PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usus besar merupakan salah satu organ yang penting dalam tubuh kita.
Sehingga jika terjadi kelainan atau terdapat patologi pada usus besar maka
dapat mengakibatkan dampak yang besar bagi tubuh yaitu salah satunya
mengganggu jalannya pencernaan. Kelainan atau patologi yang sering kali
muncul pada usus besar adalah karsinoma, polip, kolitis ulseratif dan abses.
Setelah diketahui patologinya, tindakan medis yang biasa dilakukan adalah
dengan colostomy. Colostomy adalah lobang buatan pada daerah colon yang
sengaja dibuat oleh dokter bedah setelah memotong dan mengangkat daerah
usus yang terinfeksi.
Colostomy dibuat sementara waktu, sambil menunggu untuk dapat
disambung kembali. Sebelum disambung, biasanya dilakukan pemeriksaan
Lopografi yang digunakan untuk membantu menentukan tinadakan medis
selanjutnya. Pemeriksaan Lopografi adalah teknik pemeriksaan secara
radiologis dari usus dengan memasukkan media kontras positif kedalam usus
melalui lobang buatan (colostomy) pada daerah abdomen.
Di Instalasi Radiologi RSSA Malang terdapat permintaan foto
Lopografi pada pasien dengan indikasi abses multiple post colostomy. Pada
pemeriksaan ini terdapat beberapa perbedaan dengan teori yang penulis
dapatkan di perkuliahan. Dengan adanya perbedaan tersebut maka penulis
B. Rumusan Masalah
Agar dalam penyusunan Studi Kasus ini dapat terarah dan karena
terbatasnya waktu serta kemampuan penulis, maka penulis hanya membahas:
1. Apa tujuan dilakukannya pemeriksaan Lopografi pada Kasus Abses
Multiple Post Colostomy di RSSA Malang
2. Bagaimana teknik pemeriksaan Lopografi Pada Kasus Abses Multiple Post
Colostomy di RSSA Malang.
C. Tujuan Penulisan
Penulis mengambil judul Teknik Pemeriksaan Lopografi pada Kasus
Abses Multiple Post Colostomy di RSSA Malang, dengan tujuan :
1.
2.
3.
D. Sistematika Penulisan
Penulis menyusun laporan Studi Kasus ini dengan sistematika penulisan
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah dan
juga sistematika penulisan pada Studi Kasus Pemeriksaan Lopografi
Pada Kasus Abses multiple Post Colostomy di RSSA Malang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang anatomi usus besar, patologi Abses Multiple dan Teknik
pemeriksaan Lopografi.
BAB III PAPARAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Memaparkan kasus pemeriksaan Lopografi, bagaimana prosedur
pemeriksaan Lopografi dan pembahasan.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan dari pembahasan kasus pemeriksaan Lopografi Pada
Kasus Abses multiple Post Colostomy di RSSA Malang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi
Usus besar adalah sambungan dari usus halus yang merupakan tabung
berongga dengan panjang kira-kira 1,5 meter, terbentang dari sekum sampai
kanalis ani. Diameter usus besar lebih besar daripada usus halus. Diameter
rata-ratanya sekitar 2,5 inchi. Tetapi makin mendekati ujungnya diameternya
makin berkurang. Usus besar ini tersusun atas membran
mukosa
tanpa
Sekum
Sekum merupakan kantong dengan ujung buntu yang menonjol
ke bawah pada regio iliaca kanan, di bawah junctura ileocaecalis.
Appendiks vermiformis berbentuk seperti cacing dan berasal dari sisi
medial usus besar. Panjang sekum sekitar 6 cm dan berjalan ke kaudal.
Sekum berakhir sebagai kantong buntu yang berupa processus
vermiformis (apendiks) yang mempunyai panjang antara 8-13 cm.
2.
Kolon asenden
Kolon asenden berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior
lobus kanan hati, menduduki regio illiaca dan lumbalis kanan. Setelah
sampai ke hati, kolon asenden membelok ke kiri, membentuk fleksura
coli dekstra (fleksura hepatik). Kolon asenden ini terletak pada regio
illiaca kanan dengan panjang sekitar 13 cm.
3.
Kolon transversum
Kolon transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis
dari fleksura coli dekstra sampai fleksura coli sinistra. Kolon
transversum membentuk lengkungan seperti huruf u. Pada posisi berdiri,
bagian bawah U dapat turun sampai pelvis. Kolon transversum, waktu
mencapai daerah limpa, membelok ke bawah membentuk fleksura coli
sinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon desenden.
4.
