Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1

LATAR BELAKANG
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar membuat antibodi untuk
mencegah penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan seperti
vaksin BCG, DPT, Campak, memalui mulut seperti polio. ( Hidayat, 2008 )
Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan agar tubuh kebal
terhadap penyakit tertentu, Kekebalan tubuh juga dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya terdapat tinggi kadar anti body pada saat dilakukan imunisasi,
potensi antigen yang disuntikkan, waktu antara pemberian imunisasi. Keefektifan
imunisasi tergantung dari faktor yang mempengaruhinya sehingga kekebalan
tubuh dapat diharapkan pada diri anak.
Efek samping vaksin bagi sebagian anak umumnya berupa reaksi ringan
diarea penyuntikan seperti nyeri, bengkak, dan kemerahan. Terkadang reaksi
disertai demam ringan 1-2 hari setelah imunisasi, gejala tersebut umumnya tidak
berbahaya dan akan hilang dengan cepat. ( subdit imunisasi kementrian kesehatan
RI, 2010 )
Imunisasi

dapat

digunakan

untuk

mencegah

terjadinya

penyakit

poliomyelitis virus dapat dilemahkan serta pemberian imunisasi polio pada umur
0 11 bulan selama empat kali dengan jarak pemberian empat minggu melalui
oral. Imunisasi dapat mencegah terjadinya campak pada anak sebab penyakit ini

sangat menular, pemberian vaksin ini pada usia 9 11 bulan dengan cara melalui
subkutan efek sampingnya terjadinya ruam pada tempat suntikan dan panas.
Campak merupakan salah satu penyakit menular dengan berbagai
komplikasi yang berat, sangat potensial menimbulkan wabah atau kejadian luar
biasa (KLB), serta dapat menyebabkan kematian. Sedangkan gambaran situasi
global di tahun 2008, diketahui terdapat 164.000 kematian akibat campak di
dunia. Artinya terdapat 450 kematian akibat campak tejadi setiap hari, atau 18
kematian akibat campak terjadi setiap jam. Namun pada dasarnya, penyakit ini
merupakan Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).
Status imunisasi anak ditentukan tidak hanya oleh faktor-faktor yang
berada di tingkat rumah tangga (faktor komposisional) melainkan faktor-faktor
yang berada seperti komunitas, georafis dan program imunisasi dinas kesehatan
kabupaten/kota. Di tingkat rumah tangga berdasarkan penelitan, diketahui
variable-variabel yang mempengaruhi cakupan imunisasi adalah pengetahuan ibu,
pendidikan ibu, usia ibu, dan jumlah kunjungan ibu antenatal, dan status ekonomi
rumah tangga. Keberhasilan upaya imunisasi telah terbukti dapat menyelamatkan
jiwa manusia dari penyakit infeksi berat seperti polio, difteri, pertusis, tetanus,
campak, hepatitis, dll, dikatakan dr Badriul Hegar, Sp.A(K), Ketua Umum PPIDAI.
WHO dan UNICEF menetapkan indikator cakupan imunisasi adalah 90%
di tingkat nasional dan 80% di semua kabupaten. Dalam rencana strategis
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005 2009, target universal
child immunization (UCI) desa sebesar 98% tercapai pada tahun 2009. Anak
balita di Indonesia tahun 1999/2000 sebesar 66,3% yang memiliki cakupan

imunisasi lengkap, angka cakupan tersebut masih jauh dari target Universal Child
Imunization (UCI) sebesar 90%. (jurnal pembangunan manusia Vol.7 No.1 April
2009 )
Dr Theresia Sandra Dyah Ratih, Kasubdit Imunisasi Ditjen P2ML
Kemenkes RI mengemukakan (bahwa pemberian imunisasi untuk masyarakat
dilakukan di tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik
bersalin, puskesmas, posyandu, dan praktek dokter swasta). Setiap tahun dilayani
imunisasi rutin kepada sekitar 4,5 juta (4.485.000) anak usia 0-1 tahun diberikan
vaksin BCG satu kali, polio empat kali, DPT/HB tiga kali dan campak pada usia 9
bulan satu kali, imunisasi BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) campak dan Td
(tetanus difteri) pada anak kelas satu, imunisasi Td (tetanus difteri) pada anak
kelas dua dan tiga, dengan sasaran sekitar 12.521.944 anak sekolah (kelas satu
sampai tiga), dan 4,9 juta (4.933.500) ibu hamil dari sekitar 74 juta (74.983.674)
WUS (Wanita Usia Subur) untuk sasaran vaksin TT (Tetanus Toxoid).
Imunisasi campak sebagai tolak ukur kelengkapan imunisasi, dimana
cakupan imunisasi campak tahun 2009 dilaporkan mencapai 92,1%, masih belum
merata, masih ada daerah kantong-kantong dengan cakupan imunisasi rendah
sehingga dapat menimbulkan kejadian luar biasa. Cakupan imunisasi tahun ini
yang telah dilaporkan sampai bulan Agustus/September baru mencapai 66,1%.
Program imunisasi campak di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1984
dengan kebijakan yaitu memberikan 1 dosis vaksin pada bayi usia 9 bulan. Pada
awalnya cakupan campak sebesar 12,7% (1984), kemudian meningkat sampai
85,4% (1990) dan bertahan sampai 91,8% pada tahun (2004). Dengan
mempertimbangkan efikasi vaksin campak hanya 85% pada bayi umur 9 bulan,

