keuangan
berusaha
mengelola
asset
financial
perusahaan
dengan
Teori diatas juga dikemukakan oleh Husnan (1989) dalam Suwendra_Kumar (2007)
menyatakan bahwa perusahaan dalam mengelola keuangannya selalu dihadapkan pada
tiga permasalahan penting yang saling berkaitan. Ketiga permasalahan tersebut adalah
keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan untuk menetukan berapa
banyak dividen yang harus dibagikan kepada para pemegang saham. Keputusankeputusan tersebut akan mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan yang tercermin
dari harga pasar perusahaan.
Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan,
yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa
pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham
terhadap harga belinya (capital gain). Dalam hubungannya dengan pendapatan dividen,
para investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil, karena
dengan stabilitas dividen dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan
sehingga mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan dananya kedalam
perusahaan. Di sisi lain, perusahaan yang akan membagikan dividen dihadapkan pada
berbagai macam pertimbangan, antara lain : perlunya menahan sebagian laba untuk
re_investasi yang mungkin lebih menguntungkan, kebutuhan dana perusahaan, likuiditas
perusahaan, sifat pemegang saham, target tertentu yang berhubungan dengan rasio
pembayaran dividen dan faktor lain yang berhubungan dengan kebijakan dividen
(Brigham, 2005) dalam Suwendra_Kumar (2007).
Dari sisi investor , dividen merupakan salah satu penyebab timbulnya motivasi
investor menanamkan dananya dipasar modal. Investor lebih menyukai dividen daripada
capital gain (farikh Rahman, 2006) dalam Muhammad Wahyudin 2010, alasannya adalah
dividen merupakan penerimaan yang lebih pasti dibanding dengan capital gain. Mereka
menganggap bahwa dividen sekarang lebih berharga dari capital gain yang diterima
dikemudian hari. Karena informasi yang dimiliki investor dipasar modal sangat terbatas,
maka perubahan dividenlah yang akan dijadikan sebagai sinyal untuk mengetahui
performance perusahaan, sehingga perusahaan sering menggunakan pengumuman
dividen untuk menaikkan harga saham dari sisi emiten. Sangat penting untuk menentukan
apakah sebagian keuntungan yang dimiliki oleh perusahaan akan lebih banyak digunakan
untuk membayar dividen dibandingkan dengan retained earning atau justru sebaliknya.
Apabila proporsi keuntungan yang dibagikan sebagai dividen
ditahan, akabatnya adalah dana internal yang dimiliki perusahaan turun dan perusahaan
perlu mencari dana dari luar perusahaan bila perusahaan ingin melakukan ekspansi.
Penentuan pembagian
kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan didalam perusahaan
disebut dengan politik dividen atau kebijakan dividen.
Kebijakan dividen suatu perusahaan akan melibatkan dua pihak yang berkepentingan
dan saling bertentangan (agency problem), yaitu kepentingan para pemegang saham
dengan dividennya, kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya, dan juga
kepentingan bondholder yang dapat mempengaruhi besarnya dividen kas yang
dibayarkan. Dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham tergantung pada
kebijakan masing-masing perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih
serius dari manajemen perusahaan. Kebijakan dividen atau keputusan dividen pada
hakikatnya adalah menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada para
pemegang saham, dan yang akan ditahan sebagian dari laba ditahan (Susana dan Fathan,
2006) dalam Nuha (2008).
Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham, kreditor,
amupun pihak eksternal lain yang memiliki kepentingan dari informasi yang dikeluarkan
perusahaan. Melalui kebijakan ini perusahaan memberikan sebagian keuntungan bersih
kepada pemegang saham secara tunai ( Brigham dan Houston, 2001) dalam Kartika
Nuringsih (2005). Keputusan ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
kesejahteraan pemegang saham, khususnya pemegang saham yang berinvestasi dalam
jangka panjang dan bukan pemegang saham
sementara bagi investor mereka berkehendak atas pembagian laba yang diperoleh
(dividen). Perusahaan harus bisa mengambil kebijakan yang memenuhi keinginan
perusahaan memenuhi kebutuhan dana, sedangkan bagi investor memperoleh apa yang
diinginkan.Nuha (2008).
