Anda di halaman 1dari 27

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI

(SELF MANAGEMENT) DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA


SISWA SMA NEGERI 1 KUALA PEMBUANG
PROPOSAL
Dibuat Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Penelitian Pendidikan Matematika

OLEH:
TULUS SIHOTANG
ACA 109 031

UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2011

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .............

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................
1.2 Identifikasi Masalah..........................................................................
1.3 Batasan Masalah................................................................................
1.4 Rumusan Masalah.............................................................................
1.5 Tujuan penelitian...............................................................................
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................

1
3
3
3
3
4
4

BAB II KAJIAN PUSTAKA..........................................................................


2.1 Deskripsi Teoritis..............................................................................
2.1.1 Pengertian Manajemen Diri................................................
2.1.2 Hakikat Matematika...........................................................
2.1.3 Hasil Belajar .
2.2 Kerangka Berpikir.............................................................................
2.3 Hipotesis .......

5
5
5
6
8
9
10

BAB III METODE PENELITIAN................................................................


3.1 Jenis Penelitian..................................................................................
3.2 Rancangan Penelitian........................................................................
3.2.1 Metode Penelitian...............................................................
3.2.2 Variabel Penelitian..............................................................
3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian..........................................
3.4 Populasi dan Sampel.........................................................................
3.4.1 Populasi
3.4.2 Sampel................................................................................
3.5 Instrumen Penelitian..........................................................................
3.5.1 Angket................................................................................

11
11
11
11
12
12
13
13
13
16
16

3.5.1.1 Valibitas Angket..........................................................

17

3.5.1.2 Reliabilitas Angket.....................................................

17

3.5.2 Tes

18

3.5.1.1 Valibitas Tes................................................................

18

3.5.1.2 Reliabilitas Tes............................................................

19

3.6 Teknik Pengumpulan Data................................................................

19

3.7 Teknik Analisis Data.........................................................................

20

3.7.1 Uji Hipotesis......................................................................

20

3.8 Uji Persyaratan Analisis....................................................................

22

3.8.1 Uji Normalitas....................................................................

22

3.8.2 Uji Homogenitas.................................................................

22

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Daftar Tabel
Tabel 3.1
Tabel 3.2

13
14

Daftar Gambar
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3

11
12
15

24

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Keberhasilan seseorang dipengaruhi oleh sikap dan perencanaan diri orang

tersebut atau yang sering disebut sebagai manajemen diri. Manajemen diri siswa
merupakan pengendalian diri siswa terhadap pikiran, ucapan, dan perbuatan yang
dilakukannya, sehingga mendorong kepada sikap penghindaran diri terhadap halhal yang tidak baik dan peningkatan perbuatan yang baik dan benar. Manajemen
diri juga merupakan sebuah sifat keseluruhan yang terdiri dari beberapa faktor
yang melibatkan kemampuan seseorang untuk mengelola diri sendiri. Contohnya
adalah kemampuan seseorang dalam mengelola waktu, mengelola keuangan dan
yang lainnya.
Manajemen diri secara umum terdiri dari tiga langkah utama, yaitu
menentukan tujuan, memonitor dan mengevaluasi kemajuan, dan memberikan
penguatan diri. Apabila tujuan pendidikan adalah untuk menghasilkan orangorang yang mampu mendidik dirinya maka siswa harus belajar mengatur
hidupnya dengan menentukan tujuannya sendiri, memonitor dan mengevaluasi
prilakunya serta menyediakn penguatan untuk dirinya. Dalam kehidupan orang
dewasa penghargaan sering tidak tampak jelas, dan tujuan sering memerlukan
waktu lama agar tercapai. Hidup dipenuhi dengan tugas-tugas yang perlu
diurutkan dalam manajemen diri, agar kegiatan lebih teratur dan pencapaian
tujuan bisa diprediksi. Siswa mungkin terlibat dalam beberapa atau semua langkah
untuk mengimplementasikan program perubahan prilaku dasar. Mereka bisa
membantu untuk menentukan tujuan, mengobservasi pekerjaannya sendiri,
mencatat perkembangan prilaku dan mengevaluasi kinerjanya sendiri. Akhirnya,
mereka dapat

memilih dan memberikan penguatan untuk dirinya sendiri.