cakupan imunisasi campak sebesar 91,8% pada tahun 2004

hanya dapat

melindungi sekitar 76,5 % bayi. Sisanya, sebesar 23,5% masuk dalam kelompok
rentan campak, yang dari tahun ke tahun terus terakumulasi sehingga berisiko
mengakibatkan KLB campak. Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan
pemberian dosis kedua campak.
Penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Mira Ariestuti (2008) didapatkan
data bahwa jumlah bayi 34.020 jiwa dengan cakupan imunisasi BCG pada bayi
sebanyak 26.021 orang (76,49%), cakupan imunisasi DPT 34.263 orang
(100,71%), cakupan imunisasi Hepatitis B 21.543 orang (63,32%), cakupan
imunisasi Polio 16.060 orang (47,21%), cakupan imunisasi campak 24.479 orang
(71,95%).
Menurut, Kemenkes RI bersama Technical Advisory Group (TAG), WHO
dan UNICEF terhadap pengendalian penyakit campak, maka disimpulkan bahwa
perlu dilakukan Kampanye Imunisasi Campak dan Polio yang dilaksanakan secara
bertahap selama 2009-2011. Pekan Imunisasi Nasional (PIN) adalah Pekan
dimana setiap balita termasuk bayi baru lahir yang bertempat tinggal di Indonesia
diimunisasi dengan vaksin polio, tanpa mempertimbangkan status imunisasi
sebelumnya. Pemberian imunisasi dilakukan 2 kali masing-masing 2 tetes dengan
selang waktu satu bulan. Vaksin campak secara rutin diberikan kepada anak
berumur 9 bulan dan anak kelas 1 sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah. Pada
imunisasi tambahan ini, vaksin campak akan diberikan kepada anak berumur 9-59
bulan.
Banyak anggapan salah tentang imunisasi yang berkembang dimasyarakat.
Banyak pula orang dan kalangan praktisi tertentu kawatir terhadap resiko dari

beberapa vaksin. Masalah pengertian, pemahaman, kepatuhan ibu dalam program


imunisasi bayi nya tidak akan menjadi halangan yang besar jika dan pengetahuan
yang memadai tentang hal itu diberikan. Kepercayaan dan perilaku kesehatan juga
hal penting, karena penggunaan sarana kesehatan oleh anak berkaitan erat dengan
prilaku dan kepercayaan ibu tentang kesehatan dan memenuhi status imunisasi.
Peran seorang ibu pada program imunisasi sangat penting, karena
penggunaan sarana kesehatan oleh anak berkaitan erat dengan perilaku dan
kepercayaan ibu pada program imunisasi sangatlah penting, karena orang terdekat
dengan bayi dan juga anak adalah ibu.

Pilihan memang ada ditangan orang tua,

tetapi bagaimanapun tugas orang tua untuk melindungi anaknya. Imunisasi


bukanlah hal yang baru dalam dunia kesehatan di Indonesia, namun sampai kini
banyak orang tua yang masih ragu-ragu dalam memutuskan apakah anaknya akan
diimunisasi atau tidak.
Banyak penyakit baru yang menular dan mematikan serta penyakit infeksi
masih menjadi masalah di Indonesia. Selain gayahidup yang sehat dan menjaga
keberhasilan imunisasi merupakan cara melindungi anak-anak dari bahanya
penyakit menular. Standar pelayanan minimum kesehatan (SPMK) yang
dicanangkan oleh pemerintah, bahwa tahun 2010 nanti bayi yang lahir
mendapatkan imunisasi secara merata.
Data yang diperoleh di RW 04 lebak bulus tentang Pekan Imunisasi
Nasional lokasinya Posyandu Kasih Ibu II pada tahun 2011, diperoleh data total
bayi seluruhnya adalah 177 balita. Balita yang aktif menimbang di posyandu asih
ibu II berjumlah 165 balita. Data yang mengikuti program pekan imunisasi
nasional yang di vaksin polio umur 0 59 bulan adalah 128 anak balita. Balita

yang di vaksin campak umur 9 59 bulan sebanyak 99 anak balita, sedangkan


yang di polio umur 0-59 bulan sebanyak 128 balita. Balita yang tidak aktif
sebangak 12 orang. Kendala utama untuk keberhasilan imunisasi bayi dan anak,
karena rendahnya kesadaran yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan dan
tidak adanya kebutuhan masyarakat pada imunisasi. Maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi dengan
Partisipasi Ibu pada Program Pekan Imunisasi Nasional di RW 04 Lebak Bulus.

I.2

Rumusan Masalah
I.2.1 Identifikasi Masalah
Imunisasi merupakan salah satu strategi yang efektif dan efisien dalam
System Kesehatan Nasional untuk mencegah enam penyakit mematikan, yaitu
tuberculosis, dipteri, pertusis, campak, tetanus dan polio. Para ibu disarankan
pergi ke tempat pelayanan kesehatan yang ada program PIN, seperti posyandu,
puskesmas, dan Rumah Sakit secara gratis. Pemerintah ingin melihat berapa
banyak keberhasilan program PIN pada tanggal 18 oktober sampai 18 November
tahun 2011. Berdasarkan masalah , peneliti mengambil masalah penelitian yaitu
apakah ada hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan partisipasi ibu
pada program PIN di RW 04 Lebak Bulus.
I.2.2

Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran demografi ibu di RW 04 Lebak Bulus,
meliputi: umur, pendidikan, dan pekerjaan.
2. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang PIN tahun 2011 pada
balita yang imunisasi di RW 04 Lebak Bulus.

3. Bagaimana hubungan pengetahuan ibu tentang Imunisasi di RW 04


Lebak Bulus
4. Bagaimana partisipasi ibu pada program PIN di RW 04 Lebak Bulus

I.3

Tujuan Penelitian
I.3.1

Tujuan Umum
Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengetahui

tentang

hubungan

pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan partisipasi ibu pada program PIN di
RW 04 Lebak Bulus tahu 2011.
I.3.2

Tujuan Khusus
1. Mendapatkan gambaran demografi ibu di RW 04 Lebak Bulus,
meliputi: umur, pendidikan, dan pekerjaan.
2. Mendapatkan gambaran pengetahuan tentang PIN tahun 2011 pada
balita yang imunisasi di RW 04 Lebak Bulus.
3. Mendapatkan hubungan pengetahuan ibu imunisasi di RW 04 Lebak
Bulus.
4. Mendapatkan hubungan anatra karakteristik ibu dengan partisipasi
ibu pada program PIN di RW04 Lebak Bulus.

I.4

Manfaat Penelitian
I.4.1

Bagi peneliti
Mendapatkan Memotivasi peneliti selanjutnya agar dapat meneruskan

atau mengembangkan penelitian yang sebelumnya dan memberikan manfaat


yang besar bagisemua orang.

I.4.2

Bagi orang tua


Peneliti ini dapat dijadikan media informasi tentang hubungan

pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan partisipasi ibu pada program pekan
imunisasi nasional, serta memberikan pengetahuan kepada orang tua tentang halhal yang harus diperhatikan dalam pemberian imunisasi polio dan campak,
sehingga setelah mendapatkan informasi masyarakat akan lebih mau dalam
memberikan imunisasi untuk kekebalan tubuh balitanya.
I.4.3

Bagi Institusi Pendidikan


Bagi dunia pendidikan keperawatan khususnya FIK Universitas Veteran

Jakarta, peneliti ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi


untuk pengembangan keperawatan dan sebagai acuan atau sumber data untuk
penelitian berikutnya yang berkaitan dengan imunisasi di posyandu kasih ibu II
RW 04 Lebak Bulus Jakarta Selatan.

I.5

Ruang Lingkup
Pada penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup peneliti yaitu
penelitian dilakukan di Posyandu kasih ibu II RW 04 Lebak Bulus Jakarta
Selatan. Dengan populasi yang diambil pada keluarga yang mengikuti Pekan
Imunisasi Nasional. Sumber data yang digunakan data primer yang diperoleh
langsung dari lokasi penelitian.

Anda mungkin juga menyukai