Anda di halaman 1dari 15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah upaya
pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan
sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau
paramedik. Ini berarti pertolongan tersebut bukan sebagai pengobatan atau
penanganan yang sempurna, tetapi hanyalah berupa pertolongan sementara
yang dilakukan oleh petugas P3K (petugas medik atau orang awam) yang
pertama kali melihat korban. Pemberian pertolongan harus secara cepat
dan tepat dengan menggunakan sarana dan prasarana yang ada di tempat
kejadian. Tindakan P3K yang dilakukan dengan benar akan mengurangi
cacat atau penderitaan dan bahkan menyelamatkan korban dari kematian,
tetapi bila tindakan P3K dilakukan tidak baik malah bisa memperburuk
akibat kecelakaan bahkan menimbulkan kematian.
Pertolongan pertama pada kecelakaan sifatnya semantara. Artinya
kita harus tetap membawa korban ke dokter atau rumah sakit terdekat
untuk pertolongan lebih lanjut dan memastikan korban mendapatkan
pertolongan yang dibutuhkan.
2. Pelaksanaan P3K
Sebelum melaksanakan Tindakan P3K maka perlu dilakukan
tahapan awal sebelum P3K yaitu:
a. Penolong mengamankan diri sendiri (memastikan penolong telah aman
dari bahaya).
b. Amankan Korban (evakuasi atau pindahkan korban ketempat yang lebih
aman dan nyaman).
c. Tandai tempat Kejadian jika diperlukan untuk mencegah adanya korban
baru.
d. Usahakan Menghubungi Tim Medis
e. Tindakan P3K
Pedoman P3K
4

a. Bagi penolong agar melakukan:


1) Menjaga keselamatan
2) Dapat menjangau penderita
3) Mengenali dan mengatasi masalah
4) Minta bantuan
5) Menolong (prioritas)
6) Membantu pelaku lainnya
7) Menjaga kerahasiaan penderita
8) Komunikasi dengan petugas lainnya
9) Meyiapkan penderita untuk di transport
b. Dalam menolong harus memperhatikan:
1) Penolong tidak boleh panik
2) Perhatikan pernafasan korban
3) Hentikan pendarahan
4) Perhatikan tanda-tanda shock, bila ada shock letakkan kepala lebih
rendah
5) Tidak diperbolehkan buru-buru memindahkan korban
6) Perhatikan adakah luka, patah tulang ataupun dislokasi
3. Teknik Dalam P3K
a. Prioritas dalam P3K
Urutan tindakan secara umum:
1) Cari keterangan penyebab kecelakaan
2) Amankan korban dari tempat berbahaya
3) Perhatikan

keadaan

umum

korban;

gangguan

pernapasan,

pendarahan dan kesadaran.


4) Segera lakukan pertolongan lebih lanjut dengan sarana yang tersedia.
5) Apabila korban sadar, langsung beritahu dan kenalkan.
Selain itu ada juga yang dinamakan prinsip life saving, artinya
kita melakukan tindakan untuk menyelamatkan jiwa korban (gawat
darurat) terlebih dahulu, baru kemudian setelah stabil disusul tindakan
untuk mengatasi masalah kesehatan yang lain. Gawat darurat adalah suatu
kondisi dimana korban dalam keadaan terancam jiwanya, dan apabila tidak
ditolong pada saat itu juga jiwanya tidak bisa terselamatkan.
4. Pembalutan

Tujuan dari pembalutan adalah untuk mengurangi resiko


kerusakan jaringan yang telah ada sehingga mencegah maut, menguangi
rasa sakit, dan mencegah cacat serta infeksi. Kegunaan pembalutan adalah:
a. Menutup luka agar tidak terkena cahaya, debu, kotoran, dll.
b. Melakukan tekanan
c. Mengurangi atau mencegah pembengka.
d. Membatasi pergerakan.
e. Mengikatkan bidai.
Macam-macam pembalutan:
a. Pembalutan segitiga atau mitela
Pembalut segitiga dibuat dari kain putih yang tidak berkapur
(mori), kelihatan tipis, lemas dan kuat. Bisa dibuat sendiri, dengan cara
memotong lurus dari salah satu sudut suatu kain bujur sangkar yang
panjang masing-masing sisinya 90 cm sehingga diperoleh 2 buah
pembalut segitiga.
b. Pembalut Plester
Digunakan untuk merekatkan kain kassa, balutan penarik
(patah tulang, sendi paha/ lutut meradang), fiksasi (tulang iga patah
yang tidak menembus kulit), Beuton (alat untuk merekatkan kedua
belah pinggir luka agar lekas tertutup).
c. Pembalut Pita Gulung.
d. Pembalut Cepat.
Pembalut ini siap pakai terdiri dari lapisan kassa steril, dan
pembalut gulung.
Pedoman pembalutan:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Pasang pembalut setelah pendarahan berhenti (kecuali balut tekan)


Jangan membalut terlalu kencang atau longgar
Ujung pembalut jangan terurai
Membalut lebih lebar dari luka
Jangan menutup ujung jari kecuali ada luka didaerah itu
Anggota gerak balut dari distal ke proksimal
Pembalutan dalam posisi nyaman penderita
Pembalutan melingkar dada, balut saat inhalasi
Jangan balut melingkar leher

5. Pembidaian
a. Pengertian Pembidaian
Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan
kedudukan (fiksasi) tulang yang patah. Tujuannya, menghindari
gerakan yang berlebihan pada tulang yang patah. Syarat pemasangan
bidai:
1) Bidai harus melebihi dua persendian yang patah.
2) Bidai harus terbuat dari bahan yang kuat, kaku dan pipih.
3) Bidai dibungkus agar empuk.
4) Ikatan tidak boleh terlalu kencang karena merusak jaringan tubuh
tapi jangan kelonggaran.
b. Alat-alat bidai:
1) Papan, bamboo, dahan
2) Anggota badan sendiri
3) Karton, majalah, kain
4) Bantal, guling, selimut
c. Pedoman pembidaian
1) Informasikan kepada penderita bila penderita sadar
2) Paparkan daerah cedera dan rawat pendarahan dulu (bila ada)
3) Bebaskan pakaian pada daerah sendi
4) Siapkan alat
5) Jangan merubah posisi
6) Jangan memasukkan tulang yang keluar
7) Bidai meliputi dua sendi
8) Bila cedera pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapitnya
9) Lapisi bidai dengan bahan lunak
6. Bantuan Hidup dasar (BHD)
Sering disebut bantuan hidup dasar (BHD) atau resusitasi jantung
paru (RJP) intinya adalah melakukan oksigenasi darurat. Dilakukan pada
kecelakaan:
a.
b.
c.
d.

Tersedak,
Tenggelam
Sengatan Listrik,
Penderita tak sadar,

e. Menghirup gas dan atau kurang oksigen,


f. serangan jantung usia muda, henti jantung primer tejadi.
Resusitasi Jantung paru (RJP) merupakan gabungan antara pijat
jantung dan pernafasan buatan atau sering disebut gabungan ketiga
komponen A, B dan C. teknik ini diberikan pada korban yang mengalami
henti jantung dan nafas, tetapi masih hidup.
a. Fase RJP:
A = Airway control (pengeuasaan jalan napas),
B = Breathing support (ventilasi buatan dan oksigenasi paru darurat)
C = Circulation (pengenalan ada tidaknya denyut nadi)
b. Rasio RJP adalah:
1) dewasa 1 penolong = 30 : 2 (15 : 2)
2) dewasa 2 penolong = 15 : 2 (5 : 1)
3) anak dan bayi = 5 : 1
4) bayi baru lahir = 3 : 1
c. Indikasi keberhasilan RJP maupun pemulihan sistem :
1) saat PJL minta seseorang menilai nadi karotis
2) dada naik turun saat bantuan nafas
3) reaksi pupil kembali normal
4) warna kulit berangsur membaik
5) menunjukkan reflek menelan dan bergerak
6) nadi berdenyut kembali
d. komplikasi saat RJP:
1) patah tulang dada atau iga
2) pnemotoraks
3) hematotoraks
4) luka dan memar pada paru-paru
5) robek pada hati
e. RJP dihentikan bila:
1) Penderita putih
2) Penolong kelelahan
3) Diambil alih tenaga lebih ahli
4) Jika korban sudah mati
f. Langkah-langkah BHD:
1) Airway Control (A)
a) Bebaskan jalan nafas dari sumbatan pangkal lidah
(1) Cross finger
(2) Finger Sweep (membersihkan mulut pasien) dengan kasa
atau kain. Jangan menggunakan tissue karena tissue mudah
meyerap air
b) Head tilt chin lift (tekan dahi angkat dagu)

c) Jaw Thrust (maneuver angkat dagu)