Keterlibatan seperti ini dapat membantu siswa belajar mengatur langkah kerjanya
di masa mendatang sehingga siswa mampu lebih mandiri.
Kemampuan siswa untuk mengelola diri (manajemen diri) masih sangat
rendah terutama dalam hal mengelola waktunya. Siswa yang tidak dapat

mengelola diri dengan baik, misalnya dalam hal mengelola waktu belajar di
rumah mungkin akan menemui masalah berupa kesulitan belajar. Karena siswa
tersebut tidak memiliki waktu untuk mengulang kembali materi yang telah
diperoleh di sekolah.
Sebagian siswa beranggapan bahwa kegiatan belajar hanya dapat dilakukan
di

sekolah

sehingga

sebagian

siswa

tidak

memiliki

keinginan

untuk

mesenggangkan waktunya untuk kegiatan belajar secara individu di rumah. Perlu


ditegaskan bahwa secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang bersifat relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif
(Muhibbin, 2010:68). Sehingga, belajar sesungguhnya adalah suatu proses yang
dialami oleh seseorang sehingga terjadi perubahan pola pikir dan perilaku ke arah
yang lebih baik berdasarkan pengalamannya. Kegiatan belajar dapat dilakukan di
sekolah, di lingkungan rumah ataupun di tempat lain yang sifatnya mendukung
proses belajar tersebut. Oleh karena itu, anggapan bahwa belajar hanya dapat
dilakukan di sekolah adalah kurang tepat.
Untuk keberhasilan akademis siswa pentingnya manajemen diri harus
ditekankan. Setiap orang memiliki kegiatan yang sibuk atau bahkan sangat sibuk
dan wajib untuk dilakukan, termasuk juga para siswa karena mereka harus
menyelesaikan tugas dari sekolah maupun tugas rumah, kemudian harus
menghadiri kelas setiap hari dan mempersiapkan diri untuk ujian yang akan
mereka hadapi. Selain studi mereka, mereka juga harus melakukan rutinitas hari
ke hari dan harus menyeimbangkan antara kegiatan ekstrakurikuler dan karya
akademisnya.
Untuk dapat melakukan semua kegiatan atau rencana yang sudah disusun
waktu dapat menjadi kendala yang utama. Dalam hal ini siswa perlu
memanajemen waktunya dengan tepat dan bijak agar semua kegiatan yang
direncanakan dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya. Di sinilah diperlukan
keterampilan manajemen diri yang baik. Manajemen diri adalah bakat yang setiap
siswa harus jalankan dalam kehidupannya setiap hari. Mereka harus mengambil
langkah penting dan membuat rencana pendekatan mereka agar dapat sukses

dalam hal studi mereka maupun dalam kehidupan mereka nantinya. Apabila guru
sudah melakukan manajemen kelas dengan efektif, tetapi melupakan pembinaan
manejemen diri siswa maka siswa akan mengalami kesulitan untuk bekerja secara
independen setelah mereka lulus dari sekolah yang memiliki manajemen yang
bagus tersebut.
Untuk dapat melihat dan mengetahui hubungan antara manajemen diri dan
hasil belajar yang diperoleh siswa inilah maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul Hubungan Antara Manajemen Diri (Self
Management) Dengan Hasil Belajar Matematika Siswa SMA Negeri 1 Kuala
Pembuang.
1.2

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasi masalah sebagai

berikut:
1. Kemampuan manajemen diri siswa masih rendah, misalnya dalam hal
manajemen waktu.
2. Siswa tidak memiliki keinginan agar meluangkan waktunya untuk belajar
individu di rumah.
3. Kebanyakan siswa menganggap belajar hanya dapat dilakukan di sekolah.
1.3

Batasan Masalah
Subjek dari penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Kuala Pembuang.

1.4

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka masalah penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan antara manajemen diri


(Self Management) dengan hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Kuala Pembuang?

1.5

Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui hubungan antara manajemen diri (self management) dengen
hasil belajar siswa.

2. Mengetahui hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan manajemen diri


yang baik.
1.6

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti,

yaitu sebagai berikut:


1. Guru
Guru dapat memberikan manajemen diri pada siswa agar dapat
meningkatkan keterampilan dirinya dengan baik.
2. Siswa
Siswa akan lebih memahami tentang pentingnya manajemen diri.
3. Peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian
selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Teoritis
2.1.1 Pengertian Manajemen Diri
Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno mnagement, yang memiliki
arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang

jelas dan diterima secara universal. Manajemen sebagai sebuah proses


perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya
untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa
tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa
tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Manajemen merupakan suatu proses yang dilatarbelakangi oleh
pengetahuan,

keterampilan,

dan

sikap

untuk

memberdayakan

dan

mendayagunakan segala sumber daya yang dimiliki secara optimal (Bahat, 2008:
30).

