Anda di halaman 1dari 4

Irham Maulana Tsalits

NPM 1511031139
Star BPKP Batch 2
Tugas Teori Akuntansi

ONTOLOGIS DAN EPISTEMOLOGIS DALAM TEORI AKUNTANSI


Ontologis dalam Teori Akuntansi
Ontologi berasal dari bahasa Yunani Ontos yang artinya hakikat, being, atau science. Ontologi ilmu
meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan
ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filosofis tentang apa dan bagaimana yang ada itu
(Siswomihardjo, hand out).
Jika dihubungkan dengan ilmu akuntansi, maka maksud dari ontologi ini adalah apa hakikat ilmu
akuntansi dan bagaimana seharusnya akuntansi itu? Ontology akuntansi mengkaji isi dari ilmu
akuntansi. Dan yang menjadi objek kajiannya adalah teori akuntansi. Pertanyaan mendasar dalam
ontology ialah apa yang ingin kita ketahui dalam akuntansi? Secara singkat dapat dijelaskan bahwa
hal mendasar yang menjadi objek kajian dalam akuntansi ialah bagaimana sebuah teori akuntansi
disusun sedemikian rupa sehingga dapat diterapkan dalam proses penyusunan laporan keuangan.
Epistemologis dalam Teori Akuntansi
Epistemologi dari bahasa Yunani berarti ilmu pengetahuan. Epistemologi merupakan gabungan dua
kata episteme atau pengetahuan dan logos yang berarti teori. Epistemologi adalah cabang ilmu filsafat
yang menangani masalah-masalah filosofis yang mengitari teori ilmu pengetahuan. Epistemologi
adalah bagian dari filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat dan bagaimana
pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan karakter pengetahuan.
Dalam dunia ilmu pengetahuan, dibutuhkan suatu metode-metode tertentu untuk menyusun suatu teori
yang dapat diterima secara umum. (Jujun:2009:23) Hal ini tentu saja berlaku dalam ilmu akuntasi
yaitu membutuhkan metode untuk merumuskan suatu teori akuntansi. Seiring berjalannya waktu,
pendekatan dan nilai dalam praktek dan riset akuntansi mengarah pada dua metodologi yang pertama
bersifat positif (penilaian terhadap kebenaran dan kesesuaian teori terhadap fakat yang terjadi
dilapangan) yang kedua bersifat normative (mengevaluasi benar tidaknya dasar penalaran yang logis
yang melandasi teori yang diajukan.
Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam perumusan teori akuntansi, yaitu :
1. Pendekatan deduktif
Pada pendekatan ini, perumusan teori dimulai dari perumusan dalil dasar akuntansi dan dan
selanjutnya dengan dasar ini, ditarik sebuah kesimpulan yang logis tentang teori akuntansi mengenai
hal hal yang dipersoalkan. Jadi perumusan dimulai dari dalil yang umum kedalil khusus. Pendekatan
ini dilakukan dalam struktur akuntansi dimana dirumuskan dahulu laporan keuangan, merumuskan
postulat, kemudian prinsip dan akhirnya menyusun teknik atau standar akuntansi.
2. Pendekatan Induktif
Pada pendekatan ini, penyusunan teori didasarkan pada hasil observasi dan pengukuran khusus dan
pada akhirnya dari berbagai fenomena yang sama dan berulang (informasi akuntansi) lalu diambil
kesimpulan umum (Postulat dan prinsip akuntansi).

