Anda di halaman 1dari 12

A.

Pegertian Konstitusi dan Hukum Dasar


Konstitusi atau Undang-undang Dasar dalam negara adalah sebuah norma
sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan Negara, biasanya
dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Hukum ini tidak mengatur hal-hal yang
terperinci, melainkan hanya menjabarkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi
peraturan-peraturan lainnya. Dalam kasus bentukan negara, konstitusi memuat aturan
dan prinsip-prinsip entitas politik dan hukum, istilah ini merujuk secara khusus untuk
menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip dasar politik, prinsip-prinsip
dasar hukum termasuk dalam bentukan struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban
pemerintahan negara pada umumnya, Konstitusi umumnya merujuk pada penjaminan
hak kepada warga masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat diterapkan kepada seluruh
hukum yang mendefinisikan fungsi pemerintahan negara.
Dalam bentukan organisasi konstitusi menjelaskan bentuk, struktur, aktivitas,
karakter, dan aturan dasar organisasi tersebut.
Hukum Dasar merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara, termasuk dalam sumber tertib hukum di Indonesia, yang
didalamnya dibagi menjadi hukum dasar tertulis dan tidak tertulis. pada Negara
Indonesia ini sendiri hukum dasar Negara nya ialah Pancasila.
1. Pengertian Hukum Dasar Tertulis.
Merupakan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan
pemerintahan yang bentuknya tertulis pada suatu negara dalam menentukan
mekanisme kerja badan-badan tersebut seperti eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Hukum Dasar Tertulis (UUD) itu rumusannya tertulis dan tidak berubah.
Adapun pendapat L.C.S wade dalam bukunya contution law, UUD menurut sifat
dan fungsinya adalah suatu naskah yang memafarkan kerangka dan tugas-tugas
pokok dari badan-badan pemerintahan suatu Negara dan menentukan pokokpokok cara kerja badan-badan tersebut, jadi UUD itu mengatur mekanisme dan
dasar dari setiap sistem pemerintahan.
2. Pengertian Hukum Dasar Tidak Tertulis.
Hukum dasar tidak tertulis adalah aturan dasar yang timbul dan terpelihara
dalam praktek penyelenggaraan Negara meskipun sifatnya tidak tertulis.
Jika Hukum Dasar tidak tertulis (konvensi) ingin di jadikan rumusan yang
bersifat tertulis maka yang berwenang adalah MPR dan rumusannya bukan lah
merupakan suatu hukum dasar melainkan tertuang dalam ketetapan MPR dan
tidak secara otomatis setingkat dengan UUD melainkan sebagai suatu ketetapan
MPR.

