Anda di halaman 1dari 126

1

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Dalam produksi jumlah produk suatu perusahaan merupakan inti dari proses

produksi. Produksi yang berlebihan dapat menyebabkan kerugian pada perusahaan karena
merupakan pemborosan sumber daya baik tenaga kerja maupun material. Selain itu
produksi yang berlebihan juga membuat perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk
menyimpan kelebihan produksi tersebut (storage), barang yang terlalu lama disimpan di
gudang juga harus dirawat agar tidak rusak, dan biaya terkait faktor produksi lain.
Sebaliknya jika produksi terlalu sedikit maka perusahaan juga akan mengalami kerugian
karena akan ada permintaan/demand yang tidak terpenuhi sehingga menyebabkan
kehilangan penjualan dan tentu mengurangi keuntungan yang seharusnya dapat diperoleh
perusahaan.
PT Thumbtams One Indonesia yang bergerak di bidang manufaktur, yakni proses
produksi Tamiya 4WD. PT Thumbtams One Indonesia sebagai perusahaan yang masih baru
perlu memperhatikan segala aspek yang berhubungan dengan produktivitas dan efisiensi
proses produksi. Oleh karena itu, perencanaan kebutuhan material pada lantai produksi
merupakan hal yang penting untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan
agar dapat memenuhi demand dan meningkatkan keuntungan perusahaan
Permasalahan dalam menentukan jumlah material yang tepat material sangat sering
dijumpai dalam dunia nyata. Solusi atas permasalahan yang terkait proses produksi ini
merupakan kebijakan perusahaan. Kebijakan perusahaan disini diharapkan merupakan
kebijakan yang optimal dalam perencanaan produksi dan manejemen persediaan dan
didasarkan pada ukuran pemesanan agar biaya yang digunakan seminimal mungkin. Maka
dari itu perencanaan agregat yang akan dibuat akan meminimumkan biaya total dalam
memenuhi permintaan yang diramalkan. Perencanaan Produksi dan kebutuhan material
untuk menjamin kelancaran proses produksi. Dalam pembuatan agregat ini juga harus

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

2
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

memperhatikan sumber daya manusia dan sumber daya faktor produksi agar digunakan
dengan produktif.
Oleh karena itu diperlukan sebuah perencanaan produksi dan kebutuhan material
dengan menggunakan metode agregat dan teknik disagregasi yang ada guna mendapatkan
perencanaan kebutuhan material yang baik dan tepat agar PT Thumbtams One Indonesia
dapat menjalankan proses bisnis dengan baik dan dapat memenuhi demand dengan biaya
produksi seminimal mungkin sehingga keuntungan perusahaan semakin meningkat.

1.2

Perumusan Masalah
Permasalahan yang dihadapi PT Thumbtams One Indonesia adalah melakukan

perencanaan produksi dan kebutuhan material berdasarkan data-data yang diperoleh dari
praktikum pada modul sebelumnya. Perencanaan produksi ini dibuat dengan menentukan
Perencanaan Agregat yang meliputi jumlah yang harus diproduksi, bagaimana kebijakan
produksi dilakukan, dan kapan produksi dilakukan untuk memenuhi jumlah yang harus
diproduksi pada periode tertentu. Hasil dari perencanaan agregat tersebut kemudian di
disagregasi untuk menyusun Jadwal Induk Produksi. Perencanaan kebutuhan material
meliputi penentuan jumlah kebutuhan komponen yang diperlukan dalam memproduksi
produk, pembelian material/bahan baku/komponen dengan termasuk metode lotting dengan
memperhatikan kebutuhan, tingkat inventory dan lead time.
1.3

Tujuan Penulisan
Tujuan praktikum Perancangan Keseimbangan Lintasan pada Lantai Produksi adalah:

1. Praktikan mampu menyusun rencana agregasi produk


2. Praktikan dapat mengaplikasikan teknik disagregrasi yang ada untuk menyusun
Jadwal Induk Produksi (JIP).
3. Praktikan dapat membuat perencanaan kapasitas kasar untuk menyesuaikan JIP
dengan kapasitas produksi yang ada.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

3
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

4. Praktikan mengetahui dan mampu menggunakan metode perencanaan kebutuhan


material yang ada
5. Praktikan mampu memvalidasi MRP dengan metode CRP
1.4

Pembatasan Masalah dan Asumsi


Pembatasan masalah yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Perencanaan kebutuhan material hanya untuk PT Thumbtams One Indonesia.
2. Metode agregasi yang digunakan adalah transportasi land.
3. Teknik disagregasi yang digunakan adalah Cut and Fit.
4. Metode perancangan kapasitas yang digunakan adalah: RCCP & CRP.
5. Metode lotting yang digunakan adalah: LFL, EOQ, FOQ, dan lain-lain.
6. Software yang digunakan untuk memvalidasi perhitungan manual adalah
WinQSB.
7. Horizon waktu MRP adalah 12 periode (12 minggu/Trikulum)

1.5

Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang disusun dalam laporan praktikum Perencanaan Produksi

dan Kebutuhan Material ini adalah sebagai berikut :


BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, Perumusan masalah, tujuan penulisan, pembatasan
masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II DASAR TEORI
Berisi tentang dasar teori yang menyangkut masalah-masalah yang berhubungan
dengan Perencanaan Agregat (Aggregate Planning), Jadwal Induk Produksi (JIP)
dan MRP.
BAB III METODE PENELITIAN
Berisi tentang metodologi/alur dari penelitian beserta penjelasannya.
BAB IV PENGOLAHAN DATA

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

4
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Berisi tentang data yang digunakan sebagai input dalam praktikum dan pengolahan
data tersebut antara lain perhitungan dengan Win QSB maupun manual aggregate
planning, biaya produksi, JIP, dan MRP
BAB V ANALISA
Berisi tentang analisa yang dilakukan terhadap hasil pengolahan data yang
dilakukan pada bab sebelumnya. Terdiri dari analisa Agregat Planning, analisa
Jadwal Induk Produksi(JIP/MPS), analisa hasil validasi menggunakan metode
RCCP,analisis MRP dan analisis CRP
BAB VI PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

5
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
1

Perencanaan dan Pengendalian Produksi


Produksi adalah suatu proses pengubahan bahan

baku

menjadi

produk

jadi.

Sedangkan sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk pembuatan suatu produk,
dimana didalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan baku, mesin, energi,
informasi, modal, dan tindakan manajemen. Sistem produksi bertujuan untuk
merencanakan dan mengendalikan produksi agar lebih efektif, produktif, dan optimal.
Production Planning and Control merupakan aktivitas dalam sistem produksi. Proses
produksi adalah aktivitas bagaimana membuat produk jadi dari bahan baku yang
melibatkan mesin, energi, pengetahuan teknis, dan lain-lain. Perencanaan dan Pengendalian
Produksi (PPC) adalah aktivitas bagaimana mengelola proses produksi tersebut. Berikut
merupakan fungsi dan tujuan dari perencanaan dan pengendalian produksi (Baroto, 2002).
Mengusahakan agar perusahaan dapat berproduksi secara efisien dan efektif.
Mengusahakan agar perusahaan dapat menggunakan modal seoptimal mungkin.
Mengusahakan agar pabrik dapat menguasai pasar yang luas.
Untuk dapat memperoleh keuntungan yang cukup bagi perusahaan.
2

Agregate Planning
Perencanaan agregat adalah perencanaan yang dibuat untuk memenuhi total

permintaan dari seluruh elemen produksi dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
Perencanaan agregat menentukan jumlah dan kapan produksi akan dilangsungkan dalam
waktu dekat dimana manajemen operasi berusaha menentukan cara terbaik untuk
memenuhi permintaan dengan menyesuaikan tingkat produksi, kebutuhan kerja, persediaan,
overtime, subkontrak, dan aspek lainnya yang dapat dikendalikan. Perencanaan agregat
merupakan kegiatan perencanaan mengenai pegawai, bahan baku, mesin, dan modal yang
diperlukan untuk memproduksi produk pada suatu periode tertentu di masa depan sesuai
dengan estimasi permintaan pasar. Kegiatan ini dilakukan sebelum melaksanakan proses
produksi untuk menghindari adanya kelebihan produk yang dapat mengakibatkan

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

6
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

banyaknya produk yang menumpuk di gudang yang pada akhirnya dapat mengakibatkan
pemborosan atau kerugian. Perencanaan agregat ( agregat planning) juga dikenal sebagai
penjadwalan agregat adalah suatu pendekatan yang biasanya dilakukan oleh para manajer
operasi untuk menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah ( biasanya
antara 3 hingga 12 bulan ke depan). Perencanaan agregat dapat digunakan dalam
menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang diprediksi dengan
menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerja lembur,
tingkat subkontrak dan variable lain yang dapat dikendalikan. Keputusan penjadwalan
menyangkut perumusan rencana bulanan dan kuartalan yang mengutamakan masalah
mencocokkan produktifitas dengan permintaan yang fluktuatif. Oleh karenanya
perencanaan agregat termasuk dalam rencana jangka menengah.
1

Fungsi dan Tujuan Agregate Planning


Berikut merupakan fungsi dan tujuan dari perencanaan produksi agregat (Taha,

1996) :
- Mengatur strategi produksi
- Memproduksi sesuai demand
- Memproduksi pada kegiatan konstan
- Menentukan kebutuhan sumber daya yang meliputi tenega kerj, material, fasilitas,
2

peralatan, dan dana


Menjadi langkah awal bagi seluruh kegiatan produksi
Strategi Agregate Planning
Berikut merupakan strategi dalam agregate planning (Anis,dkk. 2007):

Srategi Murni

Strategi yang disusun dengan hanya memanipulasi salah satu variabel. Strategi inii terdiri
dari dua golongan yakni :
(1) Pilihan kapasitas dimana perusahaan berusaha untuk mengubah permintaan tetapi untuk
menyerap fluktuasi dalam permintaan
(2) Pilihan permintaan, di mana perusahaan berusaha untuk memuluskan perubahan pola
permintaan selama periode perencanaan.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

7
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Beberapa tipe strategi yang termasuk strategi murni adalah sebagai berikut.Tipe
Strategi Pilihan Kapasitas. Sebuah perusahaan dapat menentukan pilihan kapasitas dasar
(produksi) berikut:
-

Mengubah tingkat persediaan. Para manajer dapat meningkatkan persediaan selama


perioda permintaan rendah untuk memenuhi permintaan yang tinggi di masa datang.
Jika strategi tersebut dipilih, maka biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan,
asuransi, penanganan, keusangan, pencurian, dan modal yang diinvestasikan akan
meningkat. Biaya-biaya tersebut pada umumnya berkisar 15% hingga 40% dari nilai
sebuah barang setiap tahunnya. Pada sisi lain, ketika perusahaan memasuki masa di
mana permintaan terus meningkat, maka kekurangan yang terjadi dapat mengakibatkan
penjualan yang hilang disebabkan lead-time yang lebih panjang dan pelayanan
pelanggan yang lebih buruk.

Meragamkan ukuran tenaga kerja dengan cara mengkaryakan atau memberhentikan.


Salah satu cara untuk memenuhi permintaan adalah dengan mengkaryakan atau
memberhentikan para pekerja untuk menyesuaikan tingkat produksi. Bagaimanapun,
sering karyawan baru memerlukan pelatihan, dan rata-rata produktivitas menurun
untuk sementara sehingga mereka menjadi terbiasa. Pemberhentian atau PHK, tentu
saja, menurunkan moral semua pekerja dan dapat mendorong ke arah produktivitas
yang lebih rendah.

Meragamkan tingkat produksi melalui lembur atau waktu kosong. Terkadang tenaga
kerja dapat dijaga tetap konstan dengan meragamkan waktu kerja yang bermacammacam, mengurangi banyaknya jam kerja ketika permintaan rendah dan menambah
jam kerja pada saat permintaan naik. Sekalipun begitu ketika permintaan sedang tinggi,
terdapat keterbatasan seberapa banyak lembur yang dapat dilakukan. Upah lembur
memerlukan lebih banyak uang, dan terlalu banyak lembur dapat membuat titik
produktivitas pekerja secara keseluruhan merosot. Lembur juga dapat menyiratkan
naiknya biaya overhead yang diperlukan untuk menjaga agar fasilitas dapat tetap

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

8
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

berjalan. Pada sisi lain, pada saat permintaan menurun, perusahaan harus menyerap
waktu kosong pekerjayang biasanya merupakan proses yang sulit.
Subkontrak. Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas sementara dengan

melakukan subkontrak pekerjaan selama perioda permintaan tinggi. Bagaimanapun,


subkontrak, memiliki beberapa kekurangan. Pertama, mungkin mahal; kedua,
membawa risiko dengan membuka pintu klien bagi pesaing. Ketiga, seringkali susah
mendapatkan pemasok subkontrak yang sempurna, yang selalu dapat mengirimkan
produk bermutu tepat waktu.
Penggunaan karyawan paruh waktu. Karyawan paruh waktu dapat mengisi

kebutuhan tenaga kerja tidak terampil.


b

Mixed strategies

Mixed strategy melibatkan 2 atau lebih variabel yang dapat dikontrol untuk mencapai
rencana yang feasibel, misalnya dengan menggunakan kombinasi antara jam lembur,
subkontrak, dan pemerataan persediaan sebagai strategi mereka.
3
1

Biaya dalam Agregat Planning


Biaya-biaya yang terlibat dalam perencanaan agregat adalah (Nasution, 1999) :
Hiring Cost (ongkos penambahan tenaga kerja).
Penambahan tenaga kerja menimbulkan ongkos-ongkos untuk iklan, proses seleksi,
dan training. Ongkos training merupakan ongkos yang besar apabila tenaga kerja

yang direkrut adalah tenaga kerja baru yang belum berpengalaman.


Hiring Cost (ongkos pemberhentian tenaga kerja).
Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya permintaan
akan produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi menurun secara drastis.
Pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan uang pesangon
bagi karyawan yang di-PHK, menurunkan moral kerja dan produktivitas karyawan
yang masih bekerja, dan tekanan yang bersifat social.

Overtime Cost dan Undertime Cost (ongkos lembur dan menganggur).

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

9
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output produksi, tetapi


konsekuensinya perusahaan harus mengeluarkan ongkos tambahan lembur yang
biasanya 150 % dari ongkos kerja regular. Di samping ongkos tersebut, adanya
lembur biasanya akan memperbesar tingkat absent karyawan karena capek.
Kebalikan dari kondisi di atas adalah bila perusahaan mempunyai kelebihan tenaga
kerja dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan
produksi. Tenaga kerja berlebih ini kadang-kadang bisa dialokasikan untuk kegiatan
lain yang produktif meskipun tidak selamanya efektif. Bila tidak dapat dilakukan
alokasi yang efektif, maka perusahaan dianggap menanggung ongkos menganggur
yang besarnya merupakan perkalian antara jumlah jam kerja yang tidak terpakai
4

dengan tingkat upah dan tunjangan lainnya.


Inventory Cost dan Backorder Cost (ongkos persediaan dan ongkos kehabisan
persediaan).
Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan permintaan pada
saat-saat tertentu. Konsekuensi dari kebijaksanaan persediaan bagi perusahaan
adalah timbulnya ongkos penyimpanan (inventory cost/holding cost) yang berupa
ongkos tertahannya modal, pajak, asuransi, kerusakan bahan, dan ongkos sewa
gudang. Kebalikan dari kondisi di atas, kebijaksanaan tidak mengadakan persediaan
seolah-olah menguntungkan, tetapi sebenarnya dapat menimbulkan kerugian dalam
bentuk ongkos kehabisan persediaan. Ongkos kehabisan persediaan ini dihitung
berdasarkan berapa permintaan yang datang tetapi tidak dapat dilayani karena
barang yang diminta tidak tersedia. Kondisi ini pada system MTO (Make To Order
= Memproduksi berdasarkan pesanan) akan mengakibatkan jadwal penyerahan
order terlambat, sedangkan pada sistem MTS (Make To Stock = Memproduksi untuk
memenuhi persediaan) akan mengakibatkan beralihnya pelanggan pada produk lain.
Kekecewaan pelanggan karena tidak tersedianya barang yang diinginkan akan
diperhitungkan sebagai kerugian bagi perusahaan, dimana kerugian tersebut akan
dikelompokkan sebagai ongkos kehabisan persediaan. Ongkos kehabisan persediaan

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

10
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

ini sama nilainya dengan ongkos pemesanan kembali bila konsumen masih bersedia
5

menunggu.
Subcontract Cost (Ongkos Subkontrak)
Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas regular, biasanya perusahaan
mensubkontrakkan kelebihan permintaan yang tidak bisa ditanganinya sendiri
kepada perusahaan lain. Konsekuensi dari kebijaksanaan ini adalah timbulnya
ongkos subkontrak, dimana biasanya ongkos mensubkontrakkan ini lebih mahal
dibandingkan memproduksi sendiri dan adanya resiko terjadinya keterlambatan
penyerahan dari kontraktor.

Satuan Agregate
Satuan agregat adalah satuan yang dapat mewakili berbagai macam produk

sehingga total kebutuhan untuk produk-produk tersebut dapat dibandingkan dengan


kapasitas fasilitas produksi yang tersedia. Dalam hal penyusunan jadwal induk produksi
perlu diingat bahwa penggunaan suatu fasilitas produksi memiliki dampak ongkos yang
sama dan sukar untuk dibedakan tiap produk yang menggunakan fasilitas produksi tersebut.
Satuan agregat akan mewakili agregasi seluruh item produk sehingga permintaan total
untuk kebutuhan selama satu kurun waktu perencanaan dapat dihitung (Siswanto, 2007).
5

Metode Agregate
Menurut Sukendar, Kristomi 2008 Metode metode perencanaan agregat adalah

metode heuristik (trial and error) dan metode optimasi:


1. Metode heuristic (trial and error)
Berikut ini adalah 5 tahapan dalam metode pembuatan Metode heuristik :
Tentukan permintaan pada setiap periode
Tentukan berapa kapasitas pada waktu waktu biasa, waktu lembur, dan tindakan
Subkontrak pada setiap periode.
Tentukan biaya tenaga kerja, biaya pengangkatan dan pemberhentian tenaga kerja, serta
biaya penambahan persediaan.
Pertimbangan kebijakan perusahaan yang dapat diterapkan pada para pekerja dan tingkat
persediaan.
Kembangkan rencana rencana alternatif dan amatilah biaya totalnya.
Beberapa metoda Heuristik antara lain :
Metode pengendalian tenaga kerja
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro

11
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Pada metode ini, jumlah yang diproduksi pada periode pertama diinisialkan sebesar demand
pada periode pertama. Jika demand pada periode berikutnya mengalami kenaikan, maka
akan dilakukan penambahan kapasitas. Jika pada periode berikutnya demand mengalami
penurunan, maka produksi akan diturunkan sebesar demandnya.
Metode pengendalian persediaan
Metode ini menerapkan tingkat produksi sebesar permintaan rata ratanya . jika jumlah
produksi lebih besar, maka kelebihannya akan akan disimpan sebagai persedian. Jika
kondisi yang terjadi sebaliknya maka persediaan akan dikeluarkan untuk memenuhi
permintaan. Selanjutnya akan dievaluasi apakah selama masa
perencanaan tetap akan terjadi kekurangan. Jika masih ada kekurangan, maka bagian
produksi harus menyesuaikan persediaan awalnya sebesar maksimal kekurangan yang
terjadi selama masa periode perencanaan tersebut. Sehingga, tidak akan terjadi kekurangan
pada suatu periode. Kelemahan metode ini yaitu biaya persediaan yang
membengkak.
Metode pengendalian subkotrak
Metode ini berproduksi pada tingkat demand yang paling kecil selama periode
perencanaan. Apabila pada suatu periode demand lebih besar dibandingkan tingkat
produksi, maka akan dilakukan SubKontrak.
Metode campuran
Pada metode campuran, tingkat produksi pada tingkat diset berdasarkan kondisi actual.
Tingkat produksi ini ditentukan berdasarkan jumlah lintasan produksi atau mesin, jumlah
hari kerja, tingkat efisiensi, tingkat utilitas mesin dan jumlah shiftnya. Apabila terjadi
kelebihan akan disimpan, jika kekurangan akan dilakukan over time untuk menaikkan
kapasitas. Kenaikan kapasitas maksimal sebesar 25% dari kapasitas reguler. Jika masih
kekurangan diperbolehkan melakukan SubKontrak. Jadi pada metode ini, variabel yang
dikendalikan tidak hanya satu variabel produksi, tetapi bisa lebih dari 2 variabel produksi.
2. Metode optimasi
Perencanaan agregrat dapat digunakan menggunakan metode optimasi yang terdiri atas
model programa linier dan model transportasi land. Metode ini mengijinkan penggunaan
produksi reguler, overtime, inventory, back order, dan Subkontrak. Hasil perencanaan yang
diperoleh dapat dijamin optimal dengan asumsi optimistik bahwa tingkat produksi (yang
dipengaruhi hiring dan training pekerja) dapat
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro

12
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

dirubah dengan cepat. Agar metode ini dapat diaplikasikan, kita harus memformulasikan
persoalan perencanaan ageregat sehingga :
kapasitas tersedia (supply) dinyatakan dalam kg yang sama dengan kebutuhan (demand).
total kapasitas horizon perencanaan harus sama dengan total peramalan kebutuhan. Bila
tidak sama, kita gunakan variabel dummy sebanyak jumlah selisih tersebut dengan kg
cost nol.
semua hubungan biaya merupakan hubungan linier.
a) Model progama linier
Program linier dapat digunakan sebagai alat perencanaan agregat. Model ini dibuat karena
avaliditas pendekata koefisien manajemen sukar dipertanggungjawabkan. Asumsi model
programa linier adalah :
Tingkat permintaan (Dt) diketahui dan diasumsikan determistik
Biaya variabel variabel ini bersifat linier dan variabel variabel tersebut dapat
berbentuk bilangan riil
Batas atas dan bawah jumlah produksi dan inventory mempresentasikan batasan kapasitas
dan space yang bisa dipakai. Asumsi ini sering kali menyebabkan model
program linier kurang realistis jika diterapkan. Misalnya variabel berbentuk bilangan riil,
sementara itu pada kenyataannya nilai variabel variabel tersebut adalah bilangan bulat.
Tujuan dari formulasi program linier adalah meminimasi ongkos total yang berbentuk linier
terhadap kendala kendala linier.
b) Model transportasi
Untuk kepentingan yang lebih efisien, bigel mengusulkan model perencanaan produksi
agregat dengan menggunakan teknik transport shipment problem (TSP). Model ini
dilakukan dengan menggunakan bantuan tabel transportasi. Untuk memudahkan proses
perencanaan agregat, metode ini dibantu dengan supply demand, dimana baris menandakan
alternatif kapasitas yang ada dan kolom menunjukkan demand yang harus dipenuhi. Pada
setiap cell, terdapat biaya untuk masing masing alternatif kapasitas.
Menurut Harjanto (2008,p199) Beberapa metode yang dikenal dalam perencanaan
agregat antara lain: pendekatan intuitif, manajemen menggunakan rencana yang sama dari
tahun ke tahun.
6

Langkah Agregate Planning


Langkah-langkah dalam perencanaan agregat adalah sebagai berikut (Baroto, 2002):

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

13
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

1. Input hasil peramalan, kapasitas mesin dan tenaga kerja, jam kerja, dan lain-lain.
2. Ubah seluruh variabel menjadi satu satuan ukuran.
3. Tentukan kebijaksanaan perusahaan dan pilih satu atau beberapa strategi
perencanaan.
4. Tentukan model mana yang akan dipakai sesuai kriteria ongkos terendah.
7

Biaya Pada Aggregate Planning


Biaya-biaya yang terlibat dalam perencanaan agregat adalah:
1. Hiring Cost (ongkos penambahan tenaga kerja)
Penambahan tenaga kerja menimbulkan ongkos-ongkos untuk iklan, proses seleksi,
dan training. Ongkos training merupakan ongkos yang besar apabila tenaga kerja
yang direkrut adalah tenaga keja baru yang belum berpengalaman.
2. Layoff Cost (ongkos pemberhentian tenaga kerja)
Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya permintaan
akan produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi menurun secara drastis.
Pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan uang pesangon
bagi karyawan yang di-PHK, menurunkan moral kerja dan produktivitas karyawan
yang masih bekerja, dan tekanan yang bersifat social.
3. Overtime Cost dan Undertime Cost (ongkos lembur dan ongkos menganggur)
Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output produksi, tetapi
konsekuensinya perusahaan harus mengeluarkan ongkos tambahan lembur yang
biasanya 150 % dari ongkos kerja regular. Di samping ongkos tersebut, adanya
lembur biasanya akan memperbesar tingkat absent karyawan karena capek.
Kebalikan dari kondisi di atas adalah bila perusahaan mempunyai kelebihan tenaga
kerja dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan
produksi. Tenaga kerja berlebih ini kadang-kadang bisa dialokasikan untuk kegiatan
lain yang produktif meskipun tidak selamanya efektif. Bila tidak dapat dilakukan
alokasi yang efektif, maka perusahaan dianggap menanggung ongkos menganggur
yang besarnya merupakan perkalian antara jumlah jam kerja yang tidak terpakai
dengan tingkat upah dan tunjangan lainnya.
4. Inventory Cost dan Backorder Cost (ongkos persediaan dan ongkos kehabisan
persediaan)

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

14
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan permintaan pada


saat-saat tertentu. Konsekuensi dari kebijaksanaan persediaan bagi perusahaan
adalah timbulnya ongkos penyimpanan (inventory cost/holding cost) yang berupa
ongkos tertahannya modal, pajak, asuransi, kerusakan bahan, dan ongkos sewa
gudang. Kebalikan dari kondisi di atas, kebijaksanaan tidak mengadakan persediaan
seolah-olah menguntungkan, tetapi sebenarnya dapat menimbulkan kerugian dalam
bentuk ongkos kehabisan persediaan. Ongkos kehabisan persediaan ini dihitung
berdasarkan berapa permintaan yang datang tetapi tidak dapat dilayani karena
barang yang diminta tidak tersedia. Kondisi ini pada system MTO (Make To Order
= Memproduksi berdasarkan pesanan) akan mengakibatkan jadwal penyerahan
order terlambat, sedangkan pada sistem MTS (Make To Stock = Memproduksi
untuk memenuhi persediaan) akan mengakibatkan beralihnya pelanggan pada
produk lain. Kekecewaan pelanggan karena tidak tersedianya barang yang
diinginkan akan diperhitungkan sebagai kerugian bagi perusahaan, dimana kerugian
tersebut akan dikelompokkan sebagai ongkos kehabisan persediaan. Ongkos
kehabisan persediaan ini sama nilainya dengan ongkos pemesanan kembali bila
konsumen masih bersedia menunggu.
5. Subcontract Cost (Ongkos Subkontrak)
Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas regular, biasanya perusahaan
mensubkontrakkan kelebihan permintaan yang tidak bisa ditanganinya sendiri
kepada perusahaan lain. Konsekuensi dari kebijaksanaan ini adalah timbulnya
ongkos subkontrak, dimana biasanya ongkos mensubkontrakkan ini lebih mahal
dibandingkan memproduksi sendiri dan adanya resiko terjadinya keterlambatan
penyerahan dari kontraktor.
3 RRP
Perencanaan kebutuhan sumber daya merupakan tingkat perencanaan tertinggi
dalam hirearki perencanaan kapasitas. Perhitungan jumlah stasiun kerja ini mengunakan
rumus:
jumlah stasiun kerja=

total demand waktu baku


jumlah hari kerja jam kerja /hari ........................(2.x)

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

15
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Kapasitas RT (jam) = hari kerja x jam kerja x stasiun kerja


Kapasitas OT (jam) = 25% x RT
Kapasitas RT (unit) = kapaitas RT (jam) x (3600/Wb)
Kapasitas OT (unit) = kapaitas OT (jam) x (3600/Wb)
Menurut Narasimban langkah-langkah RRP meliputi :
1. Memperoleh rencana produksi dari agregat planning
2. Menentukan struktur produk
3. Menemukan Bill of Resources
4. Menghitung kebutuhan sumber daya total
5. Mengavaluasi Rencana yang telah dilakukan
Secara umum langkah-langkah penyusunan mencakup:
1. Menenentukan sumber daya kritis apa yang akan diukur.
Contoh : labor-hours, number of workforce, total production cost, dll.
2. Menghitung kebutuhan sumber daya dengan melihat rencana produksi yang
telah disusun.
3. Menentukan Bill of Resources yang ada.
4. Membandingkan antara sumberdaya yang dibutuhkan terhadap sumberdaya
yang tersedia.
5. Apabila terjadi kekurangan sumberdaya, lakukan partnership meeting untuk
menentukan langkah yang harus diambil perusahaan.
(Modul Praktikum PTI 2016)
2.3 MPS
Master Production Schedule merupakan suatu pernyataan tentang produk
akhir dari suatu perusahaan industri manufaktur yang merencanakan memproduksi
output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu. MPS mendisagregasikan dan
mengimplementasikan rencana produksi.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

16
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Gambar 2.1. Proses Penjadwalan Induk Produksi


Sumber : Production Planning and Inventory Control (PPIC), Vincent Gaspersz,1998

2.4.1

Fungsi MPS dan Tujuan MPS


Penjadwalan produksi induk memiliki empat fungsi, yaitu:

1. Menyediakan atau memberikan input utama kepada sistem perencanaan kebutuhan


material dan kapasitas (material and capacity requirements planning = M&CRP
2. Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian (production and purchase
order) untuk item-item MPS.
3. Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas.
4. Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk (delivery
promise) kepada pelanggan.
(Hartini, 2011)
2.4.2

Input MPS
Dalam Master Production Schedule diperlukan input utama untuk menyusun jadwal
induk produksi diantaranya data permintaan, status inventori, rencana produksi, dan
data perencanaan lot.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

17
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

1. Data permintaan total merupakan salah satu sumber data bagi proses penjadwalan
produksi induk. Data permintaan total berkaitan dengan ramalan penjualan (sales
forecasts) dan pesanan-pesanan (orders).
2. Status Inventori berkaitan dengan informasi tentang on-hand inventory, stok yang
dialokasikan untuk penggunaan etrtentu (allocated stock), pesanan-pesanan
produksi dan pembelian yang dikeluarkan (released production and purchase
orders), dan firm planned orders. MPS harus mengetahui secara akurat berapa
banyak inventori yang tersedia dan menentukan berapa banyak yang harus dipesan.
3. Rencana produksi memberikan sekumpulan batasan kepada MPS. MPS harus
menjumlahkannya utnuk menentukan tingkat produksi, inventori, dan sumbersumber daya lain dalam perencanaan produksi itu.
4. Data Perencanaan berkaitan dengan aturan-aturan tentang lot-sizing yang harus
digunakan, stok pengaman (safety stock), dan waktu tunggu (lead time) dari masingmasing.
5. Informasi dari RCCP berupa kebutuhan kapasitas untuk mengimplementasikan
MPS menjadi salah satu input bagi MPS. Pada dasarnya RCCP menentukan
kebutuhan kapasitas untuk mengimplementasikan MPS, menguji kelayakan dari
MPS, dan memberikan umpan balik kepada perencana atau penyusun jadwal induk
produksi untuk mengambil tindakan perbaikan apabila ditemukan adanya
ketidaksesuaian antara penjadwalan produksi induk dan kapasitas yang tersedia.
(Gazperz,2011)
2.5

Teknik Disagregasi
Proses penerjemahan rencana agregat menjadi rencana persediaan dan penjadwalan
yang terperinci dinamakan disagregasi. JIP adalah hasil dari disagregasi yang
merinci tentang :
1. Jumlah dan waktu order produksi untuk item-item spesifik.
2. Penjadwalan pekerjaan.
3. Alokasi jangka pendek dari aktifitas produksi.
(Patra Puri, 2014)
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro

18
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

2.5.1

Metode Disagregasi
Disagregasi Metoda Britain dan Hax
Secara konseptual, Britain dan Hax menyarankan pendekatan disagregasi famili
sebagai berikut:
1. Memilih family (keluarga) produk yang akan diproduksi pada perioda yang
bersangkutan.Katakanlah bahwa suatu family i produk akan diproduksi apabila
salah satu item j dari family i tersebut memiliki syarat sebagai berikut:
Iijt-1 Dijt Ssij
Dimana :
Iijt-1 = tingkat persediaan pada akhir periode I-1 dari item j

family i.

Dijt = permintaan item j family I pada periode t.


Ssij = cadangan pengamanan item j dalam family i
2. Menentukan jumlah yang harus diproduksi tiap item dalam satu family setiap
bulannya.

Y=

........................................(2.x)

Dimana :
Y = total jumlah item dalam family yang harus dibuat.
Sc = Setup cost mesin
Kij = Faktor konversi item
Dijt = permintaan item j family I pada periode t.

Metoda Equalization of Run Out Time (EROT)


Suatu alternatif yang jelas dari metode disagregasi adalah mengalokasikan jumlah
produksi yang ditetapkan pada tingkat perencanaan agregat untuk tipe produk
dengan metode yang disebut Equalization of Run Out Time dari semua item tipe

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

19
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

produk i. Metode ini ternyata melampaui tingkat famili sebagai tahapan disagregasi.
Metode Equalization of Run Out Time (EROT) adalah metode disagregasi yang
diterapkan pada tingkat item. Metode ini identik dengan metode EROT untuk
disagregasi item, dimana teknik-teknik yang terperinci akan diuraikan pada sub bab
berikutnya, yaitu pada disagregasi item.
Metode EROT secara langsung diterapkan pada tingkat item, disini tidak
mempertimbangkan ongkos set up yang berkaitan dengan jumlah produksi famili,
yang mengharapkan bahwa prosedur disagregasi akan menghasilkan ongkos set up
yang lebih baik. Keuntungan yang mungkin terjadi pada metode EROT dengan
disagregasi langsung tipe produk kepada item-itemnya adalah terjadinya
sinkronisasi (keserempakan) yang tinggi dari sistem perencanaan produksi, serta
kesederhanaan di dalam melaksanakan sistem perencanaan bertingkat.
Adapun perumusan modelnya adalah sebagai berikut :

................(2.x)
dimana :
Zk,t = jumlah unit item k yang diproduksi
Al k = persediaan yang ada dari item k
SSk = persediaan pengaman item k
Dk = ramalan permintaan item k
K = kumpulan semua item dari tipe yang bersangkutan
Xt = jumlah produksi tipe hasil perencanaan agregasi yang dialokasikan pada itemitemnya.

Metode cut & fit

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

20
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Umumnya perusahaan mencoba berbagai variasi alokasi kapasitas produk dalam


suatu grup sampai tercapai suatu kombinasi yang memuaskan. Pendekatan semacam
ini disebut metode cut & fit.

Metode Linier Programming


Model disagregasi berupa programa linier bertujuan untuk meminimalkan biaya
total dari output, sub kontrak, inventori, backlog, hiring, layoff, overtime, dan gaji
untuk T periode.

Metode Hax & Meal


Metode ini bertujuan untuk menentukan jumlah produksi berdasarkan trade off
antara biaya simpan dengan biaya setup/pesan. Langkah pertama ialah memilih
family yang akan dimasukkan dalam rencana produksi di jadwal induk produksi.
Langkah ini dilakukan dengan membandingkan persedian produk jadi yang ada
dengan ramalan permintaan. Langakh kedua adalah menentukan berapa banyak tiap
item dalam tiap family harus diproduksi.
(Hartini, 2011)

2.5.2

Tujuan Disagregasi
Tujuan proses disagregasi ini adalah untuk men
yusun
jadwal induk produksi (JIP) setelah diketahui jadwal produksi agregatnya.
Beberapa karakteristik disagregasi, yaitu :
a. Perencanaan produksi agregat dilanjutkan dengan proses disagregasi.
b. Proses disagregasi mengembalikan rencana produksi dalam bentuk
end item.
c. Hasil dari proses ini adalah sebuah Jadwal Induk Produksi (JIP) atau Master
Production Schedule (MPS).

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

21
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

d. JIP atau MPS dipergunakan sebagai dasar untuk membuat perencanaan yang lebih
rinci (kebutuhan material; kebutuhan kapasitas dan kemudian jadwal operasi)
(Patra Puri, 2014)
2.6

MRP
Menurut Nasution (2006) MRP (Material Requirement Planning) merupakan suatu

prosedur logis, aturan keputusan dan teknik pencatatan terkomputerisasi yang dirancang
untuk menterjemahkan JIP atau MPS menjadi kebutuhan bersih atau NR (Net Requirement)
untuk semua item. Sistem MRP juga dikenal sebagai perencanaan kebutuhan berdasarkan
tahapan waktu (Time Phases Requirements Planning).
Dasar dasar penyusunan MRP yaitu :
1. MRP menurunkan permintaan terikat untuk bahan bahan baku, bahan bahan
pembantu, dan barang barang setengah jadi berdasarkan jadwal pengolahan
barang jadi.
2. MRP menetapkan jadwal pengadaan (seperti jadwal pengolahan atau pembelian)
tidak jauh menyimpang dari jadwal penggunaannya.
2.6.1

Tujuan Sistem MRP


Suatu sistem MRP pada dasarnya bertujuan untuk merancang suatu sistem yang

mampu menghasilkan informasi untuk mendukung aksi yang tepat baik berupa pembatalan
pesanan, pesan ulang, atau penjadwalan ulang. Aksi ini sekaligus merupakan suatu
pegangan untuk melakukan pembelian dan/ atau produksi. Yang menjadi tujuan utama
MRP, yaitu:
a. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat, kapan suatu pekerjaan akan
selesai (material harus tersedia) untuk memenuhi permintaan produk yang
dijadwalkan berdasarkan MPS yang direncanakan.
b. Menentukan kebutuhan minimal setiap item, dengan menentukan secara tepat
sistem penjadwalan.
c. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan, dengan memberikan indikasi kapan
pemesanan atau pembatalan suatu pesanan harus dilakukan.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

22
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

d. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah
direncanakan. Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang
dijadwalkan pada waktu yang dikehendaki, maka MRP dapat memberikan indikasi
untuk melaksanakan rencana penjadwalan ulang (jika mungkin) dengan menentukan
prioritas pesanan yang realistis. Seandainya penjadwalan ulang ini masih tidak
memungkinkan untuk memenuhi pesanan, maka pembatalan terhadap suatu pesanan
harus dilakukan.
(Nasution,1992)
2.7.2

Input dan Output Sistem MRP

Gambar 2.2 Input dan Output MRP

Input Sistem MRP adalah sebagai berikut:


a. Master Production Schedule (MPS)
Master Production Schedule (MPS) atau dikenal dengan Jadwal Induk Produksi adalah
rencana yang dibuat secara spesifik untuk menentukan pembuatan suatu item (produk
akhir). Kegunaan JIP (Jadwal Induk Produksi/MPS) diantaranya adalah menjadwalkan
pesanan dan pembelian sebagai landasan untuk penentuan janji kepada para pelanggan,
serta dapat menyesuaikan kebutuhan sumber daya yang kita miliki.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

23
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

MPS menunjukkan jumlah produk jadi (finished proudct atau end item, yaitu bentuk
produk yang dijual kepada konsumen) yang akan diproduksi pada setiap perioda selama
horison perencanaan. MPS merupakan disagregasi dari suatu Rencana Agregat. MPS
berada dalam bentuk produk individual (individual item), sedangkan Rencana Agregat
berada dalam bentuk famili produk (product family). Rencana Agregat sendiri merupakan
strategi yang dipilih oleh perusahaan dalam pemenuhan permintaan konsumen setelah
memperhatikan kendala yang dimiliki perusahaan; permintaan konsumen terhadap suatu
product family (yang dijadikan sebagai basis bagi perencanaan agregat) ditentukan melalui
peramalan (forecasting).

MPS menentukan prosedur MRP dengan jadwal pemenuhan produk jadi.


MPS menunjukkan jumlah produksi bukan demand.
MPS bisa merupakan kombinasi antara pesanan langsung konsumen dan peramalan

demand.
MPS menunjukkan jumlah yang harus diproduksi, bukan jumlah yang bisa

diproduksi.
b. Bill of Material (BOM)
Bill of Material (BOM) adalah struktur produk menggambarkan informasi mengenai
material, komponen dan subrakit yang dibutuhkan untuk pembentukan atau perakitan
(assembling) suatu produk jadi. Istilah lain dari Bill Of Material (BOM) adalah Struktur
Produk. Struktur produk berisi informasi tentang hubungan antara komponen- komponen
dalam suatu perakitan.
c. Catatan Persediaan
Status persediaan menjelaskan informasi mengenai jumlah persediaan yang ada yang
dapat digunakan untuk memenuhi GR. Seringkali juga diinformasikan sejumlah part yang
dinyatakan teralokasi (allocated), yaitu part yang berada sebagai inventory tetapi tidak bisa
digunakan untuk memenuhi GR karena telah dicadangkan bagi pemakaian lain. Di samping
itu, status persediaan juga berisi informasi mengenai jumlah order yang sedang dikerjakan
(on order) di lantai pabrik serta informasi mengenai lead time dari setiap part atau
komponen. Lead time adalah tenggang waktu yang dibutuhkan sejak saat mulai produksi

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

24
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

(atau pemesanan) sampat saat selesai produksi (atau kedatangan pesanan). Catatan keadaan
persediaan menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan, untuk keperluan
MRP catatan keadaan persediaan harus akurat. Hal-hal yang harus dilakukan agar agar
catatan persediaan yang ada akurat antara lain:

Penyimpanan yang baik.