Kolon desenden
Kolon desenden terletak pada regio illiaca kiri dengan panjang
sekitar 25 cm. Kolon desenden ini berjalan ke bawah dari fleksura
lienalis sampai pinggir pelvis membentuk fleksura sigmoideum dan
berlanjut sebagai kolon sigmoideum.
5.
Kolon sigmoideum
Kolon sigmoideum mulai dari pintu atas panggul. Kolon
sigmoideum merupakan lanjutan kolon desenden dan tergantung ke
bawah dalam rongga pelvis dalam bentuk lengkungan. Kolon
sigmoideum bersatu dengan rektum di depan sakrum.
6.
Rektum
Rektum menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rektum
merupakan lanjutan dari kolon sigmoideum dan berjalan turun di depan
sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus dasar pelvis. Setelah itu
2.
3.
Penyimpanan selulosa.
4.
Defekasi.
C. Teknik Pemeriksaan
1.
Pengertian
Teknik pemeriksaan Lopografi adalah teknik pemeriksaan secara
radiologis dari usus dengan memasukkan media kontras positif kedalam
usus melalui lobang buatan pada daerah abdomen.
2.
Tujuan Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan Lopografi adalah untuk melihat anatomi
dan fisiologi kolon bagian distal sehingga dapat membantu menentukan
tindakan medis selanjutnya.
3.
Persiapan Pasien
Tujuan persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan
Lopografi adalah untuk membersihkan kolon dari feases, karena
bayangan
dari
feases
dapat
mengganggu
gambaran
radiograf.
b.
Minum sebanyak-banyaknya
Pemberian minum yang banyak dapat menjaga tinja selalu
dalam keadaan lembek
c.
4.
b.
Persiapan bahan
1). Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium
dengan konsentrasi antara 70 80 W/V % (Weight /Volume).
Banyaknya larutan (ml) tergantung pada panjang pendeknya
colon distal.
2). Air hangat untuk membuat larutan barium.
3). Vaselin atau jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat
kanula dimasukkan kedalam anus.
5.
Teknik Pemeriksaan
a.
atau
belum,
seandainya
sudah
maksimal
maka
Inform Consent
Setelah dipastikan bahwa pemeriksaan bisa dilanjutkan, maka
pasien atau keluarga diharuskan menandatangani surat persetujuan
sebagai inform consent yang menyebutkan bahwa pasien tersebut
secara tertulis menyetujui tindakan medis yang akan dilakukan
(Lopografi). Ini dapat digunakan sebagai hukum legal yang
seandainya terjadi hal yang tidak diinginkan, kita (radiographer)
dapat terlepas dari jeratan hukum, kecuali jika memang ada unsur
kesengajaan.
c.
Proyeksi Radiograf
1). Proyeksi Antero posterior
Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan
dengan MSP (Mid Sagital Plane) tubuh berada tepat pada garis
tengah meja
meja
pemeriksaan,
objek
diatur
diatas
meja
ditekuk sebagai fiksasi, sedangkan kaki kiri lurus. Titik bidik 12 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua krista
illiaka dengan sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Ekposi
dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.
Kriteria : menunjukkan gambaran fleksura lienalis
tampak sedikit superposisi bila dibanding pada proyeksi PA,
dan daerah kolon desenden tampak.
7). Proyeksi Lateral
Pasien diposisikan lateral atau tidur miring dengan Mid
Coronal Plane (MCP) diatur pada pertengahan grid, genu
sedikit fleksi untuk fiksasi. Arah sinar tegak lurus terhadap film
pada Mid Coronal Plane setinggi spina illiaca anterior superior
(SIAS). Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi dan tahan
nafas.
Kriteria : daerah rectum dan sigmoid tampak jelas,
rectosigmoid pada pertengahan radiograf.
D. Proteksi Radiasi
Proteksi radiasi adalah usaha-usaha atau tindakan-tindakan dalam
lingkungan kesehatan yang bertujuan memperkecil penerimaan dosis radiasi
yang diterima baik bagi pasien, radiografer, dokter radiologi, dan masyarakat
umum.
pemeriksaan
berlangsung
pemberian
proteksii
2.
3.
2.
3.
Memberikan peringantan berupa tulisan, maupun tandatanda akan bahaya radiasi sinar-X.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Paparan Kasus
1.
Data Pasien
Pada pemeriksaan lopografi pada kasus abses multiple post colostomy,
mengambil kasus seorang pasien dengan data sebagai berikut :
2.
Nama
: An. H.
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 11 Tahun
No. Reg.
: 18568
Alamat
:-
Tanggal Pemeriksaan
: 31 July 2006
B.
