Anda di halaman 1dari 5

Nikmat Hidayah Islam

Kita bersyukur diberikan hidayah oleh Allah di atas Islam, sebuah nikmat yang luar biasa yang tidak bisa
dibayar dengan apapun juga. Nikmat ini adalah nikmat yang besar yang wajib kita syukuri karena lebih
nikmat dari semua nikmat yang ada di muka bumi ini.

Kita bisa bandingkan besarnya nikmat ini dengan adzabnya orang-orang kafir, yang Allah Ta'ala sebutkan
dalam surah Ali-Imran ayat 91,

“Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam kekafiran, tidak akan diterima (tebusan) dari seseorang
di antara mereka sekalipun (berupa) emas sepenuh bumi, sekiranya dia hendak menebus diri dengannya.
Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang pedih dan tidak memperoleh penolong.” [QS. Ali
Imran:91]

dan Al-Maidah ayat 36-37,

Sesungguhnya orang-orang yang kafir, seandainya mereka memiliki segala apa yang ada di bumi dan
ditambah dengan sebanyak itu (lagi) untuk menebus diri mereka dari azab pada hari Kiamat, niscaya
semua (tebusan) itu tidak akan diterima dari mereka. Mereka (tetap) mendapat azab yang pedih.” [QS.
Al-Maidah:36-37]

Ayat tersebut menceritakan bagaimana orang-orang kafir itu disiksa di dalam neraka oleh Allah Ta'ala.
Oleh karena itu mereka ingin menebus dengan sepenuh bumi emas untuk keluar dari neraka, tetapi tidak
bisa. Karena mereka kekal di dalam neraka selama-lamanya.

Oleh karena itu kita wajib bersyukur atas diberikannya hidayah di atas Islam oleh Allah Ta'ala. Ini
merupakan hidayah taufiq dari Allah.

Allah telah memberikan kita kelapangan (hati) untuk menerima hidayah. Hidayah taufiq itu hak Allah
Ta'ala. Allah menunjuki kepada siapa yang Allah kehendaki dan Allah menyesatkan siapa yang Allah
kehendaki.

Kalau Allah menghendaki semua manusia beriman, niscaya semuanya beriman. Namun Allah
berkehendak (dengan penuh hikmah dan keadilan) ada yang beriman dan ada juga yang kufur.

Maka dalam Islam, kita hanya mengajak orang kepada agama yang haq (benar) ini, kita tidak boleh
memaksa. Kita mengajak dengan cara yang baik, dengan hikmah agar mereka masuk ke dalam agama
Islam. Maka Allah sebutkan di
dalam surah Al-Kahfi,

"Dan katakanlah (Muhammad), Kebenran itu datangnya dari Tuhanmu, barangsiapa menghendaki
(beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir…" [QS. Al-Kahfi:
29]

Akan tetapi, semua mempunyai konsekuensinya. Kalau ia memilih untuk beriman, ia harus sungguh-
sungguh melaksanakan syari'at agama ini, yang akan membawa ia kepada kebahagiaan yang abadi yaitu
Surga. Kalau ia memilih untuk kufur, ia akan mendapatkan konsekuensi dari kekufurannya yaitu akan
dimasukkan Allah ke dalam Neraka dan kekal di dalamnya selama-lamanya.

Oleh karena itu, nikmat Islam


adalah nikmat yang paling
besar. Allah berfirman dalam
surah Al- An'am ayat 125,

"Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya
untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit
dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada
orang-orang yang tidak beriman." [QS. Al-An’am:125]

Dalam ayat ini, barangsiapa yang Allah kehendaki dapat hidayah, Allah lapangkan dadanya untuk
menerima agama Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah menjadi sesat maka Allah jadikan
dadanya sempit seolah-olah ia mendaki ke langit.

Maka kita wajib bersyukur kepada Allah karena termasuk orang yang dilapangkan dadanya untuk
menerima Islam, orang-tua kita juga diberi nikmat dijadikan orang Islam, kakek-nenek kita juga, oleh
karena itu kita wajib bersyukur kepada Allah karena ini adalah nikmat yang besar.

Ada yang orang-tuanya tidak diberikan hidayah taufiq oleh Allah, tapi anaknya diberikan hidayah masuk
ke dalam Islam. Bagi sang anak, ini adalah nikmat yang besar, nikmat yang wajib disyukuri.

Allah berfirman di dalam


surah Az- Zumar ayat 22,
"Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima) agama Islam lalu dia
mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang hatinya membatu)? Maka celakalah mereka
yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata." [QS. Az-
Zumar: 22]

Allah menyebutkan orang yang menerima Islam itu berada di atas cahaya, cahaya Islam, cahaya iman.
Berbeda dengan orang-orang yang tidak mau beriman dan tidak mau masuk agama Islam, hati mereka
keras. Dan mereka berada di atas kesesatan yang nyata.

Oleh karena itu, orang-orang kafir hidupnya dalam kegelapan. Mereka hidup dalam kebingungan,
kesesatan, kesengsaraan. Meskipun kita melihat mereka itu kaya, diberikan fasilitas oleh Allah, namun
tujuan Allah memberikan fasilitas dunia itu agar mereka bertambah dosa. Allah memberikan kekayaan
kepada mereka, agar Allah menyiksa mereka dengan kekayaannya itu. Dan mereka mati dalam keadaan
tersiksa, ditambah lagi dengan adzab kubur, dan juga adzab Neraka yang abadi.

Ketika di neraka, mereka meminta seteguk air,


tapi tidak diberikan oleh Allah. Disebutkan oleh
Allah di dalam surah Al- A'raf ayat 50,

"Para penghuni neraka menyeru para penghuni surga, “Tuangkanlah (sedikit) air kepada kami atau rezeki
apa saja yang telah dikaruniakan Allah kepadamu.” Mereka menjawab, “Sungguh, Allah telah
mengharamkan keduanya bagi orang-orang kafir,”" [QS. Al-A’raf: 50]

Jadi orang-orang kafir di neraka tidak mendapatkan air dan minuman yang sejuk, akan tetapi
mendapatkan air minuman yang panas.
Oleh karena itu, kita sebagai orang Islam harus bersyukur kepada Allah diberikan hidayah di atas Islam.
Nikmat yang paling besar itu adalah kita diberikan petunjuk di atas Islam. Nikmat yang besar juga adalah
kita diberikan Nabi yang terakhir yaitu nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

Tentang nikmat diutusnya nabi


Muhammad, Allah menyebutkan di dalam
surah Ali-Imran ayat 164,

"Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika (Allah) mengutus seorang
Rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada
mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur'an)
dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata." [QS.
Ali-Imran: 164]

Sebelum diutusnya Nabi Muhammad umat ini dalam keadaan sesat dengan kesesatan yang nyata, dalam
kegelapan, dalam kesengsaraan, dalam keadaan jahiliyyah, tetapi setelah diutusnya Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam, manusia mendapatkan cahaya, mendapatkan ketenangan, mendapatkan
kebahagiaan, mendapatkan hidayah dan yang lainnya.

Ini adalah nikmat yang besar, kita wajib bersyukur atas nikmat ini dan dengan nikmat diutusnya Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

Anda mungkin juga menyukai