Bangun dan jalankan prosedur pengambilan inventori.
Catat transaksi inventori.
Hitung secara reguler jumlah fisik inventori.
Cocokkan segera bila terjadi perbedaan antara catatan dan hasil perhitungan fisik

Output Sistem MRP adalah sebagai berikut:


Keluaran (ouput) dari perhitungan MRP adalah rencana perilisan order (order kerja
ke lantai pabrik atau order pembelian ke pemasok atau keduanya). Rencana perilisan order
menunjukkan saat suatu order akan disampaikan ke lantai pabrik dan atau ke pemasok agar
selesai atau dapat diterima pada saat diperlukan. Perilisan order (order release) ini bisa
mengharuskan perencana untuk melakukan penjadwalan ulang (reschedule) bagi order yang
telah dirilis pada horison perencanaan sebelumnya. Penjadwalan ulang adalah penyesuaian
jadwal awal yang harus dilakukan karena munculnya order baru yang berdampak pada
perubahan prioritas pekerjaan di lantai pabrik. Penjadwalan ulang ini bisa berupa
pembatalan order lama, penundaan, pencepatan penyelesaian dan sebagainya dengan tujuan
agar performansi sistem manufaktur dapat dipertahankan atau ditingkatkan.
Secara garis besar, output MRP ini dibagi dalam tiga bagian, yaitu :
a. MRP Primary Report (Laporan Utama)
Primary Report atau yang biasa dikenal dengan MRP Report, nerupakan format
laporan yang terdiri dari dua bentuk, yaitu format horizontal (dalam harian dan mingguan)
dan format vertikal (dengan waktu dalam setiap harinya).
b. Action Report (Laporan Kegiatan)

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

25
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Output ini biasa disebut dengan MRP Expection Report (laporan pengecualian),
perencanaan MRP memfokuskan perhatian langsung terhadap kebutuhan item dan
keputusan selama melakukan kegiatannya.
c. MRP Pegging Report (Laporan Penetapan MRP)
Output ini akan menyediakan sumber dari kebutuhan pada level tertinggi
selanjutnya dalam Bill of material, seperti tiap pesanan perusahaan yang dikeluarkan dari
item pada setiap kebutuhan kotor.
2.6.3

Sistem Asusmsi MRP


Sistem asumsi dalam MRP, diantaranya yaitu (Ginting, 2007):

Adanya file yang terintegrasi.


Lead time unlink semua item diketahui.
Setiap item persediaan selalu ada dalam pengendalian.
Semua komponen untuk suatu perakitan dapat disediakan pada saat perakitan

dilakukan.
Pengadaan dan pemakaian komponen bersifat diskrit.
Proses pembuatan suatu item tidak bergantung terhadap proses pembuatan item
lain.

2.7.4

Bagian-Bagian dari MRP

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

26
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Gambar 2.3 Bagian-bagian MRP

Gambar di atas menunjukkan bagan alir dari perencanaan produksi dan proses
penjadwalan dalam hubungannya dengan peran MRP. Jadwal Induk Produksi (Master
Production Scheduling, MPS) memberikan informasi tentang jadwal dari produk-produk
jadi yang harus diproduksi untuk memenuhi permintaan yang telah diramalkan. Tujuan
MRP adalah menentukan kebutuhan dan jadwal untuk pembuatan komponen-komponen
dan subassembling-subassembling atau pembelian material untuk memenuhi kebutuhan
yang telah ditetapkan sebelumnya oleh MPS.
2.6.5

Langkah-Langkah MRP
Sistem MRP memerlukan syarat pendahuluan dan asumsi-asumsi yang harus

dipenuhi. Bila syarat pendahuluan dan asumsi-asumsi tersebut telah dipenuhi, maka baru
dapat mengolah MRP. Empat langkah dasar MRP (Hartini, 2011):
1. Netting (Perhitungan Kebutuhan Bersih)

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

27
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Kebutuhan Bersih (NR) dihitung sebagai nilai dari Kebutuhan Kotor (GR) minus
Jadwal Penerimaan (SR) minus Persediaan Ditangan (OH). Kebutuhan bersih
dianggap nol bila NR lebih kecil dari atau sama dengan nol.
NR = GR SR OH.............................................(2.x)
POH = OH SS All Scrap..............................(2.x)
SS = . Z . .................................................(2.x)
OH

: On Hand, total persediaan ditangan

POH : Planned On Hand, yaitu persediaan yang siap digunakan


SS

: Safety stock, persediaan pengaman. Ditentukan berdasarkan fluktuasi

demand (), distribusi demand (Z) dan Lead time (LT)


All

: allocated, persediaan ang telah dialokasikan untuk keperluan lain

2. Lotting (Penentuan Ukuran Lot)


Langkah ini bertujuan menentukan besarnya pesanan individu yang optimal
berdasarkan hasil dari perhitungan kebutuhan bersih. Langkah ini ditentukan
berdasarkan teknik lotting/lotsizing yang tepat. Parameter yang digunakan biasanya
adalah biaya simpan dan biaya pesan. Metode yang sering dipakai adalah adalah
Lot for Lot (LFL).

3. Offsetting (Penentuan Waktu Pemesanan)


Langkah ini bertujuan agar kebutuhan komponen dapat tersedia tepat pada saat
dibutuhkan dengan memperhitungkan lead time pengadaan komponen tersebut.
4. Explosion
Langkah ini merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat item
(komponen) pada level yang lebih rendah dari struktur produk yang tersedia.
2.6.6

Teknik Penerapan Ukuran Lot


Teknik penetapan ukiiran lot dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

28
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

1. Teknik ukuran lot untuk satu tingkat (single level) dengan kapasitas tak terbatas.
Berdasarkan Diktat Kuliah Production Planning and Control, metode lotting dibagi
sebgai berikut:
a. Lot For Lot (LFL)
Merupakan teknik sizing yang paling sederhana yaitu berdasar pada ide
menyediakan persediaan sesuai dengan yang diperlukan saja, jumlah persediaan
diusahakan seminimal mungkin, sehingga sifatnya dinamis. Jadi, metode ini
bertujuan untuk meminimalisasikan biaya penyimpanan perunit sampai nol,
karena ukuran lot disesuaikan dengan kebutuhan.
Kelebihan : Metode ini tidak ada persediaan, sehingga tidak ada biaya simpan.
Kekurangan : Pada metode ini, apabila ada error yang datang tiba-tiba, dan
melebihi jumlah demand yang diperkirakan, perusahaan akan mengalami
kesulitan dalam memenuhi demand tersebut, karena perusahaan tidak
mempunyai inventori.
b. Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa persediaan bersifat kontinyu dengan
permintaan yang stabil.
EOQ=

2. S . D
..........................................................(2.x)
H

dimana:
EOQ= jumlah pembelian bahan baku yang ekonomis
S = biaya pesan setiap kali pemesanan
D = jumlah kebutuhan bahan baku untuk satu periode
H = biaya penyimpanan
Kelebihan : Merupakan teknik yang mudah yang memasukkan parameter biaya
dan teknik yang menentukan trade off antara biaya pesan, set up dan ongkos
simpan.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

29
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Kekurangan : Metode ini mengabaikan kemungkinan permintaan yang akan


datang pada MRP. Teknik ini bukan teknik eksak sehingga sering
mengakibatkan adanya sisa dari persediaan sehingga akan meningkatkan
ongkos simpan.
Perhitungan Manual :
EOQ =

2. A . S
..........................................................(2.x)
i

c. Periode Order Quantity (POQ)


Metode ini sering disebut juga dengan metode Uniform Order Cycle,
merupakan pengembangan dari metode EOQ untuk permintaan yang tidak
seragam dalam beberapa periode. Rata-rata permintaan digunakan dalam model
EOQ untuk mendapatkan rata-rata jumlah barang dalam sekali pesan. Angka ini
selanjutnya dibagi dengan rata-rata jumlah permintaan per periode dan hasilnya
dibulatkan. Angka akhir menunjukkan jumlah periode waktu yang dicakup
dalam setiap kali pemesanan. Rumus POQ sebagai berikut :
POQ =

2. S
D . H ..........................................................(2.x)

Dimana:
D = rata-rata kebutuhan
S = biaya pesan
H = biaya simpan
Kelebihan : Teknik ini menunjukkan jumlah biaya periode pemesanan
dibandingkan dengan jumlah pemesanan pada unit-unitnya.
Kekurangan : Metode ini mengabaikan kemungkinan permintaan yang akan
datang pada MRP.
d. Fixed Order Quantity (FOQ)
Dalam metoda FOQ ukuran lot ditentukan secara subjektif. Berapa besarnya
dapat ditentukan berdasarkan pengalaman produksi atau intuisi. Tidak ada
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro

30
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

teknik yang dapat dikemukakan untuk menentukan besarnya ukuran lot ini.
Kapasitas produksi selama lead time produksi dalam hal ini dapat digunakan
sebagai sebagai dasar untuk menentukan besarnya lot. Sekali ukuran lot
ditetapkan, maka lot ini akan digunakan untuk seluruh perioda selanjutnya
dalam perencanaan. Berapa pun kebutuhan bersihnya, rencana pesan akan tetap
sebesar lot yang telah ditentukan tersebut. Metoda ini dapat ditempuh untuk
item-item yang biaya pemesanannya (ordering cost) sangat mahal.
Kelebihan : Memunculkan kemungkinan-kemungkinan permintaan yang ada
pada masa yang akan datang pada MRP dan meminimasi ongkos pesan.
Kekurangan : Kurang tanggap terhadap perubahan permintaan dibandingkan
dengan L4L. Teknik ini digunakan apabila kita membutuhkan barang dan
dilakukan pemesanan secara periodik dengan besar pemesanan tetap (sudah
ditetapkan).
e. Fixed Period Requirement (FPR)
Metode ini melakukan pemesanan secara periodik sesuai dengan besarnya
kebutuhan selam periode tersebut. Misalnya metode yang ditetapkan adalah 2
maka setiap 2 periode, perusahaan akan melakukan pemesanan dengan besar
pemesanan disesuaikan besar demand pada 2 periode tersebut.
f. Least Unit Cost (LUC)
Metode ini memilih ongkos unit terkecil selama periode berurutan.
Rumus :
Total Ongkos/unit =

ongkos pesan+ongkos simpan kimilatif


....................(2.x)
jumlah demand kumulatif

Rumus ini dihitung pada setiap periode, dan ketika mengalami kenaikan pada
suatu periode maka periode tersebut kita harus memesan kembali.
Kelebihan : Digunakan untuk jarak permintaan yang akan dating di dalam MRP
melengkapi quantity yang nyata dan usaha untuk meminimasi ongkos.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

31
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Kekurangan : Dapat menyebabkan gangguan pada pemilihan quantity dan


setiap periode yang sedang berjalan dalam MRP.
Perhitungan Manual :
Incremental Holding Cost = ph x (T-1) x RT .............................. (2.x)
TRC (T) = Biaya Pesan + Cumulative Holding Cost .........................(2.x)
Dimana :
ph = Biaya simpan
RT = Demand (kebutuhan bersih)
g. Silver Meal Algorithm/Least Unit Cost (LTC)
Metode ini hamper sama dengan LUC, namun pada metode ini memilih
ongkos total terkecil selam periode berurutan dengan cara menggabungkan
kebutuhan sampai ongkos simpan mendekati ongkos pesan.
Rumus :
Total ongkos/periode =

ongkos pesan+ongkos simpan kumulatif


....................(2.x)
jumlah periode kumulatif

Metode ini mempunyai keuntungan dan kerugian yang sama dengan metode
LUC.
h. Part Period Balancing (PPB)
Merupakan variasi dari LTC. Pada metode ini dilakukan konversi ongkos
pesan menjadi Equivalent Part Period (EPP).
Rumus yang digunakan dalam metode ini adalah :
EPP =

Dimana:
s = biaya pesan
k = biaya simpan
i. Wagner Within Algorithm (WWA)

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

s
k .........................................................(2.x)

32
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Metode ini merupakan metode dengan total biaya yang paling minimum
karena menggunakan program dinamis dan pendekatan matematisnya sangat
detail sehingga diperoleh biaya minimum. Menghitung ongkos variable matrik
untuk semua alternative pesanan pada horizon waktu N perioda ( Zce )

Dimana :
C = Baiya Pesan
Pi = Biaya Simpan
Menentukan Baiya Minimum
fe = Min. ( Zce + fc-1 ) , untuk C = 1, 2, , 12 .......................... (2.x)
2. Teknik ukuran lot untuk satu tingkat (single level) dengan kapasitas terbatas.
Teknik yang digunakan umumnya bersitat .heuristik tetapi dapat juga digunakan
metoda optimasi dengan memasukkan kendala-kendala yang ada ke dalam
formulasi permasalahan. Metoda lain yang digunakan adalah metoda Newton
dengan logika mencari jalan terpendek-(shortest path) dalam sebuah jaringan.
3. Teknik ukuran lot untuk banyak tingkat (multiple level) dengan kapasitas tak
terbatas. Berbagai macarn pendekatan yang telah digunakan dalam teknik ukuran
lot ini adalah :
a. Programa integer
b. Metoda Mc Laren
c. Metoda Blackburn & Miilen
d. Metoda Carlson & Kropp
e. Metoda Graves
(Hartini,2010)
2.7.

RCCP
RCCP (Rough Cut Capacity Schedule) level kedua dari hierarki perencanaan
prioritas

kapasitas

yang berperan

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

dalam mengembangkan

MPS. RCCP

33
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

(perencanaan kapasitas kasar) termasuk perencanaan kapasitas jangka panjang.


RCCP menentukan kebutuhan kapasitas yang dibutuhkan untuk melakukan MPS.
RCCP melakukan validasi terhadap MPS yang juga merupakan level kedua hierarki
perencanaan prioritas produksi. Untuk menempatkan sumber-sumber spesifik
tertentu-khususnya yang diperkirakan menjadi hambatan potensial (potential
bottleneck) dapat diselesaikan dengan melaksanakan MPS.
Pada dasarnya RCCP didefinisikan sebagai proses konversi rencana
produksi dan atau MPS ke dalam kebutuhan kapasitas yang berkaitan dengan
sumber-sumber daya kritis seperti tenaga kerja, mesin dan peralatan, kapasitas
2.7.1

gudang, kapabilitas pemasok material dan parts, dan sumber daya keuangan.
Tahapan RCCP
Empat langkah yang diperlukan untuk melakukan RCCP yaitu:
1.
Memperoleh informasi mengenai rencana produksi dari MPS
Misalnya informasi yang berkaitan dengan rencana produksi untuk satu bulan
tertentu adalah kelompok A = 720 unit, kelompok B = 240 unit, dan kelompok
produk C = 160 unit. Selanjutnya fokus pada kelompok A yang terdiri dari tiga
produk assembly serta berdasarkan informasi dari MPS diketahui bahwa ketiga
2.

produk tersebut telah dijadwalkan.


Mendapatkan informasi tentang struktur produk dan waktu
tunggu (lead time) Informasi tentang struktur produk biasanya telah ditetapkan
pada perencanaan kebutuhan sumber daya RPP, yang berada pada level lebih
tinggi (level 1) dalam hierarki perencanaan kapasitas. Misalnya pada informasi
yang berkaitan dengan struktur produk untuk product family beserta waktu

tunggu telah ditetapkan.


3.
Menentukan Bill of Resource Perhitungan terhadap waktu
assembly rata-rata untuk tiap produk dalam kelompok produk A menggunakan
formula sebagai berikut: Waktu assembly rata-rata = unit produk yang
4.

diproduksi x (jam standar assembly / unit)


Selanjutnya hasil-hasil dari RCCP ditampilkan dalam
diagram yang dikenal sebagai load profile. Load profile merupakan metode
yang umum digunakan untuk menggambarkan kapasitas yang dibutuhkan

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

34
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

versus kapasitas yang tersedia. Load profile adalah tampilan kebutuhan


kapasitas di waktu mendatang berdasarkan pesanan-pesanan yang direncanakan
dan dikeluarkan sepanjang suatu periode tertentu. Perencanaan kapasitas adalah
proses menentukan tingkat kapasitas yang diperlukan untuk melakukan jadwal
produksi. Jika terjadi kekurangan kapasitas, hasilnya berupa kekurangan
pencapaian target produksi, pengiriman produk ke konsumen terlambat dan
kehilangan kepercayaan. Sebaliknya, kapasitas yang berlebih mengakibatkan
utilitas sumber yang rendah, opersi pabrik tidak efisien, biaya tinggi, dan
2.7.2

berkurangnya margin keuntungan.


Pendekatan RCCP
Teknik-teknik yang ada dalam Rough Cut Capacity Planning (RCCP), yaitu:
1. Capacity Planning Using Overall Factor Approach (CPOF)
CPOF membutuhkan tiga masukan yaitu MPS, waktu total yang diperlukan
untuk memproduksi suatu produk, dan proporsi waktu penggunaan sumber.
CPOF mengalikan waktu total tiap family terhadap jumlah MPS untuk
memperoleh total waktu yang dibutuhkan pabrik untuk mencapai MPS. Total
waktu ini kemudian diabgi menjadi waktu penggunaan masing-masing sumber
dengan mengalikan total waktu terhadap proporsi penggunaan sumber.
2. Bill of Labour Approach (BOLA) Jumlah kapasitas yang dibutuhkan diperoleh
dengan mengalikan waktu tiap komponen yang tercantum pada daftar tenaga
kerja dengan jumlah produk dari MPS.
3. Resource Profile Approach (RPA) Teknik ini merupakan perencanaan kapasitas
kasar paling rinci dan membutuhkan data yang lebih rinci pula. Sebagai bagian
dari pemeriksaan kelayakan MPS, dibuat RCCP sederhana. Perbandingan beban
kerja historis tiap unit dari tiap jenis produk digunakan untuk menentukan beban
kerja pada work station untuk semua produk dibuat dalam beberapa periode
sebagai demand, lead time tidak digunakan untuk offaet beban kerja. Jika
kapasitas Work Station tidak berlebihan(kekurangan beban selalu ada), ini
diangap

bahwa

kapasitas

cukup

untukmenangani

MPS

dan

bisa

diterima/dilakukan proses produksi.


(Gumilar, 2012)
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro

35
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

2.8 CRP
Capacity Requirement Planning (CRP) adalah suatu upaya membandingkan antara
beban yang ditetapkan pada pusat-pusat kerja melalui pesanan kerja yang ada dan kapasitas
dari setiap pusat kerja selama periode waktu tertentu. CRP juga dapat diartikan sebagai
tahap penentuan kapasitas yang dibutuhkan sesuai dengan hasil MRP. Kebutuhan kapasitas
akan dibandingkan dengan kapasitas tersedia. Modifikasi dilakukan dengan menambah
overtime, merubah routing (urutan proses), dan subkontrak. Ketika kapasitas tersedia tidak
dapat mencukupi meski telah dilakukan modifikasi, maka perlu dilakukan perubahan MPS.
Berikut ini data-data yang diperlukan untuk melakukan perhitungan CRP (Garpezs, 1998):

2.8.1

BOM (Bill of Material)


Data induk produk setiap komponen
MPS untuk setiap komponen
Routing setiap komponen
Work Center Master File

Fungsi CRP
Capacity Requirement Planning (CRP) merupakan teknik perhitungan kapasitas rinci

yang dibutuhkan oleh MRP. Proyeksi dari kapasitas adalah antara pekerja dan/atau jam
mesin dengan work center. Secara khusus, horizon perencanaan adalah tahun, time buckets
adalah minggu, dan revisi dibuat mingguan atau bulanan. CRP melakukan verifikasi
ketersediaan kecukupan kapasitas selama rentang perencanaan. Fungsi dari CRP adalah
(Garpezs, 1998) :

Menunjukkan perbandingan antara beban yang ditetapkan pada pusat-pusat kerja


melalui pesanan kerja yang ada dan kapasitas dari setiap pusat kerja selama periode

waktu tertentu.
Menentukan, mengukur, dan menyesuaikan tingkat kapasitas atau proses untuk
menentukan jumlah tenaga kerja dan sumber daya mesin yang diperlukan untuk
melaksanakan produksi.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

36
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Melalui identifikasi overloads atau underloads, jika ada, tindakan perencanaan


kembali (replanning) dapat dilakukan untuk menghilangkan situasi itu guna mencapai suatu
keseimbangan antara beban dan kapasitas (balanced load). Jika arus kedatangan pesanan
melebihi kapasitas, beban akan meningkat, yang ditandai oleh inventory yang berada dalam
antrian kerja yang tidak diproses di depan pusat kerja. Sebaliknya jika arus kedatangan
pesanan lebih sedikit daripada kapasitas yang ada, beban (pesanan yang menunggu untuk
diproses) akan berkurang.
2.8.2

Input CRP dan Output CRP


Input dari Capacity Requirement Planning (CRP) adalah (Azis, 2016) :
Schedule of planned factory order releases
Merupakan salah satu output dari MRP. CRP memiliki dua sumber utama dari load
data, yaitu:
(1) Scheduled receipts yang berisi data order due date, order quantity, operations
completed, operations remaining
(2) Planned order releases yang berisi data planned order releases date, planned
order receipt date, planned order quantity.
Sumber-sumber lain seperti: product rework, quality recalls, engineering prototypes,
excess scrap, dan lain-lain, harus diterjemahkan ke dalam satu dari dua jenis pesanan
yang digunakan oleh CRP tersebut.