Prosedur Pemeriksaan
1. Tujuan Pemeriksaan
Adapun tujuan dari pemeriksaan Lopografi ini adalah untuk untuk
melihat anatomi dan fisiologi dari colon bagian distal sehingga dapat
membantu menentukan tindakan medis selanjutnya.
2. Persiapan Pemeriksaan
Persiapan Pasien
1)
2)
Pesawat x ray
2.
3.
Marker
4.
5.
6.
Sarung tangan
7.
8.
Kain kassa
9.
Bengkok
10.
Apron
11.
Plester
12.
3. Teknik Pemeriksaan
1.
2.
Inform Consent
4.
Proyeksi Pemotretan
Proyeksi Antero
C.
Pembahasan
Teknik pemeriksaan Lopografi adalah teknik pemeriksaan secara
radiologis dari usus dengan memasukkan media kontras positif kedalam usus
melalui lobang buatan pada daerah abdomen. Pada pemeriksaan ini pasien
baik
bentuk
maupun
fungsi
organ
tubuh
dengan
seluruh colon bagian distal secara bertahap. Setelah kontras mengisi penuh
bagian colon, kateter dilepas, ini dimaksudkan untuk melihat peristaltik usus
besar bagian rekto-sigmoid dan anus. Seandainya normal, maka bagian rektosigmoid dan anus tidak ada jarak (nyambung). Untuk melihat bagian tersebut,
pasien diposisikan lateral.
Proses pengambilan foto yang pertama adalah Plain Foto yang
digunakan untuk melihat persiapan pasien dan penentuan factor eksposi.
Selanjutnya adalah foto full filling AP dilakukan sesaat setelah colon distal
telah penuh terisi media kontras. Dan yang terakhir adalah foto lateral, ini
digunakan untuk melihat daerah rekto-sigmoid dimana pada posisi AP saling
superposisi.
Pada pemeriksaan ini hanya dibuat 3 spot foto, karena tujuan utama dari
pengambilan foto adalah untuk memperlihatkan bagian rekto-sigmoid,
seharusnya rekto-sigmoid menyatu dengan anus (tidak ada jarak). Foto
pertama adalah foto plain. Untuk melihat bagian rekto-sigmoid diperlukan
minimal 2 proyeksi yaitu AP dan Lateral. Proyeksi AP dapat dilihat pada foto
full filling, tetapi pada proyeksi ini bagian rekto-sigmoid saling superposisi.
Sehingga diperlukan proyeksi lateral, pada proyeksi ini dapat memperlihatkan
bagian ini dengan jelas. Sehingga dengan tiga spot foto sudah dapat
memperlihatkan bagian yang diinginkan dengan jelas.
Proteksi radiasi Pemeriksaan Lopografi pada Kasus Abses Multiple
Post Colostomy di RSSA Malang adalah sebagai berikut :
Untuk Pasien :
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Teknik
pemeriksaan Lopografi adalah teknik pemeriksaan secara radiologis dari
usus dengan memasukkan media kontras positif kedalam usus melalui
lobang buatan pada daerah abdomen.
2.
Pemasukan
media kontras melalui anus, karena kateter tidak bisa masuk melalui
stoma. Perbedaan pemasukan media kontras ini tidak dipermasalahkan
karena tujuan akhirnya sama yaitu untuk melihat anatomi dan fisiologi dari
colon distal.
3.
Media kontras
yang digunakan adalah barium bubuk dilarutkan dengan air hangat.
Perbandingan barium bubuk dengan air hangat adalah 1:4.
4.
Kelebihan air
hangat adalah barium lebih mudah larut pada air hangat, pasien akan lebih
nyaman bila media kontras yang dimasukkan bersuhu hangat, dan yang
paling penting madia kontras akan lebih cepat melapisi mukosa usus.
5.
Pemeriksaan
ini hanya menggunakan tiga spot foto, karena sudah dapat memperlihatkan
bagian yang diinginkan.
B. Saran
1. Pengaturan kolimator perlu diperhatikan sebagai proteksi radiasi terhadap
pasien.
2. Karena kamar radiologi terdiri dari dua pintu, maka perlu pengawasan
lebih dari petugas agar pintu tertutup saat pemeriksaan.
3. Komunikasi kepada pasien lebih diperhatikan untuk mencegah missed
komunikasi.
4. Kerjasama antar petugas radiologi perlu ditingkatkan.
5. Ada beberapa pesawat sinar-X yang perlu lebih diperhatikan karena faktor
usia, kalo bisa diganti yang baru.