Sehingga

manajemen

diri

dapat

diartikan

sebagai

proses

yang

dilatarbelakangi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap seorang individu untuk


menggunakan seluruh sumber daya yang dimiliki individu tersebut secara optimal.
Manajemen sebenarnya, tidak lain adalah proses kelangsungan fungsi yang
meliputi: perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan (leading), dan evaluasi.
Perencanaan adalah penentuan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai dan
sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Perencanaan mencakup
apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya. Dalam proses belajar
terutama dalam mempelajari matematika juga diperlukan perencanaan mengingat
adanya anggapan bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
dianggap sulit oleh sebagian siswa. Pengorganisasian adalah menciptakan
hubungan antara aktivitas yang dikerjakan dan faktor fisik yang dibutuhkan. Agar
dapat merancang sebuah jadwal belajar diperlukan pengorganisasian waktu yang
tepat. Kepemimpinan dan evaluasi dalam manajemen diri berkaitan dengan
ketegasan individu dalam menjalankan hal-hal yang telah diprogramkan bagi diri
sendiri kemudian dilanjutkan dengan evaluasi untuk mengetahui terlaksana atau
tidaknya sebuah program yang telah dicanangkan oleh individu tersebut.
Misalnya, seorang siswa membuat jadwal belajar maka perlu diadakan evaluasi
untuk mengetahui optimal atau tidaknya jadwal belajar tersebut sehingga tidak
menganggu kegiatan sehari-hari yang lain.
Manajemen diri pada dasarnya merupakan suatu proses yang meliputi:
1.

Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan


dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan

individu secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu.
Kemudian mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil
tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat
digunakan untuk memenuhi tujuan individu, misalnya tujuan siswa adalah
mendapatkan hasil belajar yang baik maka siswa tersebut haruslah menambah
waktu belajarnya di rumah sehingga perlu merencanakan saat yang tepat untuk
belajar. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi
manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
2.

Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu


kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian
mempermudah seseorang dalam melakukan pengawasan dan menentukan halhal yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi
tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa
yang harus dikerjakan, kapan tugas-tugas itu harus dikerjakan, bagaimana
tugas-tugas individu tersebut dikelompokkan agar tugas yang satu tidak
membentur tugas yang lain, misalnya tugas rutin di rumah akan berbenturan
dengan tugas dari sekolah, sehingga diperlukan pengorganisasian diri yang
baik.

2.1.2

Hakikat Matematika
Berbicara tentang hakikat matematika artinya menguraikan apa yang

dimaksud dengan matematika itu sebenarnya. Dengan mengetahui hakikat


matematika manusia bisa mengerti bahwa sebenarnya matematika merupakan
ilmu yang mempunyai peran sangat penting dalam kehidupan setiap manusia.
Banyak ahli yang mengartikan pengertian matematika baik secara umum maupun
secara khusus. Herman Hudojo (1990:15) menyatakan bahwa: matematika
merupakan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis
dan penalarannya deduktif, sehingga belajar matematika itu merupakan kegiatan
mental yang tinggi. Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian
makna dari pernyataan yang logis yang ingin disampaikan. Lambang-lambang
matematika bersifat artifisial artinya adalah lambang itu akan memiliki arti

setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa pemberian makna itu


matematika hanya sekumpulan rumus dan persamaan yang mati, sehingga
digunakan simbol-simbol dan istilah yang disepakati secara bersama agar mudah
dipahami Kurniawati (2009).
Setiap ilmu memiliki kelebihan apabila dibandingkan dengan ilmu yang
lain. Termasuk juga matematika, sebagaimana yang dikemukakan oleh E.T
Ruseffendi (1998:11) bahwa matematika adalah ilmu tentang struktur yang
terorganisasikan mulai dari unsur-unsur yang didefinisikan ke unsur kemudian ke
aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil. Sedangkan Sujono (1998:19)
menyatakan bahwa matematika merupakan sarana untuk menanamkan kebiasaan
menalar dalam diri seseorang.
Matematika merupakan wadah untuk belajar berpikir. Sebab, dalam belajar
matematika membutuhkan kemampuan penalaran dan strategi pemecahan
masalah. Kemampuan penalaran merupakan salah satu bentuk kemampuan
berpikir yang sering ditemukan dalam berpikir memahami matematika baik
masalah yang terdefinisi dengan jelas dan tidak terdefinisi dengan jelas. Tanpa
penalaran penguasaan konsep-konsep matematika tidak memiliki makna yang
berarti bagi siswa secara pribadi, serta manfaatnya dalam kehidupan yang semakin
maju saat ini. Dengan demikian, disadari atau tidak siswa yang benar-benar
mempelajari matematika dengan sendirinya akan meningkatkan daya nalar dan
kemampuannya dalam menyelesaikan masalah.
Untuk memahami matematika seseorang

harus

memahami

fakta,

keterampilan, konsep atau aturan sehingga dapat menarapkannya pada situasi


yang baru. Sehingga dalam mempelajari matematika tidak cukup hanya sekali
melainkan perlu diulang sampai beberapa kali. Untuk itulah siswa perlu untuk
mengulang pelajaran matematika di rumah, bukan hanya belajar ketika berada di
sekolah.
2.1.3

Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan dan keterampilan yang diperoleh oleh

siswa setelah ia menemukan pengalaman dari proses belajarnya. Pada hakekatnya


hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif,
afektif, dan psikomotoris (Sudjana, 1989: 2-3). Dalam bukunya Sudjana membagi

10

tiga macam hasil belajar mengajar yaitu: (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2).
Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2006 : 22). Hasil
belajar siswa tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Roestiyah ( 1986:
151) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan
menjadi 2 (dua) macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, misalnya usia,
kematangan, pengalaman, mental, manajemen diri dan kebiasaan belajar. Dari
pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa berupa
perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark
(1981 : 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi
oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Faktor eksternal
yaitu faktor yang berasal dari lingkungan siswa yang meliputi lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat, kurikulum, bahan ajar dan media dari sumber belajar.
Faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas

pembelajaran (Sudjana, 2006 : 39).


Kedua faktor ini dapat membantu proses belajar jika sifatnya mendukung
proses belajar dan sebaliknya dapat juga menghambat suatu proses belajar jika
faktor itu bersifat tidak menunjang proses belajar. Untuk dapat belajar dengan
baik seseorang sangat memerlukan kondisi yang memungkinkan agar ia dapat
melihat, mendengar, dan melakukan proses belajar dengan baik serta dapat
berkonsentrasi dengan baik untuk dapat mengingat apa yang diperolehnya.
Salah satu faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah
manajemen diri siswa itu sendiri. Yang dimaksud dengan manajemen diri siswa
adalah suatu kemampuan yang dimiliki siswa untuk dapat mengelola dirinya
misalnya dalam hal waktu.
2.2 Kerangka Berpikir
Pada dasarnya semua orang, bahkan siswa sekalipun memiliki kegiatan rutin
di rumah dan bahkan di lingkungan tempat tinggalnya. Kebanyakan siswa juga
sudah mulai bekerja untuk membantu orang tuanya mencari penghasilan
tambahan agar biaya hidup keluarganya terpenuhi. Di sinilah keterampilan dan

11

kemampuan siswa dalam memanajemen dirinya sangat dibutuhkan. Siswa harus


melakukan perencanaan dan pengorganisian diri untuk dapat memaksimalkan
seluruh sumber daya yang dimiliki. Misalnya seorang siswa memiliki waktu
senggang, waktu senggang dapat dikatakan sebagai salah satu sumber daya yang
dimiliki siswa tersebut. Kemudian siswa akan melakukan perencanaan dan
pengorganisasian waktu agar waktu senggang dapat dipergunakan semaksimal
mungkin. Misalnya waktu senggang yang ada digunakan untuk mengulang
kembali pelajaran yang telah diperoleh disekolah.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran sekolah yang diajarkan
sejak tingkat sekolah dasar, yang bahkan sudah mulai diperkenalkan di tingkat
taman kanak-kanak. Pengetahuan matematika diajarkan sejak dini, karena
matematika memberikan banyak manfaat misalnya untuk perhitungan praktis
sehari-hari, membentuk pola pikir maupun untuk menjadi landasan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lain. Namun, sulitnya
memahami pelajaran matematika merupakan masalah yang sering dihadapi oleh
para siswa di masa sekarang.
Untuk dapat memahami matematika sehingga dapat memperoleh hasil
belajar yang baik, diperlukan waktu belajar yang lebih banyak. Dalam hal inilah
diperlukan kemampuan manajemen yang baik dalam hal waktu agar kegiatan
belajar tidak mengganggu kegiatan sehari-hari. Siswa perlu untuk melakukan
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan evaluasi yang merupakan
proses dari manajemen diri itu sendiri
.
2.3 Hipotesis
Terdapat hubungan/korelasi positif antara manajemen diri dan hasil belajar
matematika siswa SMA Negeri 1 Kuala Pembuang.

