Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat. Sedangkan dalam arti sempit (Sinolonga, 1997), adalah setiap siswa yang belajar disekolah dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Di dalam UUD Pendidikan No. 20 Tahun 2003 tentang peserta didik dalam pasal 12 menyatakan bahwa: a) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: 1. Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama. 2. Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. 3. Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya yang tidak mampu membiayai pendidikannya. 4. Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. 5. Pindah keprogram pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain setara. 6. Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masingmasing dan tidak menympang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan. b) Setiap peserta didik berkewajiban: 1. Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan kebrhasilan pendidikan. 2. Ikut menanggung biaya peyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dasar hakiki diperlukannya pendidikan bagi peserta didik adalah karena manusia adalah makhluk susila yang dapat dibina dan diarahkan untuk mencapai derajat kesusilaan. Peserta didik menurut sifatnya dapat dididik, karena mereka mempunyai bakat dan disposisi-disposisi yang memungkinkan untuk diberi pendidikan.
Anak Didik sebagai Subjek Pendidikan:
Dalam karya pendidikan, anak-anak didik adalah subjek yang bersifat unik yang mencapai kedewasaan secara bertahap. Masing-masing anak memiliki kekhususan tersendiri, memiliki kemampuan yang tidak sama, berbeda satu dengan yang lainnya. Anak didik hendaknya diperlakukan sebagai subjek bukan objek. Anak didik dengan melewati proses yang panjang, masing-masing menurut usianya akan memiliki pikirannya sendiri, masing-masing mampu mengambil sikap tertentu secara pribadi, masing-masing mempunyai perasaan yang berlainan satu dengan yang lain, masing-masing memiliki hubungan yang khusus dengan Sang Penciptanya. Begitulah masing-masing anak didik mempribadi dan unik. Ketika berbicara dalam konteks pendidikan, maka subjeknya adalah pendidik dan peserta didik. Keberadaan dua subjek dalam pproses pendidikan menuntut adanya sikap saling pengertian antara kedua belah subjek agar tida ada hak-hak individu subjek yang dilanggar oleh individu subjek lain. Dalam beberapa paham dan pelaksanaan pendidikan, yang dijadikan subjek hanyalah guru sebagai pendidik, dan karena posisinya yang tunggal sebagai subjek, maka ia memiliki otoritas khusus untuk menentukan dan memutuskan apapun terhadap diri objek (murid). Oleh karena itu, memperlakukan anak didik sebagai objek dan menggeneralisasikan mereka merupakan perlakuan yang tidak tepat. Pendidikan semacam itu membonsai harkat anak didik sebagai manusia muda yang seharusnya memiliki kemampuan dan kebebasan berkembang sebagai panggilan hidup dari Penciptanya, menjadi manusia yang kerdil karena tidak berkembang secara optimal sesuai dengan fitrahnya. Jadi, kedudukan peserta didik merupakan subjek yang menjadi fokus utama dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA Suwarno,W. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzzmedia. Suparno, P. 2001. Reformasi Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. PENDIDIK_DAN_PESERTA_DIDIK_DALAM_PROSES.pdf