Work order status


Informasi status ini diberikan untuk semua open orders yang ada dengan operasi yang
masih harus diselesaikan, work center yang terlibat dan perkiraan waktu.
Routing data
Memberikan jalur yang direncanakan untuk factory melalui proses produksi dengan
perkiraan waktu operasi. Setiap part, assembly, dan produk yang dibuat memiliki
suatu routing yang unik, terdiri dari satu atau lebih operasi. Informasi yang
diperlukan untuk CRP adalah:
a. Operations number
b. Operation
c. Planned work center
d. Possible alternate work center
e. Standard set-up time

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

37
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

f. Standard run time per unit


g. Tooling needed at each work center
Routing memberikan petunjuk pada proses CRP sebagaimana layaknya BOM
memberikan petunjuk pada proses MRP.

Work center data


Data ini berkaitan dengan setiap production work center, termasuk sumber-sumber
daya, Standar-standar utilisasi dan efisiensi, serta kapasitas. Elemen-elemem data
pusat kerja adalah: identifikasi dan deskripsi, banyaknya mesin atau stasiun kerja,
banyaknya hari kerja per periode, banyaknya shifts yang dijadwalkan per hari kerja,
banyaknya jam kerja per shift, faktor utilisasi & efisiensi.

Output dari Capacity Requirement Planning (CRP) adalah (Azis, 2016) :


Laporan beban pusat kerja (work center load report)
Laporan ini menunjukkan hubungan antara kapasitas dan beban. Apabila dalam
laporan ini tampak ketidakseimbangan antara kapasitas dan beban, proses CRP secara
keseluruhan mungkin perlu diulang. Work center load profile sering ditampilkan
dalam bentuk grafik batang (bar chart) yang sangat bermanfaat untuk melihat
hubungan antara beban yang diproyeksikan (projected load) dan kapasitas yang
tersedia, sekaligus mengidentifikasi apakah terjadi overloads atau underloads. CRP
biasanya menghasilkan work center load profile untuk setiap pusat kerja yang
diidentifikasi dalam pabrik. Perbandingan antara beban dan kapasitas dapat juga

ditampilkan dalam format kolom.


Perbaikan schedule of planned factory order releases
Perbaikan jadwal ini menggambarkan bahwa output dari MRP disesuaikan terhadap
spesific release dates untuk factory orders berdasarkan perhitungan keterbatasan
kapasitas. Perbaikan schedule of planned factory order releases merupakan output
tidak langsung (indirect output) dari proses CRP sebab mereka adalah hasil dari
human judgements yang berdasarkan pada analisis dari output laporan beban pusat
kerja (work center load reports). Salah satu pilihan penyesuaian yang mungkin,

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

38
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

disamping perubahan kapasitas, adalah mengubah plannned start dates yang dibuat
melalui rencana MRP. Hal ini mempunyai pengaruh terhadap pergeseran beban di
antara periode waktu untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik.
2.8.3

Perbedaan CRP dan RCCP


Berdasarkan pengertian diatas, dapat diketahui bahwa perbedaan CRP dan RCCP

adalah sebagai berikut (Garpezs, 1998):


1. CRP (Capacity Requirements Planning)
- Menvalidasi MRP (Material Requirement Planning)
- Merupakan perbandingan kapasitas secara terperinci
- Memperhitungkan kebutuhan kapasitas dari schedule receipt
- Input yang dibutuhkan antara lain BOM, Planned Order Release, Item Master
-

Record Files, Work Center Record Files


Satuan waktu yang digunakan lebih detail (per minggu atau per hari)
Pada keadaan normal, memungkinkan terdapat kapasitas yang dibutuhkan sama
dengan 0 pada setiap satuan waktunya karena terkait PORL yang belum tentu ada

di setiap satuan waktu.


Dilakukan perbandingan antara kapasitas yang tersedia dengan maksimal

kapasitas yang dibutuhkan pada interval waktu tertentu.


2. RCCP (Rough Cut Capacity Planning)
- Memvalidasi MPS (Master Production Planning)
- Merupakan perbandingan kapasitas secara kasar
- Memperhitungkan kebutuhan kapasitas dari schedule receipt
- Input yang digunakan antara lain MPS, efisiensi mesin, avaibilitas mesin, dan
-

waktu proses pada tiap SK


Satuan waktu yang digunakan lebih lama (per bulan)
Pada keadaan normal, tidak dimungkinkan terdapat kapasitas yang dibutuhkan

sama dengan 0 pada setiap satuan waktunya


Dilakukan perbandingan antara kapasitas yang tersedia dengan rata-rata kapasitas
yang dibutuhkan pada interval waktu tertentu

2.9 Software WinQSB


WinQSB adalah program komputer yang memiliki 19 modul yang sudah sangat
populer di dalam dunia manajemen, sehingga saat ini merupakan program pendukung
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro

39
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

keputusan (decision support systems) paling lengkap yang tersedia disini. WinQSB adalah
sistem interaktif untuk membantu pengambilan keputusan yang berisi alat yang berguna
untuk memecahkan berbagai jenis masalah dalam bidang riset operasi.Beberapa modul
tersebut di antaranya adalah linear programming dengan berbagai variasinya (mulai dari
yang linear dan nonlinear, hingga yang integer dan kuadratik), analisis jaringan (ada
network modeling, dynamic programming, PERT/CPM), teori antrian (queuing analysis dan
queuing system simulation), teori persediaan (MRP), penjadwalan produksi, hingga ke
penentuan lokasi bangunan atau departemen yang optimal sehingga tidak timbul
pemborosan.
Pada praktikum modul 4 ini mengenai perencanaan produksi dan kebutuhan material
modular yang digunakan dari software WinQSB adalah Agregate Planning (AP) dan
Material Requirements Planning (MRP). Berikut adalah penjelasan mengenai dua modular
tersebut (Winarno, 2008):

Agregate Planning (AP)


Agregate Planning atau perencanaan agregat sering kali digunakan dalam divisi
Planning Production Inventory Control (PPIC) atau dalam sistem produksi.
Agregate planning yaitu menggabungkan dan mengalokasikan kapasitas produksi
yang ada. Ada pun permasalahan yang terdapat dalam agregasi ini meliputi model
sederhana, permasalahan transportasi, dan model Linear programming. Variabel
yang dimasukkan yaitu kapasitas produksi dihitung dengan WinQSB ini dengan
mengisi variabel kapasitas part-time, over time, back order, lost sales, Number of
Planning Periods, Capacity Requirement per Product/Service, Initial Number of
Planning Resource ,Initial lnventory, Backorder of Product/Service sehingga nanti

bisa menghitung perencaan agregasi dalam sistem produksi.


Material Requirements Planning (MRP)
Material Requirements Planning atau MRP merupakan hal yang penting dalam
sistem produksi dan PPIC. MRP merupakan menghitung perencanaan kebutuhan
kapasitas material yang ada di perusahaan yang sudah disesuaikan dengan jadwal

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

40
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

produksi Induk atau JPS. MRP dengan WinQSB ini dapat menghitung dan
merencanakan periode kedepan termasuk beberapa level material dari produk yang
dibuat.

Gambar 2.4 Tampilan Software WinQSB

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

41
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

BAB III
METODE PENELITIAN
3.7 Flowchart

Gambar 3. 1 Flowchart Metodologi Praktikum

3.8 Penjelasan Flowchart


Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro

42
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Berdasarkan flowchart diatas dapat dilihat bahwa perencanaan produksi dan


material dimulai dengan penentuan satuan agregat . Tujuan dari penentuan agregat ini
adalah untuk menyeragamkan semua satuan.

Kemudian dilanjutkan dengan

perencanaan agregat dengan menggunakan transportasi land. Tujuan penggunaan


trasnportasi land adalah meminimasi biaya menggunakan bantuan tabel transportasi.
Setelah itu akan dilakukan proses disagregasi yang bertujuan untuk menerjemahkan
rencana agregat menjadi rencana persediaan dan penjadwalan. Apabila penerjemahan
model tersebut diterima maka dilanjutkan dengan perhitungan JIP/MPS. Jika model
trasnportasi land tersebut tidak diterima sesuai disagregasinya maka akan dilakukan
perancangan kembali. Setelah memperoleh JIP kemudian dilanjutkan dengan proses
konversi MPS/JIP tersebut kedalam kebutuhan-kebutuhan kapasitas secara kasar
(RCCP) dari sumber daya-sumber daya utama yang digunakan setiap produk. Jika
konversi yang dilakukan gagal maka akan dikonversikan kembali namun jika
konversinya diterima maka dilanjutkan perhitungan MRP. RCCP berfungsi untuk
melakukan validasi terhadap MPS guna menetapkan sumber sumber spesifik tertentu
khususnya yang diperkirakan akan menjadi hambatan potensial. A Setelah melakukan
perhitungan MRP , hasil dari perhitungan MRP akan dilanjutkan dengan menghitung
kebutuhan kapasitas atau CRP yang dilakukan secara terperinci. Jika perhitungan
kapasitas sesuai maka akan dilanjutkan dengan penentuan plan oreder release yaitu
selisih hasil peramalan dengan persediaan ditangan periode sebelumnya.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

43
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data
4.1.1 Target Produksi Satu Tahun
Dari hasil Forecasting modul 3, kita mendapatkan target produksi untuk 12
periode (bulan) dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut ini :
Tabel 4.1 Target Permintaan 12 Periode

Demand
Bulan
Koleks Anaki
Anak
1
5058
5193
Januari
2
5058
5193
Februari
3
5058
5193
Maret
4
5058
5193
April
5
5058
5193
Mei
6
5058
5193
Juni
2017
7
5058
5193
Juli
8
5058
5193
Agustus
9
5058
5193
September
10
5058
5193
Oktober
11
5058
5193
November
12
5058
5193
Desember
Target Produksi dalam 12 Bulan
Period
e

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

Total
Style
5695
5774
5854
5933
6012
6091
6171
6250
6329
6408
6488
6567

15946
16025
16105
16184
16263
16342
16422
16501
16580
16659
16739
16818
196584

44
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

4.1.2 Data Waktu Siklus

Waktu pendekatan Teknis = waktu elemen terbesar = 32,511 detik


1
1
Output Standar = ws = 32,511 = 110,732 unit/jam ~ 111 unit/jam
3600

JumlahLini

Total Demand x Waktu Siklus


Hari Kerja per tahun x Jam kerja( perhari)

32,511
3600
27648000

854808 x
=

= 1 lini
4.1.3

Data Harga, Schedule Receipt, dan Leadtime Sparepart Tamiya


Berikut ini, tabel 4.2, merupakan daftar harga sparepart tamiya yang didapat
darisupplier :
Tabel 4. 1 Daftar Harga Sparepart

No

Nama Part
1
2
3
4
5
6
7
8
9

10
11
12
13
14
15

Body Style
Body Lomba
Body Koleksi
Chasis
Chasis Lomba
Pengunci Body
PenutupBaterai
Bumper Belakang
Bumper Belakang Style
Bumper Belakang
Koleksi
Sekrup
Roller ( Depan +
Belakang )
Baut
Penutup Plat Depan
Plat Depan

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

BS
BL
BK
Ch
ChL
PBd
PBt
BB
BBS

1
1
1
1
1
1
1
1
1

Harga Komponen
(Rp)
4000
2000
3000
1000
1500
50
80
500
750

BBK
S

1
2

1000
40

Rol
Nt
PPD
PDn

4
4
1
1

70
40
80
80

Kode

Jumlah

45
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

16 Tuas On/Off
17 Gear Kecil
18 As Roda

TO
GK
AR

1
1
2

60
50
80

Lanjutan Tabel 4. 2 Daftar Harga Sparepart

19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Roda (Ban+Velg)
Gardan
Gear Besar
Dinamo
Dinamo Lomba
Gear Dinamo
RumahDinamo
Plat BelakangBesar
Plat Belakang Kecil
PengunciDinamo
Total

R
Gar
GB
D
DL
GD
RD
PBB
PBK
PDn

4
1
1
1
1
1
1
1
1
1

250
200
70
3000
5000
60
80
60
50
80
23230

Berikut ini, tabel 4.3, merupakan daftar leadtime dan Schedule Receipt
Sparepart Tamiya:
Tabel 4.3 Leadtime dan Status Inventori
No

Jumla
h

Harga per
unit (Rp)

SR

Periode
SR

Leadtime

Nama Part

Kode

Body Style

BS

4000

Body Lomba

BL

2000

Body Anak-Anak

BA

2000

Body Koleksi

BK

3000

Chasis

Ch

1000

Chasis Lomba

ChL

1500

Chasis Anak-Anak

ChA

1000

Pengunci Body

PBd

50

PenutupBaterai

PBt

80

Bumper Belakang

BB

500

10

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

1000

46
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

11

Bumper Belakang Style

BBS

750

12

Bumper Belakang Koleksi

BBK

1000

Tabel 4.3 Leadtime dan Status Inventori(Lanjutan)


2000

13

Sekrup

40

14

Roller ( Depan + Belakang )

Rol

70

15

Baut

Nt

40

16

Penutup Plat Depan

PPD

80

17

Plat Depan

PDn

80

18

Tuas On/Off

TO

60

19

Gear Kecil

GK

50

20

As Roda

AR

80

21

Roda (Ban+Velg)

250

22

Gardan

Gar

200

23

Gear Besar

GB

70

24

Dinamo

3000

25

Dinamo Lomba

DL

5000

26

Gear Dinamo

GD

60

27

RumahDinamo

RD

80

28

Plat BelakangBesar

PBB

60

29

Plat Belakang Kecil

PBK

50

30

PengunciDinamo

PDn

80

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

1
3500

4000

47
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

4.1.4

Bill Of Material

Tamiya (1)

Chasis Assy (1)

Body (1)

Pengunci Body (1)

Penutup Baterai (1)

Panel BelakangGear
AssyBesar
(1) (1)
Chasis (1)Gardan As
(1)Roda Assy
Gear
(2) Kecil Tuas
(1) On OffPlat
(1) Depan
Penutup
(1) Plat Depan
Roller (1)
Assy (4)

Plat Belakang
BesarPlat
(1) Belakang
Roda
As Roda (2)
Rumah
Dinamo
(1) Kecil
Gear (1)
Dinamo
Dinamo
(1) Gambar
Pengunci
(1)
Dinamo
(1)
4.1 Bill
of (4)
Material

4.1.5

Kebijakan Perusahaan
Tabel 4.4 Kebijakan Perusahaan

Biaya Overtime
Kapasitas Overtime
Biaya Subkontrak
Maksimal Subkontrak
Biaya Inventory
Biaya Pesan Komponen
Biaya Setup
Jam & Hari Kerja

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

200% Biaya RT
2 jam/hari
150% Biaya RT
20% kapasitas RT
7%/bulan/unit biaya komponen
Rp. 55.000
Rp. 0
8 jam kerja / 5 hari kerja

Roller (4)

Bum

Baut (4)
Bumpe

48
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

4.1.6

Data Upah Minimum Regionel (UMR) Lokasi Perusahaan

Berikut merupakan data biaya produksi dari Tamiya PT Thumbtam Indonesia


dengan UMR lokasi Magelang sebesar Rp.1.350.000,00
Tabel 4.5 Data Biaya Produksi PT Thumbtam

Biaya Regular Time

Rp 76/unit

Biaya Overtime

Rp 152 /unit

Biaya Subkontrak

Rp 114/unit

Biaya KTTP

Rp 1241/unit

Biaya Set-Up

Rp 0 /setup

Service Level

99%

Biaya Inventory

Rp 748 /unit, Rp 818 /unit, Rp 643 /unit

BiayaPesan

Rp 55.000 /unit

4.2 Pengolahan Data


4.2.2.1
Penentuan Biaya Regular Time, Overtime, dan Subkontrak
Berikut ini merupakan data biaya biaya produksi yang akan terlibat selama
berlangsungnya proses produksi tamiya di PT Thumbtams One Indonesia :
1 tahun = 12 periode
1 periode = 20 hari kerja
1 hari = 8 jam kerja
1 minggu = (8x5hari) = 40 jam
1 bulan = 40 x 4 minggu = 160 jam
Waktu Siklus= Waktu Stasiun Kerja Terbesar = 32,511 detik = 0,00903 jam
demand x waktu baku 196584 x 32,511
lini=
=

= 0,925 1 lini
efisiensi jam kerja
6912000

Output Standar =

1
0,00903

= 110,732 111 unit

Biaya operator per bulan = Rp. 1.350.000,-

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

49
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Biaya

operator

per

jam

Biaya Operatorper bulan


1350000
=
=Rp 8437,5 Rp 8438
Jumlah jam dalam satu bulan
160
Biaya Operator tiap jam 8438
=
=Rp 76,014 Rp76
Output Standar tiap Jam 111

Biaya Reguler Time =

Biaya Overtime = 200% x Biaya reguler time


Biaya Overtime = 200% x 76 = Rp 152
Biaya SubKontrak = 150% x Biaya Reguler Time
Biaya SubKontrak = 150 % 76 = Rp 114
Biaya Inventory = 7% x Total Biaya Komponen 1 tamiya = biaya KTTP
Biaya inventori
= 7% x 17730 = Rp 1241
Biaya Inventory Koleksi
= 7% x Total Biaya Komponen 1 tamiya koleksi
Biaya KTTP Koleksi
= 7% x 10680 = 747,6 Rp748

Biaya Inventory Style


Biaya KTTP Koleksi

Biaya Inventory Anak-anak


Biaya KTTP Koleksi

= 7% x Total Biaya Komponen 1 tamiya style


= 7% x 11430 = 800,1 Rp800
= 7% x Total Biaya Komponen 1 tamiya anak-anak
= 7% x 9180 = 642,6 Rp643

Tabel 4.6 Biaya Regular Time, Overtime dan Subkontak

Biaya Regular Time


Biaya Overtime
BiayaSubkontrak
Biaya KTTP
Biaya Inventory

Rp 76/unit
Rp 152 /unit
Rp 114/unit
Rp.2191/unit
Rp.2191/unit

4.2.2Agregat Planning
1
Penentuan Kapasitas Tersedia Pada Perusahaan
Dibawah ini merupakan perhitungan kapasitas yang tersedia pada PT Thumbtmas
One Indonesia :
Waktu pendekatan teknis = waktu elemen terbesar = 32,511 detik

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

50
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Jumlah

lini

produksi

jumlah demand waktu siklus 196584 x 32,511


=
=0,925 1 lini
efisiensi jam kerja
6912000

Output Standar =

1
0,00903

= 110,732 111 unit

kerja x jam kerja/hari


Kapasitas RT (jam) =
Kapasitas RT (jam) = 20 x 8x1 = 160 jam
Kapasitas OT (jam) = 25% Kapasitas RT (jam)
Kapasitas OT (jam) = 25% x 160 = 40 jam
Kapasitas Reguler Time (unit) = Kapasitas RT ( jam ) Output Standar
Kapasitas Reguler Time (unit) = 160 x 111 = 17760 unit
Kapasitas Over Time (unit) = 25% Kapasitas RT (unit)
Kapasitas Over Time (unit) = 25% x 17760 = 4440 unit
Subkontrak (unit) = 20% Kapasitas RT
Subkontrak (unit) = 20% x 17760 = 3552 unit
Tabel 4.7 Rekapitulasi Kapasitas Produksi Perusahaan selama 12 Periode

Periode
Kapasitas
RT (jam)
Kapasitas
OT (jam)
Kapasitas
RT (unit)
Kapasitas
OT (unit)
Kapasitas
Subskontract
(unit)

10

11

12

160

160

160

160

160

160

160

160

160

160

160

160

40

40

40

40

40

40

40

40

40

40

40

40

1776
0

1776
0

1776
0

1776
0

1776
0

1776
0

1776
0

1776
0

1776
0

1776
0

1776
0

17760

4440

4440

4440

4440

4440

4440

4440

4440

4440

4440

4440

4440

3552

3552

3552

3552

3552

3552

3552

3552

3552

3552

3552

3552

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

51
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Perhitungan Agregate Planning