2) Breathing Support (B)
a) Periksa apakah korban bernafas
b) Look, listen, dan feel
c) Posisi tetap Head tilt dan chin lift
d) Dekatkan pipi penolong ke mulut dan hidung korban, mata
penolong melihat ke dada
e) Menggunakan mulut
- Mulut ke masker RJP
- Mulut ke mulut atau hidung
- Frekuensi pemberian nafas buatan:
Dewasa : 10 12x per menit
Anak (1-8 thn) : 20x per menit
Bayi (0-1 thn) : 20x per menit
Bayi baru lahir : 40x per menit
f) Menggunakan alat bantu berupa Kantung Masker (BVM)
Berikut ini adalah tanda-tanda pernafasan:
Tabel 1. Tanda-tanda Pernapasan
Adekuat
1. Dada dan perut naik turun 1.
2.
seirama
3.
2. Udara terdengar saat keluar
4.
dari mulut atau hidung
5.
3. Nyaman
4. Frekuensi cukup
6.

Kurang Adekuat
Gerakan dada kurang baik
Ada suara tambahan
Kerja otot bantu nafas
Sianosis
Frekuensi kurang atau
melebihi normal
Perubahan status mental

Sumber: Aziz A,Uliyah M. 2005. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar


Manusia.Jakarta:EGC

3) Circulation Support (C)


Tindakan diawali dengan pemeriksaan madi karotis
(dewasa dan anak) dan brakialis (bayi) serta hal yang paling
penting adalah Pijat Jantung Luar (PJL).
Berikut ini adalah tingkat kedalaman penekanan yang
dikelompokkan sesuai usia:
a) Dewasa: 4-5 cm
b) Anak: 3-4 cm
c) Bayi: 1,5-2,5 cm
Harus hati-hati untuk lansia dan bayi.

10

Sumber: http://pmr-smabhatig.blogspot.co.id/search/label/MATERI%20PP

Gambar 1. Skema Resusitas Jantung Paru


7. Evakuasi dan Transportasi
Evakuasi adalah kegiatan memindahkan korban dari lokasi
kecelakaan ke tempat lain yang lebih aman dengan cara-cara yang
sederhana di lakukan di daerah daerah yang sulit dijangkau dimulai
setelah keadaan darurat. Penolong harus melakukan evakuasi dan
perawatan darurat selama perjalanan.
8. Cara pengangkutan korban
a. Pengangkutan tanpa menggunakan alat atau manual
Pada umumnya digunakan untuk memindahkan jarak pendek
dan korban cedera ringan, dianjurkan pengangkatan korban maksimal 4
orang.
b. Pengangkutan dengan alat (tandu)
Rangkaian pemindahan korban:

11

1) Persiapan,
2) Pengangkatan korban ke atas tandu,
3) Pemberian selimut pada korban.
4) Tata letak korban pada tandu disesuaikan dengan luka atau cedera.
Prinsip pengangkatan korban dengan tandu.
1) pengangkatan korban
Harus secara efektif dan efisien dengan dua langkah pokok;
gunakan alat tubuh (paha, bahu, panggul), dan beban serapat
mungkin dengan tubuh korban.
2) Sikap mengangkat.
Usahakan

dalam

posisi

rapi

dan

seimbang

untuk

menghindari cedera.
3) Posisi siap angkat dan jalan.
Biasanya posisi kaki korban berada di depan dan kepala
lebih tingi dari kaki, kecuali;
a) Menaik, bila tungkai tidak cedera.
b) Menurun, bila tungkai luka atau hipotermia
c) Mengangkut ke samping,
d) Memasukan ke ambulan kecuali dalam keadaan tertentu
e) Kaki lebih tinggi dalam keadaan shock.
9. Kesalahan yang Serimg Terjadi Dalam Tindakan P3K
Kesalahan Yang Sering Terjadi dalam Tindakan P3K - Pengertian
P3K adalah bantuan yang dilakukan dengan cepat dan tepat sebelum
korban dibawa ke rujukan, sedangkan Pertolongan Pertama (PP) adalah
pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera/
kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar, yaitu suatu
tindakan perawatan yang didasarkan pada kaidah ilmu kedokteran yang
dapat dimiliki oleh orang awam khusus yang dilatih memberikan
pertolongan pertama. Kesalahan Yang Sering Terjadi dalam Tindakan P3K
Menurut Christopher P. Holstege, M.D. yang sering kita lakukan adalah :

12

a. Menoreh bekas luka gigitan hewan berbisa.