3. Pendekatan Etika
Dalam pendekatan ini, digunakan konsep kewajaran, keadilan pemilikan dan kebenaran. Menurut
Pattillo dalam Drs. Kusnadi HMA dkk (1986:38) menyatakan bahwa :
Standard dasarnya adalah pendekatan etis, metodenya adalah pemikiran logis dan masuk akal
sedangkan pengujian terakhir dari perumusannya terletak di dalam penerapannya terhadap dunia
nyata.
Secara singkat dimensi yang diutamakan dalam perumusan teori ini adalah dimensi etika. Dimana
etika memegang peranan dalam penerapan teori akuntansi.
4. Pendekatan Sosiologis
Dalam pendekatan ini yang menjadi perhatian dalam perumusan teori akuntansi adalah dampak social
dari teori akuntansi. Yang menjadi perhatian bukan hanya pemakai langsung akuntansi tetapi juga
masyarakat secara luas. Menurut konsep ini, prinsip akuntansi dinilai dari penerimaan dari seluruh
pihak terhadap laporan keuangan terutama yang melaporkan tentang dampak perusahaan terhadap
masyarakat.
5. Pendekatan ekonomi
Dalam merumuskan suatu teori akntansi menekankan pada pengendalian prilaku dari dari indicatorindikator makro ekonomi yang dihasilkan oleh adopsi dari berbagai pihak akuntansi.
6. Pendekatan non-Teoritis (Ahmad Riahi :1993:11-12)
Kita dapat membagi pendekatan ini menjadi pendekatan pragmatis (praksis) dan pendekatan
kekuasaan. Pendekatan pragmatis penyusunan teorinya ditandai dengan kesamaannya dengan dunia
nyata yang bermanfaat dalam artian bahwa solusinya bersifat praksis. Sedangkan pendekatan
kekuasaan digunakan oleh organisasi professional, yang terdiri atas penerbitan pernyataan sebagai
regulasi dari praktek akuntansi.
7. Pendekatan teori komunikasi
Menurut Norton H. Bedford dan Vahe Baladouni dalam Drs. Kusnadi H.M.A dkk (1986:43)
menyatakan bahwa ada suatu hubungan yang cukup menarik antara teori komunikasi dan teori
akuntansi. Mereka mengklaim bahwa akuntasi dapat ditinjau sebagai suatu system yang menyatu dari
sudut pandang komunikasi. Proses ini melibatkan penerapan informasi dengan memperhatikan jenis
perusahaan dan bagaimana seharusnya informasi di interpretasikan (dikomunikasikan) serta
melakukan seleksi terhadap metode komunikasi yang terbaik

TUGAS DARI SOAL DI BUKU HAL 124

Irham Maulana Tsalits


NPM 1511031139
Star BPKP Batch 2
Tugas Teori Akuntansi

Nomor 12 :
a) Seberapa penting bahwa pembuat standar setuju pada tujuan, konsep dan definisi sebelum
mereka mengembangkan kerangka konseptual akuntansi?
Merupakan hal yang sangat penting dan fundamental bahwasannya para penyusun standar,
mereka terlebih dahulu harus sepakat atas penetapan tujuan, konsep-konsep dan definisi-definisi
sebelum mereka mengembangkan kerangka konseptual akuntansi. Karena dalam menyusun
kerangka konseptual akuntansi, para penyusun standar harus memiliki tujuan yang sama
sehingga kerangka konseptual yang akan disusun tidak menyimpang dari tujuan yang telah
ditentukan dan disepakati bersama.
b) Seberapa pentingkah bahwasannya kerangka konseptual harus terlebih dahulu diterima secara
umum oleh para komunitas bisnis sebelum dikembangkan menjadi standar akuntansi?
Menurut saya, kerangka konseptual yang disusun tidak harus terlbih dahulu disetujui/diterima
oleh para komunitas bisnis, karena komunitas bisnis tidak semua ahli dalam bidang akuntansi,
namun pendapat dari komunitas bisnis atas kerangka konspetual akuntansi yang disusun tetap
diperlukan sebagai bahan masukan dan tanggapan-tanggapan atas kondisi penerapan akuntansi di
lapangan. Dan tetap saja para pelaku bisnis tidak memiliki kewenangan apakah harus setuju atau
tidak atas kerangka konseptual yang disusun. Para komunitas bisnis hanya berkewajiban
menerapkan standar akuntansi yang telah dibuat oleh organisasi yang kompeten dan ahli
dibidangnya.
c) Mengapa FASB dan IASB memerlukan kerangka konseptual umum?
FASB dan IASB telah memulai sebuah proyek konvergensi, untuk menghapus perbedaan antara
standar masing-masing dan untuk menyelaraskan agenda kerja mereka. Standar yang dihasilkan
oleh kedua badan harus mencerminkan prinsip-prinsip yang mendasari terkandung dalam
kerangka konseptual mereka. Misalnya, unsur-unsur laporan keuangan (aset, kewajiban, ekuitas,
pendapatan dan beban) didefinisikan dalam kerangka konseptual dan definisi ini digunakan
dalam standar. Jika IASB dan FASB memiliki perbedaan dalam kerangka kerja mereka, mereka
bisa mengalir melalui perbedaan standar mereka. Dengan demikian, kesepakatan tentang hal-hal
mendasar seperti definisi dan kriteria pengakuan dapat membantu papan untuk menghasilkan
standar harmonis
Nomor 13 :
Kelebihan dan kekurangan Rule-based Standars vs Principle Based standards:
Kelebihan Rule-based Standars :
Homogenitas. Karena memiliki sintaks yang seragam, makna dan interpretasi dari masingmasing aturan dapat dengan mudah dianalisis.
Kesederhanaan. Karena sintaks sederhana, mudah untuk memahami makna dari aturan. Ahli
domain seringkali dapat memahami aturan tanpa penerjemahan yang eksplisit. Aturan sehingga
dapat mendokumentasikan diri sampai batas yang baik.
Independensi. Ketika menambahkan pengetahuan yang baru tidak perlu khawatir tentang
dimana aturan itu akan ditambahkan, atau apakah ada interaksi dengan aturan lainnya. Secara
teori, setiap aturan adalah bagian independen dari pengetahuan tentang domain tersebut. Namun,
dalam prakteknya, hal ini tidak sepenuhnya benar.