Perhitungan perencanaan agregat dilakukan dengan menggunakan metode riset

operasi yaitu dengan metode transportasi land dengan cara manual maupun dengan
menggunakan software WinQsb dengan input sebagai berikut :
Tabel 4.8 Input Transportasi Land

Demand
Koleks Anaki
Anak
1
5058
5193
Januari
2
5058
5193
Februari
3
5058
5193
Maret
4
5058
5193
April
5
5058
5193
Mei
6
5058
5193
Juni
7
5058
5193
Juli
8
5058
5193
Agustus
9
5058
5193
September
10
5058
5193
Oktober
11
5058
5193
November
12
5058
5193
Desember
Total
60696
62316
Target Produksi dalam 12 Bulan

Bulan

2017

Period
e

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

Style
5695
5774
5854
5933
6012
6091
6171
6250
6329
6408
6488
6567
73572

Total
15946
16025
16105
16184
16263
16342
16422
16501
16580
16659
16739
16818
196584

52
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Software
Input SofwareWinQSB
Berikut ini adalah input production schedule dengan menggunakan software WinQSB:

Output SofwareWinQSB

Gambar 4.2 Production Schedule output Win QSB

Dari output di atas terlihat bahwa total Tamiya Mini 4WD yang harus diproduksi oleh PT
Diponegoro Tamiya Manufacturing selama 12 periode adalah sebanyak 196.584 unit dan
tidak terdapat overtime pada tiap periode.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

53
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Perhitungan Manual
Berikut ini merupakan perhitungan perencanaan agregat secara manual dengan menggunakan transportasi land:
Tabel 4.9 Perencanaan Agreagat dengan Transportasi Land

Tabel 4.9 Perencanaan Agreagat dengan Transportasi Land (Lanjutan)

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

54
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Tabel 4.9 Perencanaan Agreagat dengan Transportasi Land (Lanjutan)

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

55
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

56
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Output Software
Tabel 4.10 Output Tabel Transportasi

Tabel 4.10 Output Tabel Transportasi(lanjutan)

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

57
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Biaya Agregate Planning


Perhitungan Manual

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

58
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Berikut ini merupakan rekap perhitungan biaya agregate planning yang


dilakukan secara manual :
Tabel 4.11 Perhitungan Manual Biaya Agregat Planning

Period
e
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Perhitungan
15946 x Rp 76,16025 x Rp 76,16105 x Rp 76,16184 x Rp 76,16263 x Rp 76,16342 x Rp 76,16422 x Rp 76,16501 x Rp 76,16580 x Rp 76,16659 x Rp 76,16739 x Rp 76,16818 x Rp 76,Total

Biaya (Rp)
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

1.211.896
1.217.900
1.223.980
1.229.984
1.235.988
1.241.992
1.248.072
1.254.076
1.260.080
1.266.084
1.272.164
1.278.168
14.940.384

Output Software

Gambar 4.x Biaya output Win QSB

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

59
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Dari data diatas dapat dilihat bahwa total biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi
permintaan selama 12 periode ke depan adalah Rp.14.940.380. Berikut adalah grafik
agregat planning:

Gambar 4.3 Agregat Planning output Win QSB

3
1

Jadwal Induk Produksi


Hasil Agregate Planning
Berikut ini merupakan hasil perencanaan agregat dalam 12 periode kedepan :
Tabel 4.12 Hasil Agregat Planning

Periode

10

11

12

Rencana
Produksi

1594
6

1602
5

1610
5

1618
4

1626
3

1634
2

1642
2

1650
1

1658
0

16659

1673
9

16818

Hasil JIP Disagregasi


Metode disagregasi yang digunakan adalah metode cut and fit. Perusahaan

memerlukan data untuk menentukan persentase masing-masing produk Tamiya yang


diperoleh dari data histori demand seperti tabel di bawah ini.
Tabel 4.13 Demand PT ThumbTams One Indonesia

Tahun

Bulan

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

Period
e

Koleks
i

Style

Anakanak

60
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

JAN
FEB
MAR
APR
MAY
JUN
2017
JUL
AUG
SEP
OCT
NOV
DEC
Jumlah
Total Demand

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

5058
5058
5058
5058
5058
5058
5058
5058
5058
5058
5058
5058
60696

5933
6012
6091
6171
6250
6329
6408
6488
6567
6646
6725
6805
76425
199437

5193
5193
5193
5193
5193
5193
5193
5193
5193
5193
5193
5193
62316

Dari data demand di atas, dapat diperoleh masing-masing persentase produk dengan
membandingkan jumlah demand tiap produk dengan jumlah demand seluruhnya.
Persentase hasil penjualan masa lalu dari tiap produk:
Koleksi
Demand Tamiya koleksi x 100 = 60696 x 100
= 30,434%
199437
DemTamiya

Style

Demand Tamiya style x 100 = 76425 x 100


199437
Demand Tamiya
Anak-anak
Demand Tamiya Lomba

Demand Tamiya

x 100 =

= 38,320%

62316
x 100 = 31,246%
199437

Membuat rencana produksi tiap item dalam satuan agregat adalah dengan
mengalikan persentase penjualan masa lalu masing-masing produk dengan rencana
produksi agregat. Berikut adalah perhitungan rencana produksi:
Contoh Perhitungan:
Koleksi

= Rencana Agregat Periode 1 x % Produk


= 15946 x 30,434%
= 4853

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

61
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

= Rencana Agregat Periode 1 x % Produk


= 15946 x 38,320%
= 6111
Anak-anak
= Rencana Agregat Periode 1 x % Produk
= 15946 x 31,246%
= 4982
Sehingga tabel perencanaan agregat seperti tabel dibawah ini :

Style

Tabel 4.14 Rencana Produksi Setiap Produk dalam Satuan Agregat


Period
e
Koleks
i
Style
Anakanak
Total

10

11

12

4853

4877

4901

4925

4949

4973

4998

5022

5046

5070

5094

5118

6111

6141

6171

6202

6232

6262

6293

6323

6354

6384

6414

6445

4982

5007

5032

5057

5082

5106

5131

5156

5181

5205

5230

5255

1594
6

1602
5

1610
5

1618
4

1626
3

1634
2

1642
2

1650
1

1658
0

1665
9

1673
9

1681
8

Hasil JIP Konversi


Setelah melakukan perhitungan rencana produksi dengan disgregasi per item

kemudian dibuat rencana produksi per produk dalam satuan unit. Untuk mengubah menjadi
satuan unit rencana produksi tersebut dibagi dengan faktor konversinya. Faktor
konversinya adalah 1 karena produknya 1 jenis yaitu tamiya.
Contoh perhitungan pada periode 1 :
Rencana Produksi dalam Satuan Agregat
JIP
=
Faktor Konversi
4853
1

Koleksi

Style

6111
1

= 6111 unit

4982
1

= 4982 unit

Lomba

= 4853 unit

Berikut adalah rencana produksi produk Tamiya berdasarkan koleksi, style, dan
anak-anak selama 12 periode dalam satuan unit.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

62
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Tabel 4.15 Hasil Rencana Produksi (JIP)


Period
e
Koleks
i
Style
Anakanak
Total

4
1

10

11

12

4853

4877

4901

4925

4949

4973

4998

5022

5046

5070

5094

5118

6111

6141

6171

6202

6232

6262

6293

6323

6354

6384

6414

6445

4982

5007

5032

5057

5082

5106

5131

5156

5181

5205

5230

5255

1594
6

1602
5

1610
5

1618
4

1626
3

1634
2

1642
2

1650
1

1658
0

1665
9

1673
9

1681
8

Rough-Cut Capacity Planning (RCCP)


Output JIP
Berikut merupakan output dari Jadwal Induk Produksi dalam satuan unit:
Tabel 4.16 Output JIP

Period
e
Koleks
i
Style
Anakanak
Total

10

11

12

4853

4877

4901

4925

4949

4973

4998

5022

5046

5070

5094

5118

6111

6141

6171

6202

6232

6262

6293

6323

6354

6384

6414

6445

4982

5007

5032

5057

5082

5106

5131

5156

5181

5205

5230

5255

1594
6

1602
5

1610
5

1618
4

1626
3

1634
2

1642
2

1650
1

1658
0

1665
9

1673
9

1681
8

Output RCCP
Tujuan RCCP disini adalah untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara

kapasitas yang dibutuhkan dengan total kapasitas yang tersedia, apakah mencukupi atau
tidak. Di bawah ini merupakan tabel yang menunjukkan kapasitas yang dibutuhkan dan
total kapasitas yang tersedia:

Tabel 4.17 Output RCCP

Period
e

Kapasitas yang
Dibutuhkan
(terpenuhi dari RT)
(unit)

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

Kapasitas Tersedia
RT
(unit)

OT
(unit)

SK
(unit)

Total Kapasitas
Tersedia (unit)

63
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

15946
16025
16105
16184
16263
16342
16422
16501
16580
16659
16739
16818

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

17760
17760
17760
17760
17760
17760
17760
17760
17760
17760
17760
17760

4440
4440
4440
4440
4440
4440
4440
4440
4440
4440
4440
4440

3552
3552
3552
3552
3552
3552
3552
3552
3552
3552
3552
3552

22200
22200
22200
22200
22200
22200
22200
22200
22200
22200
22200
22200

Berikut ini merupakan gambaran grafis tentang perbandingan kapasitas yang


dibutuhkan dengan total kapasitas yang tersedia:
Perbandingan Kapasitas
25000
20000
Kapasitas yang dibutuhkan

Kapasitas Regular Time

15000
Kapasitas (unit)
10000
Kapasitas Over5000
Time
0

Kapasitas Subkontrak

Total Kapasitas Tersedia

10

11

12

Periode

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Kapasitas

Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa kapasitas yang tersedia dapat
memenuhi kapasitas yang dibutuhkan, Kapasitas yang tersedia masih mencukupi untuk
memenuhi kapasitas yang dibutuhkan.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

64
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Material Requirement Planning (MRP)


Tabel 4.18 JIP Dalam Satuan Agregat (bulan)

Periode

koleksi

style

Anak-anak

4853

6111

4982

4877

6141

5007

4901

6171

5032

4925

6202

5057

4949

6232

5082

4973

6262

5106

4998

6293

5131

5022

6323

5156

5046

6354

5181

10

5070

6384

5205

11

5094

6414

5230

12

5118

6445

5255

Ambil 3 Periode pertama untuk mendapatkan JIP dalam satuan minggu


Tabel 4.19 JIP dalam Satuan Minggu

Periode

koleksi

style

Anak-anak

1214

1528

1246

1213

1528

1246

1213

1528

1245

Tabel 4.19 JIP dalam Satuan Minggu(lanjutan)

1213

1528

1245

1220

1536

1252

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

65
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

1219

1535

1252

1219

1535

1252

1219

1535

1251

1225

1543

1258

10

1225

1543

1258

11

1225

1543

1258

12

1225

1542

1258

Netting
Tamiya Koleksi
- Contoh perhitungan :
GR Koleksi periode 1 = 4853/ 4 = 1214
POH ( Koleksi )

= OH SSs
=00
=0

NR Koleksi periode 1 = GR SR OH
= 1214 0 0
= 1214

Berikut ini adalah rekap perhitungan NR 12 minggu Tamiya Koleksi :


Tabel 4.20 Hasil Netting Tamiya Mini 4 WD Style untuk Perencanaan 12 Minggu

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

66
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Lot
Size

OH

S
S

AH

LT

Periode

10

11

12

GR

1214

1214

1213

1213

1220

1220

1219

1219

1226

1226

1225

1225

SR

1214

1214

1213

1213

1220

1220

1219

1219

1226

1226

1225

1225

POH = 0
NR

Tamiya Style
- Contoh perhitungan :
GR Style 1

= 6111/ 4 = 1528

POH (Style) = OH SSs


=00
=0
NR Style periode1

= GR SR OH
= 1528 0 0
= 1528

Berikut ini rekapitulasi perhitungan NR 12 minggu Tamiya Style :


Tabel 4.21 Hasil Netting Tamiya Mini 4 WD Style untuk Perencanaan 12 Minggu
Lot
Size

OH

S
S

AH

LT

Periode

10

11

12

GR

1528

1528

1528

1528

1536

1536

1535

1535

1543

1543

1543

1543

SR

1528

1528

1528

1528

1536

1536

1535

1535

1543

1543

1543

1543

POH = 0
NR

Tamiya Anak-anak
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro

67
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Contoh perhitungan
GR Anak-anak 1 = 4982 / 4 = 1246
POH ( Anak-anak ) = OH SSs
=00
=0

NR Anak-anak periode1

= GR SR OH

= 1246 0 0
= 1246
Berikut rekapitulasi hasil perhitungan NR 12 minggu Tamiya Anak-anak :
Tabel 4.22 Hasil Netting Tamiya Mini 4 WD Anak-anak untuk Perencanaan 12 Minggu
Lot
Size

OH

S
S

AH

LT

Periode

10

11

12

GR

1246

1246

1246

1245

1252

1252

1252

1252

1259

1258

1258

1258

SR

1246

1246

1246

1245

1252

1252

1252

1252

1259

1258

1258

1258

POH = 0
NR

Level 0
EOQ
Dibawah ini adalah output software Win QSB metode EOQ level 0

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

68
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Gambar 4.5 output software Win QSB metode EOQ level 0 style

Gambar 4.6 output software Win QSB metode EOQ level 0 anak-anak

Gambar 4.7 output software Win QSB metode EOQ level 0 koleksi

LFL
Dibawah ini adalah output software Win QSB metode LFL level 0

Gambar 4.8 output software Win QSB metode LFL level 0 style

Gambar 4.9 output software Win QSB metode LFL level 0 anak-anak

Gambar 4.10 output software Win QSB metode LFL level 0 koleksi

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

69
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

POQ
Dibawah ini adalah output software Win QSB metode POQ level 0

Gambar 4.11 output software Win QSB metode POQ level 0 style

Gambar 4.12 output software Win QSB metode POQ level 0 anak-anak

Gambar 4.13 output software Win QSB metode POQ level 0 koleksi

LUC
Dibawah ini adalah output software Win QSB metode LUC level 0

Gambar 4.14 output software Win QSB metode LUC level 0 style

Gambar 4.15 output software Win QSB metode LUC level 0 anak-anak

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

70
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Gambar 4.16 output software Win QSB metode LUC level 0 koleksi

LTC
Dibawah ini adalah output software Win QSB metode LUC level 0

Gambar 4.17 output software Win QSB metode LTC level 0 style

Gambar 4.18 output software Win QSB metode LTC level 0 anak-anak

Gambar 4.19 output software Win QSB metode LTC level 0 koleksi

PBB
Dibawah ini adalah output software Win QSB metode PBB level 0

Gambar 4.20 output software Win QSB metode PBB level 0 style

Gambar 4.21 output software Win QSB metode LTC level 0 anak-anak

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

71
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Gambar 4.22 output software Win QSB metode LTC level 0 koleksi

FOQ
Dibawah ini adalah output software Win QSB metode FOQ level 0

Gambar 4.23 output software Win QSB metode FOQ level 0 style

Gambar 4.24 output software Win QSB metode FOQ level 0 anak-anak

Gambar 4.25 output software Win QSB metode FOQ level 0 koleksi

FPR
Dibawah ini adalah output software Win QSB metode FOQ level 0

Gambar 4.26 output software Win QSB metode FPR level 0 style

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

72
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Gambar 4.27 output software Win QSB metode FPR level 0 anak-anak

Gambar 4.28 output software Win QSB metode FPR level 0 koleksi

WWA

Gambar 4.29 output software Win QSB metode WWA level 0 style

Gambar 4.30 output software Win QSB metode WWA level 0 anak-anak

Gambar 4.31 output software Win QSB metode WWA level 0 koleksi

Dibawah ini merupakan tabel rekap biaya lotting level 0


Tabel 4.23 Rekap Biaya Lotting Level 0

level 0
no

lot size

EOQ

LFL

POQ

total biaya
STYLE
ANAK-ANAK
174,073,20
147,087,360
0
171,656,81
147,039,456
6
171,656,81
147,039,456

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

KOLEKSI
142,579,20
0
142,427,52
0
142,427,52

73
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

LUC

6
171,656,81
6

0
142,427,52
0

147,039,456

Tabel 4.24 Rekap Biaya Lotting Level 0(lanjutan)

171,656,81
6
171,656,81
6
PBB
6
175,175,95
7
FOQ
0
171,656,81
8
FPR
6
171,656,81
9
WWA
6
Dibawah ini adalah tabel offsetting pada level 0
5

LTC

142,427,52
0
142,427,52
0
152,580,00
0
142,427,52
0
142,427,52
0

147,039,456
147,039,456
151,620,000
147,039,456
147,039,456

Tabel 4.25 Tabel Offsetting Level 0


No.

10

11

12

koleksi

124
6

124
6

124
6

124
5

125
2

125
2

125
2

125
2

125
9

125
8

125
8

125
8

style

121
4

121
4

121
3

121
3

122
0

122
0

121
9

121
9

122
6

122
6

122
5

122
5

anakanak

152
8

152
8

152
8

152
8

153
6

153
6

153
5

153
5

154
3

154
3

154
3

154
3

total

398
8

398
8

398
7

398
6

400
8

400
8

400
6

400
6

402
8

402
7

402
6

402
6

Berikut ini adalah hasil rekap perhitungan Gross Requirement untuk item pada level
0 selama 12 Minggu :
Tabel 4.26 Tabel Exploding Level 0
Gross Requirement
Part/ komponen

10

11

12

ChasisAssy
anak-anak

152
8

152
8

152
8

152
8

153
6

153
6

153
5

153
5

154
3

154
3

154
3

154
3

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

74
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Chasis Biasa

246
0

246
0

245
9

245
8

247
2

247
2

247
1

247
1

248
5

248
4

248
3

248
3

Body koleksi

124
6

124
6

124
6

124
5

125
2

125
2

125
2

125
2

125
9

125
8

125
8

125
8

Body style

121
4

121
4

121
3

121
3

122
0

122
0

121
9

121
9

122
6

122
6

122
5

122
5

Body anak-anak

152
8

152
8

152
8

152
8

153
6

153
6

153
5

153
5

154
3

154
3

154
3

154
3

Penutup Body

398
8

398
8

398
7

398
6

400
8

400
8

400
6

400
6

402
8

402
7

402
6

402
6

Penutup Baterai

398
8

398
8

398
7

398
6

400
8

400
8

400
6

400
6

402
8

402
7

402
6

402
6

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

75
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Level 1
1. Lotting
Lot for Lot (LFL)
Berikut ini merupakan hasil lotting menggunakan metode LFL dengan perhitungan manual:
Tabel 4.27 Lotting Level 1 LFL Manual

Pengunci Body
LS
LFL

O
H
0

Berikut

S
S
0

LT

Periode

10

11

12

GR
SR
POH=0
NR
POP
POR

3988
0
0
3988
3988
3988

3988
0
0
3988
3988
3987

3987
0
0
3987
3987
3986

3986
0
0
3986
3986
4008

4008
0
0
4008
4008
4008

4008
0
0
4008
4008
4006

4006
0
0
4006
4006
4006

4006
0
0
4006
4006
4028

4028
0
0
4028
4028
4027

4027
0
0
4027
4027
4026

4026
0
0
4026
4026
4026

4026
0
0
4026
4026

ini

merupakan

hasil

lotting

menggunakan

metode

software WinQSB:

Gambar 4.32 Ouput Software Lotting Level 1 LFL

Biaya software:
Gambar 4.33 Ouput Software Biaya Lotting Level 1 LFL

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

LFL

dengan

menggunakan

76
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Economic Order Quantity (EOQ)


Berikut ini merupakan hasil lotting menggunakan metode EOQ dengan perhitungan manual:
Tabel 4.28 Lotting Level 1 EOQ Manual

LS

OH
0

SS
0

LT
1

EOQ =
3240

Periode
GR
SR
POH=0
NR
POP
POR

1
3988
0
2492
3988
6480
3240

2
3988
0
1744
1496
3240
3240

Pengunci Body
3
4
5
3987 3986 4008
0
0
0
997
251
2723
2243 2989 3757
3240 3240 6480
3240 6480 3240

6
4008
0
1955
1285
3240
3240

7
4006
0
1189
2051
3240
3240

8
4006
0
423
2817
3240
6480

9
4028
0
2875
3605
6480
3240

10
4027
0
2088
1152
3240
3240

11
4026
0
1302
1938
3240
3240

12
4026
0
516
2724
3240

10

11

12

Berikut ini merupakan hasil lotting menggunakan metode EOQ dengan menggunakan
software WinQSB:

Gambar 4.34 Ouput Software Lotting Level 1 EOQ

Biaya software:
Gambar 4.35 Ouput Software Biaya Lotting Level 1 EOQ

Periode Order Quantiy (POQ)