Menoreh luka bisa memutuskan tendon, urat syaraf dan
meningkatkan resiko terkena infeksi. Sebaiknya cukup buat ikatan
pada luka dengan disertai bidai atau ranting lalu segera bawa ke
rumah sakit.
b. Mengoles mentega pada luka bakar.
Tindakan tersebut dapat menyulitkan tindakan lebih lanjut
oleh dokter dan menngkatkan resiko terkena infeksi pada luka bakar.
Cukup dinginkan luka dengan air dingin, jaga kebersihan luka, dan
menutupnya dengan kain bersih. Jangan memecahkan atau mengorek
bagian luka yang melepuh. Luka bakar dengan kondisi melepuh yang
parah harus segera dibawa ke rumah sakit.
c. Menghentikan pendarahan dengan membuat ikatan yang bisa
dikencangkan dan dilonggarkan (torniquet) diatas luka yang
mengalami pendarahan.
Tindakan tersebut bisa menyebabkan rusaknya jaringan di
daerah luka dan sekitar luka. Tindakan yang benar untuk mengentikan
pendarahan adalah menutup luka langsung dengan kain kasa atau kain
yang bersih kemudian dibalut dengan rapi dan cukup kencang. Bawa
segera ke rumah sakit apabila pendarahan tidak berhenti, luka tetap
menganga, terinfeksi atau luka disebabkan oleh gigitan hewan berbisa.
d. Memberikan terapi panas pada kondisi keseleo, otot tegang, atau patah
tulang.
Tindakan tersebut berpotensi menyebabkan kondisi bengkak
bahkan membuat proses penyembuhan menjadi makin lama. Tindakan
yang benar adalah dengan meletakan es pada bagian tubuh yang
keseleo, otot tegang, atau patah tulang selama 10 menit dan biarkan
tanpa es selama 10 menit dan seterusnya setiap 10 menit. Lakukan hal
tersebut selama 1-2 hari.
e. Memindahak korban tabrakan dari dalam mobil ke tempat lain.

13

Tindakan tersebut malah berpotensi menebabka luka lebih


arah. Pada kasus kecelakaan sepeda motor, membuka helm korban
malah berpotensi menyebabkan lumpuh atau bahan kematian. Apabla
kondisi mobil/ motor yang mengalami kecelakaan tersebut tidak
terbakar atau kondisi berbahaya lainnya, biarkan korban hingga
datangnya tim medis.
f. Mengucek mata ketika ada benda masuk ke mata.
Tindakan tersebut bisa menyebabkan luka pada mata.
Tindakan yang benar adalah dengan mencuci mata melalui air yang
mengalir.
g. Menggunakan air panas untuk menolong mereka yang sangat
kedinginan atau tubuhnya mulai membeku. Bahkan pada kondisi
dimana jari jari sudahmulai membeku, terkadang langsung direndam
pada air panas.
Tindakan

tersebut

bisa

menyebabkan

hal

yang

membahayakan tubuh. Tidakan yang benar adalah cukup dengan


mengunakan air yang cukup hangat atau menggunakan uap yang
kering.
h. Mengosok tubuh dengan alkohol untuk mengurangi demam.
Alkohol bisa menyerap kedalam tubuh dan menyebabkan
keracunan terutama pada anak anak. Tindakan yang benar adalah
gunakan acetaminophen atau ibuprofen atau segera bawa ke dokter
atau rumah sakit untuk demam yang sangat tinggi.
10. Pertolongan Pertama Mengurangi Shok
a. Setiap kecelakaan, kebakaran, keracunan yang parah, sering kali
disertai dengan shok baik ringan atau parah, bahkan sampai fatal,
karena shok merupakan reaksi tubuh yang ditandai oleh melambatnya
atau terhentinya peredaran darah dan berakibat penurunan persediaan
darah pada organ-organ penting.
b. Tanda-tanda Shok
1) Denyut nadi cepat tapi lemah