Saxena (1999: p.3) dalam Fira Puspita (2009) mengemukaakan bahwa isu tentang
dividen sangat penting dengan berbagai alasan, antara lain : pertama, perusahaan
menggunakan dividen sebagai cara unuk memperlihatkan kepada pihak luar atau calon
investor sehubungan dengan stabilitas dan prospek pertumbuhan perusahaan dimasa yang
akan datang. Kedua, dividen memegang peranan penting pada struktur permodalan
perusahaan.
Dermawan Sjahrial (2008 : 305-306) menyatakan bahwa ada beberapa faktor-faktor
yang mempengaruhi kebijakan dividen, diantaranya posisi likuiditas perusahaan,
kebutuhan dana untuk membayar utang, rencana perluasan usaha, dan pengawasan
terhadap perusahaan.
Kebijakan dividen yang optimal meminimalkan agency cost dan biaya transaksi untuk
memperoleh dana dari luar. A model of optimal dividend payout is presented in which
increased dividends lower agency cost but raise the transaction of external financing.
The optimal payout minimizes the sum of these two costs (Rozeff, 1982) dalam Eko
Wahyudi-Baidori (2008). Peningkatan pembayaran dividen akan mengurangi agency cost,
tetapi akan meningkatkan transaction cost yang menyebabkan perusahaan dalam
pengawasan pasar modal. Peminimalan kedua biaya ini menghasilkan pembayaran
dividen optimal yang unik yang diberikan perusahaan.
terhadap perusahaan sehingga tindakan mereka sesuai dengan keinginan para pemegang
saham. Konflik kepentingan menurut Madura (2006) dalam Eko Wahyudi-Baidori (2008)
terjadi saat pemegang saham perusahaan bukan merupakan manajer perusahaan.
Nuriningsih (2005) melakukan penelitian dengan menggunakan sampel perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 1995 sampai dengan 1996.
Penelitian tersebut mengungkapkan adanya hubungan antara kepemilikan manajerial,
kebijakan hutang, return on asset (ROA), dan ukuran perusahaan dengan kebijakan
dividen. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan
dividen, variabel kebijakan hutang memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan,
variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan, dan variabel
ROA memiliki pengaruh negatif dan sinifikan terhadap kebijakan dividen.
Pengaruh negatif antara manajerial ownership terhadap kebijakan dividen dibuktikan
oleh Jensen, et al. (1992); Rozeff (1982); Mahadwhartha dan Hartono (2002); Ismiyati
dan Hanafi (2004) dalam Wibisono Hardjopranoto (2006). Dan didukung oleh penelitian
Chen & Steiner (1999) dalam Kartika Nuringsih (2005) , meneliti pengaruh manajerial
ownership terhadap kebijakan dividen dalam konteks keagenan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa terdapat pengaruh negatif antara manajerial ownership dengan
kebijakan dividen. Jika manajerial ownership tinggi, kekayaan manajer menjadi tidak
terdiversifikasi dengan optimal sehingga menurunkan pembayaran dividen sebagai cara
mendongkrak sumber dana internal. Dengan cara ini pendanaan dengan sumber dana
internal dapat menunda penggunaan utang . bila perusahaan menggunakan utang yang
tinggi , maka akan berakibat pada peningkatan financial distress dan kebangkrutan
sehingga bila kondisi tersebut terjadi manajer terancam dikeluarkan dari perusahaan.
Berdasarkan logika ini, maka semakin besar manajerial ownership, dividen akan semakin
kecil.
Penelitian Jensen, Solberg dan Zorn (1992) menemukan bahwa pengaruh negatif atau
efek substitusi antara utang terhadap dividen. Pada penggunaan hutang yang tinggi
perusahaan cenderung menghemat dividen sehingga dipergunakan untuk perluasan
hutang dengan cara ini dapat menghindari transfer kekayaan dari debtholder kepada
stockholder. Penelitian Jensen, Solberg dan Zorn (1992), menemukan bahwa pada tingkat
profitabilitas yang tinggi perusahaan cenderung menahan dividen agar memiliki sumber
dana internal yang tinggi. Variabel ROA sebagai proksi profitabilitas yang digunakan
sebagai variabel independen dalam menetapkan kebijakan dividen.