Berikut ini merupakan hasil lotting menggunakan metode POQ dengan perhitungan manual:
Tabel 4.29 Lotting Level 1 POQ Manual

LS

LT

Periode

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

Pengunci Body
3
4
5

77
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

H
0

S
0

POQ =
1

GR
SR
POH=0
NR
POP
POR

3988
0
0
3988
3988
3988

3988
0
0
3988
3988
3987

3987
0
0
3987
3987
3986

3986
0
0
3986
3986
4008

4008
0
0
4008
4008
4008

4008
0
0
4008
4008
4006

4006
0
0
4006
4006
4006

4006
0
0
4006
4006
4028

4028
0
0
4028
4028
4027

4027
0
0
4027
4027
4026

4026
0
0
4026
4026
4026

4026
0
0
4026
4026

Berikut ini merupakan hasil lotting menggunakan metode POQ dengan menggunakan
software WinQSB:

Gambar 4.36 Ouput Software Lotting Level 1 POQ

Biaya software:
Gambar 4.37 Ouput Software Biaya Lotting Level 1 POQ

Fixed Order Quantity (FOQ)


Berikut ini merupakan hasil lotting menggunakan metode FOQ dengan perhitungan manual:
Tabel 4.30 Lotting Level 1 FOQ Manual

Pengunci Body
LS
FOQ =
1000

O
H
0

S
S
0

LT

Periode

10

11

12

GR
SR
POH=0

3988
0
12

3988
0
24

3987
0
37

3986
0
51

4008
0
43

4008
0
35

4006
0
29

4006
0
23

4028
0
995

4027
0
968

4026
0
942

4026
0
916

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

78
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

NR
POP
POR

3988
4000
4000

3976
4000
4000

3963
4000
4000

3949
4000
4000

3957
4000
4000

3965
4000
4000

3971
4000
4000

3977
4000
5000

Berikut ini merupakan hasil lotting menggunakan metode FOQ dengan menggunakan
software WinQSB:

Gambar 4.38 Ouput Software Lotting Level 1 FOQ

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

4005
5000
4000

3032
4000
4000

3058
4000
4000

3084
4000

79
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Biaya software:
Gambar 4.39 Ouput Software Biaya Lotting Level 1 FOQ

Fixed Period Requirement (FPR)


Berikut ini merupakan hasil lotting menggunakan metode FPR dengan perhitungan manual:
Tabel 4.31 Lotting Level 1 FPR Manual

Pengunci Body
LS

O
H
0

S
S
0

LT

Periode

10

11

12

GR
SR
POH=0
NR
POP
POR

3988
0
0
3988
3988
3988

3988
0
0
3988
3988
3987

3987
0
0
3987
3987
3986

3986
0
0
3986
3986
4008

4008
0
0
4008
4008
4008

4008
0
0
4008
4008
4006

4006
0
0
4006
4006
4006

4006
0
0
4006
4006
4028

4028
0
0
4028
4028
4027

4027
0
0
4027
4027
4026

4026
0
0
4026
4026
4026

4026
0
0
4026
4026

FPR =
1

Berikut ini merupakan hasil lotting menggunakan metode FPR dengan menggunakan
software WinQSB:

Gambar 4.40 Ouput Software Lotting Level 1 FPR

Biaya software :
Gambar 4.41 Ouput Software Biaya Lotting Level 1 FPR

Least Unit Cost (LUC)

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

80
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Berikut ini merupakan hasil lotting menggunakan metode LUC dengan perhitungan manual:
Tabel 4.32 Lotting Level 1 LUC Manual 1

Periode

Demand
(RT)

Cum
RT

Incrementa
l Holding
Cost

Cummulativ
e Holding
Cost

TRC (T)

TRC
(T) /
Cum RT

1
2

1
2

3988
3988

3988
7976

0
167496

0
167496

55000
222496

13,7914
27,8957

2
3

1
2

3988
3987

3988
7975

0
167454

0
167454

55000
222454

13,7914
27,8939

3
4

1
2

3987
3986

3987
7973

0
167412

0
167412

55000
222412

13,7948
27,8956

4
5

1
2

3986
4008

3986
7994

0
168336

0
168336

55000
223336

13,7983
27,9380

5
6

1
2

4008
4008

4008
8016

0
168336

0
168336

55000
223336

13,7226
27,8613

6
7

1
2

4008
4006

4008
8014

0
168252

0
168252

55000
223252

13,7226
27,8577

4006

4006

55000

13,7294

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

81
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

4006

8012

168252

168252

223252

27,8647

8
9

1
2

4006
4028

4006
8034

0
169176

0
169176

55000
224176

13,7294
27,9034

9
10

1
2

4028
4027

4028
8055

0
169134

0
169134

55000
224134

13,6544
27,8255

10
11

1
2

4027
4026

4027
8053

0
169092

0
169092

55000
224092

13,6578
27,8271

11
12

1
2

4026
4026

4026
8052

0
169092

0
169092

55000
224092

13,6612
27,8306

12

4026

4026

55000

13,6612

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

82
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Tabel 4.33 Lotting Level 1 LUC Manual 2

Pengunci Body
LS
LUC

O
H
0

S
S
0

LT

Periode

10

11

12

GR

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

SR

POH=0

NR

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

POP

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

POR

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

Berikut ini merupakan hasil lotting menggunakan metode LUC dengan menggunakan
software WinQSB:

Gambar 4.42 Ouput Software Lotting Level 1 LUC

Biaya software:
Gambar 4.43 Ouput Software Biaya Lotting Level 1 LUC

Least Total Cost (LTC)


Berikut ini merupakan hasil lotting menggunakan metode LTC dengan perhitungan manual:
Tabel 4.34 Lotting Level 1 LTC Manual 1

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

83
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Periode

Deman
d (RT)

Cum RT

Incremental
Holding
Cost

Cummulativ
e Holding
Cost

TRC
(T)

TRC (T) / T

1
2

1
2

3988
3988

3988
7976

0
167496

0
167496

55000
222496

55000
111248

2
3

1
2

3988
3987

3988
7975

0
167454

0
167454

55000
222454

55000
111227

3
4

1
2

3987
3986

3987
7973

0
167412

0
167412

55000
222412

55000
111206

4
5

1
2

3986
4008

3986
7994

0
168336

0
168336

55000
223336

55000
111668

5
6

1
2

4008
4008

4008
8016

0
168336

0
168336

55000
223336

55000
111668

6
7

1
2

4008
4006

4008
8014

0
168252

0
168252

55000
223252

55000
111626

7
8

1
2

4006
4006

4006
8012

0
168252

0
168252

55000
223252

55000
111626

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

84
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

8
9

1
2

4006
4028

4006
8034

0
169176

0
169176

55000
224176

55000
112088

9
10

1
2

4028
4027

4028
8055

0
169134

0
169134

55000
224134

55000
112067

10
11

1
2

4027
4026

4027
8053

0
169092

0
169092

55000
224092

55000
112046

11
12

1
2

4026
4026

4026
8052

0
169092

0
169092

55000
224092

55000
112046

Tabel 4.35 Lotting Level 1 LTC Manual 2

Pengunci Body
LS
LTC

O
H
0

SS

LT

Periode

10

11

12

GR

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

SR

POH=0

NR

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

POP

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

POR

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

Berikut ini merupakan hasil lotting menggunakan metode LTC dengan menggunakan

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

85
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

software WinQSB:

Gambar 4.44 Ouput Software Lotting Level 1 LTC

Biaya software:
Gambar 4.45 Ouput Software Biaya Lotting Level 1 LTC

Part Period Balancing (PPB)


Berikut ini merupakan hasil lotting menggunakan metode PPB dengan perhitungan manual:
Tabel 4.36 Lotting Level 1 PPB Manual 1

3988
3988

(T-1) x
RT
0
3988

0<1310
3988>1310

1
2

3988
3987

0
3987

0<1310
3987>1310

3
4

1
2

3987
3986

0
3986

0<1310
3986>1310

4
5

1
2

3986
4008

0
4008

0<1310
4008>1310

4008

0<1310

Periode

Demand

1
2

1
2

2
3

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

APP

86
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

4008

4008

4008>1310

6
7

1
2

4008
4006

0
4006

0<1310
4006>1310

7
8

1
2

4006
4006

0
4006

0<1310
4006>1310

8
9

1
2

4006
4028

0
4028

0<1310
4028>1310

9
10

1
2

4028
4027

0
4027

0<1310
4027>1310

10
11

1
2

4027
4026

0
4026

0<1310
4026>1310

11
12

1
2

4026
4026

0
4026

0<1310
4026>1310

12

4026

0<1310

Tabel 4.37 Lotting Level 1 PPB Manual 2

Pengunci Body

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

87
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

O
H
0

LS
PPB

S
S
0

LT

Periode

10

11

12

GR

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

SR

POH=0

NR

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

POP

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

POR

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

Berikut ini merupakan hasil lotting menggunakan metode PPB dengan menggunakan
software WinQSB:

Gambar 4.46 Ouput Software Lotting Level 1 PPB

Biaya software:
Gambar 4.47 Ouput Software Biaya Lotting Level 1 PPB

Wagner-Within Algorithm (WWA/AWW)


Berikut ini merupakan hasil lotting menggunakan metode AWW dengan perhitungan manual:
Gambar 4.38 Lotting Level 1 AWW Manual 1
Z
Period
e

10

11

12

55000

68958

96867

13872
0

19483
2

264972

34909
8

44724
5

56002
9

686880

82779
0

982791

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

88
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

55000

68955

96857

13894
1

195053

55000

54993

83049

139091

55000

69028

97084

55000

69028

97070

55000

69021

97063

55000

69021

97217

139501

55000

69098

97287

55000

69095

68754
5
56125
8
44892
5
35054
4
26619
0
19586
5
13956
0
97277

55000

69091

97273

55000

69091

4
5
6
7

26515
8
19517
5
13914
7

34928
4
26528
0
19523
1
13913
3

44797
0
34986
8
26572
1
19552
5
13935
7

10

560726
448530
350288
265998
195735

11
12

828455
688077
561653
449181
350736
266320
195924
139550

55000
f

Period
e

55000

68958

96867

2
3

110000

12395
5
16500
0

4
5

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

13872
0
15185
7
16499
3
22000
0

19483
2
19394
1
19304
9
23402
8
21999
3

6
264972
250053
249091
262084
234021

34909
8
32015
8
30517
5
30414
7
26206
3

44724
5
40428
4
37528
0
36023
1
30412
6

56002
9
50297
0
45986
8
43072
1
36051
8

10
686880
615726
558530
515288
430991

11
82779
0
74254
5
67125
8
61392
5
51553
7

12
982791
883455
798077
726653
614174

89
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

274993

28901
4
32999
3

31705
6
34401
4
38499
3

35935
0
37221
0
39909
1
43999
3

9
10

415728
414494
427280
454088
494993

11

48618
3
47085
8
46955
3
48227
0
50908
4
54999
3

12

570729
541313
525917
524543
537266
564084
604993

Gambar 4.39 Lotting Level 1 AWW Manual 2


Pengunci Body
LS
WWA

O
H
0

S
S
0

LT

Periode

10

11

12

GR

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

SR

POH=0

3986

NR

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

POP

3988

3988

7973

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

POR

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

Berikut ini merupakan hasil lotting menggunakan metode AWW dengan menggunakan software WinQSB:

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

90
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Gambar 4.48 Ouput Software Lotting Level 1 AWW

Biaya software:
Gambar 4.49 Ouput Software Biaya Lotting Level 1 AWW

Tabel 4.40 Rekap Biaya Lotting Level 1

no
1
2
3
4
5
6
7
8
9

level 0
lot size
EOQ
LFL
POQ
LUC
LTC
PBB
FOQ
FPR
WWA

total biaya
Rp 3.103.758,50
Rp 3.064.200
Rp 3.064.200
Rp 2.619.523
Rp 3.064.200
Rp 3.064.200
Rp 3.160.000
Rp 3.064.200
Rp 2.619.523

2. Offseting
Tabel 4.41 Tabel Offseting Level 1

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

91
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Gross Requirement
Part/ komponen

10

11

12

Chasis Assy Style

1.214

1.214

1.213

1.213

1.220

1.220

1.219

1.219

1.226

1.226

1.225

1.225

Chasis Assy AnakAnak

1.528

1.528

1.528

1.528

1.536

1.536

1.535

1.535

1.543

1.543

1.543

1.543

Chasis Assy
Koleksi

1.246

1.246

1.246

1.245

1.252

1.252

1.252

1.252

1.259

1.258

1.258

1.258

Body Style

1.214

1.213

1.213

1.220

1.220

1.219

1.219

1.226

1.226

1.225

1.225

Body Anak

3.056

3.072

3.070

3.086

3.086

Body Koleksi

1.246

1.245

1.252

1.252

1.252

1.252

1.259

1.258

1.258

1.258

Penutup Body

24.119

16.028

16.10
7

PenutupBaterai

3. Exploding
Tabel 4.42 Tabel Exploding Level 1
N
o
1

Komponen

10

11

12

Panel
Belakang

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

92
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Assy
2

Gear Besar

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

Chasis

2460

1460

2459

2458

2472

2472

2471

2471

2485

2484

2483

2483

Chasis Anak

1528
3988

1528
3987

1528
3986

1536
4008

1536
4008

1535
4006

1535
4006

1543
4028

1543
4027

1543
4026

1543
4026

7976

7976

7974

7972

8016

8016

8012

8012

8056

8054

8052

8052

Gardan
As Roda
Assy
Gear Kecil

1528
3988

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

Tuas On Off

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

Plat Depan
Penutup Plat
Depan
Roller Assy
Bumper
Belakang
Assy

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

15952

15952

15948

15944

16032

16032

16024

16024

16112

16108

16104

16104

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

10
11
12

Tabel 4.43 Rekap Biaya Lotting Level 1

no
1
2
3
4
5
6
7

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

level 0
lot size
EOQ
LFL
POQ
LUC
LTC
PBB
FOQ

total biaya
Rp 3.103.758,50
Rp 3.064.200
Rp 3.064.200
Rp 2.619.523
Rp 3.064.200
Rp 3.064.200
Rp 3.160.000

93
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

8
9
2

FPR
WWA

Rp 3.064.200
Rp 2.619.523

Offseting
Tabel 4.44 Tabel Offseting Level 1
Gross Requirement
Part/ komponen

10

11

12

Chasis Assy Style

1.21
4

1.21
4

1.21
3

1.21
3

1.22
0

1.22
0

1.21
9

1.21
9

1.22
6

1.22
6

1.22
5

1.22
5

Chasis Assy AnakAnak

1.52
8

1.52
8

1.52
8

1.52
8

1.53
6

1.53
6

1.53
5

1.53
5

1.54
3

1.54
3

1.54
3

1.54
3

Chasis Assy Koleksi

1.24
6

1.24
6

1.24
6

1.24
5

1.25
2

1.25
2

1.25
2

1.25
2

1.25
9

1.25
8

1.25
8

1.25
8

Body Style

1.214

1.213

1.213

1.220

1.220

1.219

1.219

1.226

1.226

1.225

1.225

Body Anak

3.056

3.072

3.070

3.086

3.086

Body Koleksi

1.246

1.245

1.252

1.252

1.252

1.252

1.259

1.258

1.258

1.258

Penutup Body

24.119

PenutupBaterai

0 16.028

0 16.107

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

94
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Exploding
Tabel 4.45 Tabel Exploding Level 1
N
o

10

11

12

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

Panel
Belakang
Assy
Gear Besar

Chasis

2460

1460

2459

2458

2472

2472

2471

2471

2485

2484

2483

2483

Chasis Anak

1528
3988

1528
3987

1528
3986

1536
4008

1536
4008

1535
4006

1535
4006

1543
4028

1543
4027

1543
4026

1543
4026

7976

7976

7974

7972

8016

8016

8012

8012

8056

8054

8052

8052

Gardan
As Roda
Assy
Gear Kecil

1528
3988

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

Tuas On Off

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

Plat Depan
Penutup Plat
Depan
Roller Assy
Bumper
Belakang
Assy

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

15952

15952

15948

15944

16032

16032

16024

16024

16112

16108

16104

16104

3988

3988

3987

3986

4008

4008

4006

4006

4028

4027

4026

4026

10
11
12

Komponen

Level 2
Tabel 4.46 Output Lotting Software

11-15-2016
Item: Plat Belakang
Besar

Overdu
e

week 1
LT = 0

week 2
SS = 0

week 3
LS =
WW

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

week 4
UM =
Each

week 5
ABC =

week
6
Sourc
e=

week 7
Type =
Sub sub

week 8
A.Deman
d=0

week
9
@Cos
t=

week 10
SetupCos
t=0

week 11
H.Cost
= 2.797

week 12
S.Cost
=M

Total

95
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Assembl
y
Gross Requirement
Scheduled Receipt
Projected On Hand
Projected Net
Requirement
Planned Order
Receipt
Planned Order
Release

3,988

3,988

3,987

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

48,084

3,988

3,988

3,987

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

48,084

3,988

3,988

3,987

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

48,084

3,988

3,988

3,987

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

48,084

@Cos
t = 70

SetupCos
t = 55.000

Item: Rumah
Dinamo
Gross Requirement
Scheduled Receipt

3.330

LT = 1

SS = 0

LS =
WW

UM =
Each

ABC =

Sourc
e=

Type =
Part

A.Deman
d=0

S.Cost
=M

3,988

3,988

3,987

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

48,084

11,961

7,973

3,986

12,020

8,012

4,006

0
12,07
9

8,052

4,026

3,988

3,988

3,987

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

Projected On Hand
Projected Net
Requirement

H.Cost
= 59

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

48,084

96
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Planned Order
Receipt
Planned Order
Release

15,949

16,028

16,10
7

48,084

15,949

16,028

16,107

48,084

@Cos
t=
6.100

SetupCos
t=0

Item: Plat Belakang


Kecil
LT = 0
Gross Requirement
Scheduled Receipt
Projected On Hand
Projected Net
Requirement
Planned Order
Receipt
Planned Order
Release

SS = 0

LS =
WW

UM =
Each

ABC =

Sourc
e=

Type =
Sub
Assembl
y

A.Deman
d=0

H.Cost
= 5.124

S.Cost
=M

1,214

1,214

1,213

1,213

1,220

1,220

1,219

1,219

1,226

1,226

1,225

1,225

14,634

1,214

1,214

1,213

1,213

1,220

1,220

1,219

1,219

1,226

1,226

1,225

1,225

14,634

1,214

1,214

1,213

1,213

1,220

1,220

1,219

1,219

1,226

1,226

1,225

1,225

14,634

1,214

1,214

1,213

1,213

1,220

1,220

1,219

1,219

1,226

1,226

1,225

1,225

14,634

@Cos
t=
7.850

SetupCos
t=0

Item: Gear Dinamo


LT = 0

SS = 0

LS =
WW

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

UM =
Each

ABC =

Sourc
e=

Type =
Sub
Assembl
y

A.Deman
d=0

H.Cost
= 6.594

S.Cost
=M

97
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Gross Requirement
Scheduled Receipt
Projected On Hand
Projected Net
Requirement
Planned Order
Receipt
Planned Order
Release

1,528

1,528

1,528

1,528

1,536

1,536

1,535

1,535

1,543

1,543

1,543

1,543

18,426

1,528

1,528

1,528

1,528

1,536

1,536

1,535

1,535

1,543

1,543

1,543

1,543

18,426

1,528

1,528

1,528

1,528

1,536

1,536

1,535

1,535

1,543

1,543

1,543

1,543

18,426

1,528

1,528

1,528

1,528

1,536

1,536

1,535

1,535

1,543

1,543

1,543

1,543

18,426

@Cos
t=
6.350

SetupCos
t=0

Item: Dinamo
LT = 0
Gross Requirement
Scheduled Receipt
Projected On Hand
Projected Net
Requirement
Planned Order
Receipt

SS = 0

LS =
WW

UM =
Each

ABC =

Sourc
e=

Type =
Sub
Assembl
y

A.Deman
d=0

H.Cost
= 5.334

S.Cost
=M

1,246

1,246

1,246

1,245

1,252

1,252

1,252

1,252

1,259

1,258

1,258

1,258

15,024

1,246

1,246

1,246

1,245

1,252

1,252

1,252

1,252

1,259

1,258

1,258

1,258

15,024

1,246

1,246

1,246

1,245

1,252

1,252

1,252

1,252

1,259

1,258

1,258

1,258

15,024

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

98
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Planned Order
Release

1,246

1,246

1,246

1,245

1,252

1,252

1,252

1,252

Item: Plat Depan


LT = 1
Gross Requirement
Scheduled Receipt
Projected On Hand
Projected Net
Requirement
Planned Order
Receipt
Planned Order
Release