14

2) Merasa lemas
3) Muka pucat
4) Kulit dingin, kerinagt dingin di kening dan telapak tangan,
kadang-kadang pasien menggigil
5) Merasa haus
6) Merasa mual
7) Nafas tidak teratur
8) Tekanan darah sangat rendah
c. Pertolongan Pertama Mengurangi Shok antara lain dilakukan dengan
cara :
1) Menghentikan pendarahan
2) Meniadakan hambatan-hambatan pada saluran nafas
3) Memberi nafas buatan
4) Menyelimuti dan meletakkan penderita pada posisi yang paling
menyenangkan
d. Langkah - langkah Pelaksanaan Pertolongan Pertama Mengurangi
Shok :
1) Baringan korban dengan posisi kepala sama datar atau lebih
rendah dari tubuh, dengan tujuan untuk menambah aliran darah ke
jantung dan otak. Bila kaki tidak patah, tungkai dapat ditinggikan
30-45 cm di atas posisi kepala.
2) Selimuti pasien dan hindarkan dari lantai serta udara dingin
3) Usahakan pasien tidak melihat lukanya
4) Pasien/penderita yang sadar, tidak muntha dan tidak mengalami
luka di perut, dapat diberi larutan shok yang terdiri dari : 1 sendok
teh garam dapur, sendok teh tepung soda kue, 4-5 gelas air, dan
bisa juga ditambah air kelapa/kopi kental/teh.
5) Perlakukan pasien dengan lemah lembut, sebab rasa nyeri akibat
penanganan yang kasar bisa menjerumuskan korban pada shok
yang lebih parah.
6) Cepat panggil dokter
11. Patah Tulang (P3K patah tulang)
a. Tanda-tanda patah tulang
1) Penderita tidak dapat menggerakkan bagian yang luka
2) Bentuk bagian yang terkena tampak tidak normal
3) Ada rasa nyeri kalau digerakkan
4) Kulit tidak terasa kalau disentuh
5) Pembengkakkan dan warna biru di sekitar kulit yang luka
b. Pedoman umum pertolongan pertama terhadap patah tulang

15

1) Pada umumnya patah tulang tidak pernah sebagai kasus darurat


yang

membutuhkan

pertolongan

segera,

kecuali

demi

penyelamatan jiwa korban. Sebaiknya jangan menggerakkan atau


mengganggu penderita, tunggu saja sampai dokter atau ambulans
datang.
2) Kalau korban harus dipindahkan dari tempat yang membahayakan,
pindahkan korban dengan cara menarik tungkai atau ketiaknya,
sedang tarikannya harus searah dengan sumbu panjang badan
3) Kemudian lakukan memeriksa apakah ada luka-luka lainnya :
a) Hentikan pendarahan serius yang terjadi.
b) Usahakan korban terhindar dari hambatan pernapasan.
c) Upayakan lalu lintas udara tetap lancar.
d) Jika diperlukan buatlah nafas buatan.
e) Jangan meletakkan bantal di bawah kepala, tapi letakkanlah di
kiri kanan kepala untuk menjaga agar leher tidak bergerak.
f) Kalau bantuan medis terlambat, sedang penderita harus
diangkat,

jangan

mencoba

memperbaiki

letak

tulang.

Pasanglah selalu pembelat (bidai) sebelum menggerakkan atau


mengangkat penderita.
c. Macam-macam patah tulang dan pertolongan pertamanya
1) Patah lengan bawah Pergelangan Tangan
a) Letakkan perlahan-lahan lengan bawah tersebut ke dada hingga
lengan membentuk sudut 90 derajat dengan lengan atas, sedang
telapak tangan rata di dada.
b) Siapkan 2 pembelat (bidai) yang dilengkapi dengan kain
pengempuk, satu untuk membelat bagian dalam, sedang yang
lain untuk membelat bagian luar.
c) Usahakan pembelat merentang dari siku sampai ke punggung
jemari
d) Aturlah gendongan tangan ke leher sedemikian rupa sehingga
ketinggian ujung-ujung jari hanya 7,5-10 cm dari siku
2) Patah Tulang lengan Atas (siku ke bahu)
a) Letakkan tangan perlahan-lahan ke samping tubuh dalam
posisi sealamiah mungkin.