Pada penelitian Dian Novita Sari (2009) yang meneliti tentang hubungan ukuran
perusahaan, profitabilitas, growth opportinities, leverage, dan cash holding terhadap
kebijakan dividen. Penelitian ini menemukan bahwa ukuran perusahaan dan profitabilitas
berpengaruh secara positif signifikan terhadap kebijakan dividen. Growth opportunities
berhubungan secara negatif signifikan terhadap kebijkan dividen. Hasil ini konsisten
dengan free cash flow hypotesis. Sedangkan leverage dan cash holding tidak memiliki
hubungan yang signifikan terhadap kebijakan dividen.
Pada penelitian Niken Tyas Lestanti (2007) yang menguji tentang pengaruh rasio
profitabilitas, hutang dan likuiditas terhadap kebijakan dividen perusahaan (penelitian
pada perusahaan yang go publik di BEJ). Pengujian empiris yang dilakukan menemukan
bahwa rasio profitabilitas yang menggunakan variabel return on common equity dan roa,
terbukti memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kebijakn dividen
perusahaan. Untuk rasio hutang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan
dividen perusahaan. Rasio likuiditas yang direpresentasikan melalui variabel current ratio
dan cash ratiojuga terbukti tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan
dividen perusahaan.
Penelitian ini diambil dari jurnal yang sudah ada, artinya judul yang diteliti
merupakan judul replikasi dari jurnal yang diteliti oleh Nuringsih (2005) yang
mengembangkan empat variabel independent yang mempengaruhi kebijakan dividen
yang bersumber dari penelitian Chen & Steiner (1999). Dan ingin diteliti kembali namun
dengan periode objek penelitian yang berbeda. Oleh karena itu peneliti dalam hal ini
ingin menguji kembali Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, dan
ROA Terhadap Kebijakan Dividen. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemilikan manajerial, kebijakan
hutang, dan ROA terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di BEI yang
memiliki informasi tentang varibel yang diteliti, diantaranya : memiliki informasi tentang
kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, profitabilitas dan kebijakan dividen.
1.4 MANFAAT
a. Untuk peneliti : dapat menambah pengetahuan, terutama tentang kebijakan
dividend dan variabel lain yang diteliti.
b. Untuk mahasiswa : dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
c. Untuk perusahaan : dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dalam
mengambil keputusan terutama dalam menentukan kebijakan dividen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
A. Kajian Pustaka
2.1 Dividen
Dividen merupakan bentuk distribusi laba yang diperoleh perusahaan kepada
pemegang saham sesuai dengan proporsi lembar saham yang dimilikinya. HandayaniHadinugroho (2009).
Sebagian keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam operasinya akan
didistribusikan kepada pemegang saham dan sebagian lagi akan ditahan untuk
diinvestasikan pada investasi yang menguntungkan. Terkait dengan keuntungan
tersebut maka manajer keuangan harus dapat mengambil keputusan mengenai
besarnya keuntungan yang harus dibagikan kepada pemegang saham dan beberapa
yang harus ditahan guna mendanai perkembangan atau pertumbuhan perusahaan.
Keputusan tersebut akan mempunyai pengaruh yang menentukan terhadap nilai
perusahaan. Besarnya keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham disebut
dividen. Pada umumnya perusahaan membayarkan dividen dalam bentuk kas (tunai),
dan karena kebijakan ini akan mempengaruhi kebijakan pembelanjaan perusahaan
maka keputusannya dilakukan dengan hati-hati dan harus juga melibatkan para
pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Biasanya diputuskan dalam rapat
umum pemegang saham (Surasni, 1998) dalam Karina Cahyati (2006).
Rozeff (1982) dan Estren Book (1984) dalam Wahyuning Kurniati (2007)
menyatakan bahwa pembayaran dividen kepada pemegang saham akan mengurangi
sumber-sumber dana yang dikendalikan oleh manajemen. Semakin tinggi dividen
yang dibayarkan kepada pemegang saham maka free cash flow dalam perusahaan
11
12
sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang
dialokasikan untuk pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba sebagai laba ditahan
dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen
(Wachowicz, 1997 : p.496) dalam Fira Puspita (2009).
Dermawan Sjahrial (2008 : 305-306) menyatakan bahwa ada beberapa faktorfaktor yang mempengaruhi kebijakan dividen, diantaranya :
a. posisi likuiditas perusahaan
Makin kuat posisi likuiditas perusahaan maka makin besar pula dividen
yang dibayarkan perusahaan kepada para pemegang saham.
b. kebutuhan dana untuk membayar utang
Apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar hutang maka
sisanya yang digunakan untuk membayar dividen makin kecil.
c. rencana perluasan usaha
Makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang
dibayarkan untuk dividen.
d. pengawasan terhadap perusahaan.
Kebijakan pembiayaan : untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber
intern antara lain : laba. Pertimbangannya : apabila dibiayai dengan
penjualan saham baru ini akan melemahkan kontrol dari kelompok
pemegang saham dominan. Karena suara pemegang saham mayoritas
berkurang.
2.2.1 Stabilitas Dividen
13
Penilaian Stabilitas Dividen Menurut Varn Horne dan Machowicz (1998: 505506).
Para investor mau membayar premi bagi dividen stabil karena adanya informasi
yang terkandung pada dividen, keinginan investor untuk memperoleh penghasilan
saat ini, dan pertimbangan-pertimbangan kelembagaan tertentu.
Kelembagaan.
Dividen
stabil
mungkin
14
dana pensiun, bank tabungan, trustee, perusahaan asuransi dan beberapa institusi
tertentu. Perusahaan yang menjual sekuritas harus memiliki pola dividen yang
tetap untuk dapat memenuhi kualifikasi. Adanya penurunan dividen dapat
menyebabkan dikeluarkannya sekuritas perusahaan dari daftar yang telah
disetujui.
Sasaran Rasio Pembayaran Menurut Varn Horne dan Machowicz (1998: 506)
Dividen Berkala dan Dividen Tambahan Menurut Varn Horne dan Machowicz
(1998: 507).
Salah satu cara perusahaan meningkatkan distribus kasnya kepada pemegang saham
dalam periode yang sejahtera adalah dengan mengumumkan dividen tambahan
disamping dividen berkala, yang biasanya dibayarkan setiap tiga bulan atau enam
bulan. Dengan mengumumkan dividen tambahan, perusahaan memperingatkan para
investor bahwa dividen itu bukan merupakan kenaikan tingkat dividen yang sudah
ditetapkan. Pengumuman dividen tambahan cocok dilakukan pada perusahaan dengan
15
lyang
berfluktuasi.
Dividen
tambahan
memungkinkan
perusahaan
untuk
16
Dalam pola pembayaran dividen ini, jumlah dividen dihitung berdasar suatu
persentase tetap (constant) dari laba (earnings). Bila laba berfluktuasi maka
jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham pun akan ikut
berfluktuasi.
4. Regular Dividend plus Extras
Dalam cara ini, dividen regular ditetapkan dalam jumlah yang diyakini oleh
manajemen mampu dipertahankan dimasa mendatang tanpa menghiraukan
fluktuasi laba dan kebutuhan investasi modal. Bila tambahan kas tersedia,
perusahaan memberikan tambahan ekstra (bonus) kepada pemegang saham.
Pola ini mengakui bahwa dividen mempunyai kandungan informasi, sehingga
dengan pemberian dividen ekstra dapat menarik minat pemodal yang pada
akhirnya akan dapat meningkatkan harga saham.
5. Fluctuating Dividend and Payout Ratio
Dalam pola pembayaran ini besarnya dividend an payout ratio disesuaikan
dengan perubahan laba dan kebutuhan investasi modal perusahaan untuk
setiap periode. Oleh karena itu besarnya dividend and payout ratio yang
dibayarkan berfluktuasi mengikuti fluktuasi laba dan kebutuhan investasi.
17
Declaration date adalah tanggal yang ditentukan untuk saatnya dewan direksi
mengumumkan dividen.
2. Recording date
Recording date adalah tanggal yang ditentukan untuk saatnya pemegang
saham berhak mendapatkan dividen.
3. Ex Dividen
Ex dividen adalah tanggal yang ditentukan untuk saatnya dividen lepas dari
pemegang saham.