B. Pentingnya Konstitusi Bagi Negara


Konstitusi memiliki kemuliaan dan arti penting bagi kehidupan suatu negara.
Kemuliaan suatu konstitusilah yang menjadikannya sebagai fundamental law (hukum
dasar) dan the higher law (hukum tertinggi). Hal itu dikarenakan konstitusi dapat
disamakan dengan suatu piagam kelahiran suatu negara baru.
Konstitusi memiliki arti penting bagi negara karena tanpa konstitusi bisa jadi
tidak akan terbentuk negara. Konstitusi menjadi barometer kehidupan negara yang
sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pahlawan.
Dalam sebuah konstitusi, tercakup pandangan hidup dan inspirasi bangsa yang
memilikinya. A. Hamid S. Attamimi menyatakan bahwa konstitusi sebagai pemberi
pegangan dan pemberi batas dan sekaligus pegangan dalam mengatur bagaimana
kekuasaan negara itu akan dijalankan.
Struycken dalam bukunya berjudul Het Staatsrecht van Het Koninkrijk dre
Nederlander menyatakan bahwa undang-undang dasar sebagai konstitusi tertulis
merupakan dokumen formal yang berisi sebagai berikut:
1. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau.
2. Tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa.
3. Pandangan tokoh bangsa yang hendak diwujudkan baik untuk waktu
sekarang maupun yang akan datang.
4. Suatu keinginan di mana perkembangan kehidupan ketatane garaan bangsa
hendak dipimpin.
Keempat hal yang termuat dalam konstitusi tersebut menunjukkan arti
pentingnya suatu konstitusi yang menjadi barometer kehidupan bernegara dan
berbangsa. Konstitusi juga memberikan arah dan pedoman bagi generasi penerus
bangsa dalam menjalankan suatu negara. Konstitusi memiliki kedudukan istimewa
dan menjadi sumber hukum utama. Oleh karena itu, tidak boleh ada satu peraturan
perundang-undangan pun yang bertentangan dengannya.
Konstitusi sangat diperlukan oleh suatu negara. Oleh karena itu, semua negara
yang baru merdeka akan menyusun konstitusi. Konstitusi merupakan dokumen
nasional yang bersifat mulia dan istimewa dan sekaligus merupakan dokumen hukum
dan politik. Konstitusi berisi kerangka dasar, susunan, fungsi, dan hak lembaga
negara, pemerintahan, hu bungan antara negara dan warganya, serta pengawasan
jalannya pemerintahan.
C. UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara Indonesia
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan konstitusi bagi Negara Indonesia.
Sebagai dasar hukum, UUD 1945 memegang peranan dalam mewujudkan nilai-nilai
luhur yang terkandung dalam ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.

Pancasila merupakan hukum diatas segala hukum (staats fundamental norm).


Artinya UUD 1945 sebagai dasar hukum, dalam pembuatannya tidak boleh
bertentangan dan harus mematuhi nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila, sebab
UUD 1945 adalah hukum yang setingkat di bawah Pancasila (walaupun tidak tertera
secara langsung dalam UU). Maka dari itu, dikenallah sebuah asas yang berbunyi lex
superior derogat legi inferior, artinya, hukum yang lebih tinggi menjadi acuan hukum
yang lebih rendah.
UUD 1945 dalam proses pelaksanaannya tidak bersifat statis/absolut. UUD
1945 dapat diamandemen sesuai dengan keadaan dan kebutuhan negara. Bahkan soal
perubahan UUD ini sudah tertuang sendiri pada batang tubuh UUD 1945 Pasal 37.
Dalam perubahannya ini juga UUD 1945 harus tetap mematuhi asas lex superior
derogat legi inferior. Sampai saat tulisan ini ditulis, UUD 1945 sudah mengalami 4
kali amandemen.
Setiap warga negara Indonesia beserta pemerintah wajib mematuhi apa yang
sudah tertulis dalam UUD 1945. Sebab dengan cara ini, tujuan negara dalam
menyelenggarakan kepentingan umum tanpa menyingkirkan kepentingan pribadi
dapat terlaksana dengan baik dan bijaksana.
D. Amandemen
Amandemen adalah proses perubahan terhadap ketentuan dalam sebuah
peraturan. Berupa penambahan maupun pengurangan/penghilangan ketentuan
tertentu. Amandemen hanya merubah sebagai ( kecil ) dari peraturan.
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan
(amendemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945
antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan
pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada
Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (sehingga dapat menimbulkan
multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara
negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar
seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi
negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan
kesepakatan di antaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih
dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas
sistem pemerintahan presidensial.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan
(amendemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:

1. Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober


Pertama UUD 1945
2. Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus
Kedua UUD 1945
3. Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November
Ketiga UUD 1945
4. Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus
Keempat UUD 1945

1999 Perubahan
2000 Perubahan
2001 Perubahan
2002 Perubahan

Perubahan Pertama
Ditetapkan pada tanggal 19 Oktober 1999. Perubahan ini meliputi 9 pasal, 16
ayat, yaitu :
-

5 ayat 1

: Hak Presiden untuk mengajukan RUU


kepada DPR

Pasal 7

: Pembatasan masa jabatan Presiden dan


Wakil Presiden

Pasal 9 ayat 1 dan 2

: Sumpah Presiden dan Wakil Presiden

Pasal 13 ayat 2 dan 3

: Pengangkatan dan Penempatan Duta

Pasal 14 ayat 1

: Pemberian Grasi dan Rehabilitasi

Pasal 14 ayat 2

: Pemberian amnesty dan abolisi

Pasal 15

: Pemberian gelar, tanda jasa, dan


kehormatan lain

Pasal 17 ayat 2 dan 3

: Pengangkatan Menteri

Pasal 20 ayat 1-4

: DPR

Pasal 21

: Hak DPR untuk mengajukan RUU

Perubahan Kedua
Ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 2000, yang tersebar dalam 7 Bab, yaitu :
-

Bab VI

: Pemerintahan Daerah

Bab VII

: Dewan Perwakilan Daerah

Bab IX A

: Wilayah Negara

Bab X

: Warga Negara dan Penduduk

Bab XA

: Hak Asasi Manusia

Bab XII

: Pertahanan dan Keamanan

Bab XV

: Bendera, Bahasa, Lambang Negara serta


Lagu Kebangsaan

Perubahan Ketiga
Ditetapkan pada tanggal 9 November 2001, yang tersebar dalam 7 Bab, yaitu :
-

Bab I

: Bentuk dan Kedaulatan

Bab II

: MPR

Bab III

: Kekuasaan Pemerintahan Negara

Bab V

: Kementrian Negara

Bab VII A

: DPR

Bab VII B

: Pemilihan Umum

Bab VIII A

: BPK

Perubahan Keempat
Ditetapkan pada tanggal 10 Agustus 2002, meliputi 19 pasal yang
terdiri atas 31 butir ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan. Dalam
perubahaan keempat ini ditetapkan bahwa :
UUD 1945 sebagaimana telah diubah adalah UUD 1945 yang
ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Perubahan tersebut diputuskan dalam rapat Paripurna MPR RI ke-9
tanggal 18 Agustus 2000 Sidang Tahunan MPR RI dan mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan.
Bab IV tentang Dewan Pertimbangan Agung dihapuskan dan
pengubahan substansi pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III tentang
Kekuasaan Pemerintahan Negara.

E. Studi Kasus
Video
https://www.youtube.com/watch?v=v66T-lNUaNw
Ada Dugaan Pelanggaran Konstitusi dalam Kasus Bank Century
Pemberian imunitas melalui Perpu No 4 Tahun 2008 dipersoalkan.
Skandal bank Century ternyata tidak hanya menguapkan dugaan pelanggaran
kebijakan dan tindak pidana korupsi. Dalam kasus yang beberapa bulan terakhir menyita
perhatian publik ini, ternyata ada juga dua bentuk pelanggaran konstitusi. Hal tersebut
diungkapkan Johan O Silalahi, Presiden Negarawan Center dalam sebuah diskusi di gedung
DPR, Rabu (16/12).
Menurut Johan, pelanggaran konstitusi pertama adalah ketika Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)
No 4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan pada 15 Oktober 2008.
Presiden dituding melanggar Konstitusi karena melalui Pasal 29 Perpu No 4 Tahun 2008
memberikan kekebalan hukum kepada Menteri keuangan, Gubernur Bank Indonesia dan/atau
semua
pihak
yang
menjalankan
Perpu
ini.
Presiden tidak punya wewenang dan hak. Bagaimana Presiden bisa memberikan kekebalan
hukum terhadap orang lain. Terhadap dirinya saja ia tidak bisa memberikan kekebalan hukum
menurut Konstitusi, tegasnya.

Bentuk pelanggaran konstitusi lainnya adalah ketika Menteri Keuangan Sri Mulyani
menyatakan tidak puas terhadap hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Sikap Sri,
menurut Johan, sama saja mengabaikan Konstitusi, khususnya Pasal 23E ayat (1) dan (3). Sri
juga dinilai telah melecehkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan kewibawaan BPK
dengan tidak mematuhi hasil audit investigatifnya.