16

b) Letakkan lengan bawah di dada dengan telapak tangan


menempel perut.
c) Pasang satu pembelat (bidai) yang sudah berlapis bahan empuk
di sebelah luar lengan dan ikatlah dengan 2 carik kain di atas
dan di bawah bagian yang patah.
d) Buatlah gendongan ke leher, tempelkan ke lengan atas yang
patah ke tubuh dengan handuk atau kain yang melingkari dada
dan belatan (bidai)
3) Patah Tulang Lengan Bawah
Letakkan pembelat (bidai) berlapis di bawah telapak
tangan, dari dekat siku sampai lewat ujung jemari.
4) Patah Tulang di paha
a) Patah tulang di paha sangat berbahaya, tanggulangi shok dulu
dan segera panggil dokter.
b) Luruskan tungkai dan tarik ke posisi normal.
c) Siapkan 7 pembalut panjang dan lebar.
d) Gunakan 2 pembelat papan lebar 10-15 cm yang dilapisi
dengan kain empuk.
e) Panjang pembelat untuk bagian luar harus merentang dari
ketiak sampai lutut, sedangkan pembelat untuk bagian dalam
sepanjang dari pangkal paha sampai ke lutut.
12. P3K bagi korban Sengatan Listrik
a. Penolong hendaknya berdiri di atas karet, karton, papan, atau karpet
yang dalam keadaan kering.
b. Gunakan tongkat kering/papan kering untuk menarik atau mendorong
kawat beraliran listrik yang menempel pada tubuh korban.
c. Setelah kontak dengan aliran listrik tiada lagi, selanjutnya segera
dilakukan nafas buatan sampai bantuan medis datang.
13. P3K Bagi Pasien yang Menderita Pendarahan Parah
a. Luka hendaknya ditutup kain kasa kompres yang steril, selanjutnya
kain kasa kompres tersebut ditekan kuat-kuat dengan tangan sampai
pendarahan berhenti. Untuk menutup luka biasa juga menggunakan
bahan yang bersih lainnya, misalnya kasa steril, saputangan bersih
lainnya, handuk atau sobekan sprei yang semuanya sudah dicuci dan

17

disetrika. Kalau tidak tersedia peralatan yang steril, jangan ragu-ragu


lagi menggunakan baju kotor atau tangan telanjang untuk menekan
bagian yang luka agar darah tidak terus menerus mengucur karena
kehilangan darah dari tubuh korban lebih berbahaya daripada resiko
infeksi.
b. Luka yang sudah berdarah tidak boleh dibersihkan karena pendarahan
akan membersihkan luka itu sendiri, yang boleh dibersihkan adalah
kulit di sekitar luka, dengan air sabun atau air ledeng biasa atau air
yang sudah dimasak.
c. Pada semua kasus pendarahan serius, penderita selalu diancam shok,
untuk itu diselimuti dan letakkan penderita pada posisi yang paling
menyenangkan dan semua yang mengikat pada tubuh harus dilepaskan
termasuk ikat pinggang.
B. Perundang-undangan
1. Pasal 531 KUHP Yang Menyebutkan Bahwa Barangsiapa menyaksikan
sendiri ada orang di dalam keadaan bahaya maut, lalai memberikan
atau mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat
diberikannya atau diadakannya dengan tidak akan menguatirkan, bahwa
ia sendiri atau orang lain akan kena bahaya dihukum kurungan selamalamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,-. Jika
orang yang perlu ditolong itu mati, diancam dengan : KUHP 45, 165,
187, 304s, 478, 535, 566.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia
No:Per.15/Men/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Di Tempat Kerja.
3. Bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 3 ayat (1) huruf e Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja perlu menetapkan
ketentuan mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat
kerja.
4. Peraturan

Menteri

Tenaga

Kerja

dan

PER.01/MEN/I/2007

tentang

Pedoman

Transmigrasi
Pemberian

Nomor

Penghargaan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


5. Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Pasal 86 tentang Ketenagakerjaan.

18

Pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas


keselamatan dan kesehatan kerja.
6. Permenaker No. Per-02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja. Pasal 1.

Anda mungkin juga menyukai