12

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan sampel.
Penelitian Kuantitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan (Sugiyono, 2009: 14).
Secara garis besar proses penelitian kuantitatif akan ditunjukkan pada
gambar di bawah ini (Sugiyono, 2009: 49).
Pengujian instrumen

Masalah

Populasi dan sampel

Pengembangan instrumen

Rumusan Masalah
Landasan Teori
Perumusan hipotesis
Pengumpulan data
Analisis data

Gambar 3.1 Bagan Proses Penelitian Kuantitatif

13

Rumusan Masalah

3.2 Rancangan Penelitian


3.2.1 Metode Penelitian
Berdasarkan pada tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui ada atau
tidaknya hubungan antara manajemen diri dengan hasil belajar matematika siswa.
Sehingga pada penelitian ini digunakan metode deskriptif.
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekolompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa mendatang. Tujuan dari penelitian
deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki. (Nazir, 2005:54).
3.2.2

Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (X) dan

variabel terikat atau dependen (Y). Variabel bebas (X) berupa manajemen diri
siswa. Sedangkan variabel terikat atau dependen (Y) adalah hasil belajar
matematika siswa. Berikut ini digambarkan bagan hubungan antara kedua variabel
tersebut:

Gambar 3.2 Hubungan Variabel Bebas (X) dan Variabel Terikat (Y)
keterangan:
X = Manajemen Diri
Y = Hasil Belajar Matematika
3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran variabel yang terdapat
dalam penelitian ini maka perlu diuraikan beberapa definisi berikut ini:
1) Manajemen diri merupakan proses yang dilatarbelakangi oleh pengetahuan,
keterampilan dan sikap seorang individu untuk menggunakan seluruh sumber
daya yang dimiliki individu tersebut secara optimal. Manajemen diri pada
dasarnya merupakan suatu proses yang meliputi: perencanaan dan
pengorganisasian.

14

2) Hasil belajar matematika merupakan kemampuan/keterampilan yang dimiliki


siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan
matematika setelah siswa tersebut mengalami proses belajarnya.

3.4 Populasi dan sampel


3.4.1 Populasi
Menurut Sudjana (1991: 6), Populasi adalah totalitas semua hasil
perhitungan ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai
karekteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang
ingin dipelajari sifat-sifatnya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA
Negeri 1 Kuala Pembuang tahun ajaran 2011/2012 yang terdiri dari 5 ruangan
untuk kelas X, 5 ruangan untuk kelas XI, dan 5 ruangan untuk kelas XII. Besar
populasi penelitian ini adalah 456 siswa, dimana pada tiap ruangan berjumlah 30
dan 31 siswa. Jumlah siswa SMA Negeri 1 Kuala Pembuang dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 3.1 Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Kuala Pembuang
Kelas

XI

XII

Ruang
1
2
3
4
5
IPA 1
IPS 1
IPS 2
IPS 3
IPS 4
IPA 1
IPS 1
IPS 2
IPS 3
IPS 4

Jumlah

Jumlah siswa
31
31
30
30
31
31
31
30
30
30
30
30
30
31
30
456

Sumber:Tata Usaha SMA Negeri 1 Kuala Pembuang

3.4.2 Sampel

15

Kebutuhan akan sampel minimal dalam penelitian ini dilihat berdasarkan


daftar yang dibuat oleh Krejcie dalam Sugiyono (2007: 63), daftar ini dapat
dipakai untuk menentukan jumlah sampel minimal suatu penelitian yang
didasarkan atas kesalahan 5%. Tabel 3.2 memperlihatkan daftar yang dibuat oleh
Krecjie sebagai berikut:
Tabel 3.2
Table for determining needed size S of randomly chosen sample from a given
finite population of N cases such that sample proportion will be within +.05 of
the population proportion P with a 95 percent level of confidence
N
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
210

S
10
14
19
24
28
32
36
40
44
48
52
56
59
63
66
70
73
76
80
86
92
97
103
108
113
118
123
127
132
136

N
220
230
240
250
260
270
280
290
300
320
340
360
380
400
420
440
460
480
500
550
600
650
700
750
800
850
900
950
1000
1100

S
140
144
148
152
155
159
162
165
169
175
181
186
191
196
201
205
210
214
217
226
234
242
248
254
260
265
269
274
278
285

Catatan: N = jumlah populasi

16

P
1200
1300
1400
1500
1600
1700
1800
1900
2000
2200
2400
2600
2800
3000
3500
4000
4500
5000
6000
7000
8000
9000
10000
15000
20000
30000
40000
50000
75000
1000000

S
291
297
302
306
310
313
317
320
322
327
331
335
338
341
346
351
354
357
361
364
367
368
370
375
377
379
380
381
382
384

S = sampel
Penelitian akan dilakukan pada siswa SMA Negeri 1 Kuala Pembuang yang
jumlah siswanya sebanyak 456 siswa. Dimana jumlah siswa dari masing-masing
kelas adalah kelas X sebanyak 153 siswa, kelas XI sebanyak 152 siswa dan kelas
XII sebanyak 151 siswa.
Dengan taraf kepercayaan 95%, berdasarkan pada jumlah populasi dalam
penelitian ini yaitu 456 siswa, maka jumlah sampel minimal yang dibutuhkan
dalam penelitian ini sebanyak 210 siswa. Karena populasi dalam penelitian ini
berstrata, maka sampelnya juga berstrata. Dengan demikian masing-masing
sampel untuk tiap kelas harus proporsional berdasarkan pada besar populasi tadi.
Sehingga, besar sampel untuk tiap kelas adalah:
Kelas X =

153
x 210
= 71
456

Kelas XI =

152
x 210=
70
456

Kelas XII =

151
x 210
= 69
456

Besar sampelnya = 71 + 70 + 69 = 210 siswa


Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik
probability sampling lebih tepatnya lagi menggunakan proportionate stratified
random

sampling.

teknik

ini

digunakan

karena

populasi

mempunyai

anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono,


2007:58). Semua unsur yang termasuk dalam populasi mempunyai pesenggang
yang sama untuk dijadikan anggota sampel. Pengambilan sampel dilakukan
dengan secara random atau acak. Berikut gambaran
random sampling:

17

proportionate stratified

Gambar 3.3 Proportionate Stratified Random Sampling


Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pengundian. Pada setiap strata
masing-masing subjek diberi nomor urut sesuai dengan abjad nama. Dengan
kertas gulungan yang berisi nomor-nomor subjek, dilakukan pengundian seperti
cara pengundian yang sudah umum dikenal. Sehingga akan diperoleh sampel yang
akan diteliti pada tiap strata.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan
menyelesaikan soal-soal matematika dan angket respon. Tes kemampuan
menyelesaikan soal-soal matematika digunakan untuk melihat hasil belajar siswa.
Angket

respon

digunakan

untuk

mengetahui

keterampilan/kemampuan

manajemen diri siswa.


3.5.1 Angket
Angket dalam penelitian ini terdiri dari butir-butir pertanyaan yang
dipergunakan untuk mengumpulkan data berkaitan dengan variabel manajemen
diri siswa. Angket ini memiliki alternatif jawaban yang sudah disediakan dan
siswa hanya memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan pendapat mereka,
sangat sering, sering ,kadang-kadang, kurang atau

tidak pernah dengan cara

memberikan tanda silang pada jawaban yang dipilih. Angket yang akan digunakan
sebagai alat pengumpul data terlebih dahulu diuji validitas dan reabilitasnya
dengan cara menghitung nilai validitas dan reabilitasnya. Uji validitas angket
Penelitian adalah prosedur untuk memastikan apakah angket yang akan dipakai
untuk mengukur variabel penelitian valid atau tidak.
3.5.1.1
Validitas Angket
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan dengan kata lain dapat mengungkap data
dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2009:160). Untuk menguji
kuesioner penelitian, menggunakan uji validitas butir instrumen, dikatakan
memiliki validitas apabila mempunyai dukungan besar terhadap skor total. Untuk
mengukur validitas butir kuesioner dengan menggunakan rumus korelasi product

18

moment dikemukakan oleh pearson. Berikut ini rumus korelasi product moment
yang dikemukakan oleh pearson:
r xy =

n xy( x )( y )

{n x ( x) }{n y ( x ) }
2

(Arikunto, 2009:160)

dimana:
r xy = Koefisien korelasi x dan y
n = Jumlah responden
x = Jumlah skor butir soal tiap individu
y = Jumlah skor total tiap variabel
3.5.1.2 Reliabilitas Angket
Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 1989: 170). Untuk mencari reliabilitas
digunakan rumus Alpha, dimana rumus ini digunakan untuk mencari reliabilitas
instrumen yang skornya bukan satu dan nol, misalnya angket atau soal bentuk
uraian (Arikunto, 1999:193). Rumus Alpha:

r11 =

}{

2b
k
1 2
( k1)
t

(Arikunto, 1989: 170)

dimana:
r11 = Reliabilitas instrumen
k
= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2
b = Jumlah varian butir
2t = Varian total

3.5.2 Tes
Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika siswa. Bentuk tes
yang digunakan adalah soal matematika pilihan ganda. Sama seperti angket, maka
soal pilihan ganda yang digunakan sebagai alat pengumpul hasil belajar siswa

19

terlebih dahulu diuji validitas dan reabilitasnya dengan cara menghitung nilai
validitas dan reabilitasnya. Uji ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat layak
atau tidaknya soal pilihan ganda sebagai alat pengumpul hasil belajar siswa.
3.5.2.1
Validitas Tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 1989 : 161). Untuk mengetahui validitas
soal digunakan rumus koefisien korelasi biserial (rpbis).