4. Cum Dividen
Cum dividen adalah tanggal yang ditentukan untuk saatnya perdagangan
terakhir yang masih memiliki desempatan mendapatkan dividen, biasanya
berlaku untuk perusahaan yang masuk bursa (go Public).
5. Payment Date
Payment date adalah tanggal yang ditentukan untuk saatnya perusahaan
membayar dividen. Pada umumnya dividen dibayarkan secara tunai termasuk
untuk saham preferen yang dinyatakan sebagai presentase dari nilai buku (par
value).
18
Dividen Tunai adalah suatu bentuk pembagian dividen kepada para pemegang
saham dalam bentuk kas (tunai). Pembagian dividen tunai bisa dilakukan
secara berkala seperti per semester, per tahun dan per kuartal.
2. Dividen dalam bentuk saham (Stock Dividend)
Dividen dalam bentuk saham merupakan penerbitan tambahan saham kepada
pemegang saham. Hal ini mungkin terjadi apabila posisis keuangan (cash
position) perusahaan tidak mencukupi atau perusahaan menginginkan lebih
mendorong perdagangan saham dengan menunda harga pasar sahamnya.
Dengan stock dividend secara otomatis laba ditahan akan mengalami
penurunan yang dikonversikan kedalam bentuk saham.
3. Pemecahan harga saham (Stock Split)
Hal ini berbeda dengan stock dividend. Yang dimaksud dengan stock split
adalah memecah nilai buku saham. Secara persentase kepemilikan perusahaan
tidak mengalami perubahan, melainkan perubahan terjadi hanya pada jumlah
lembar yang dimiliki oleh pemegang saham yang bersangkutan.
19
20
21
22
23
e. Clientele effect
Seperti dikutip dalam Sartono dalam Karina Cahyati (2006) bahwa
banyak kelompok investor dengan berbagai kepentingan. Ada investor
yang lebih menyukai memperoleh pendapatan saat ini dalam bentuk
dividen seperti hal nya individu yang sudah pensiun sehingga investor ini
menghendaki perusahaan untuk membayar dividen yang tinggi. Tetapi ada
pula investor yang lebih menyukai untuk menginvestasikan kembali
pendapatan mereka, karena kelompok investor ini berada dalam tarif pajak
yang cukup tinggi.
Jika perusahaan menahan laba setelah pajak yang diperoleh, maka
investor yang menyukai pembayaran dividen akan kecewa. Pada investor
tersebut memperoleh capital gain , tetapi untuk memenuhi kebutuhan para
investor tersebut terpaksa menjual sebagian sahamnya. Sementara itu
investor yang memilih untuk menginvestasikan kembali pendapatannya
menghendaki perusahaan untuk membayar dividen yang rendah, karena
bagi mereka pembagian dividen yang besar berarti pajak yang harus
24
dibayar juga semakin besar. Ini terjadi karena mungkin kenaikan dividen
mengakibatkan kenaikan tarif pajak pendapatan sehingga pembayaran
dividen tidak begitu menguntungkan dibandingkan dengan kenaikkan
pajak yang harus dibayar. Dengan demikian paling tidak terdapat dua
kelompok investor dengan dua kepentingan yang bertentangan. Karina
Cahyati (2006)
Dengan adanya dua kelompok tersebut, perusahaan dapat
menetukan kebijakan dividen yang oleh manajemen dianggap baik.
Kemudian perusahaan membiarkan para investor menjual saham, dengan
kata lain membiarkan para investor tersebut melakukan pemindahan
investasi dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Tetapi perlu diingat
bahwa transaksi ini berlangsung secara tidak efisien karena adanya biaya
transaksi dan pembayaran capital gain sebagai akibat penjualan saham.