SS = 0

LS =
WW

UM =
Each

ABC =

Sourc
e=

@Cos
t=
200

SetupCos
t = 55.000

1,258

H.Cost
= 168

1,258

15,024

S.Cost
=M

3,988

3,988

3,987

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

48,084

7,975

3,987

8,016

4,008

8,034

4,028

8,052

4,026

3,988

3,988

3,987

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

48,084

11,963

12,002

12,040

12,079

48,084

11,963

12,002

12,040

12,07
9

48,084

@Cos
t=
330

SetupCos
t=0

LT = 0
Scheduled Receipt

A.Deman
d=0

1,258

Item: Roda

Gross Requirement

Type =
Part

1,259

SS = 0

LS =
WW

UM =
Each

ABC =

Sourc
e=

Type =
Sub sub
Assembl
y

A.Deman
d=0

H.Cost
= 277

S.Cost
=M

7,976

7,976

7,974

7,972

8,016

8,016

8,012

8,012

8,056

8,054

8,052

8,052

96,168

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

99
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Projected On Hand
Projected Net
Requirement
Planned Order
Receipt
Planned Order
Release

7,976

7,976

7,974

7,972

8,016

8,016

8,012

8,012

8,056

8,054

8,052

8,052

96,168

7,976

7,976

7,974

7,972

8,016

8,016

8,012

8,012

8,056

8,054

8,052

8,052

96,168

7,976

7,976

7,974

7,972

8,016

8,016

8,012

8,012

8,056

8,054

8,052

8,052

96,168

@Cos
t = 50

SetupCos
t = 55.000

Item: As Roda
LT = 1
Gross Requirement
Scheduled Receipt

SS = 0

LS =
WW

UM =
Each

ABC =

Sourc
e=

Type =
Part

A.Deman
d=0

Planned Order
Receipt
Planned Order
Release

Item: Roller

S.Cost
=M

3,988

3,988

3,987

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

48,084

19,977

15,989

12,002

8,016

4,008

20,113

16,107

0
12,07
9

8,052

4,026

3,988

3,988

3,987

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

48,084

23,965

24,119

48,084

23,965

24,119

48,084

@Cos

SetupCos

Projected On Hand
Projected Net
Requirement

H.Cost
= 42

LT = 1

SS = 0

LS =

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

UM =

ABC =

Sourc

Type =

A.Deman

H.Cost

S.Cost

100
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

WW
Gross Requirement
Scheduled Receipt

Each

e=

Part

d=0

t = 60

Planned Order
Receipt
Planned Order
Release

3,988

3,987

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

48,084

19,977

15,989

12,002

8,016

4,008

20,113

16,107

0
12,07
9

8,052

4,026

3,988

3,988

3,987

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

48,084

23,965

24,119

48,084

23,965

24,119

48,084

@Cos
t = 80

SetupCos
t = 55.000

LT = 1
Scheduled Receipt

SS = 0

LS =
WW

UM =
Each

ABC =

Sourc
e=

Type =
Part

A.Deman
d=0

Planned Order
Receipt

H.Cost
= 67

S.Cost
=M

3,988

3,988

3,987

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

48,084

11,961

7,973

3,986

12,020

8,012

4,006

0
12,07
9

8,052

4,026

3,988

3,988

3,987

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

48,084

15,949

16,028

16,10
7

48,084

Projected On Hand
Projected Net
Requirement

=M

3,988

Item: Baut
Gross Requirement

= 50

Projected On Hand
Projected Net
Requirement

t = 55.000

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

101
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Planned Order
Release

15,949

Item: Bumper
Belakang Assy Style
Gross Requirement
Scheduled Receipt

LT = 1

SS = 0

LS =
WW

16,028

UM =
Each

ABC =

Sourc
e=

Type =
Part

16,107

A.Deman
d=0

Planned Order
Receipt
Planned Order
Release

SetupCos
t = 55.000

H.Cost
= 67

48,084

S.Cost
=M

3,988

3,987

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

48,084

11,961

7,973

3,986

12,020

8,012

4,006

0
12,07
9

8,052

4,026

3,988

3,988

3,987

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

48,084

15,949

16,028

16,10
7

48,084

15,949

16,028

16,107

48,084

@Cos
t=
110

SetupCos
t=0

LT = 0
Scheduled Receipt

@Cos
t = 80

3,988

Item: Bumper
Belakang Assy Anak
Gross Requirement

Projected On Hand
Projected Net
Requirement

SS = 0

LS =
WW

UM =
Each

ABC =

Sourc
e=

Type =
Sub sub
Assembl
y

A.Deman
d=0

H.Cost
= 92

S.Cost
=M

15,952

15,952

15,948

15,944

16,032

16,032

16,024

16,024

16,112

16,108

16,104

16,104

192,336

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

102
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Projected On Hand
Projected Net
Requirement
Planned Order
Receipt
Planned Order
Release

15,952

15,952

15,948

15,944

16,032

16,032

16,024

16,024

16,112

16,108

16,104

16,104

192,336

15,952

15,952

15,948

15,944

16,032

16,032

16,024

16,024

16,112

16,108

16,104

16,104

192,336

15,952

15,952

15,948

15,944

16,032

16,032

16,024

16,024

16,112

16,108

16,104

16,104

192,336

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

103
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Offsetting Level 2
Tabel 4.47 Tabel Offsetting Level 2

Part/ komponen
Panel Belakang Assy
Gear Besar
Chasis
Chasis Anak
Gardan
As Roda Assy
Gear Kecil
Tuas On Off
Plat Depan
Penutup plat depan
Roller Assy
Bumper Blkg Assy Style
Bumper Blkg Assy anak
Bumper Blkg Assy
koleksi

10

11

3,988

3,988

3,987

4,008

4,008

4,006

4,027

4,026

4,026

0
0
3,056

0
4,942
0

0
0
0

0
0
0

0
7,972

0
8,016

0
8,012

0
8,012

0
4,966
0
12,07
9
8,056

0
0
3,086

0
7,976

0
8,054

0
8,052

0
8,052

0
15,95
2
1,214
1,528

0
15,95
2
1,214
1,528

0
15,94
8
1,213
1,528

0
16,03
2
1,220
1,536

0
16,03
2
1,220
1,536

0
16,02
4
1,219
1,535

0
16,10
7
16,10
7
16,02
4
1,219
1,535

0
16,02
8
16,02
8
15,94
4
1,213
1,528

0
0
3,070
12,04
0
8,016
24,11
9
24,11
9

0
4,969
0

0
7,976

0
4,944
0
12,00
2
7,974

4,006
16,10
7
0
3,086

4,028

0
4,917
0

3,986
16,02
8
0
3,072

0
16,11
2
1,226
1,543

0
16,10
8
1,226
1,543

0
16,10
4
1,225
1,543

0
16,10
4
1,225
1,543

2,492

2,491

2,504

2,504

2,517

2,516

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

12

104
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

105
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Exploding Level 2
Tabel 4.48 Tabel Exploding Level 2
1

10

11

12

3,988
3,988
3,988
3,988
3,988
3,988
31,90
4

3,988
3,988
3,988
3,988
3,988
3,988
31,90
4

3,987
3,987
3,987
3,987
3,987
3,987
31,89
6

3,986
3,986
3,986
3,986
3,986
3,986
31,88
8

4,008
4,008
4,008
4,008
4,008
4,008
32,06
4

4,008
4,008
4,008
4,008
4,008
4,008
32,06
4

4,006
4,006
4,006
4,006
4,006
4,006
32,04
8

4,006
4,006
4,006
4,006
4,006
4,006
32,04
8

4,028
4,028
4,028
4,028
4,028
4,028
32,22
4

4,027
4,027
4,027
4,027
4,027
4,027
32,21
6

4,026
4,026
4,026
4,026
4,026
4,026
32,20
8

4,026
4,026
4,026
4,026
4,026
4,026
32,20
8

15952

15952

15948

15944

16032

16032

16024

16024

16112

16108

16104

16104

Roller

63,80
8

63,80
8

63,79
2

63,77
6

64,12
8

64,12
8

64,09
6

64,09
6

64,44
8

64,43
2

64,41
6

64,41
6

Baut

63,80
8

63,80
8

63,79
2

63,77
6

64,12
8

64,12
8

64,09
6

64,09
6

64,44
8

64,43
2

64,41
6

64,41
6

1,214
1,528

1,214
1,528

1,213
1,528

1,213
1,528

1,220
1,536

1,220
1,536

1,219
1,535

1,219
1,535

1,226
1,543

1,226
1,543

1,225
1,543

1,225
1,543

2,492
10468

0
5484

2,491
10464

0
5482

2,504
10520

0
5512

2,504
10516

0
5508

2,517
10572

0
5538

2,516
10568

0
5536

Plat Belakang Besar


Rumah Dinamo
Plat Belakang Kecil
Gear Dinamo
Dinamo
Pengunci Dinamo
Roda
As Roda

Bumper Belakang
Bumper Belakang Style
Bumper Belakang
Koleksi
Sekrup

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

106
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Tabel 4.49 Rekap Biaya Lotting Level 2

N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1

Metode
Overall
Cost

Chasis
Chasis Anak-anak
Gear Besar
Gear Kecil
Gardan
Roda Assy
Tuas On/Off

Bumper Blkg Assy Style


Bumper Blkg Assy anak
Bumper Blkg Assy
koleksi
Plat Depan
Penutup Plat Depan

LFL

29,263,0
00
19,086,0
00
4,025,88
0
3,064,20
0
10,276,8
00
31,735,4
40
3,545,04
0
11,560,8
60
9,950,04
0
16,284,9
60
4,506,72
0
4,506,72

EOQ

30,605,0
00
19,660,0
00
4,160,00
0
3,160,00
0
10,660,0
00
33,000,0
00
3,660,00
0
11,850,0
00
10,260,0
00
17,300,0
00
4,660,00
0
4,660,00

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

FOQ

30,605,0
00
19,660,0
00
4,160,00
0
3,160,00
0
10,660,0
00
33,000,0
00
3,660,00
0
11,850,0
00
10,260,0
00
17,300,0
00
4,660,00
0
4,660,00

POQ

29,263,0
00
19,086,0
00
4,025,88
0
3,064,20
0
10,276,8
00
31,735,4
40
3,545,04
0
11,560,8
60
9,950,04
0
16,284,9
60
4,506,72
0
4,506,72

FPR

29,263,0
00
19,086,0
00
4,025,88
0
3,064,20
0
10,276,8
00
31,735,4
40
3,545,04
0
11,560,8
60
9,950,04
0
16,284,9
60
4,506,72
0
4,506,72

PPB

29,263,0
00
19,086,0
00
4,025,88
0
3,064,20
0
10,276,8
00
31,735,4
40
3,545,04
0
11,560,8
60
9,950,04
0
16,284,9
60
4,506,72
0
4,506,72

LUC

LTC

29,229,99
0
18,917,22
8
3,634,361

29,229,99
0
18,968,73
6
3,725,430
.50

2,619,523
10,005,24
1
31,735,44
0
3,137,735
.75
11,560,86
0

2,755,236
10,034,20
2
31,735,44
0
3,240,082
.75
11,560,86
0

9,950,040
16,091,72
3
4,112,380
.50
4,112,380

9,950,040
16,118,77
7
4,210,277
4,210,277

WWA

29,263,0
00
19,086,0
00
4,025,88
0
3,064,20
0
10,276,8
00
31,735,4
40
3,545,04
0
11,560,8
60
9,950,04
0
16,284,9
60
4,506,72
0
4,506,72

107
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

2
1
3
1
4

Panel Belakang Assy


Roller Assy

0
160,119,
728
21,156,9
60

0
166,500,
000
22,000,0
00

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

0
166,500,
000
22,000,0
00

0
160,119,
728
21,156,9
60

0
160,119,
728
21,156,9
60

0
160,119,
728
21,156,9
60

.50
160,119,7
28
21,156,96
0

160,119,7
28
21,156,96
0

0
160,119,
728
21,156,9
60

108
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Level 3
Dibawah ini adalah output software Win QSB metode LUC level 3
Tabel 4.50 Output Lotting Software

11-15-2016
Item: Plat Belakang
Besar
Gross Requirement
Scheduled Receipt
Projected On Hand
Projected Net
Requirement
Planned Order
Receipt
Planned Order
Release
Item: Rumah
Dinamo
Gross Requirement
Scheduled Receipt
Projected On Hand
Projected Net
Requirement
Planned Order
Receipt
Planned Order
Release

Overdue

week 1

week 2
SS = 0
3,988
0
11,981

week 3
LS =
LUC
3,987
0
7,994

week 4
UM =
Each
3,986
0
4,008

0
0
0

LT = 1
3,988
0
15,969

3,988

3,988

3,987

19,957

19,957

week 5
ABC =
4,008
0
0

week 6
Source
=
4,008
0
16,067

week 7
Type =
Part
4,006
0
12,061

week 8
A.Deman
d=0
4,006
0
8,055

week 9
@Cost
= 60
4,028
0
4,027

week 10
SetupCos
t = 55.000
4,027
0
0

week 11
H.Cost =
50
4,026
0
4,026

week 12
S.Cost
=M
4,026
0
0

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

48,084

20,075

8,052

48,084

20,075

8,052

48,084

0
0
0

LT = 1
3,988
0
11,961

SS = 0
3,988
0
7,973

LS =
LUC
3,987
0
3,986

UM =
Each
3,986
0
0

ABC =
4,008
0
12,020

Source
=
4,008
0
8,012

Type =
Part
4,006
0
4,006

A.Deman
d=0
4,006
0
0

@Cost
= 80
4,028
0
12,079

SetupCos
t = 55.000
4,027
0
8,052

H.Cost =
67
4,026
0
4,026

S.Cost
=M
4,026
0
0

3,988

3,988

3,987

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

48,084

15,949

16,028

16,107

48,084

15,949

16,028

16,107

48,084

Lanjutan Tabel 4.50 Output Lotting Software

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

Total

48,084
0

48,084
0

109
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Item: Plat Belakang


Kecil
Gross Requirement
Scheduled Receipt
Projected On Hand
Projected Net
Requirement
Planned Order
Receipt
Planned Order
Release

Item: Gear Dinamo


Gross Requirement
Scheduled Receipt
Projected On Hand
Projected Net
Requirement
Planned Order
Receipt
Planned Order
Release

Item: Dinamo
Gross Requirement
Scheduled Receipt

0
0
0

LT = 1
3,988
0
19,977

SS = 0
3,988
0
15,989

LS =
LUC
3,987
0
12,002

UM =
Each
3,986
0
8,016

ABC =
4,008
0
4,008

Source
=
4,008
0
0

Type =
Part
4,006
0
20,113

A.Deman
d=0
4,006
0
16,107

@Cost
= 50
4,028
0
12,079

SetupCos
t = 55.000
4,027
0
8,052

H.Cost =
42
4,026
0
4,026

S.Cost
=M
4,026
0
0

3,988

3,988

3,987

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

48,084

23,965

24,119

48,084

23,965

24,119

48,084

0
0
0

LT = 1
3,988
0
14,969

SS = 0
3,988
0
10,981

LS =
LUC
6,987
4,000
7,994

UM =
Each
3,986
0
4,008

ABC =
4,008
0
0

Source
=
4,008
0
16,067

Type =
Part
4,006
0
12,061

A.Deman
d=0
4,006
0
8,055

@Cost
= 60
4,028
0
4,027

SetupCos
t = 55.000
4,027
0
0

H.Cost =
50
4,026
0
4,026

S.Cost
=M
4,026
0
0

3,988

3,988

2,987

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

47,084

18,957

20,075

8,052

47,084

18,957

20,075

8,052

47,084

0
0

LT = 1
3,988
0

SS = 0
3,988
0

LS =
LUC
3,987
0

UM =
Source
Type =
A.Deman
Each
ABC = =
Part
d=0
3,986
4,008
4,008
4,006
4,006
0
0
0
0
0
Lanjutan Tabel 4.50 Output Lotting Software

@Cost
= 3.000
4,028
0

SetupCos
t = 55.000
4,027
0

H.Cost =
2.520
4,026
0

S.Cost
=M
4,026
0

48,084
0

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

48,084
0

51,084
4,000

110
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Projected On Hand
Projected Net
Requirement
Planned Order
Receipt
Planned Order
Release

Item: Plat Depan


Gross Requirement
Scheduled Receipt
Projected On Hand
Projected Net
Requirement
Planned Order
Receipt
Planned Order
Release

Item: Roda
Gross Requirement
Scheduled Receipt
Projected On Hand
Projected Net
Requirement

3,988

3,988

3,987

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

48,084

3,988

3,988

3,987

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

48,084

3,988

3,988

3,987

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

48,084

0
0
0

LT = 1
3,988
0
11,961

SS = 0
3,988
0
7,973

LS =
LUC
3,987
0
3,986

UM =
Each
3,986
0
0

ABC =
4,008
0
12,020

Source
=
4,008
0
8,012

Type =
Part
4,006
0
4,006

A.Deman
d=0
4,006
0
0

@Cost
= 80
4,028
0
12,079

SetupCos
t=
55.000
4,027
0
8,052

H.Cost
= 67
4,026
0
4,026

S.Cost
=M
4,026
0
0

3,988

3,988

3,987

3,986

4,008

4,008

4,006

4,006

4,028

4,027

4,026

4,026

48,084

15,949

16,028

16,107

48,084

15,949

16,028

16,107

48,084

0
0
0

LT = 2
31,904
0
0

SS = 0
31,904
0
0

LS =
LUC
31,896
0
0

UM =
Each
31,888
0
0

ABC =
32,064
0
0

Source
=
32,064
0
0

Type =
Part
32,048
0
0

A.Deman
d=0
32,048
0
0

@Cost
= 250
32,224
0
0

SetupCos
t=
55.000
32,216
0
0

H.Cost
= 210
32,208
0
0

S.Cost
=M
32,208
0
0

31,904

31,904

31,896

31,888

32,064

32,064

32,048

32,048

32,224

32,216

32,208

32,208

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

48,084
0

384,672
0

384,672

111
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Lanjutan Tabel 4.50 Output Lotting Software


Planned Order
Receipt
Planned Order
Release

Item: As Roda
Gross Requirement
Scheduled Receipt
Projected On Hand
Projected Net
Requirement
Planned Order
Receipt
Planned Order
Release

Item: Roller
Gross Requirement
Scheduled Receipt
Projected On Hand
Projected Net
Requirement
Planned Order
Receipt

31,904

31,904

31,896

31,888

32,064

32,064

32,048

32,048

32,224

32,216

32,208

32,208

384,672

63,808

31,896

31,888

32,064

32,064

32,048

32,048

32,224

32,216

32,208

32,208

384,672

0
0
0

LT = 1
15,952
0
15,952

SS = 0
15,952
0
0

LS =
LUC
15,948
0
15,944

UM =
Each
15,944
0
0

ABC =
16,032
0
16,032

Source
=
16,032
0
0

Type =
Part
16,024
0
16,024

A.Deman
d=0
16,024
0
0

@Cost
= 80
16,112
0
16,108

SetupCos
t=
55.000
16,108
0
0

H.Cost
= 67
16,104
0
16,104

S.Cost
=M
16,104
0
0

15,952

15,952

15,948

15,944

16,032

16,032

16,024

16,024

16,112

16,108

16,104

16,104

192,336

31,904

31,892

32,064

32,048

32,220

32,208

192,336

31,904

31,892

32,064

32,048

32,220

32,208

192,336

0
0
0

LT = 1
63,808
0
0

SS = 0
63,808
0
0

LS =
LUC
63,792
0
0

UM =
Each
63,776
0
0

ABC =
64,128
0
0

Source
=
64,128
0
0

Type =
Part
64,096
0
0

A.Deman
d=0
64,096
0
0

@Cost
= 70
64,448
0
0

SetupCos
t=
55.000
64,432
0
0

H.Cost
= 59
64,416
0
0

S.Cost
=M
64,416
0
0

63,808

63,808

63,792

63,776

64,128

64,128

64,096

64,096

64,448

64,432

64,416

64,416

769,344

63,808

63,808

63,792

63,776

64,128

64,128

64,096

64,096

64,448

64,432

64,416

64,416

769,344

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

192,336
0

769,344
0

112
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Planned Order
Release

Item: Baut
Gross Requirement
Scheduled Receipt
Projected On Hand
Projected Net
Requirement
Planned Order
Receipt
Planned Order
Release

Item: Bumper
Belakang Assy
Style
Gross Requirement
Scheduled Receipt
Projected On Hand
Projected Net
Requirement
Planned Order
Receipt
Planned Order
Release