Rpbis =

MpMt
St

p
q

(Arikunto, 1989 : 161)

Keterangan:
rpbis = koefisien korelasi biserial
Mp = rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar, dimana:
p =

banyaknya siswa yang menjawabbenar


jumla h seluru h siswa

q = proporsi siswa yang menjawab salah


q =1p
Apabila didalam perhitungan diperoleh

r hitung >r tabel

, maka item soal

tersebut valid. Dalam hal ini digunakan taraf signifikan 5%. (Arikunto, 1989:
162).

3.5.2.2
Reliabilitas Tes
Untuk mengetahui reliabilitas perangkat tes bentuk objektif digunakan
rumus KR-20. Rumus KR-20 dapat dinyatakan sebagai berikut:

20

r11 = [

k
k1

][

Vt pq
Vt

(Arikunto, 1989 : 180)

Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen.
k = banyak butir soal.
p = proporsi subjek yang menjawab butir soal dengan benar.
q = proporsi subjek yang menjawab butir soal dengan salah (q = 1- p)
pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q.
Vt = varian total
Kemudian harga r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan rtabel. Jika
r hitung >r tabel

maka instrumen tersebut reliabel.

Klasifikasi reliabilitas soal adalah sebagai berikut.


r11 0,20

: sangat rendah

0,20 < r11 0,40 : rendah


0,40 < r11 0,60 : sedang
0,60 < r11 0,80 : tinggi
0,80 < r11 1,00 : sangat tinggi
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan soal pilihan ganda
dan angket respon siswa. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam
pengumpulan dan pengolahan data, yaitu:
1. Persiapan
- Menentukan kelas sampel dengan menggunakan proportionate stratified
-

random sampling yang terlebih dahulu ditentukan sampel minimalnya


Menyusun kisi-kisi instrumen
Menyusun tes berdasarkan kisi-kisi
Menyusun angket respon
Melaksanakan uji coba soal pada kelas uji coba
Memeriksa dan menganalisis uji coba instrumen untuk mengetahui validitas

dan reliabilitas instrumen


- Menetapkan soal yang dapat digunakan untuk pengambilan data
2. Pelaksanaan pengumpulan data
- Guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar
- Mengadakan posttest
3. Pengolahan data hasil penelitian

21

Memberikan skor pada masing-masing sampel


Analisis data hasil penelitian (uji hipotesis hasil penelitian)
Menarik kesimpulan
3.7 Teknik Analisis Data
3.7.1
Uji Hipotesis
Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan positif antara manajemen

diri (Self Management) dengan hasil belajar matematika siswa SMA Negeri 1
Kuala Pembuang, maka dalam penelitian ini digunakan teknik analisis
korelasional. Teknik analisis korelasional yang digunakan adalah teknik korelasi
product moment. Teknik korelasi product moment adalah salah satu teknik untuk
mencari korelasi antar dua variabel yang sering digunakan.
Secara operasional analisis data dilakukan melalui 2 (dua) tahap, yaitu:
Mencari angka korelasi dengan rumus dan memberikan interpretasi terhadap
angka indeks korelasi r product moment.
1. Mencari Angka Korelasi dengan Rumus
Rumus yang dipergunakan adalah:
2

X 2 ( X )
N

2
2
Y ( Y )
N

N XY ( X )( Y )
r xy =

(Sudijono, 2008: 206)

Keterangan:
r xy = angka indeks korelasi r product moment
N

= number of cases
XY =
jumlah hasil perkalian anatara skor X dan skor Y

X =
Y =

jumlah seluruh skor X


jumlah seluruh skor Y

2. Memberikan Interpretasi Terhadap Angka Indeks Korelasi r Product


Moment
22

Interpretasi kasar atau sederhana yaitu dengan mencocokan perhitungan


dengan angka indeks korelasi r korelasi product moment, seperti yang
dikemukakan oleh Sudijono (2008:193):
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai "r"
Besarnya "r" Product
Moment
r
( xy )

0,00 - 0,20

0,20 - 0,40
0,40 - 0,70
0,70 - 0,90
0,90 - 1,00

Interpretasi
Antara variabel X dan variabel Y memang
terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu
sangat lemah atau sangat rendah sehingga
korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada
korelasi antara variabel X dan variabel Y).
Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang lemah atau rendah.
Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang sedang atau cukupan.
Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang kuat atau tinggi.
Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.