Oleh karena itu ada kecenderungan perusahaan enggan melakukan
perubahan kebijakan dividen. Karena perubahan kebijakan mengakibatkan
beberapa investor akan menjual sahamnya dan akibatnya dapat
menurunkan harga saham. Seperti halnya bidang lain, masih terdapat
perbedaan pendapat tentang adanya perbedaan kepetingan ini dan tidak
satupun kelompok yang dapat membuktikan kebenarannya. Karina
Cahyati (2006)
25
26
27
saham (dividen payout ratio rendah). Penetapan dividen yang rendah disebabkan
karena manajer memiliki harapan investasi dimasa mendatang yang dibiayai dari
sumber internal. Apabila sebagian pemegang saham menyukai dividen tinggi
maka hal ini akan menimbulkan perbedaan kepentingan sehingga diperlukan
peningkatan dividen. Sebaliknya apabila terjadi kesamaan preferensi antar
pemegang saham dan manajer maka tidak diperlukan peningkatan dividen.
Penelitian Chen & Steiner (1999) dalam Kartika Nuringsih (2005) ,
meneliti pengaruh manajerial ownership terhadap kebijakan dividen dalam
konteks keagenan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh negatif
antara manajerial ownership dengan kebijakan dividen. Jika manajerial ownership
tinggi, kekayaan manajer menjadi tidak terdiversifikasi dengan optimal sehingga
menurunkan pembayaran dividen sebagai cara mendongkrak sumber dana
internal. Dengan cara ini pendanaan dengan sumber dana internal dapat menunda
penggunaan utang . bila perusahaan menggunakan utang yang tinggi , maka akan
berakibat pada peningkatan financial distress dan kebangkrutan sehingga bila
kondisi tersebut terjadi manajer terancam dikeluarkan dari perusahaan.
Berdasarkan logika ini, maka semakin besar manajerial ownership, dividen akan
semakin kecil. Pengaruh negatif antara manajerial ownership terhadap kebijakan
dividen ini juga dibuktikan oleh Jensen, et al. (1992); Rozeff (1982);
Mahadwhartha dan Hartono (2002); Ismiyati dan Hanafi (2004) dalam Wibisono
Hardjopranoto (2006).
28
29
yang
keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan untuk operasi. Semakin besar ROA
menunjukan kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat kembalian
investasi (return yang semakin besar).
Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih
oleh perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya. Dividen merupakan
bagian dari laba bersih yang dicapai perusahaan. Perusahaan akan dapat
melakukan pembagian dividen jika perusahaan memperoleh profit. Semakin besar
profitabilitas perusahaan maka kemampuan perusahaan untuk membayar dividen
kepada investor semakin besar. Di samping itu dari sisi manajerial maka
manajemen akan memiliki power untuk mengelola dana perusahaan tanpa harus
melakukan hutang kepada pihak lain, karena dengan tingkat keuntungan
perusahaan yang tinggi maka, diperusahaan akan tersedia banyak modal atau free
cash flow yang dapat digunakan untuk investasi baru.(Wahyuning Kurniati,2007).
30
31
penggunaan utang atau emisi saham baru. Sebaliknya bila ROA rendah maka
dibayarkan dividen yang tinggi. Hal ini dilakukan karena perusahaan mengalami
penurunan profit sehingga untuk menjaga reputasi dimata investor , perusahaan
akan membagikan dividen besar.
Profitabilitas perusahaan memiliki hubungan negatif terhadap kebijakan
dividen. Perusahaan dengan ROA tinggi membagi dividen dalam jumlah kecil.
Hal ini disebabkan karena keuntungan dialihkan sebagai laba ditahan dan
digunakan sebagai sumber internal (Jensen, Solberg dan Zorn, 1992) dalam
Kartika Nuringsih (2004).
B. Penelitian sebelumnya
Pada penelitian Dian Novita Sari (2009) yang meneliti tentang hubungan ukuran
perusahaan, profitabilitas, growth opportinities, leverage, dan cash holding terhadap
kebijakan dividen. Penelitian ini menemukan bahwa ukuran perusahaan dan profitabilitas
berpengaruh secara positif signifikan terhadap kebijakan dividen. Growth opportunities
berhubungan secara negatif signifikan terhadap kebijkan dividen. Hasil ini konsisten
dengan free cash flow hypotesis. Sedangkan leverage dan cash holding tidak memiliki
hubungan yang signifikan terhadap kebijakan dividen.