63,808

63,792

63,776

LT = 1
63,808
0
63,808

SS = 0
63,808
0
0

LS =
LUC
63,792
3,500
63,776

UM =
Each
63,776
0
0

63,808
0

60,292
124,06
8

63,776

63,808
127,61
6

64,128
128,25
6

127,616

124,068

128,256

0
0
0
0

63,808

64,128
64,128
64,096
64,096
64,448
Lanjutan Tabel 4.50 Output Lotting Software

ABC =
64,128
0
64,128

64,432

64,416

64,416

769,344

Source
=
64,128
0
0

Type =
Part
64,096
0
64,096

A.Deman
d=0
64,096
0
0

@Cost
= 40
64,448
0
64,432

SetupCos
t=
55.000
64,432
0
0

H.Cost
= 34
64,416
0
64,416

S.Cost
=M
64,416
0
0

64,128

64,096

64,096

64,448

64,432

64,416

64,416

765,844

0
128,19
2

128,192

128,880

128,832

765,844

128,880

128,832

765,844

A.Deman
d=0
1,219
0
0

@Cost
= 790
1,226
0
0

SetupCos
t=0
1,226
0
0

H.Cost
= 664
1,225
0
0

S.Cost
=M
1,225
0
0

769,344
3,500

0
0
0

LT = 0
1,214
0
0

SS = 0
1,214
0
0

LS =
LUC
1,213
0
0

UM =
Each
1,213
0
0

ABC =
1,220
0
0

Source
=
1,220
0
0

Type =
Sub sub
Assembl
y
1,219
0
0

1,214

1,214

1,213

1,213

1,220

1,220

1,219

1,219

1,226

1,226

1,225

1,225

14,634

1,214

1,214

1,213

1,213

1,220

1,220

1,219

1,219

1,226

1,226

1,225

1,225

14,634

1,214

1,214

1,213

1,213

1,220

1,220

1,219

1,219

1,226

1,226

1,225

1,225

14,634

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

14,634
0

113
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Lanjutan Tabel 4.50 Output Lotting Software


Item: Bumper
Belakang Assy
Anak
Gross Requirement
Scheduled Receipt
Projected On Hand
Projected Net
Requirement
Planned Order
Receipt
Planned Order
Release

Item: Bumper
Belakang Assy
Koleksi
Gross Requirement
Scheduled Receipt
Projected On Hand
Projected Net
Requirement
Planned Order
Receipt

0
0
0

LT = 0
1,528
0
0

SS = 0
1,528
0
0

LS =
LUC
1,528
0
0

UM =
Each
1,528
0
0

ABC =
1,536
0
0

Source
=
1,536
0
0

Type =
Sub sub
Assembl
y
1,535
0
0

1,528

1,528

1,528

1,528

1,536

1,536

1,535

1,535

1,543

1,543

1,543

1,543

18,426

1,528

1,528

1,528

1,528

1,536

1,536

1,535

1,535

1,543

1,543

1,543

1,543

18,426

1,528

1,528

1,528

1,528

1,536

1,536

1,535

1,535

1,543

1,543

1,543

1,543

18,426

Type =
Sub sub
Assembl
y
1,252
0
1,252

A.Deman
d=0
1,252
0
0

@Cost
= 1.040
1,259
0
1,258

SetupCos
t=
55.000
1,258
0
0

H.Cost
= 874
1,258
0
1,258

S.Cost
=M
1,258
0
0

ABC =
1,252
0
1,252

Source
=
1,252
0
0

@Cost
= 540
1,543
0
0

SetupCos
t=0
1,543
0
0

H.Cost
= 454
1,543
0
0

S.Cost
=M
1,543
0
0

18,426
0

0
0
0

LT = 0
1,246
0
1,246

SS = 0
1,246
0
0

LS =
LUC
1,246
0
1,245

1,246

1,246

1,246

1,245

1,252

1,252

1,252

1,252

1,259

1,258

1,258

1,258

15,024

2,492

2,491

2,504

2,504

2,517

2,516

15,024

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

UM =
Each
1,245
0
0

A.Deman
d=0
1,535
0
0

15,024
0

114
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Planned Order
Release

2,492

2,491

2,504

2,504

2,517

2,516

15,024

Lanjutan Tabel 4.50 Output Lotting Software

Item: Sekrup
Gross Requirement
Scheduled Receipt
Projected On Hand
Projected Net
Requirement
Planned Order
Receipt
Planned Order
Release

ABC =
10,520
0
19,536

Type =
Part
10,516
2,000
5,508

A.Deman
d=0
5,508
0
0

@Cost
= 40
10,572
0
21,642

SetupCos
t=
55.000
5,538
0
16,104

H.Cost
= 34
10,568
0
5,536

S.Cost
=M
5,536
0
0

0
0
0

LT = 1
10,468
0
21,430

SS = 0
5,484
0
15,946

10,468

5,484

10,464

5,482

10,520

5,512

8,516

5,508

10,572

5,538

10,568

5,536

94,168

31,898

30,056

32,214

94,168

31,898

30,056

32,214

94,168

96,168
2,000

Offsetting Level 3

Plat Belakang Besar


Rumah Dinamo
Plat Belakang Kecil
Gear Dinamo

UM =
Each
5,482
0
0

Source
=
5,512
0
14,024

LS =
LUC
10,464
0
5,482

10

11

12

24,11
9

0
16,10
7

0
16,02
8

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

0
24,11
9
24,11

115
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Dinamo
Pengunci Dinamo
Roda
As Roda

3,988

3,987

3,986

0
31,89
6

0
31,88
8
31,89
2

0
32,06
4

4,008
16,02
8
32,06
4
32,06
4

4,008
0
32,04
8
0

9
4,006
0
32,04
8
32,04
8

4,006
0
32,22
4
0

4,028
16,10
7
32,21
6
32,22
0

4,027

4,026

4,026

0
32,20
8

0
32,20
8
32,20
8

64,44
8
128,8
80
0
3,676

64,43
2

64,41
6

0
4,629
0

64,41
6
128,8
32
0
0

0
0
0

0
0
0

0
32,21
4

2,516

Tabel 4.51 Offsetting Level 3

Roller
Baut
Bumper Belakang
Bumper Belakang Style
Bumper Belakang
Koleksi
Sekrup

63,80
8

63,77
6

0
0
0

63,79
2
124,0
68
0
3,653

2,491

2,504

0
4,600
0

64,12
8
128,2
56
0
0

64,12
8

64,09
6

0
0
3,664

64,09
6
128,1
92
4,613
0

0
30,05
6

2,504

2,517

Tabel 4.51 Tabel Offsetting Level 3

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

0
0
0

116
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Rekap Hasil MRP Untuk Semua Level


Rekap Biaya MRP
Level 0
Tabel 4.52 Biaya Komponen Level 0

level 0
no

lot size

EOQ

LFL

POQ

LUC

LTC

PBB

FOQ

FPR

WWA

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

total biaya
STYLE
ANAK-ANAK
174,073,20
147,087,360
0
171,656,81
147,039,456
6
171,656,81
147,039,456
6
171,656,81
147,039,456
6
171,656,81
147,039,456
6
171,656,81
147,039,456
6
175,175,95
151,620,000
0
171,656,81
147,039,456
6
171,656,81
147,039,456
6

KOLEKSI
142,579,20
0
142,427,52
0
142,427,52
0
142,427,52
0
142,427,52
0
142,427,52
0
152,580,00
0
142,427,52
0
142,427,52
0

117
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

118
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Level 1
Tabel 4.53 Biaya Komponen Level 1

N
o

`
Lot
Size

1 LFL
2 EOQ
3 POQ
4 FOQ
5 FPR
6 LUC
7 LTC
8 PPB
9 WWA

Total Biaya (Rp)


Chasis Assy
Style

89,267,392
91,500,000
89,267,392
91,500,000
89,267,392
89,267,392
89,267,392
89,267,392
89,267,392

Chasis Assy
Anak

144,644,11
2
149,150,00
0
144,644,11
2
149,150,00
0
144,644,11
2
144,644,11
2
144,644,11
2
144,644,11
2
144,644,11
2

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

Chasis Assy
koleksi

95,402,400
101,600,000
95,402,400
101,600,000
95,402,400
95,402,400
95,402,400
95,402,400
95,402,400

Body Style

59,196,0
00
60,660,0
00
59,196,0
00
60,660,0
00
59,196,0
00
59,196,0
00
59,196,0
00
59,196,0
00
59,196,0
00

Body AnakAnak

37,512,000
38,660,000
37,512,000
38,660,000
37,512,000
37,504,456
37,504,456
37,512,000
37,512,000

Body
Koleksi

45,677,0
00
48,605,0
00
45,677,0
00
48,605,0
00
45,677,0
00
45,677,0
00
45,677,0
00
45,677,0
00
45,677,0
00

Peng Body

Pengunci
Baterai

3,064,200
3,103,758
.50

4,506,720

3,064,200

4,506,720

3,160,000

4,660,000

3,064,200
2,619,523

4,506,720
4,112,380
.50

3,064,200

4,210,277

3,064,200

4,506,720

2,619,523

4,506,720

4,660,000

119
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Level 2
Tabel 4.54 Rekap Biaya Komponen Level 2

N
o

Metod
e

Chasis

Gear Besar

19,086,00
0
4,025,880
19,660,00
EOQ
2
0
4,160,000
19,660,00
FOQ
3
0
4,160,000
19,086,00
POQ
4
0
4,025,880
19,086,00
FPR
5
0
4,025,880
19,086,00
PPB
6
0
4,025,880
18,917,22
3,634,361
LUC
Bumper
7
8
Blkg Assy
Plat Depan
18,968,73 3,725,430.5
LTC
koleksi
8
6
0
16,284,96
18,917,22
3,619,521
WWA
0
4,506,720
9
8
17,300,00
0
4,660,000
17,300,00
0
4,660,000
16,284,96
0
4,506,720
16,284,96
0
4,506,720
16,284,96
0
4,506,720
16,091,72
Program Studi Teknik Industri
3 4,112,380.50
Universitas Diponegoro
16,118,777
4,210,277
16,091,72
3
4,112,381
1

LFL

29,263,00
0
30,605,00
0
30,605,00
0
29,263,00
0
29,263,00
0
29,263,00
0
29,229,99
0
29,229,99
0
29,229,99
0

Chasis
Anak-anak

Gear
Kecil

Gardan

Roda Assy

Tuas On/Off

10,276,80 31,735,44
0
0
3,545,040
10,660,00 33,000,00
3,160,000
0
0
3,660,000
10,660,00 33,000,00
3,160,000
0
0
3,660,000
10,276,80 31,735,44
3,064,200
0
0
3,545,040
10,276,80 31,735,44
3,064,200
0
0
3,545,040
10,276,80 31,735,44
3,064,200
0
0
3,545,040
2,619,523 10,005,24 31,735,44
3,137,736
Panel
1
0
Penutup
Belakang
Roller Assy
2,755,236
3,240,083
Plat Depan 10,034,20 31,735,44
Assy
2
0
2,619,523 10,005,24 31,735,44
3,120,425
4,506,720 160,119,728 21,156,960
1
0
3,064,200

4,660,000 166,500,000 21,647,612


4,660,000 166,500,000 22,000,000
4,506,720

160,119,728 21,156,960

4,506,720

160,119,728 21,156,960

4,506,720

160,119,728 21,156,960

4,112,380.50
4,210,277

160,119,728 21,156,960
160,119,728 21,156,960

4,112,381

160,119,728 21,156,960

Bumper
Blkg Assy
Style

Bumper
Blkg Assy
anak

11,560,860

9,950,040

11,850,000

10,260,000

11,850,000

10,260,000

11,560,860

9,950,040

11,560,860

9,950,040

11,560,860

9,950,040

11,560,860

9,950,040

11,560,860

9,950,040

11,560,860

9,950,040

120
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Level 3
Tabel 4.55 Rekap Biaya Komponen Level 3

No

Lot Size

LFL

EOQ

POQ

FOQ

FPR

LUC

LTC

PPB

WWA

Bumper
Belakang

9,873,000
10,160,000
9,873,000
10,160,000
9,873,000
9,594,368
9,623,614
9,873,000
9,873,000

Bumper
Belakang
Style

Bumper
Belakang
Koleksi

Sekrup

Roller
( Depan +
Belakang )

Baut

As Roda

11,580,5
00
11,855,0
00
11,580,5
00
11,855,0
00
11,580,5
00
11,387,7
29
11,428,5
28
11,580,5
00
11,580,5
00

15,629,0
00
16,605,0
00
15,629,0
00
16,605,0
00
15,629,0
00
15,354,0
00
15,244,0
00
15,629,0
00
15,629,0
00

4,426,7
20
4,585,8
97
4,426,7
20
4,580,0
00
4,426,7
20
4,020,4
09
4,426,7
20
4,426,7
20
4,020,4
09

54,514,0
80
56,660,0
00
54,514,0
80
56,660,0
00
54,514,0
80
54,514,0
80
54,514,0
80
54,514,0
80
54,514,0
80

31,293,7
60
32,543,5
42
31,293,7
60
32,543,5
42
31,293,7
60
31,236,2
24
31,236,2
24
31,293,7
60
31,293,7
60

16,046,8
80
16,660,0
00
16,046,8
80
16,660,0
00
16,046,8
80
15,851,1
09
15,875,5
84
16,046,8
80
16,046,8
80

Gear Dinamo

3,485,040

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

RumahDinamo

Plat
BelakangBesar

4,506,720

3,545,040

Plat
Belakang
Kecil

3,064,2

PengunciDinamo

4,506,720

Roda
(Ban+Velg)

96,773,0
00
100,605,
000
96,773,0
00
100,605,
000
96,773,0
00
96,773,0
00
96,773,0
00
96,773,0
00
96,773,0
00

Dinamo

144,912,0
00
150,660,0
00
144,912,0
00
150,660,0
00
144,912,0
00
144,912,0
00
144,912,0
00
144,912,0
00
144,912,0
00

121
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

3,600,000
.00

4,660,000

3,660,000

3,485,040

4,506,720

3,545,040

3,600,000

4,660,000

3,660,000

3,485,040
3,075,652
.50
3,180,082
.75

4,506,720
4,112,380.
50
4,210,277

3,545,040
3,137,735.
75
3,240,082.
75

3,485,040

4,506,720

3,545,040

3,485,040

4,506,720

3,545,040

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

00
3,160,0
00
3,064,2
00
3,160,0
00
3,064,2
00
2,619,5
23
2,755,2
36
3,064,2
00
3,064,2
00

4,660,000
4,506,720
4,660,000
4,506,720
4,112,380.5
0
4,210,277
4,506,720
4,506,720

122
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Hasil MRP Metode Terpilih.

Level 0

Level 1

Level 2

Level 3

Gambar 4.50 MRP Metode Terpilih Level 0

Gambar 4.51 MRP Metode Terpilih Level 1

Gambar 4.52 MRP Metode Terpilih Level 2

Gambar 4.53 MRP Metode Terpilih Level 3

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

123
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Rekap Biaya MRP Metode Terpilih


Tabel 4.56 Rekap biaya MRP metode terpilih

No

Nama Part

Koleksi

Style

Anak-anak

Level

Biaya
142,427,520

171,656,816

WWA

147,039,456

Chasis Assy Style

89,267,392

Chasis Assy Anak

144,644,11
2

Chasis Assy koleksi

95,402,400

Body Style

Body Anak-Anak

Body Koleksi

10

Peng Body

11

Pengunci Baterai

59,196,000
37,504,456

LUC

45,677,000
2,619,523
4,112,380.
50

12

Chasis

29,229,990

13

Chasis Anak-anak

18,917,228

14

Gear Besar

3,619,521

15

Gear Kecil

16

Gardan

10,005,241

17

Roda Assy

31,735,440

18

Tuas On/Off

3,120,425

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

Metode
Terpilih

2,619,523

WWA

124
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Lanjutan Tabel 4.56 Rekap biaya MRP metode terpilih

19

Bumper Blkg Assy


Style

11,560,860

20

Bumper Blkg Assy


anak

9,950,040

21

Bumper Blkg Assy


koleksi

16,091,723

22

Plat Depan

4,112,381

23

Penutup Plat Depan

4,112,381

24

Panel Belakang Assy

160,119,728

25

Roller Assy

21,156,960

26

Bumper Belakang

9,594,368

27

Bumper Belakang
Style

11,387,729

28

Bumper Belakang
Koleksi

15,354,000

29

Sekrup

30

Roller ( Depan +
Belakang )

4,020,409
54,514,080
3

LUC

31

Baut

31,236,224

32

As Roda

15,851,109

33

Roda (Ban+Velg)

96,773,000

34

Dinamo

144,912,000

35

Gear Dinamo

3,075,652.5
0

36

RumahDinamo

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

4,112,380.50

125
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Lanjutan Tabel 4.56 Rekap biaya MRP metode terpilih

37

Plat BelakangBesar

3,137,735.7
5

38

Plat Belakang Kecil

2,619,523

39

PengunciDinamo

4,112,380.50

Rekap POR
Tabel 4.57 Rekap biaya POR metode terpilih

Nama Part

week 1

week 2

week 3

week
4

week 5

week 6

week 7

week 8

week 9

week 10

week
11

week 12

Tamiya style

1.214

1.214

1.213

1.213

1.220

1.220

1.219

1.219

1.226

1.226

1.225

1.225

Tamiya anakanak

1.528

1.528

1.528

1.528

1.536

1.536

1.535

1.535

1.543

1.543

1.543

1.543

Tamiya koleksi

1.246

1.246

1.246

1.245

1.252

1.252

1.252

1.252

1.259

1.258

1.258

1.258

Chasis Assy
Style

1.214

1.214

1.213

1.213

1.220

1.220

1.219

1.219

1.226

1.226

1.225

1.225

Chasis Assy
Anak

1.528

1.528

1.528

1.528

1.536

1.536

1.535

1.535

1.543

1.543

1.543

1.543

Chasis Assy
koleksi

1.246

1.246

1.246

1.245

1.252

1.252

1.252

1.252

1.259

1.258

1.258

1.258

Body Style

1.214

1.214

1.213

1.213

1.220

1.220

1.219

1.219

1.226

1.226

1.225

1.225

Body AnakAnak

3.070

3.086

3.086

3.056

3.056

3.072

Body Koleksi

1.246

1.246

1.246

1.245

1.252

1.252

1.252

1.252

1.259

1.258

1.258

1.258

Pengunci Body

23.965

24.119

PenutupBaterai

15.949

16.028

16.107

Panel Blkg Assy

3.988

3.988

3.987

3.986

4.008

4.008

4.006

4.006

4.028

4.027

4.026

4.026

As Roda Assy

7.976

7.974

7.972

8.016

8.016

8.012

8.012

8.056

8.054

8.052

8.052

15.952

7.976
15.95
2

15.948

15.944

16.032

16.032

16.024

16.024

16.112

16.108

16.104

16.104

1.214

1.214

1.213

1.213

1.220

1.220

1.219

1.219

1.226

1.226

1.225

1.225

Roller Assy
Bumper Blkg
Assy Style
Bumper Blkg
Assy anak

1.528

1.528

1.528

1.528

1.536

1.536

1.535

1.535

1.543

1.543

1.543

1.543

Bumper Blkg
Assy koleksi

2.492

2.491

2.504

2.504

2.517

2.516

Chasis

3.920

4.917

4.944

4.942

4.969

4.966

Chasis AnakAnak

3.056

3.056

3.072

3.070

3.086

3.086

Penutup Plat
Depan

15.949

16.028

16.107

Plat Depan

15.949

16.028

16.107

Tuas On/Off

23.965

24.119

Lanjutan Tabel 4.57 Rekap biaya POR metode terpilih

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

126
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material
Kelompok 4

Gear Kecil
Gardan

23.965

11.963

0
12.00
2

24.119

12.040

12.079

Gear Besar

15.949

16.028

16.107

Dinamo

3.988

3.988

3.987

3.986

4.008

4.008

4.006

4.006

4.028

4.027

4.026

4.026

Gear Dinamo

18.957

20.075

8.052

RumahDinamo

15.949

16.028

16.107

Plat
BelakangBesar

19.957

20.075

8.052

Plat Belakang
Kecil
PengunciDinam
o

23.965

24.119

15.949

16.028

16.107

As Roda

31.904

31.892

32.048

32.220

32.208

31.896

0
31.88
8

32.064

31.904

0
31.90
4

32.064

32.064

32.048

32.048

32.224

32.216

32.208

32.208

Roda
(Ban+Velg)
Bumper
Belakang

4.584

4.600

4.613

4.629

Bumper
Belakang Style

3.641

3.653

3.664

3.676

Bumper
Belakang
Koleksi

2.492

2.491

2.504

2.504

2.517

2.516

Sekrup

31.898

30.056

32.214

63.808

63.80
8

63.792

63.77
6

64.128

64.128

64.096

64.096

64.448

64.432

64.416

127.616

124.068

128.256

128.192

128.880

64.416
128.83
2

Roller ( Depan +
Belakang )
Baut

Struktur Produk (BOM)


Capacity Requirement Planning (CRP)

4.2.6.1 Output CRP

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai