungan seksual atau selama miksi)
o 2 gejala gastrointestinal: sekurangnya 2 gejala nyeri (misalnya mual, kembung,
muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap beberapa
jenis makanan)
o 1 gejala seksual: sekurangnya 1 gejala selain dari nyeri (misalnya indiferensiasi
seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan
menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan)
o 1 gejala pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau deficit yang
mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gangguan
koordinasi atau keseimbangan, paralisis, sulit menelan, retensi urin, halusinasi,
hilangnya sensansi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang,
gejala disosiasi seperti anemsia, atau hilangnya kesadaran selain pingsan
C. Salah satu atau dua:
- setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam criteria B tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dari suatu zat
(misalnya efek cedera, medikasi, obat atau alcohol)
- jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang
ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik
atau temuan laboratorium.
D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan atau purapura). 4
Prognosis
Dubia et malam: pasien susah sembuh walau sudah mengikuti pedoman pengobatan. Seringkali
pada wanita berakhir pada percobaan bunuh diri.
Gangguan Somatoform Tak Terperinci
Etiologi
Tidak diketahui
Epidemiologi
Bervariasi, di USA 10-12% terjadi pada usia dewasa dan 20% menyerang wanita.
Kriteria Diagnostik
A. Keluhan-keluhan fisik bersifat multiple, bervariasi dan menetap akan tetapi gambaran
klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi
B. Kemungkinan ada ataupun tidak faktor penyebab psikologis belum jelas, akan tetapi tidak
-
Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan, keluhan fisik atau gangguan sosial
atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan menurut
Prognosis
Bervariasi, sulit diprediksi karena prognosisnya bergantung pada gejala yang lebih dominan.
Gangguan Hipokondriasis
Hipokondriasis adalah keterpakuan (preokupasi) pada ketakutan menderita atau keyakinan
bahwa seseorang memiliki penyakit medis yang serius, meski tidak ada dasar medis untuk
keluhan yang dapat ditemukan. Berbeda dengan gangguan somatisasi dimana pasien biasanya
meminta
pengobatan
terhadap
penyakitnya
yang
seringkali
menyebabkan
terjadinya
penyalahgunaan obat, maka pada gangguan hipokondrik pasien malah takut untuk makan obat
karena dikira dapat menambah keparahan dari sakitnya. Ciri utama dari hipokondriasis adalah
focus atau ketakutan bahwa symptom fisik yang dialami seseorang merupakan akibat dari suatu
penyakit serius yang mendasarinya, seperti kanker atau masalah jantung. Rasa takut tetap ada
meskipun telah diyakinkan secara medis bahwa ketakutan itu tidak berdasar. Gangguan ini paling
sering muncul antara usia 20 dan 30 tahun, meski dapat terjadi di usia berapapun. Orang dengan
hipokondriasis tidak secara sadar berpura-pura akan symptom fisiknya. Mereka umumnya
mengalami ketidaknyamanan fisik, seringkali melibatkan istem pencernaan atau canpura antara
rasa sakit dan nyeri. Berbeda dengan gangguan konversi yang biasanya ditemukan sikap
ketidakpedulian terhadap symptom yang muncul, orang dengan hipokondriasis sangat peduli,
bahkan benar-benar terlalu peduli pada symptom dan hal-hal yang mungkin mewakili apa yang
ia takutkan. Pada gangguan ini, orang menjadi sangat sensitive terhadap perubahan ringan dalam
sensansi fisik, seperti sedikit perubahan dalam detak jantung dan sedikit sakit serta nyeri.
Padahal kecemasan akan symptom fisik dapat menimbulkan sensasi fisik itu sendiri, misalnya
keringat berlebihan dan pusing, bahkan pingsan. Mereka memiliki lebih lanjut kekhawatiran
akan kesehatan, lebih banyak symptom psikiatrik, dan mempersepsikan kesehatan yang lebih
buruk daripada orang lain. Sebagian besar juga memiliki gangguan psikologis lain, terutama
depresi mayor dan gangguan kecemasan.
Etiologi
Masih belum jelas
Epidemiologi
Biasanya terjadi pada usia dewasa, rasio antara pria dan wanita sama
Kriteria Diagnostik
Untuk diagnosis pati gangguan hipokondriasis, kedua hal ini harus ada yaitu bahwa adanya
keyakinan yang mentap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yang serius yang
melandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang-ulang tidak menunjang
adanya alasan fisik yang memadai, ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan
deformitas atau perubahan bentuk penampilan fisiknya (tidak sampai waham) dan juga ia tidak
mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ditemukan
penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhan-keluhannya
Ciri-ciri Diagnostik Hipokondriasis
-
tubuh
Preokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat
Tidak disertai dengan waham dan tidak terbatas pada kekhawatiran tentang penampilan
Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum,
gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panic, gangguan depresif berat, cemas
perpisahan, atau gangguan somatoform lain.
Prognosis
10% pasien bias sembuh, 65% berlanjut menjadi kronik dengan onset yang berfluktuasi, 25%
prognosisnya buruk
Gangguan Disfungsi Otonomik Somatoform
Kriteria diagnostic
-
Ada gejala bangkitan otonomik, palpitasi, berkeringat, tremor, muka panas, yang sifatnya
dari dokter
Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur/ fungsi dari sistem/
yang dirasakan menjadi lebih sakit atau lebih berkurang. Sedangkan pada nyeri somatoform,
pasien malah bertindak sebaliknya.
Epidemiologi
Terjadi pasa semua tingkatan usia, di USA 10-15% pasien datang dengan keluhan nyeri
punggung. Criteria diagnostic untuk gangguan nyeri:
-
Prognosis
Jika gejala terjadi <6 bulan, cenderung baik, dan jika gejala terjadi >6 bulan, cenderung buruk
(cenderung menjadi kronik)
Gangguan Somatoform Lainnya
Pedoman Diagnostik:
-
Keluhan yang ada tidak melalui saraf otonom, terbatas secara spesifik pada bagian tubuh
Gangguan Konversi
Suatu tipe gangguan somatoform yang ditandai oleh kehilangan atau kendala dalam fungsi fisik,
namun tidak ada penyebab organis yang jelas. Gangguan ini dinamakan konversi karena adanya
keyakinan psikodinamika bahwa gangguan tersebut mencerminkan penyaluran, atau konversi,
8
dari energy seksual atau agresif yang di ekspresikan ke symptom fisik. Symptom-simptom itu
tidak dibuat secara sengaja atau yang disebut dengan malingering. Simptok fisik biasanya
muncul tiba-tiba dalam situasi yang penuh tekanan. Tangan seorang tentara dapat menjadi
lumpuh saat pertempuran yang hebat, misalnya. Dinamakan gangguan konversi karena adanya
keyakinan psikodinamika bahwa penggunaan tersebut mencerminkan penyaluran atau konversi
dari energy seksual yang diekspresikanke symptom fisik. Gangguan ini sebelumnya disebut
neurosis histeritikal atau hysteria dan memainkan peranan penting dalam perkembangan
psikoanalisis Freud. Menurut DSM, symptom menyerupai kondisi neurologis atau medis umum
yang melibatkan masalah dengan fungsi motorik (gerakan) yang volunteer atau fungsi sensoris.
Beberapa pola simptom yang klasik melibatkan kelumpuhan, epilepsy, masalah dalam
koordinasi, kebutaan dan tunnel vision ( hanya bisa melihat apa yang berada tepat di depan
mata), kehilangan indra pendengaran atau penciuman, atau kehilangan rasa pada anggota badan
(anestesi). Simptom-simptom tubuh yang ditemukan dalam gangguan konersi seringkali tidak
sesuai dengan kondisi medis yang mengacu. Misalnya konversi epilepsy, tidak seperti pasien
epilepsy yang sebenarnya, dapat mempertahankan control pembuangan saat kambuh; konversi
kebutaan, orang yang penglihatannya seharusnya mengalami hendaya dapat berjalan ke kantor
dokter tanpa membentur mebel; orang yang menjadi tidak mampu berdiri atau berjalan di pihak
lain dapat melakukan gerakan kaki lainnya secara normal.
Etiologi
Teori psikoanalisis Breuer dan Freud: Disebabkan ketika seseorang mengalami peristiwa yang
menimbulkan peningkatan emosi yang besar, namun efeknya tidak dapat diekspresikan dan
ingatan tentang peristiwa tersebut dihilangkan dari kesadaran.
Teori behavioral: terjadi karena individu mengadopsi simptom untuk mencapai suatu tujuan.
Individu berusaha untuk berperilaku sesuai dengan pandangan mereka mengenai bagaimana
seseorang dengan penyakit yang mempengaruhi kemampuan motorik atau sensorik, akan
bereaksi.
Epidemiologi
Terjadi pada 11-500 per 100.000 penduduk. Biasanya terjadi pada usia anak-anak (akhir) hingga
dewasa (awal). Jarang terjadi sebelum usia 10 tahun dan setelah 35 tahun.
9
Kriteria Diagnostik
-
Paling tidak terdapat satu simptom atau deficit yang menunjukkan adanya gangguan fisik
Faktor psikologis dinilai berhubungan dengan gangguan tersebut karena onset atau
kambuhnya simptom fisik terkait degan munculnya stressor psikososial atau situasi
konflik
Orang tersebut tidak dengan sengaja menciptakan simptom fisik tersebut atau berpura-
dapat dijelaskan dengan gangguan fisiki apapun melalui landasan pengujian yang tepat
Simptom menyebabkan distress emosional yang berarti, hendaya dalam satu atau lebih
area fungsi, seperti fungsi sosial, pekerjaan, atau cukup untuk menjamin perhatian medis
Simptom tidak terbatas pada keluhan nyeri atau masalah pada fungsi seksual, juga tidak
dapat disebabkan oleh gangguan mental lain. Akan tetapi, beberapa orang dengan
gangguan konversi menunjukkan ketidakpedulian yang mengejutkan terhadap simptomsimptom yang muncul, suatu fenomena yang diistilahkan sebagai la belle indifference
(ketidakpedulian yang indah)
Prognosis
Baik jika onset awal, ada faktor presipitasi yang jelas, intelegensia masih baik, segera dilakukan
treatment. Prognosis buruk jika terjadi hal sebaliknya.
Gangguan Dismorfik Tubuh
Ditandai oleh kepercayaan palsu atau persepsi yang berlebihan bahwa suatu bagian tubuh
mengalami cacat. Orang dengan gangguan ini terpaku pada kerusakan fisik yang dibayangkan
atau dibesar-besarkan dalam hal penampilan mereka. Mereka dapat menghabiskan waktu berjamjam untuk memeriksakan diri di depan cermin dan mengambil tindakan yang ekstrem untuk
mencoba memperbaiki kerusakan yang dipersepsikan, seperti menjalani operasi plastic yang
tidak dibutuhkan, menarik diri secara sosial atau bahkan diam di rumah saja, sampai pada
pikiran-pikiran untuk bunuh diri. Orang dengan gangguan dismorfik tubuh sering menunjukkan
pola berdandan atau mencuci, atau menata rambut secara kompulsif, dalam rangka mengoreksi
kerusakan yang dipersepsikan. Contoh lain, seseorang merasa wajahnya seperti piringan, terlalu
rata, sehingga tidak mau difoto. Mereka dapat melakukan apa saja untuk memperbaiki keadaan
10
yang rusak tersebut. Pada gangguan dismorfik tubuh, individu diliputi dengan bayangan
mengenai kekurangan dalam penampilan fisik mereka. Membuatnya bias berlama-lama berkaca
di depan cermin memandang bentuk tubuh yang dianggapnya kurang, sering pasien mendatangi
spesialis bedah dan kecantikan.
Epidemiologi
Muncul kebanyakan pada wanita, biasanya dimulai pada akhir masa remaja dan biasanya
berkaitan dengan depresi, fobia sosial dan gangguan kepribadian
Criteria diagnostic
-
Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemuka sedikit anomaly
Gangguan Somatoform
Tujuan Pengobatan
-
Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan pemikiran/ meyakinkan
bahwa gejala hanya ada dalam pemikiran tidak untuk kehidupan nyata
Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari test-test diagnosis, treatment,
11
KESIMPULAN
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik dimana
tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gambaran yang penting dari
gangguan somatoform adalah adanya gejala fisik, dimana tidak ada kelainan organic atau
mekanisme fisiologik. Untuk hal tersebut, terdapat bukti positif atau perkiraan yang kuat
bahwa gejala tersebut terkait dengan adanya faktor psikologis atau konflik. Manifestasi klinis
gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang disertai somatoform
tak terperinci, gangguan hipokondriasis, disfungsi otonomik somatoform, gangguan nyeri
somatoform menetap, gangguan somatoform lainnya dan gangguan somatoform YTT.
Sedangkan pada DSM IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari
PPDGJ ditambah dengan gangguan konversi dan gangguan dismorfik tubuh.permintaan
pemeriksaan medic, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negative dan juga telah
dijelaskan dokternya bahwa tidak ada kelainan yang mendasari keluhannya.
Daftar pustaka
1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis psikiatri jilid 2. Edisi ke-5. Jakarta: Banarupa
Aksara; 1997. h. 68-74.
12
13