Pada penelitian Niken Tyas Lestanti (2007) yang menguji tentang pengaruh rasio
profitabilitas, hutang dan likuiditas terhadap kebijakan dividen perusahaan (penelitian
pada perusahaan yang go publik di BEJ). Pengujian empiris yang dilakukan menemukan
bahwa rasio profitabilitas yang menggunakan variabel return on common equity dan roa,
terbukti memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kebijakn dividen
32
perusahaan. Untuk rasio hutang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan
dividen perusahaan. Rasio likuiditas yang direpresentasikan melalui variabel current ratio
dan cash ratiojuga terbukti tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan
dividen perusahaan.
Pada penelitian Kartika Nuringsih (2004) yang meneliti kepemilikan manajerial
dan konflik keagenan : analisis simultan antara kepemilikan manajerial, risiko, kebijakan
hutang dan kebijakan dividen. Pengujian tersebut menemukan hubungan positif antara
tingkat risiko dengan kepemilikan manajerial menunjukan hubungan komplementer.
Begitu juga hubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan risiko menunjukan
adanya
manajerial dengan hutang menunjukan hubungan substitusi, hal yang sama juga
ditemukan pada hubungan negatif antara kebijakan dividen (DPR) dengan kebijakan
hutang menunjukan hubungan substitusi,dan terdapat pula hubungan positif antara
kepemilikan manajerial dengan kebijakan dividen (DPR) menunjukan hubungan
komplementer.
Kartika Nuriningsih (2005) melakukan penelitian dengan menggunakan sampel
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 1995 sampai dengan
1996. Penelitian tersebut mengungkapkan adanya hubungan antara kepemilikan
manajerial, kebijakan hutang, return on asset (ROA), dan ukuran perusahaan dengan
kebijakan dividen. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kebijakan dividen, variabel kebijakan hutang memiliki pengaruh yang negatif dan
signifikan, variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan,
dan variabel ROA memiliki pengaruh negatif dan sinifikan terhadap kebijakan dividen.
33
C. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini mengenai pengaruh kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, dan
ROA terhadap kebijakan dividen. Penentuan besar kecilnya dividen yang akan
dibayarkan tergantung dari kebijakan dividen dari masing-masing perusahaan dan juga
tergantung dari besarnya keuntungan dan jumlah saham yang beredar dimasyarakat.
Penentuan kebijakan dividen harus diperhatikan pada suatu perusahaan yang
membagikan dividen karena karakter pemegang saham dengan berbagai alasan yang
berbeda dapat mempengaruhi kebijakan dividen, ada pemegang saham yang
menginginkandividen yang rendah karena alasan pajak untuk dividen terlalu besar
dibandingkan capital gain, dan juga ada pemegang saham yang mengharapkan dividen
yang besar atau minimal relatif stabil dari tahun ke tahun.
Terdapat beberapa variabel yang ingin diteliti oleh peneliti karena diindikasikan
mempengruhi kebijakan dividen. Diantaranya : kepemilikan manajerial, kebijakan
hutang, dan ROA yang dalam hal ini menjadi variabel eksogen (independent) dan
kebijakan dividen yang akan menjadi variabel yang dipengaruhi atau variabel endogen
(dependen).
34
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dapat diperoleh dari
Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Dalam penelitian ini analisis yang
digunakan adalah regresi berganda. Kerangka pemikiran dan paradigma penelitian dapat
dilihat pada gambar berikut.
Variabel Dependen
Kebijakan Dividen.
Variabel Independen :
Kepemilikan Manajerial
Profitabilitas (ROA)
Kebijakan Hutang
35
Regresi Berganda
Interpretasi
Kesimpulan
D. Paradigma Penelitian
36
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut Sugiyono (2009: 93) merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitianbiasanya disusun
dalam kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
berdasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
37
diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai
jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas yang didukung oleh berbagai teori dari
berbagai penelitian, maka hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini adalah :
Hipotesis 1
Hipotesis untuk Kepemilikan Manajerial (managerial ownership)
H01 : Tidak terdapat pengaruh dari kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen.
H11 : Terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen.
Hipotesis 2
Hipotesis untuk Kebijakan Hutang
H02 : Tidak terdapat pengaruh antara kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen.
H12 : Terdapat pengaruh antara kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen.
Hipotesis 3
Hipotesis untuk Profitabilitas (ROA)
H03 : Tidak terdapat pengaruh antara ROA terhadap kebijakan dividen.
H13 : Terdapat pengaruh antara ROA terhadap kebijakan dividen.
BAB III
METODE PENELITIAN
38
39
2. Kepustakaan
Pengumpulan data dilengkapi dengan membaca dan mempelajari serta
menganalisis literatur yang sumber-sumbernya dari buku-buku, jurnaljurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Sedangkan untuk variabel
independennya dibatasi kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, dan
ROA.
D. Metode Analisis
40
b.
terlebih dahulu model tersebut akan diuji apakah model tersebut memenuhi
asumsi klasik atau tidak, yang mana asumsi ini merupakan asumsi yang
mendasari analisis regresi. Pengujian asumsi klasik ini dimaksudkan untuk
memastikan bahwa model yang diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar
41
dalam analisis regresi yang meliputi asumsi : tidak terjadi autokorelasi, tidak
terjadi heteroskedastisitas dan tidak terjadi multikolinearitas.
1. Uji Asumsi Normalitas
Uji asumsi normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model
regresi yang baik memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Seperti
diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal. Apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak
valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
Dimana uji grafik dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara
data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Pengujian
asumsi ini dilakukan melalui pengamatan terhadap Normal Probability Plot of
Regression
Standardize
Residual.
Uji
normalitas
dengan
grafik
dapat
menyesatkan. Oleh sebab itu dianjurkan dengan uji statistik. Uji statistik
sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skweness dari
residual dan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dalam
penelitian ini yang digunakan dalam pengujian normalitas residual adalah
menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
42
c. Multikoleniaritas dilihat dari nilai tolerance dan lawannya dan VIF. Nilai VIF
> 10 maka terjadi multikoleniaritas yang serius. Besarnya VIF dapat
dirumuskan :
VIF = 1/ Tolerance
3. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini dapat dideteksi dengan
melihat scatterplot antara nilai taksiran Y dengan nilai residual dimana plot
residual versus nilai prediksinya menyebar. Jika pada grafik yang mempunyai
43
sumbu residual yang distandarkan dari sumbu X dan Y yang telah diprediksi
membentuk suatu pola tertentu yang jelas (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit), serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y,
maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.Uji Autokorelasi
Menguji kemungkinan terjadinya autokorelasi bertujuan untuk mengetahui
apakah kesalahan pengganggu pada periode t-1 ( sebelumnya). Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lainnya. Masalah ini karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi
lainnya. Model regresi yang baik tidak terjadi autokorelasi.
Pada penelitian ini menggunakan uji Durbin watson ( DW test). Uji
Durbin watson ( DW test) digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan
mensyaratkan adanya intercept ( konstanta) dalam model regresi dan tidak ada
variabel lag diantara variabel independent. Hipotesis yang diuji adalah :
Tabel Klasifikasi Nilai Durbin Watson
Hipotesis Nol
Tdk ada autokorelasi positif
Keputusan
Tolak
Jika
0 < d < dl
No decision
dl d du
Tolak
4- dl < d < 4
No decision
4-du d 4- du
Du < d < 4-
44
Dalam
Handayani-Hadinugroho
(2009)
kepemilikan
Cit
45
Total aset
c. Return On Assets (ROA) (X3).
Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih
oleh perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya. .(Wahyuning
Kurniati,2007). Dan merupakan hubungan antara laba tahunan setelah
pajak terhadap total aktiva, yang digunakan sebagai usuran productivitas
aktiva perusahaan.
Earning After Tax
ROA=
Total Asset
2. Variabel Dependen
Penelitian ini menggunakan variabel dependen (Y) berupa kebijakan
dividen dengan menggunakan proksi dividen payotu ratio (DPR) yang
diukur dalam presentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen, yang
merupakan rasio antara dividen per lembar saham perusahaan dengan laba
per lembar saham perusahaan.
Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen menentukan jumlah
laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan
semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen.
Alokasi penentuan laba sebagai laba ditahan dan pembayaran dividen
merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen (Wachowicz, 1997 :
p.496) dalam Fira Puspita (2009).
Dividend Per Share
46
DPR =
Earning Per Share
47