Interpretasi menggunakan tabel nilai "r" product moment (

rt

), dengan

terlebih dahulu mencari derajat besarnya (db) atau degress of freedom (df)
seperti yang dikemukakan oleh Sudijono (2008:194) :
df = N nr
Keterangan:
df : Degrees of Freedom
N : Number of Cases
Nr : Banyaknya variabel (manajemen diri dan hasil belajar matematika)
3.8 Uji Persyaratan Analisis
3.8.1
Uji Normalitas
Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data hasil
penelitian terdistribusi secara normal. Uji normalitas yang digunakan dalam

23

penelitian ini adalah uji chi-kuadrat. Rumus uji Chi-Kuadrat (chi-square) tersebut
adalah:
k

x =
2

i=1

( f o f h )

( Sugiyono, 2007: 104)

fh

Keterangan :
x 2 = Chi-Kuadrat
f o= Frekuensi yang diobservasi
f h = Frekuensi yang diharapkan
Adapun hipotesis dari uji normalitas adalah:
H o : sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal.
H a : sampel tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal.
Kriteria penilaian adalah membandingkan nilai

x2

hitung dengan

x2

tabel pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan dk(n-1) yaitu:


x 2hitung x 2tabel , maka

Ho

Jika harga

bahwa data mengikuti distribusi normal.


2
2
Ho
Jika harga x hitung > x tabel , maka

diterima dan

ditolak dan

Ha

Ha

ditolak berarti

diterima berarti

data tidak mengikuti distribusi normal.


3.8.2
Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah antara kelompokkelompok sampel benar-benar homogen atau tidak. Homogenitas dilihat dari
kesamaan varian antara masing-masing sampel. Adapun rumus untuk menghitung
varian adalah sebagai berikut:
2

( X i X )
s=
2

( n1 )

Dimana:

24

(Sugiyono, 2007: 50)

s 2= varian populasi
x i= data kelompok ke-i
x= rata-rata
n= besar sampel
2
Dari masing-masing kelompok dihitung nilai variannya ( s 1

dan

s 22 ).

Setelah diperoleh nilai variannya, untuk menguji homogenitas digunakan uji F.


Apabila varian yang diperoleh adalah sama maka disimpulkan kelompokkelompok sampel adalah homogen. Rumus yang digunakan adalah Rumus Fisher,
yaitu :
F=

varianterbesar
varianterkecil

(Sudjana, 2005: 250)

Adapun hipotesis dari uji homogenitas adalah:


H o : sampel berasal dari populasi yang homogen.
H a : sampel berasal dari populasi yang tidak homogen.
Harga

Fhitung

tersebut kemudian dibandingkan dengan

Ftabel

, dengan

dk pembilang dan dk penyebut (n-1), dan taraf signifikan 5% dengan kriteria


pengujian sebagai berikut:
o Jika harga Fhitung F tabel

, maka

Ho

diterima dan

kedua data homogen.


o Jika harga Fhitung > F tabel

, maka

Ho

ditolak dan

kedua data tidak homogen.

25

Ha

Ha

ditolak berarti

diterima berarti

Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Matematika. Jakarta: Bumi Aksara.
_________. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Jakarta: Rineka Cipta.
Bahat, H.S. 2008. Manajemen tenaga pendidikan. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Hudojo, Herman. 1990. Strategi Mengajar belajar Metematika. Malang: IKIP
Malang
Kurniawati, D. 2009. Matematika Sebagai Bahasa. dari Http://mymathmath.blogspot.com/2009/01/20/matematika-sebagai-bahasa/. Diakses pada
tanggal 12 Mei 2011.
Nazir, M. 2005. Metode penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Roestiyah, N.K. 1986. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina Aksara.
Ruseffendi, E.T. 1998. Pengajaran Matematika Modern. Jakarta: Depdikbud.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar statistik pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sudjana, N. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
_________. 1991. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah: Makalah-Skripsi-TesisDisertasi. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
_________. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
_________. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Rosdakarya:
Bandung.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.
. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sujono. 1998. Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta:
Depdikbud.
Sutanto, Raymond. 2011. Manajemen. dari Http://Id.Wikipedia.org/wiki/
Manajemen/2011/05/18/manajemen/. Diakses pada tanggal 20 Mei 2011.
26

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi belajar. Jakarta: Rajawali Pers.


Tim Penyusun. 2007. Pedoman Penulian Skripsi. Tidak diterbitkan. Palangkaraya:
FKIP Universitas Palangkaraya.

27

Anda mungkin juga menyukai