Bagaimana mungkin seorang pembantu Presiden (Menteri) bisa tidak percaya terhadap hasil
audit BPK yang kewenangan pembentukannya diatur dalam Konstitusi, ujarnya. Johan juga
mengaku heran ketika ketidakpuasan Sri Mulyani diikuti dengan permintaan agar BPKP
melakukan audit. Langkah ini, lanjutnya, seharusnya dilakukan sebelum BPK menggelar
audit. Wibawa dari BPK dipertaruhkan disini, ujarnya.

Pasal 23E ayat (1):


Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu
Badan Pemeriksa Keuangan negara yang bebas dan mandiri

ayat (3):
Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai
dengan undang-undang

Pandangan Johan diamini Anggota Komisi III DPR Chairuman Harahap. Mantan
Jaksa ini berpendapat prinsip equality before the law harus ditegakkan. Harus ada
kesamaan, tegasnya. Menurut Chairuman, penyelenggara negara saat ini memang cenderung
mengambil jalan pintas untuk mewujudkan keinginannya. Salah satu jalan pintas itu adalah
menerbitkan perpu.

Perpu yang sebenarnya oleh UUD diberikan dengan batasan-batasannya. Harus ada
kegentingan yang memaksa sehingga mengakibatkan penyelenggaraan negara tidak bisa
dijalankan, jelasnya.

Penggunaan perpu, kata Chairuman, bisa berakibat fatal apabila ternyata dijadikan
instrumen untuk meniadakan kekuasaan legislatif, Yudikatif, atau bahkan memberikan
kekuasaan dan kekebalan hukum bagi diri presiden atau pihak lain. Chairuman mengatakan
presiden seharusnya segera mencabut Perpu No 4 Tahun 2008, karena faktanya DPR telah
menolaknya pada sidang paripurna 18 Desember 2008 lalu.

Pencabutan perpu tersebut adalah formil tugas presiden, namun tidak berlakukanya perpu
adalah pada saat ditolak. Jika Presiden tidak mengajukan RUU pengganti perpu tersebut,
berarti ia tidak menjalankan kewajibannya menjalankan undang-undang selurus-lurusnya,
paparnya.

Ke depan, menurut Chairuman, praktek kenegaraan seperti ini perlu diperbaiki agar
tidak mengarah bentuk kediktatoran. Kita harus mencegah terjadinya kediktatoran dalam
negara kita. Penyelenggara negara harus sesuai dengan Konstitusi. DPR akan mengawal dan
mengingatkan pemerintah dalam hal ini, tegasnya.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b29ddef73395/ada-dugaan-pelanggarankonstitusi-dalam-kasus-bank-century
Penyimpagan
Hambalang, Pejabat Kempora Diperiksa KPK. Kepala Bidang Manajemen Industri Olahraga
Kementerian Pemuda dan Olahraga(Kempora) Dedi Rosadi diperiksa KPK terkait kasus

dugaan korupsi pengadaan proyek pembangunan pusat pelatihan pendidikan dan sekolah
olahraga nasional, Bukit Hambalang, Jawa Barat.
Kepala Bagian Pemberitaan dan Informasi KPK Priharsa Nugraha mengatakan, Dedi
diperiksa sebagai saksi untuk tiga orang tersangka, yaitu Deddy Kusdinar, Andi Alifian
Mallarangeng dan Teuku Bagus M Noor.
KPK sudah menetapkan empat orang sebagai tersangka dalam kasus Hambalang. Mereka
adalah Andi Alifian Mallarangeng, Deddy Kusdinar, Anas Urbaningrum dan Teuku Bagus.
Andi ditetapkan menjadi tersangka pada Desember tahun lalu. Andi berstatus tersangka
dalam kapasitasnya sebagai menteri pemuda dan olahraga dan pengguna anggaran proyek
Hambalang.
Ia disangkakan melanggar Pasal 2 Ayat (1) dan atau Pasal 3 Undang-Undang (UU) 30/1999
tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.
Pasal 3 mengatur soal penyalahgunaan kewenangan yang meyebabkan kerugian negara.
Sementara Pasal 2 Ayat (1) melakukan pelanggaran hukum yang menguntungkan diri sendiri
atau orang lain.
Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kempora),
Deddy Kusdinar sebagai tersangka kasus pengadaan pembangunan sarana dan prasarana
Pusat Pelatihan dan Olahraga Bukit Hambalang, Jawa Barat.
Deddy ditetapkan tersangka terkait jabatannya dulu sebagai kepala biro perencanaan
Kempora. Deddy diduga telah menyalahgunakan kewenangannya sebagai pejabat pembuat
komitmen (PPK).
Kepada Deddy, KPK menyangkakan pasal 2 ayat 1 dan atau Pasal 3 Undang-Undang
No.31/1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi jo Pasal 55 Ayat (1) kesatu KUHP.
Sementara eks Direktur Operasi sekaligus Kepala Divisi Konstruksi 1 non aktif PT Adhi
Karya, Teuku Bagus Mokhamad Noor sebagai tersangka karena melanggar Pasal 2 ayat 1 dan
atau Pasal 3 Undang-Undang No.31/1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi jo
Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
KPK menetapkan Anas Urbaningrum sebagai tersangka kaspenerimaan hadiah atau janji
terkait proses perencanaan pelaksnaan pembangunan sport center hambalang dan atau
proyek-proyek lainnya.
Anas ditetapkan menjadi tersangka dalam kapasitasnya sebagai anggota DPR 2009-2014.
KPK menyangkakan Anas melanggar pasal 12 huruf a atau huruf b dan atau pasal 11
Undang-Undang No.31/1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

KPK mulai menyelidiki kasus Hambalang sejak Agustus 2011. Setidaknya ada dua peristiwa
yang terindikasi korupsi dalam proyek Hambalang yangg ditaksir KPK mencapai Rp 2,5
triliun.
Pertama, pada proses penerbitan sertifikat tanah Hambalang di Jawa Barat. Kedua, pengadaan
proyek Hambalang yang dilakukan secara multi years. Pengadaan proyek Hambalang
ditangani Kerjasama Operasi (KSO) PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya.

Alasan mengapa kasus hambalang dijadikan contoh kasus penyimpangan negara konstitusi di
indonesia karena Andi Alifian Mallarangeng sebagai tersangka dan beliau sebagai menteri
pemuda dan olahraga melakukan pelanggaran hukum yang menguntungkan diri sendiri atau
orang lain dan penyalahgunaan kewenangan yang meyebabkan kerugian negara.
http://greanfiction.blogspot.co.id/2015/02/penyimpangan-penyimpangan-konstitusi.html

Sindonews.com - Majelis Kehormatan Konstitusi (MKK) telah menjatuhkan sanksi kepada


Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) nonaktif Akil Mochtar berupa pemberhentian secara tidak
hormat.
Dalam pertimbangannya, Akil Mochtar terbukti melanggar beberapa prinsip dan pasal.
Berikut pelanggaran yang dilakukan Akil Mochtar dari putusan Majelis Kehormatan
Konstitusi
Nomor
01/MKMK/X/2013:
Pertama, MKK menimbang bahwa perilaku hakim terlapor Akil Mochtar terbukti melanggar
kode etik dan perilaku hakim konstitusi prinsip ke empat, yakni kepantasan dan kesopanan
penerapan angka dua yang menegaskan sebagai abdi hukum yang terus menerus menjadi
pusat perhatian masyarakat hakim konstitusi harus menerima pembatasan-pembatasan pribadi
yang mungkin dianggap membebani dan harus menerimanya dengan rela hati serta
bertingkah
laku
dengan
martabat
mahkamah.
Perilaku yang dimaksud yakni saat Akil Mochtar bepergian ke Singapura pada 21 September
dan ke beberapa negara lainnya tanpa pemberitahuan ke Sekretariat Jenderal MK.
"Seyogyanya setiap kalau pergi ke luar negeri beritahu sekjen. Apakagi hakim terlapor yang
saat itu menjabat Ketua MK, harus diketahui keberadaannya. Setiap saat untuk
mengantisipasi jika terjadi sesuatu di MK yang dipimpinnya meskipun tidak diketahui
kegiatan pribadinya," ujar Anggota Majelis Kehormatan Konstitusi (MKK) Mahfud MD, saat
membacakan putusan di Gedung MK, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat
(1/11/2013).
Berdasarkan perilaku Akil tersebut, lanjut dia, MKK berpendapat hakim terlapor (Akil)
terbukti melakukan pelanggaran kode etik dan perilaku hakim konstitusi. Selain itu Akil juga
melanggar kepemilikan mobil sedan Mercedes Benz S-350 dengan mengatasnamakan sopir
Akil.
Kedua, Akil Mochtar terbukti melanggar prinsip ketiga, yakni integritas penerapan angka 1
yang menyatakan hakim konsitusi menjamin agar perilakunya tidak tercela dari sudut
pandang
pengamatan
yang
layak.
Selain itu Akil Mochtar juga terbukti melanggar ketentuan Pasal 23 Huruf b Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2003 tentang MK sebagaimana telah diubah Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2011 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang MK yang
menyatakan hakim konstitusi diberhentikan dengan tidak hormat apabila melakukan
perbuatan
tercela.
Pelanggaran tersebut yakni, Akil Mochtar yang tidak mendaftarkan mobil Toyota Crown
Athlete ke Ditlantas Polda Metro Jaya yang mencerminkan perilaku tidak jujur, penemuan
narkotika
dan
obat-obatan
terlarang
di
ruang
kerja
Akil.

Ketiga, Akil Mochtar terbukti melanggar prinsip pertama yakni independensi penerapan
angka satu yang menegaskan hakim konstitusi harus menjalankan fungsi judisialnya secaran
independen atas dasar penilaian terhadap fakta-fakta, menolak pengaruh dari luar tanpa
bujukan, iming-iming, tekanan dan ancaman atau campur tangan dari siapa pun dengan
alasan
apapun
sesuai
dengan
penguasaannya
atas
hukum.
Perilaku tersebut yakni pertemuan Akil Mochtar dengan anggota DPR RI berinisial CHN di
ruang kerjanya tanggal 9 Juli 2013 dan dihubungkan dengan penangkapan anggota DPR
CHN yang berada di tempat yang sama dengan Akil saat ditangkap KPK.
"Menimbang bahwa perilaku hakim terlapor adakan pertemuan dengan CHN (Anggota DPR)
pada 9 juli 2013, dan dikaitkan dengan tertangkap keduanya bersama, menimbulkan
keyakinan MKK bahwa pertemuan tersebut berkaitan dengan perkara yang sedang ditangani
hakim
terlapor,"
kata
Abbas
Said,
anggota
MKK.
source:
http://nasional.sindonews.com/read/800825/13/ini-pelanggaran-kode-etik-akilmochtar-1383288630

Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Konstitusi
https://prezi.com/q-s5y3ndkuvd/pengertian-hukum-dasar-negara-indonesia/
http://suprijono.blogspot.com/2014/10/apakah-arti-penting-konstitusi-bagi-suatu-negara.html
http://civicedukasi.blogspot.co.id/2010/10/uud-1945-sebagai-konstitusi-negara.html
https://id.wikipedia.org/wiki/UndangUndang_Dasar_Negara_Republik_Indonesia_Tahun_1945#Periode_Perubahan_UUD_1945
http://mellamela3.blog.com/undang-undang-dasar-1945-dan-amandemennya/
http://pkn-8d-19.blogspot.co.id/2011/01/pengertian-amandemen-uud-1945.html

Kelompok 11
Aditya Sri Kuncoro

1517232

Ahmad Rifai Nst

1517239

Arizalni Nurul Akbar 1517266


Dinda Puspitasari

1517287

Marta Dian Wahyuni 1517359

Anda mungkin juga menyukai