Satuan tugas penanggulangan vaksin palsu mengadakan rapat
untuk membahas tindak lanjut penanggulangan vaksin palsu. Rapat dipimpin oleh menteri kesehatan RI, Prof. dr. Nila Farid Moeloek di kantor Kemenkes RI. Adapun hasil rapat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Badan POM telah melakukan penelusuran di seluruh wilayah, dan terdapat 37 Fasyankes yang berada di 9 Provinsi yang mendapatkan vaksin dari sumber yang tidak resmi dengan jumlah sampel sebanyak 39 jenis. 2. Badan POM sudah menguji sampel vaksin tersebut dan hasil menunjukkan dari 39 sampel ditemukan 4 sampel yang isinya tidak sesuai atau palsu, dan 1 sampel diduga palsu karena label tidak sesuai. 3. Selain itu, Badan POM juga melakukan uji terhadap sejumlah barang sitaan Bareskrim POLRI. Telah selesai diperiksa 15 produk, terdapat 5 produk yang terbukti kandungannya palsu, 1 produk vaksin yang kadarnya tidak sesuai, dan 1 produk yang labelnya tidak sesuai. 4. Berdasarkan hasil penyelidikan dari Bareskrim dan Badan POM, Kemenkes melakukan pendataan ulang pasien yang menerima vaksin palsu. 5. Kemenkes akan memberikan vaksinasi ulang kepada anak-anak yang terdata mendapat vaksin palsu. Vaksinasi di Ciracas, Jakarta Timur, pada pekan depan karena datanya telah tersedia. Menurut Menkes, peredaran vaksin palsu terjadi karena adanya kelangkaan vaksin tertentu di masyarakat yang merupakan vaksin pilihan dan bukan vaksin wajib, sebagaimana program pemerintah. Vaksin untuk imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi wajib dan imunisasi pilihan. Vaksin imunisasi wajib disediakan gratis oleh pemerintah. Vaksin imunisasi yang merupakan program pemerintah terdiri dari BCG, Polio, DPT, Campak, Hepatitis-B, dan Hib diproduksi dan didistribusikan oleh PT. Biofarma. Penyelenggaraan imunisasi wajib dilaksanakan di Puskesmas, Posyandu, RS Pemerintah dan juga dilaksanakan di RS/Faskes Swasta dengan presentase 88,1% dilakukan di Puskesmas, Posyandu dan RS Pemerintah, serta 11,9% di Faskes Swasta. Dalam hal kasus vaksin palsu, ditemukan beberapa Faskes Swasta yang membeli dari sumber tidak resmi. Selain itu setelah diteliti secara seksama oleh Satgas, tidak ditemukan vaksin palsu di
Faskes milik Pemerintah karena vaksin yang digunakan disediakan dari
Pemerintah. 14 RS Swasta terduga menerima vaksin palsu: Satgas penanggulangan vaksin palsu telah mengeluarkan daftar RS yang menerima distribusi vaksin palsu berdasarkan penyelidikan Bareskrim yaitu: 1. DR. Sanders Cikarang 2. Bhakti Husada Terminal Cikarang 3. Sentral Medica Jl. Industri Pasir Gelombang, Cikarang 4. RSIA Puspa Husada 5. Karya Medika Tambun 6. Kartika Husada Jl. MT. Haryono Setu Bekasi 7. Sayang Bunda Pondok Ungu Bekasi 8. Multazam Bekasi 9. Permata Bekasi 10.RSIA Gizar Villa Mutiara Bekasi 11.Harapan Bunda Keramat Jati Jaktim 12.Elisabeth Narogong Bekasi 13.Hosana Lippo Cikarang 14.Hosana Bekasi Jl. Pramuka Distribusi vaksin palsu tersebar di sekitar Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Semarang, banten, Medan, Aceh, dan Padang. Selain 14 rumah sakit, fasilitas kesehatan yang baru diketahui berlangganan vaksin palsu yakni dua klinik, dua apotek, dan satu toko obat. Terungkapnya kasus ini berawal dari fakta lapangan banyaknya anak yang kondisi kesehatannya terganggu usai diberi vaksin. Selain itu, ada pula laporan pengiriman vaksin balita dibeberapa puskesmas yang mencurigakan. Bareskrim Polri pun menangkap produsen vaksin yang tidak memeliki izin. Dari serangkaian penggeledahan, penyidik mengamankan barang bukti, yakni 195 sachet hepatitis B, 221 botol vaksin polio, 55 vaksin anti-snake dan sejumlah dokumen penjualan dokumen penjualan vaksin.