Modularitas. Independensi aturan mengarah ke modularitas dalam rule base. Prototipe sistem
dapat diciptakan cukup cepat dengan membuat beberapa aturan. Hal ini dapat ditingkatkan
dengan memodifikasi aturan berdasarkan kinerja dan menambahkan aturan baru.

Kekurangan Rule-based Standars:


Jika terlalu banyak aturan, sistem menjadi sulit dalam memelihara performance.
Keterbatasan dalam memutuskan teknik yang digunakan untuk suatu masalah.
Kelebihan Principle Base standard :
Standar berbasis prinsip memiliki keunggulan dalam hal memungkinkan manajer memilih perlakuan
akuntansi yang merefleksikan transaksi atau kejadian ekonomi yang mendasarinya, meskipun hal
sebaliknya dapat terjadi. Standar berbasis prinsip memungkinkan manajer, anggota komite audit, dan
auditor menerapkan judgment profesionalnya untuk lebih fokus pada merefleksi kejadian atau
transaksi ekonomi secara substansial, tidak sekedar melaporkan transaksi atau kejadian ekonomi
sesuai dengan standar.
Kelemahan Principle Base standard:
IFRS memang lebih fleksibel dan memberikan keleluasaan yang lebih besar terhadap akuntan untuk
menggunakan pertimbangan profesional (professional judgment). Namun, implikasi inilah yang
dijadikan alasan, IFRS justru akan mempersulit komparabilitas laporan keuangan dan menyuburkan
manipulasi laporan keuangan.
Nomor 14 :
Mengapa FASB mengarahkan untuk membuat/menghasilkan objective base standard? Apakah kamu
berpikir hal ini akan menjadi standar yang realistis?
FASB semakin diarahkan ke principle-based dan meninggalkan rule-based karena beberapa alasan.
Penekanan betapa pentingnya principle-based dibandingkan rule-based timbul dari kejadian di tahun
2001-2002 di US. Rule-based yang cenderung berisikan syarat-syarat mendetil yang harus diikuti oleh
pengguna standar akuntansi, malahan dijadikan tameng atas pencatatan akuntansi yang tidak benar
seperti yang terjadi pada Enron. Jatuhnya Enron karena menggunakan SPE (special purpose entities)
sebagai celah untuk menyembunyikan penyimpangan yang dilakukan oleh manajemen.
Penyalahgunaan akuntasi yang mencari-cari celah lewat aturan ini, menimbulkan keprihatinan dalam
penggunaan rule based. Oleh karena itu, FASB mulai memperkenalkan standar yang berbasis
principle-based.
Meskipun principle-base dtidak memberi petunjuk terperinci seperti rule-based dan dapat
menyebabkan interpretasi yang berbeda-beda, tetapi secara teori penerapan principle-based lebih
realistis. Dengan principle-based, akuntan akan membuat berbagai professional judgement dan
membuat estimasi yang harus dipertanggungjawabkannya. Pada akhirnya, professional judgement
yang harus dipertanggungjawabkannya menyebabkan akuntan lebih hati-hati dalam praktik akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai